• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROVINSI KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Jalan Jenderal Sudirman No. 9

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan petunjuk-Nya Rencana Strategis (RENSTRA) Perubahan pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

RENSTRA (Perubahan) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 ini merupakan RENSTRA penyesuaian yang telah disusun sebelumnya, dengan berpedoman kepada :

1. Visi, Misi, dan Prioritas pembangunan kelautan dan perikanan Provinsi Kalimantan Selatan yang tercantum dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021;

2. Perubahan Struktur Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) di lingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 11 Tahun 2016 dan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 072 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan; serta

3. Keterkaitan pemanfaatannya dalam penyusunan dokumen Rencana Kinerja (RENJA) Tahunan, serta dalam menetapkan Perjanjian Kinerja (PK), Pohon Kinerja, Kinerja Utama, dan Indikator Kinerja Utama pada penyusunan dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan.

Semoga RENSTRA Perubahan ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan dalam rangka mensukseskan pelaksanaan pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Selatan yang MAPAN (Mandiri dan Terdepan), khususnya dalam rangka akselerasi pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Bumi Lambung Mangkurat tercinta.

Banjarbaru, September 2017 Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Kalimantan Selatan,

Ir. H. SYAIFUL AZHARI, MP NIP. 196301261989031005

(3)

IKHTISAR EKSEKUTIF

1. Visi dan Misi pembangunan kelautan dan perikanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 :

 Visi :

Kalimantan Selatan Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri dan Berdaya Saing.

 Misi ke 5 :

Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Berbasis Sumberdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan.

2. Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan pembangunan

kelautan dan perikanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 :

 Tujuan :

Meningkatkan daya saing perekonomian sektor kelautan dan perikanan yang dibarengi dengan upaya kelestarian lingkungan sumberdaya kelautan dan perikanan..

 Sasaran :

 Terwujudnya mandiri pangan berbasis komoditas kelautan dan perikanan;

 Tercapainya peningkatan kualitas lingkungan ekosistem dan biota sumberdaya kelautan dan perikanan.

 Strategi :

 Meningkatkan Produksi Kelautan dan Perikanan;

 Meningkatkan Angka Konsumsi Ikan Masyarakat Per kapita;

 Meningkatkan Rehabilitasi Kawasan Pesisir, laut, dan Pulau-pulau Kecil yang Rusak; dan

 Meningkatkan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

 Kebijakan :

 Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap;  Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya;  Peningkatan Angka Konsumsi Ikan per Kapita;

(4)

 Peningkatan luas terumbu karang yang direhabilitasi;  Penurunan kasus illegal Fishing; dan

 Peningkatan Pelaku Usaha yang Patuh.

3. Terdapat 4 (empat) Program pembangunan kelautan dan perikanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021, yaitu :

 Urusan kelautan dan perikanan

 Program Pengembangan Perikanan Tangkap.  Program Pengembangan Usaha Perikanan;  urusan lingkungan hidup

 Program Pengelolaan Ruang Laut;

 Program Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan;

4. Kinerja Utama dan Indikator Kinerja Utama Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 adalah sebagai berikut :

 Kinerja Utama :

 Meningkatnya Produksi Kelautan dan Perikanan;

 Meningkatnya Angka Konsumsi Ikan Masyarakat Per kapita;

 Meningkatnya Rehabilitasi Kawasan Pesisir, laut, dan Pulau-pulau Kecil yang Rusak;

 Meningkatnya Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

 Indikator Kinerja Utama :

 Jumlah Produksi Kelautan dan Perikanan;  Angka Konsumsi Ikan per kapita;

 Jumlah luas kawasan mangrove yang telah direhabilitasi;  Jumlah luas kawasan terumbu karang yang telah

direhabilitasi;

 Persentase Pelaku Usaha yang patuh terhadap peraturan per-UU;

(5)

DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR ... i IKHTISAR EKSEKUTIF ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Landasan Hukum ... 2

1.3. Maksud dan Tujuan ... 4

1.4. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD ... 6

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD ... 6

2.2. Sumber Daya SKPD ... 9

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD ... 12

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD ... 16

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI ... 23

3.1. Identifikasi Permasalahan ... 23

3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil kepala daerah Terpilih ... 28

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten/ Kota ... 38

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis ... 42

3.5. Penentuan Isu-isu Strategis ... 45

BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN ... 47

4.1. Visi dan Misi ... 47

4.2. Tujuan dan sasaran ... 47

(6)

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN,

INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN,

DAN PENDANAAN INDIKATIF ... 52 5.1. Rekapitulasi Program dan Kegiatan ... 52 5.2. Rencana Program, Kegiatan, Indikator

Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan

Indikatif ... 53

BAB VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU

PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD ... 67 6.1. Indikator Kinerja Dinas Kelautan dan

Perikanan ... 67 6.2. Indikator Kinerja Program Dinas Kelautan

dan Perikanan ... 68 6.3. Indikator Kinerja Kegiatan Dinas Kelautan

dan Perikanan ... 70 BAB VII. PENUTUP ... 78

(7)

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel

1. Kualifikasi SDM Aparatur ... 9 2. Eksisting Aset/Modal ... 11 3. Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kelautan Dan

Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan ... 13 4. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan

Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan ... 15 5. Tujuan dan sasaran pembangunan kelautan dan

perikanan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016

– 2021 ... 49 6. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Kelautan dan

Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan ... 51 7. Rekapitulasi Jenis Program dan Kegiatan

Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi

Kalimantan Selatan ... 52 8. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja,

Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan

Selatan tahun2016 – 2021 ... 54 9. Indikator Kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan .... 67 10. Indikator Kinerja Program Dinas Kelautan dan

Perikanan ... 68 11. Indikator Kinerja Kegiatan Dinas Kelautan dan

(8)

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar

1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan ... 8 2. Keterkaitan 3 Pilar Pembangunan Berkelanjutan

(Sustainable Development) ... 29 3. Prinsip Pembangunan Kalsel MAPAN ... 31

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 dan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 072 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, maka telah terjadi perubahan Nomenklatur dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) yang semula Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Selatan, kini berubah menjadi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan.

Sehubungan dengan perubahan SOPD tersebut, maka sudah tentu akan dibarengi dengan adanya perubahan paradigma/orientasi/pola pikir dalam penyusunan perencanaan pembangunan yang akan dilakanakan kedepan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan, dengan tetap mengacu pada RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 serta visi, misi, dan program kerja Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih.

Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, maka dipandang perlu adanya Revisi (penyesuaian) terhadap penyusunan dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) SOPD Tahun 2016 – 2021 yang telah disusun sebelumnya, yang semula adalah Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021, kini berubah menjadi Rencana Strategis (RENSTRA) – Perubahan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021.

(10)

1.2. Landasan Hukum

Berikut payung hukum yang melandasi penyusunan Revisi Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 :

 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1956 jo. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 antara lain mengenai Pembentukan daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 106);

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025;  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

(11)

 Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

 Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;

 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2015 – 2019 (Nawacita),

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembangunan Wilayah Terpadu (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1563);

 Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2008 Nomor 5)

 Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 17 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2005 – 2025;

(12)

 Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021;

 Aturan SPM; dan  Aturan sektoral

1.3. Maksud dan Tujuan

Penyusunan RENSTRA Perubahan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang beberapa perubahan/ penyesuaian yang berkaitan dengan dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021.

Sementara itu, tujuan dari penyusunan Revisi RENSTRA ini adalah untuk menjelaskan tentang :

1. Gambaran pelayanan SKPD;

2. Isu-isu strategis yang berkaitan dengan tugas dan fungsi; 3. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan; 4. Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja,

Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif; serta

5. Indikator Kinerja yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penyusunan Revisi Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 adalah sebagai berikut :

- BAB I : PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang,

landasan hukum, maksud dan tujuan, serta sistematika penyusunan.

(13)

- BAB II : Gambaran Pelayanan SKPD, berisi tentang Tugas,

Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD, Sumber Daya SKPD, Kinerja Pelayanan SKPD, serta Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD.

- BAB III : ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI, berisi tentang Identifikasi Permasalahan

Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD, Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih, Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi/Kabupaten/Kota, Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, serta Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

- BAB IV : VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN, berisi tentang Visi dan Misi SKPD,

Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD, serta Strategi dan Kebijakan Strategi dan Kebijakan.

- BAB V : RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF, berisi tentang rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif.

(14)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD a. Tugas

 Merumuskan dan menetapkan kebijakan teknis di bidang kelautan dan perikanan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur;

 Menyelenggarakan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang kelautan dan perikanan;

 Merumuskan dan menerapkan kebijakan operasional, membina, mengatur, memfasilitasi pengelolaan ruang laut;

 Merumuskan dan menerapkan kebijakan operasional, membina, mengatur, memfasilitasi pengembangan perikanan tangkap;

 Merumuskan dan menerapkan kebijakan operasional, membina, mengatur, memfasilitasi pengembangan usaha perikanan;

 Merumuskan dan menerapkan kebijakan operasional, membina, mengatur, memfasilitasi pengendalian sumber daya kelautan dan perikanan;

 Membina, mengawasi dan mengendalikan kegiatan unit pelaksana teknis;

 Mengelola kegiatan kesekretariatan; dan

 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya.

(15)

b. Fungsi

 Perumusan kebijakan teknis di bidang kelautan dan perikanan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Gubernur berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;

 Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang kelautan dan perikanan;

 Perumusan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan, fasilitasi pengelolaan ruang laut;

 Perumusan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan, fasilitasi pengembangan perikanan tangkap;  Perumusan kebijakan operasional, pembinaan,

pengaturan, fasilitasi pengembangan usaha perikanan;  Perumusan kebijakan operasional, pembinaan,

pengaturan, fasilitasi pengendalian sumber daya kelautan dan perikanan;

 Pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan unit pelaksana teknis; dan

 Pengelolaan kegiatan kesekretariatan.

c. Struktur Organisasi

Pada Gambar 1 akan digambarkan mengenai bagan Struktur Organisasi Perangkat Daerah pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan sebagai berikut :

(16)

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan SEKRETARIAT SUB BAGIAN KEUANGAN DAN ASET SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN PELAPORAN SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

BIDANG PENGELOLAAN RUANG LAUT

SEKSI KONSERVASI EKOSISTEM LAUT

SEKSI PENATAAN DAN PEMANFAATAN RUANG

LAUT

SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR, DAN PULAU-PULAU KECIL

BIDANG PERIKANAN TANGKAP SEKSI KENELAYANAN SEKSI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PENANGKAPAN

SEKSI SARANA DAN PRASARANA PENANGKAPAN

BIDANG PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN

SEKSI PERIZINAN USAHA DAN INVESTASI

SEKSI TEKNOLOGI DAN INFORMASI

SEKSI SARANA DAN PRASARANA BUDIDAYA,

PENGOLAHAN, DAN PEMASARAN

BIDANG PENGENDALIAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN

PERIKANAN

SEKSI PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN SUMBER DAYA

KELAUTAN DAN PERIKANAN

SEKSI PENANGANAN PELANGGARAN DAN PENEGAKAN HUKUM

SEKSI SARANA DAN PRASARANA PENGAWASAN

UPTD LPPMHP KALSEL

UPTD BBI SENTRAL KALSEL

UPTD

(17)

2.2. Sumber Daya SKPD a. Sumber Daya Manusia

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan jumlah personil sebanyak 114 orang. Adapun Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan, Jumlah Pejabat Struktural dan Fungsional pada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Selatan dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 1. Kualifikasi SDM Aparatur

NO. SUMBERDAYA APARATUR JUMLAH (ORANG)

1. Jumlah Pegawai a PNS 73 b. Non PNS 41 Jumlah 114 2. Kualifikasi Pendidikan a S3 - PNS 1 - Non PNS - b. S2 - PNS 14 - Non PNS 2 c. S1 - PNS 37 - Non PNS 31 d. D4 - PNS 1 - Non PNS - e. D3 - PNS 1 - Non PNS - f. D2 - PNS 1

(18)

- Non PNS - g. D1 - PNS - - Non PNS - h. SLTA - PNS 17 - Non PNS 10 i. SLTP - PNS 2 - Non PNS - j. SD - PNS - - Non PNS 1 k. Tidak Tamat SD - PNS - - Non PNS -

3. Pangkat dan Golongan a. Pembina

- Pembina Utama / IV e -

- Pembina Utama Madya / IV d 1 - Pembina Utama Muda / IV c -

- Pembina Tk. I / IV b 3

- Pembina / IV a 15

b. Penata

- Penata Tk. I / III d 13

- Penata / III c 13

- Penata Muda Tk. I / III b 13

- Penata Muda / III a 4

c. Pengatur - Pengatur Tk. I / II d 0 - Pengatur / II c 3 - Pengatur Muda Tk. I / II b 5 - Pengatur Muda / II a 2 d. Juru - Juru Tk. I / I d 1 - Juru / I c 0 - Juru Muda Tk. I / I b 0 - Juru Muda / I a 0

PEJABAT STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL 4. Pejabat Strutural dan Fungsional

a. Eselon II 1

b. Eselon III 6

c. Eselon IV 18

(19)

b. Aset/Modal

Berikut aset/modal yang dimiliki Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan saat ini :

Tabel 2. Eksisting Aset/Modal

NO. SARANA/PRASARANA EKSISTING KONDISI

A. Aset Tak Bergerak

1. Tanah SHM Baik

2. Gedung kantor bertingkat 2 Baik

3. Aula Pertemuan 1 buah Baik

4. Gudang 1 buah Baik

5. Ruang Genset 1 buah Baik

6. Kios 2 buah Baik

7. Laboratorium 1 buah Baik

8. Areal parkir 1 lokasi Baik

9. Perpustakaan 1 buah Baik

B. Aset Bergerak

1. Kendaraan Roda 4 9 buah Baik 2. Kendaraan Roda 2 12 buah Baik C. Fasilitas Perkantoran/

Lapangan

1. Meja Kerja/Rapat 70 buah Baik 2. Kursi Kerja/Rapat 70 buah Baik 3. Lemari arsip kayu 15 buah Baik 4. Filing cabinet 10 buah Baik

5. Komputer PC 10 buah Baik

6. Laptop/Note Book 20 buah Baik

7. Printer 10 buah Baik

8. UPS 7 buah Baik

9. Genset 1 buah Baik

10. Telepon/Faximili 1 buah Baik

11. Meja Kursi Tamu 2 set Baik

12. Lemari Pendingin 2 buah Baik

13. Brankas 5 buah Baik

14. Televisi 3 buah Baik

(20)

16. Microphone

wireless 2 buah Baik

17. Microphone meja 6 buah Baik

18. Wireless 1 set Baik

19. Teropong 5 buah Baik

20. Camera Digital 1 buah Baik

21. Handycamera 2 buah Baik

22. LCD 3 buah Baik

23. Layar LCD 2 buah Baik

24. Troli 1 buah Baik

25. Mesin Ketik 3 buah Baik

c. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Daerah

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan juga ditunjang oleh 5 Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD), dengan struktur dan nomenklatur yang tidak berubah setelah mengalami Revisi SOPD. Berikut UPTD yang terdapat pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan :

 Laboratorium Pengujian dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Banjarbaru

 Balai Benih dan Induk Ikan Air Tawar (BBIIAT) Karang Intan

 Pelabuhan Perikanan (PP) Banjarmasin  Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Kotabaru  Pelabuhan Perikanan (PP) Muara Kintap 2.3. Kinerja Pelayanan SKPD

Berikut digambarkan mengenai pencapaian kinerja pelayanan SKPD Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 :

(21)

Tabel 3. Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan

NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja satuan Target Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1. Meningkatnya Produksi a. Produksi penangkapan Ton 181.451 184.684 188.133 191.568 248.000 192.031 192.530 241.704 246.538 308.319 105,83 104,25 128,48 128,69 124,32 hasil perikanan b. Produksi budidaya Ton 77.141 116.148 180.720 282.832 130.000 78.748 91.781 97.733 128.693 130.597 102,08 79,02 54,08 45,50 100,46

2. Meningkatnya kualitas SDM a. SDM Penangkapan orang 275 400 525 650 592 370 370 480 536 648 134,55 92,50 91,43 82,46 109,46

b. SDM Budidaya orang 310 430 550 670 550 710 710 710 740 575 229,03 165,12 129,09 110,45 104,55

3. Meningkatnya penyerapan a. Nelayan orang 120.674 122.324 124.000 125.701 128.065 95.281 226.500 141.257 120.244 144.570 78,96 185,16 113,92 95,66 112,89 tenaga kerja b. Pembudidaya orang 13.565 18.663 26.297 38.372 30.430 21.609 24.400 25.073 25.208 30.520 159,30 130,74 95,35 65,69 100,30

4. Meningkatnya konsumsi a. Konsumsi/Kapita kg 37,5 37,8 38,1 38,4 47,43 42,69 44,63 45,35 46,00 47,50 113,84 118,07 119,03 119,79 100,15

ikan masyarakat

5. Meningkatnya volume perdagangan a. Ekspor

- Volume ton 2.142 2.185 2.229 2.273 2.319 1.478 1.391 1.437 1.741 2.069 69,00 63,66 64,47 76,59 89,22 - Nilai US $ (000) 20.349 20.756 21.595 20.756 22.026 8.893 10.209 9.782 13.222 15.132 43,70 49,19 46,20 61,23 68,70 b. Antar Pulau - Volume ton 20.400 20.808 21.649 20.808 22.082 1.877 2.757 5.461,45 21.994 144.125 9,20 13,25 25,73 101,59 63,97 - Nilai Rp (juta) 193.800 197.676 205.662 197.676 209.775 77.910 119.176 224.440 615.981 686.934 40,20 60,29 111,31 299,51 327,46

(22)

NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja satuan Target Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

6. Meningkatnya PDRB dan a. PDRB harga berlaku Rp Juta 2.210.961 2.255.181 2.346.290 2.255.181 2.300.284 2.528.241 2.758.671 3.032.361 3.334.011 2.395.000 114,35 122,33 131,83 142,10 104,12 pertumbuhan ekonomi b. PDRB konstan (2000) Rp Juta 1.232.029 1.256.670 1.307.439 1.256.670 1.281.303 1.303.588 1.368.411 1.186.123 1.521.888 1.326.443 105,81 108,89 92,57 116,40 103,52 c. Kontribusi PDRB terhadap % 3,60 3,70 3,90 3,70 3,90 3,71 3,63 3,64 3,60 3,96 103,06 98,20 95,73 92,37 101,54

Kalsel

7. Meningkatnya a. Ekonomi perikanan % 4,46 4,47 4,47 4,49 4,48 4,76 4,97 6,13 4,79 4,51 106,73 111,24 136,81 106,74 100,67

pertumbuhan ekonomi

8. Meningkatnya sarana a. Pelabuhan/pangkalan buah 14 14 16 17 14 14 14 14 14 14 100,00 100,00 87,50 82,35 100,00

dan prasarana perikanan pendaratan ikan

dan kelautan b. Balai benih ikan buah 13 14 15 16 15 14 14 14 14 14 107,69 100,00 93,33 87,50 93,33

c. Saluran tambak buah 5 5 6 6 6 5 5 5 5 5 100,00 100,00 83,33 83,33 83,33

d. Reservaat buah 7 7 7 8 7 7 7 7 7 7 100,00 100,00 100,00 87,50 100,00

e. Pasar ikan higienis/bersih buah 5 6 7 8 7 6 6 7 7 8 120,00 100,00 100,00 87,50 114,29

f. Laboratorium perikanan buah 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 100,00 100,00 100,00 200,00 200,00

g. Unit pengolahan hasil perikanan buah 1 2 3 3 9 1 2 7 7 9 100,00 100,00 233,33 233,33 100,00

9. Meningkatnya area a. Budidaya laut Ha 308 391 705 956 150 123 123 123 123 224 39,94 31,46 17,48 12,87 149,27

usaha perikanan b. Budidaya payau Ha 3.694 4.475 5.063 7.753 10.000 16.457 1.479 16.714 16.714 17.032 445,51 33,05 330,12 215,58 170,32 c. Budidaya air tawar 705 1.143 1.810 2.968 55.601 704 538 1.607 1.609 96.548 99,74 47,07 88,82 54,21 173,64

- Kolam Ha 684 1.114 1.774 2.925 1.774 538 721 1.381 1.381 1.374 78,67 64,72 77,85 47,21 77,45

- Karamba Ha 3 4 5 7 52.077 5 9 10 10 93.443 156,67 216,63 192,00 144,93 179,43

- Sawah Ha 16 22 26 30 250 156 211 211 211 163 975,00 959,09 813,08 703,33 65,08

(23)
(24)

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD Berikut dijelaskan mengenai tantangan dan peluang pengembangan pelayanan SKPD pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan pada masa yang akan datang, yaitu :

a. Implementasi UU 23/2014

Berdasarkan Pasal 14 (1) UU 23/2014 tertulis bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kelautan dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi. Selanjutnya pada pasal 27 ditegaskan kembali bahwa daerah provinsi diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di laut yang ada di wilayahnya. Adapun kewenangan daerah Provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut tersebut meliputi :  Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan

kekayaan laut di luar minyak dan gas bumi;  Pengaturan administratif;

 Pengaturan tata ruang;

 Ikut serta dalam memelihara keamanan di laut; dan  Ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan negara.

Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut sebagaimana dimaksud, paling jauh berjarak 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.

(25)

Pada Pasal 28 UU Nomor 23/2014 ditambahkan pula bahwa daerah Provinsi yang berciri kepulauan mendapat penugasan dari Pemerintah Pusat untuk melaksanakan kewenangan Pemerintah Pusat di bidang kelautan berdasarkan asas Tugas Pembantuan. Penugasan sebagaimana dimaksud dapat dilaksanakan setelah Pemerintah Daerah Provinsi yang berciri kepulauan telah memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

Dari beberapa penjelasan tersebut, berdasarkan penjelasan UU 23/2014, maka kewenangan pengelolaan sumberdaya kelautan dilimpahkan kepada Pemerintah Provinsi. Dengan kata lain, terlihat bahwa kewenangan otonomi daerah di kabupaten/kota untuk mengelola kelautan menjadi terhapus.

Sejalan dengan pemberlakuan UU 23/2014 yang didalamnya melimpahkan beberapa pengelolaan kelautan di bawah kewenangan Pemerintah Provinsi, maka Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai paradigma/pola pikir pembangunan yang berbasis kelautan.

Paradigma pembangunan berbasis kelautan diarahkan untuk mendayagunakan potensi

sumberdaya kelautan yang dimiliki, dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi daerah

(kemakmuran), pemerataan kesejahteraan masyarakat (keadilan sosial), dan terpeliharanya daya dukung ekosistem wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil secara seimbang. Rumusan paradigma pembangunan berbasis kelautan tersebut, selain disusun berdasarkan potensi, peluang, permasalahan, kendala dan konsisi pembangunan kelautan yang telah ada, juga dengan

(26)

mempertimbangkan pengaruh lingkungan strategis terhadap pembangunan nasional seperti otonomi daerah dan globalisasi.

Landasan utama yang dapat dijadikan dasar penentuan paradigma pembangunan berbasis kelautan adalah sebagai berikut :

 Potensi sumberdaya kelautan yang dimiliki sangat menjanjikan untuk dikelola demi sebesar-besarnya kemakmuran ekonomi (pendapatan) dan kesejahteraan masyarakat, dengan tetap mempertimbangkan keunggulan komparatif sekaligus kompetitif dan kelestarian serta daya dukung sumberdaya hayati yang tersedia.

 Industri yang berbasis sumberdaya kelautan memiliki keterkaitan (backward and forward lingkage) yang sangat kuat dengan industri dan aktifitas ekonomi lainnya, sehingga mengembangkan industri berbasis kelautan berarti juga menghidupkan dan mendorong aktifitas ekonomi utama (penangkapan dan budidaya perikanan), juga aktifitas ekonomi di sektor lainnya, seperti usaha transportasi, komunikasi, perdagangan, pengolahan, dan jasa-jasa lainnya.

 Sumberdaya kelautan sebagian besar merupakan sumberdaya yang senantiasa dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga keunggulan komparatif dan kompetitif ini dapat dipertahankan dalam jangka panjang asal didiikuti dengan pengelolaan yang arif.  Dari aspek politik dengan kondisi geopolitis

sebagaimana disebutkan maka stabilitas politik dalam negeri dan luar negeri dapat tercapai bila memiliki

(27)

jaminan keamanan dan pertahanan dalam menjaga wilayah kedaulatan perairan yang dimiliki.

 Dari sisi sosial dan budaya, pembangunan berbasis kelautan ini sebenarnya diarahkan untuk menjadikan kelautan sebagai arus utama yang mendominasi pembangunan daerah dan pengembangan berbagai aspek sendi kehidupan masyarakat dalam mempertahankan budaya dan tradisi yang pernah ada.

Berikut pada Tabel 4 dijelaskan matrik paradigma operasional pembangunan berbasis kelautan sebagai berikut :

b. Penataan Ruang Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Wilayah pesisir dan laut merupakan suatu sumberdaya alam yang krusial bagi negara berkembang seperti Indonesia, dimana pihak pemerintah memiliki hak dan menguasai lahan di bawah teritorial laut dan sumberdayanya. Pemerintah, baik pusat maupun daerah memiliki tanggung jawab untuk membuat peraturan, atau keputusan-keputusan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya untuk kepentingan umum. Dalam hal ini, salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah adalah mengatur pengalokasian ruang atau zona wilayah pesisir untuk dapat digunakan dalam memaksimalkan pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir. Zonasi wilayah pesisir pada hakekatnya merupakan suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses

(28)

ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir (UU 27 tahun 2007, tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil). Penetapan batas-batas zonasi memerlukan data tata ruang yang konsisten, akurat, lengkap dan terkini.

Sebagai suatu upaya untuk menciptakan keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan pembangunan dan konservasi, maka Rencana Zonasi merupakan implikasi spasial (keruangan) untuk pelaksanaan kebijakan-kebijakan dari Rencana Strategis. Sesuai dengan UU no. 27 Tahun 2007pasal 7 ayat (3) yang mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah wajib menyusun semua dokumen rencana (Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir and Pulau-Pulau Kecil).

Penyusunan rencana zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumberdaya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin. Dengan telah terbitnya UU tersebut diatas perlu diselaraskan lagi dokumen yang telah disusun sebelumnya seperti Rencana Strategis Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Rencana Zonasiyang telah dibuat. Dokumen rencana pengelolaan pesisir sangat penting bagi pelaksanaan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) di daerah.

(29)

c. Pengelolaan Kawasan Produksi Kelautan dan Perikanan Berbasis Pengembangan di Titik Sentra Usaha

Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya optimal untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Kawasan Indonesia yang dilalui empat samudera dengan potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang beraneka ragam dan begitu besar harus dikawal dengan baik, tidak terkecuali di pulau-pulau terluar dan kawasan perbatasan.

KKP telah memprioritaskan pembangunan pulau-pulau terluar dan kawasan perbatasan sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT). SKPT merupakan pembangunan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan dengan basis spasial serta sektor kelautan dan perikanan sebagai penggerak utamanya.

Program yang dicanangkan ini menjadi sangat strategis sebagai perwujudan nyata dari Nawa Cita ke-3 yaitu “membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”.

SKPT dimaksudkan untuk mengakselerasikan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan pulau mandiri dan terpadu. Dari sisi kelautan dan perikanan, indikator kinerja yang menjadi acuan antara lain: meningkatnya pendapatan rakyat, produksi perikanan, nilai investasi, nilai kredit yang disalurkan, ragam produk olahan, utilitas Unit Pengolahan Ikan (UPI), dan nilai ekspor.

Adapun hal yang akan didorong untuk terintegrasi dalam setiap pembangunan SKPT, mulai dari pendaratan

(30)

hasil kelautan dan perikanan, kualitas penanganan hasil perikanan yang didaratkan, pengolahan dari hasil kelautan dan perikanan, hingga aspek pemasarannya. Untuk mengejar efektifitas dan efisensi, SKPT juga akan dilengkapi sarana dan pransarana yang dibutuhkan untuk para nelayan kembali melaut, seperti ketersediaan bahan bakar dan kebutuhan logistik untuk melaut lainnya, termasuk pembangunan pabrik es untuk memfasilitasi penyediaan kecukupan es yang diperlukan nelayan untuk menjaga kualitas hasil tangkapannya. Aspek peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penguatan kelembagaan juga menjadi hal mutlak yang menjadi target prioritas dalam SKPT. Maka dari itu kebutuhan utama dan penunjang seperti listrik, air bersih, akses jalan, dan rumah singgah nelayan menjadi hal penting yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan SKPT.

(31)

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS

BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan

Berikut dijelaskan Identifikasi Permasalahan berdasarkan Tugas dan Fungsi pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan :

a. Bidang Pengelolaan Ruang Laut

 Belum diterbitkannya Perda yang mengatur RZWP3K Provinsi Kalimantan Selatan.

 Dari kondisi hutan mangrove yang rusak seluas 27.749 Ha, yang telah direhabilitasi seluas 252,12 Ha. Untuk mengantisipasi kerusakan hutan mangrove lebih luas, maka masih perlu dilaksanakannya rehabilitasi hutan mangrove yang kritis..

 Kondisi kawasan terumbu karang yang rusak tercatat seluas 289,76 Ha. Dari luasan tersebut, kawasan yang telah direhabilitasi seluas 121,010,40 Ha. Berdasarkan hal tersebut, untuk pelestarian plasma nutfat sumber hayati biota laut, salah satu kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah rehabilitasi kawasan terumbu karang kritis.

 Diperlukannya pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir melalui peningkatan usaha ekonomi kreatif berbasis sumberdaya lokal.

(32)

 Masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang mitigasi bencana pesisir dan pulau-pulau kecil dan strategi pengembangan jasa kelautan.

b. Bidang Perikanan Tangkap

 Masih didominasinya armada kapal penangkapan dengan ukuran < 5 GT. Hal ini menyebabkan terkonsentrasinya usaha penangkapan ikan di wilayah pesisir ( < 3 mil).

 Perlunya pembinaan dan sosialisasi mengenai alat tangkap yang terlarang dan alternatif alat tangkap yang boleh dipergunakan oleh nelayan dalam menangkap ikan.

 Upaya untuk menjaga stok sumber daya ikan agar tidak menurun masih perlu dilaksanakan melalui pemulihan stok dan habitat sumber daya ikan.

 Masih rendahnya kepatuhan pelaku usaha dalam menyampaikan hasil tangkapan ikan yang akurat, obyektif dan tepat waktu.

 Beralihnya kewenangan pengelolaan wilayah laut berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 dari kab/kota ke Provinsi mempunyai permasalahan tersendiri yang berkaitan dengan P3D di pelabuhan perikanan.

 Pembangunan fasilitas pelabuhan perikanan belum lengkap sehingga masih ada pelabuhan perikanan yang belum dapat dimanfaatkan dengan baik.

(33)

c. Bidang Pengembangan Usaha Perikanan Pengembangan Perikanan Budidaya :

 Masih terbatasnya pengembangan sistem produksi pembudidayan ikan dengan penerapan teknologi anjuran pembudidayaan ikan.

 Pengembangan sistem perbenihan ikan untuk pemenuhan kebutuhan induk unggul dan benih bermutu masih perlu ditingkatkan.

 Pengembangan sistem usaha pembudidayaan ikan masih pada lingkup permasalahan terbatasnya aksesbilitas permodalan, minimnya fasilitasi investasi, serta penguatan kelembagaan usaha perikanan budidaya yang masih perlu ditingkatkan.

 Mahalnya harga pakan ikan menambah beban biaya produksi para pembudidaya ikan.

 Masih terbatasnya pengembangan pembudidayaan ikan lokal.

 Penanggulangan hama dan penyakit ikan dan pengawasan distribusi benih/induk ikan masih perlu ditingkatkan.

 Revitalisasi peran dan fungsi UPTD Budidaya Ikan masih perlu ditingkatkan.

Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perikanan :

 Jenis ragam produk dan pengembangan produk bernilai tambah (value added products) masih perlu dikembangkan.

(34)

 Terbatasnya wawasan masyarakat terhadap manfaat makan ikan dan pengetahuan varian produk olahan hasil perikanan.

 Pada umumnya produk olahan hasil perikanan yang diproduksi PIRT masih pada permasalahan tampilan kemasan produk, label jaminan kesehatan dan label halal produk serta ijin produksi.

 Pada umumnya produk olahan hasil perikanan yang diproduksi PIRT masih pada permasalahan tampilan kemasan produk, label jaminan kesehatan dan label halal produk serta ijin produksi.

 Ketersediaan sarana prasarana, mahalnya peralatan, kurangnya teknologi serta masalah kontinuitas suplai bahan baku menjadi kendala tersendiri dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan.

 Pemakaian bahan kimia berbahaya (formalin, borax, zat pewarna, CO, antiseptik, pestisida) serta bahan antibiotik (chloramphenol, Nitro Furans, OTC) dalam penanganan dan pengolahan ikan masih banyak dijumpai.

d. Bidang Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

Permasalahan IUU Fishing (Illegal, Unreported,

Unregulated) bagi pelaku usaha penangkapan ikan di

laut menjadi permasalahan tersendiri yang sampai saat ini masih dijumpai.

 Penggunaan alat/bahan/cara terlarang dalam usaha penangkapan ikan masih sering terjadi.

(35)

 Terbatasnya sarana, dan prasarana dalam rangka optimalisasi pengawasan SDKP terutama di perairan laut.

 Masih terjadinya konflik penangkapan ikan di perairan laut Kalimantan Selatan, antara nelayan lokal dan nelayan dari luar Kalimantan Selatan.

 Pembinaan Administrasi, Teknis, dan peran pengawasan bagi POKMASWAS binaan perlu ditingkatkan.

e. Pengembangan Sumberdaya Aparatur dan SDM Masyarakat Kelautan dan Perikanan

 Masih kurangnya jumlah tenaga syahbandar yang yang berada di pelabuhan perikanan. Sebagai contoh, syahbandar perikanan di PP Muara Kintap menangangi penerbitan SPB untuk Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kotabaru.

 Masih kurangnya tenaga PPNS dan Pengawas Perikanan di Kalimantan Selatan dalam rangka pengamanan dan pembinaan pengendalian dan pengawasan SDKP.

 Terbatasnya pengetahuan dan wawasan apatur dan nelayan/pembudidaya ikan/pengolah ikan dalam pemahaman dan pelaksanaan dinamika teknologi anjuran yang ditetapkan.

 Masih perlu digerakan dan dikembangkannya peran serta dan kemandirian masyarakat dalam partisipasi pengendalian dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan.

(36)

3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil kepala daerah Terpilih

Visi Kalimantan Selatan pada tahun 2016-2021 adalah: “Kalimantan Selatan Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri dan Berdaya Saing”

Didalam visi tersebut secara umum mengandung pengertian “Pembangunan Biru (blue development) Menuju Kedaulatan dan Kemapanan Berkelanjutan”, yang dijabarkan sebagai berikut :

1) Pembangunan Biru (blue development) adalah pembangunan yang memperhatikan keberadaan sumberdaya, mempertahankan keragaman (biodiversity), inovasi dan penciptaan lapangan kerja sekaligus melakukan upaya-upaya penyelamatan lingkungan (konservasi) dan meningkatkan jasa-jasa lingkungan.

2) Ekonomi biru (blue economy) yaitu sistem ekonomi berbasis inovasi yang memanfaatkan SDA secara produktif dan efisien, tidak menghasilkan limbah dan emisi; dan pada saat yang sama mampu menciptakan lapangan kerja, menghasilkan pertumbuhan ekonomi berkualitas, dan tidak memerlukan biaya tinggi.

3) Kedaulatan dan Kemampuan Berkelanjutan; yaitu Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang memperhatikan keseimbangan antara pencapaian aspek pertumbuhan ekonomi (economy growth), sekaligus memperhatikan pemerataan kesejahteraan (social equity) dan kelestarian dan keberlanjutan lingkungan (ecological

(37)

Gambar 2. Keterkaitan 3 Pilar Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Didalam Ekonomi Biru (blue economy) mengandung beberapa prinsip yaitu :

(1) Pemerataan distribusi kesejahteraan yaitu mengupayakan distribusi kesejahteraan yang adil didalam suatu daerah untuk mengurangi perbedaan antara si kaya dan si miskin dan mencapai keadilan sosial serta ekonomi yang berkelanjutan;

(2) Ekuitas dan keadilan ekonomi; (3) Ekuitas antar generasi;

(4) Pendekatan pencegahan yaitu melalui identifikasi resiko terhadap lingkungan, dampak lingkungan dan mencegah degradasi lingkungan;

(5) Hak untuk berkembang untuk semua komponen; (6) Adanya kerjasama internasional;

(7) Informasi, partisipasi dan akuntabilitas;

(8) Adanya Konsumsi dan produksi berkelanjutan; Pemerataan Kesejahteraan (Social Equity) Pertumbuhan Ekonomi (Eonomy Growth) Keberlanjutan Lingkungan (Ecological Sustainability)

(38)

(9) Strategis, terkoordinasi dan terintegrasi untuk memberikan perencanaan pembangunan berkelanjutan, ekonomi hijau dan pengentasan kemiskinan;

(10) Mendefinisikan kembali kesejahteraan; (11) Kesetaraan gender; serta

(12) Menjaga keanekaragaman hayati dan mencegah polusi dari setiap bagian dari lingkungan.

4) Ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi daerah sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan dan energi yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragama, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

- Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.

- Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.

(39)

pangan, mengembangkan kelembagaan pangan, dan mengembangkan usaha pegelolaan pangan.

Beberapa prinsip pembangunan yang memperhatikan aspek kesejahteraan, berdaya saing, berdikari, berkeadilan dan berkelanjutan yang merupakan aktualisasi dari visi Kalimantan Selatan MAPAN (Mandiri dan Terdepan) dapat disketsakan pada Gambar 3 berikut ini :

Gambar 3. Prinsip Pembangunan Kalsel MAPAN

Visi tersebut mengandung makna bahwa untuk mendukung Kalimantan Selatan yang Mapan (Mandiri dan Terdepan) terdapat limaelemen utama pembangunan yaitu aspek kesejahteraan, aspek berkeadilan, aspek berdikari, aspek berdaya saing dan aspek berkelanjutan. Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Berdikari Berdaya Saing Sejahtera Berkeadilan Berkelanjutan

(40)

Penjelasan dari masing-masing elemen adalah sebagai berikut:

(1) Kemandirian / Berdikari

Kemandirian pembangunan bermakna

terwujudnya kemampuan atau keberdayaan yang dapat membangun dan memelihara kelangsungan hidup berdasarkan kekuatan sendiri. Upaya peningkatan kesejahteraan rakyat haruslah dijalankan bersamaan dengan peningkatan kemandirian baik secara ekonomi, sosial, yang dapat dilihat dari kemandirian pembiayaan pembangunan, ketahanan pangan dan energi. Peningkatan kemandirian dapat diwujudkan oleh pemerintah provinsi dengan berbagai program pembangunan daerah untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran.Sampai saat ini kemiskinan dan pengangguran adalah hal yang berhubungan langsung dengan masalah pembangunan. Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, pemerintah harus mengembangkan sektor yang padat karya dengan tujuanuntuk meningkatkan dan memeratakan pendapatan masyarakat dengan alat ukur Mandiri Pengangguran (TPT), kemiskinan (jumlah dan tingkat kemiskinan) dan pemerataan pembangunan (Gini Rasio).

(2) Berdaya Saing

Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga

(41)

dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal. Provinsi Kalimantan Selatan pada periode ketiga RPJPD ingin mengembangkan tentang agrobisnis, hal ini dikarenakan Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu lumbung padi Nasional. Agrobisnis merupakan bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir. Agrobisnis terbagi dalam dua bidang yaitu peternakan dan budidaya. Di bidang peternakan misalnya, terdapat hewan-hewan yang bisa diambil manfaatnya, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, itik, bebek dan lain-lain. Sementara pada bidang budidaya, banyak jenis tanaman pangan yang dapat dibudidayakan, seperti durian, jeruk, rambutan, pepaya, dan lain-lain. Upaya pengembangan usaha pertanian dan turunannya berorientasi pada peningkatan produktivitas, kreatifitas dan inovatif, dengan memanfaatkan teknologi dan kualitas SDM masyarakat dalam mengelola sumber daya alam yang diukur dari pengeluaran konsumsi rumah tangga baik pangan dan non pangan.

(3) Berkeadilan

Tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera yang merata, materil dan spiritual berdasarkan Pancasila. Dikarenakan pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan masih terpusat di kota

(42)

Banjarmasin, maka pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan belum dapat dikatakan berkeadilan bagi seluruh masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk itu wilayah lainnya juga perlu dikembangkan selanjutnya walaupun sektor pertanian mendominasi roda perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan. Tetapi sektor lainnya tetap juga dikembangkan agar dapat menyerap tenaga kerja dan berperan serta dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, yang ditunjang dengan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di semua bidang pembangunan, (4) Sejahtera

Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama di dalam pembangunan. Pemerintah didalam setiap implementasi kebijakan selalu menjadikan kesejahteraan sebagai tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa indikator yang bisa dijadikan landasan bahwa kesejahteraan masyarakat mengalami penurunan. Indikator tersebut adalah terjadi perlambatan tingkat pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat Inflasi terutama untuk kelompok makanan, gagalnya kebijakan dan program pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat akibat ditundanya atau dihilangkannya program sosial.

(5) Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat,

(43)

sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Hal tersebut diatas terkandung dua gagasan penting yaitu gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial kaum miskin yang harus diberi prioritas utama dan gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebututuhan kini dan hari depan.

Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 tersebut, maka misi pembangunan Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan Sumberdaya Manusia Yang Agamis, Sehat, Cerdas dan Terampil;

2) Mewujudkan Tata kelola Pemerintahan Yang Profesional dan Berorientasi Pada Pelayanan Publik; 3) Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah Yang

Berbasis Kearifan Lokal;

4) Mengembangkan Infrastruktur Wilayah Yang Mendukung Percepatan Pengembangan Ekonomi Dan Sosial Budaya;

5) Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Yang Berbasis Sumberdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan;

(44)

Pada akhir masa jabatannya diharapkan Visi dan Misi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah terpilih dapat tercapai. Dalam implementasinya Program Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang dilaksanakan di lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan dapat mewujudkan tujuan pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya melaksanakan MISI kelima, yaitu : Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Berbasis Sumberdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan.

Adapun misi yang ingin dilaksanakan tersebut bertujuan untuk :

1) Meningkatkan daya saing Perekonomian

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan daerah disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu daerah. Perkembangan teknologi saat ini, menuntut adanya kesiapan masyarakat untuk menerima dan mengadaptasi perubahan secara global. Masyarakat harus mampu memanfaatkan kemajuan-kemajuan dari hasil implikasi langsung perkembangan teknologi. Untuk itu, upaya mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang mandiri dan berdaya saing tinggi menjadi tujuan yang tidak terpisahkan dari pembangunan daerah di tengah kemajuan teknologi saat ini. Untuk meningkatkan kualitas daya saing perekonomian masyarakat yang berkelanjutan maka perlu untuk dilakukan penggalangan partisipasi masyarakat secara aktif dan

(45)

membuka pintu kemitraan yang berasas “win-win

solution”.

Misi meningkatkan daya saing Perekonomian tersebut mempunyai sasaran untuk :

- Terwujudnya Mandiri Pangan

- Meningkatnya Kontribusi sektor pertanian

- Meningkatnya Kontribusi Sektor Industri, Perdagangan dan Jasa

- Meningkatnya Kontribusi Sektor Pariwisata

- Meningkatnya Nilai Investasi Dalam Aktivitas Perekonomian.

2) Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Tidak dapat dipungkiri, lingkungan yang sehat dan asri merupakan dambaan bagi semua orang. Secara sederhana kualitas lingkungan hidup diartikan sebagai keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung secara optimal bagi kelangsungan hidup manusia di suatu wilayah. Komponen-komponen di dalam lingkungan hidup yang membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Suatu ekosistem akan menjamin keberlangsungan kehidupan apabila lingkungan itu dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kebutuhan organisme. Lebih lanjut, guna mewujudkan lingkungan hidup yang sehat dan asri maka sasaran yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan ini adalah Menurunnya kerusakan dan pencemaran lingkungan dengan indikator Indeks Kualitas Lingkungan Hidup.

Untuk mencapai Misi Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Yang Berbasis Sumberdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan

(46)

yang dilaksanakan dengan 4 (empat) prioritas Utama yaitu: Prioritas Kalsel Sentra Pangan, Prioritas Kalsel Menuju Salah satu Destinasi Wisata Nasional, Prioritas Kalsel Menuju Daerah Industri, Perdagangan dan Jasa, dan Prioritas Kalsel Menuju Lingkungan Berkualitas.

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten/ Kota a. Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

Tahun 2015 – 2019

VISI KKP adalah “Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan indonesia yang mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan nasional”

MISI untuk mewujudkan visi pembangunan kelautan dan perikanan tersebut, maka misi yang diemban adalah :

Kedaulatan (Sovereighnty), yakni mewujudkan

pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaulat, guna menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya kelautan dan perikanan, dan mencerminkan kepribadian indonesia sebagai negara kepulauan

Keberlanjutan (sustainability), yakni mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan.

Kesejahteraan (Prosperity), yakni mewujudkan

masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju, mandiri serta berkepribadian dalam

(47)

Untuk menjabarkan misi pembangunan kelautan dan perikanan, maka tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah :

Kedaulatan (Sovereighnty), yakni:

 Meningkatkan pengawasan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan.

 Mengembangkan sistem perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil perikanan, dan keamanan hayati ikan.

Keberlanjutan (sustainability), yakni :

 Mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, konservasi dan keanekaragaman hayati laut.

 Meningkatkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan budidaya.

 Meningkatkan daya saing dan sistem logistik hasil kelautan dan perikanan.

Kesejahteraan (Prosperity), yakni :

 Mengembangkan kapasitas SDM dan pemberdayaan masyarakat

 Mengembangkan inovasi iptek kelautan dan perikanan Arah Kebijakan dan strategi KKP disusun dalam misi pembangunan kelautan dan perikanan sebagai berikut :

(48)

 Kebijakan Pokok

 Membangun kedaulatan yang mampu menopang kemandirian ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan, dilaksanakan dengan strategi :

Memberantas IUU Fishing.

 Meningkatkan sistem pengawasan SDKP terintegrasi.

 Mengembangkan sistem karantina ikan, pembinaan mutu, dan pengendalian keamanan hayati ikan.

 Membangun prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang bertanggungjawab, berdaya saing dan berkelanjutan, dilaksanakan dengan strategi :

 Mengoptimalkan pemanfaatan ruang laut dan pesisir.

 Mengelola sumberdaya ikan di 11 wilayah pengelolaan perikanan negara republik indonesia (WPPNRI).

 Mengendalikan sumberdaya perikanan tangkap.  Mengelola pemanfaatan perairan umum daratan

(PUD).

 Membangun kemandirian dalam budidaya perikanan.

 Meningkatkan sistem logistik hasil perikanan.  Meningkatkan mutu, diversifikasi dan akses pasar

produk kelautan dan perikanan.

(49)

 Membangun kemandirian pulau-pulau kecil.

 Meningkatkan pemberdayaan dan kemandirian dalam menjaga keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan, dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut :

 Memberi perlindungan kepada nelayan, pembudidaya ikan dan petambak garam

 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan

 Meningkatkan usaha dan investasi kelautan dan perikanan

 Meningkatkan kompetensi masyarakat KP melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan

 Mengembangkan inovasi IPTEK bidang kelautan dan perikanan

 Kebijakan Lintas Bidang

 Pengarusutamaan gender dibidang kelautan dan perikanan akan dilaksanakan dengan strategi meningkatkan peran, akses, kontrol dan manfaat gender dalam pembangunan KP.

 Pembangunan kewilayahan akan dilaksanakan dengan strategi mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah.

 Adaptasi perubahan iklim akan dilaksanakan dengan strategi :

 Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

 Peningkatan ketahanan masyarakat KP terhadap perubahan iklim.

(50)

 Tata kelola pemerintahan yang baik, strategi dan langkah yang akan ditempuh adalah

 Membangun budaya kerja yang profesional.  Meningkatkan kualitas pengawasan internal. b. Renstra Pembangunan Perikanan Kabupaten/Kota

Dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan kabupaten/kota yang beragam dan kompleks, maka penyusunan renstra provinsi diorientasikan sebagai jembatan koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan perikanan di kabupaten/kota. Demikian juga sebaliknya, penyusunan renstra kabupaten/kota seyogyanya berisikan tentang kebijakan pembangunan yang mendukung suksesnya pembangunan kelautan dan perikanan di Provinsi Kalimantan Selatan.

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Dari sisi penataan ruang dan KLHS, Kalimantan Selatan dalam 20 tahun kedepan sesuai Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kalimantan Selatan Tahun 2015 - 2035 perlu diperhatikan dinamika di daerah yang menjadi perhatian dalam pengembangan aktivitas ekonomi terutama sektor perikanan dan kelautan, antara lain :

 Ruang lingkup wilayah administrasi penataan ruang wilayah Daerah meliputi wilayah daratan seluas kurang lebih 3.728.039 hektar dan wilayah laut yang dibatasi dengan titik koordinat :

(51)

 117°27’29,86” Bujur Timur - 5°6’5,79” Lintang Selatan;

 114°20’53,10” Bujur Timur - 117°27’29,86” Bujur Timur;

 1°18’42,80” Lintang Selatan - 5°6’5,79” Lintang Selatan.

dengan batas wilayah administrasif :

 sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur;

 sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa.

 sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah; dan

 sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar.  Ruang Rencana pengembangan kawasan perikanan dan

kelautan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf c adalah seluas kurang lebih 9.720 hektar dikembangkan di seluruh wilayah Daerah, terdiri atas:

 kawasan peruntukan perikanan tangkap tersebar pada wilayah pantai selatan dan timur Kalimantan Selatan;  kawasan peruntukan budidaya laut, tersebar di:

 Kabupaten Kotabaru;

 Kabupaten Tanah Bumbu; dan  Kabupaten Tanah Laut.

 kawasan peruntukan budidaya tambak tersebar pada di:

 Kabupaten Tanah Laut;  Kabupaten Tanah Bumbu;  Kabupaten Kotabaru; dan  Kabupaten Barito Kuala.

(52)

 kawasan peruntukan reservat konservasi perikanan darat, yaitu:

 Danau Panggang; dan  Danau Bangkau.

 kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tersebar di seluruh kabupaten/kota.

 kawasan peruntukan pendaratan ikan tersebar di:  Kabupaten Barito Kuala;

 Kabupaten Banjar;  Kabupaten Tanah Laut;  Kabupaten Tanah Bumbu;  Kabupaten Kotabaru;

 Kabupaten Hulu Sungai Tengah; dan  Kabupaten Hulu Sungai Utara.

 kawasan peruntukan pelabuhan perikanan, yaitu:  Aluh-Aluh di Kabupaten Banjar;

 Muara Kintap di Kabupaten Tanah Laut;  Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu;  Stagen di Kabupaten Kotabaru;

 Sei Telan di Kabupaten Barito Kuala

 kawasan peruntukan budidaya perairan umum (air tawar) tersebar di seluruh kabupaten/kota yaitu:  Kabupaten Banjar;

 Kota Banjarmasin;

 Kabupaten Barito Kuala;  Kabupaten Tapin;

 Kabupaten Hulu Sungai Selatan;  Kabupaten Hulu Sungai Tengah;  Kabupaten Hulu Sungai Utara;  Kabupaten Tabalong;

(53)

 Kabupaten Tanah Laut;  Kabupaten Tanah Bumbu;  Kabupaten Balangan;  Kabupaten Kotabaru.

3.5. Penentuan Isu-isu Strategis

Berikut dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan isu-isu strategis yang berkaitan dengan pembangunan kelautan dan perikanan di Kalimantan Selatan :

Isu-isu Umum

Isu-isu umum dikaitkan dengan pemberlakuan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut :

 Kejelasan pembagian kewenangan yang dilaksanakan oleh provinsi dan kabupaten/kota;

 Penyesuaian atas perubahan nomenklatur dan struktur organisasi perangkat daerah;

 Kompleksitas proses penyelesaian urusan yang bekaitan dengan peralihan P3D (Personil, Prasarana, Pembiayaan, Dokumen).

Isu-isu Teknis

 Pembangunan yang berbasis pada payung hukum pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan tetap memperhatikan pengembangan perikanan darat;

 Penyusunan dokumen Peraturan Daerah tentang Ruang Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

(54)

 Penyusunan telaahan akademis tentang penetapan data potensi lestari (MSY) dan Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) di perairan laut dan perairan umum sebagai penentu dasar penetapan kebijakan;

 Pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau Kecil;

 Fasilitasi dan rekomendasi pelayanan dan pengembangan usaha perikanan yang dilaksanakan oleh Dinas kabupaten/kota yang membidangi perikanan.

(55)

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

4.1. Visi dan Misi a. Visi

Visi Kalimantan Selatan pada tahun 2016-2021 adalah untuk mewujudkan “Kalimantan Selatan Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri dan Berdaya Saing”

b. Misi

Melaksanakan MISI kelima, yaitu : Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Berbasis Sumberdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan.

4.2. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

Meningkatkan daya saing perekonomian sektor kelautan dan perikanan yang dibarengi dengan upaya kelestarian lingkungan sumberdaya kelautan dan perikanan.

(56)

b. Sasaran

 Terwujudnya mandiri pangan berbasis komoditas kelautan dan perikanan;

 Tercapainya peningkatan kualitas lingkungan ekosistem dan biota sumberdaya kelautan dan perikanan.

Berikut tujuan dan sasaran jangka menengah pembangunan kelautan dan perikanan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 – 2021 :

(57)

Tabel 5. Tujuan dan sasaran pembangunan kelautan dan perikanan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 – 2021

TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET KINERJA SASARAN TAHUNAN

2016 2017 2018 2019 2020 2021 14Meningkatkan daya saing perekonomian sektor kelautan dan perikanan yang dibarengi dengan upaya kelestarian lingkungan sumberdaya kelautan dan perikanan Terwujudnya mandiri pangan berbasis komoditas kelautan dan perikanan

Meningkatnya Produksi Kelautan

dan Perikanan (ton), dalam rangka : 384.000 389.000 395.000 401.000 408.000 415.000

 Peningkatan Produksi Perikanan

Tangkap (ton) 250.000 252.000 254.000 256.000 258.000 260.000

 Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya (ton)

134.000 137.000 141.000 141.000 150.000 1.55.000

Meningkatnya Angka Konsumsi Ikan Masyarakat, dalam rangka :

 Peningkatan Angka Konsumsi

Ikan per Kapita (kg/kapita) 48,50 49,50 50,50 51,50 52,50 53,20

Tercapainya peningkatan kualitas lingkungan ekosistem dan biota sumberdaya

kelautan dan perikanan

Meningkatkan Rehabilitasi Kawasan Pesisir, laut, dan Pulau-pulau Kecil yang Rusak, dalam rangka :

 Peningkatan luas kawasan mangrove yang direhabilitasi (Ha)

56 58 61 63 66 69

 Peningkatan luas terumbu karang yang direhabilitasi (Ha)

5 7 8 10 11 12

Meningkatkan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, dalam rangka :

 Penurunan kasus illegal Fishing (kasus)

22 21 20 19 18 17

 Peningkatan Pelaku Usaha yang Patuh (%)

Gambar

Gambar 1.  Bagan Struktur Organisasi  Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan SEKRETARIAT SUB BAGIAN           KEUANGAN DAN ASET SUB BAGIAN             PERENCANAAN DAN PELAPORAN  SUB BAGIAN                 UMUM DAN KEPEGAWAIAN KELOMPOK JAB
Tabel 1. Kualifikasi SDM Aparatur
Tabel 2. Eksisting Aset/Modal
Tabel 3. Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tahun ini dianggap penting oleh masyarakat karena terkait dengan adanya Proyek DAS Krueng Aceh yang diduga sangat berpengaruh secara drastis kepada perubahan kondisi

Dari semua sikap penerimaan atau respon lingkungan hidup subyek baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah memberikan pelabelan kepada subyek

Pertama, mereka bisa mendapatkannya dalam kebiasaan bertanya &#34;Apa yang ditunjukan oleh data?&#34; Ketika dihadapkan dengan sebuah keputusan penting dan menindaklanjuti

Membantu perijinan siswa 5 Jum’at 9 September 2016 07.15-08.45 Upacara Hari Olahraga Nasional. Upacara dalam rangka memperingati hari olahraga nasional dan

Borang Program Studi Magister Teknik Sipil Unud Tahun 2016 iii 7.1 Penelitian Dosen Tetap Yang Bidang Keahliannya Sesuai Dengan PS Dalam Tiga.. Tahun

Hasil penelitian observasi mengani peningkatan keaktifan siswa pada materi mata pelajaran Bahasa Inggris melalui penerapan strategi belajar aktif kooperatif Team

Tetapi, apabila kegiatan dan operasi yang berkaitan atau aspek lingkungan penting belum diidentifikasi (lihat Prinsip 2) atau prosedur yang terdokumentasi belum tersedia

oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya//Pendidikan tidak dapat