MENINGITIS
MENINGITIS
BAKTERIALIS
BAKTERIALIS
BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
FK UKI
FK UKI
Pendahuluan
Pendahuluan
Meningitis bakterialis merupakan penyakit yangMeningitis bakterialis merupakan penyakit yang
mengancam nyawa yang disebabkan infeksi
mengancam nyawa yang disebabkan infeksi
bakteri pada meninges (selaput otak).
bakteri pada meninges (selaput otak).
Mayoritas pasien berumur < 5 tahun, 70%-nyaMayoritas pasien berumur < 5 tahun, 70%-nya
berusia < 2 tahun. Sejak vaksinasi untuk
berusia < 2 tahun. Sejak vaksinasi untuk
Haemophilus influenzae
Haemophilus influenzae type b dilakukan type b dilakukan
secara rutin, insidens meningitis bakterialis
secara rutin, insidens meningitis bakterialis
menurun tajam.
menurun tajam.
Faktor predisposisi : infeksi pernafasan, otitisFaktor predisposisi : infeksi pernafasan, otitis
media, mastoiditis, trauma kepala, HIV, dan
media, mastoiditis, trauma kepala, HIV, dan
keadaan defisiensi imun lainnya.
Pendahuluan
Pendahuluan
Meningitis bakterialis merupakan penyakit yangMeningitis bakterialis merupakan penyakit yang
mengancam nyawa yang disebabkan infeksi
mengancam nyawa yang disebabkan infeksi
bakteri pada meninges (selaput otak).
bakteri pada meninges (selaput otak).
Mayoritas pasien berumur < 5 tahun, 70%-nyaMayoritas pasien berumur < 5 tahun, 70%-nya
berusia < 2 tahun. Sejak vaksinasi untuk
berusia < 2 tahun. Sejak vaksinasi untuk
Haemophilus influenzae
Haemophilus influenzae type b dilakukan type b dilakukan
secara rutin, insidens meningitis bakterialis
secara rutin, insidens meningitis bakterialis
menurun tajam.
menurun tajam.
Faktor predisposisi : infeksi pernafasan, otitisFaktor predisposisi : infeksi pernafasan, otitis
media, mastoiditis, trauma kepala, HIV, dan
media, mastoiditis, trauma kepala, HIV, dan
keadaan defisiensi imun lainnya.
Etiologi
Etiologi
Haemophilus influenzae type BHaemophilus influenzae type B
Neisseria meningitidisNeisseria meningitidis
Epidemiologi
Neonatus : 0,25 – 1 per 1000 kelahiran
Bayi aterm : 0,15 kasus per 1000 kelahiran Prematur : 2,5 kasus per 1000 kelahiran
Mayoritas pasien berumur < 5 tahun, 70%-nya
Perubahan postural dan kesadaran, gangguan neurologis.
Patofisiologi
Bakteri, fokus infeksi parameningeal Rongga subarakhnoid hematoge n Respons inflamasi di pembuluh darah kortikal IL-1, TNF- Proliferasi sel endotel arteri/vena Trombi mural obstruksi LCS EDEMA OTAK TIK Herniasi unkus Ekskresi ADH SIADH (syndrome of inappropriate diuretic hormone) Midline shift Herniasi girus parahipokampus/ serebelum Kejang fokal/ umum Respira-tory/card iac arrestPatofisiologi pada neonatus
Bakteri dari traktus genitalia ibu dapat dengan mudah
menginfeksi bayi setelah selaput ketuban pecah. Group B streptococci, batang gram negatif enterik, dan Listeria
monocytogenics dapat mencapai janin infeksi.
Neonatus juga terpapar bakteri patogen dari lingkungan. Bakteri mencapai meninges secara hematogen dan
menyebabkan inflamasi.
Setelah mencapai LCS, bakteri menyebar menuju sinus longitudinal dan lateral dari meninges, plexus choroideus, dan ventrikel.
IL-1 dan TNF- juga memperantarai reaksi inflamasi lokal dengan merangsang aktivitas fosfolipase A2, memulai
produksi platelets activating factors dan jalur asam arakhidonat
Patofisiologi pada neonatus (2)
Dengan mengaktivasi adhesion-promoting receptors pada sel endotel, sitokin-sitokin ini akan menarik leukosit enzim proteolitik dari leukosit menyebabkan perubahan permeabilitas sawar
darah-otak, aktivasi kaskade pembekuan darah, edema otak dan kerusakan jaringan.
Inflamasi pada meninges dan ventrikel menimbulkan respons PMN, peningkatan kadar protein LCS, dan utilisasi glukosa di LCS.
Perubahan akibat peradangan dan destruksi jaringan membentuk empyema dan abses, terutama oleh gram negatif. Eksudat
peradangan yang kental membendung aquaduct Sylvius dan jalur LCS lainnya hidrosefalus obstruktif dan komunikans.
Anamnesa
Neonatus :
Tidak mau makan, apati, demam, hipotermi, kejang,
pucat, menangis spt merintih.
Bayi dan Anak :
kejang, fotofobia, sakit kepala, anoreksia, mual
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda kardinal :, kaku kuduk, demam. Kelainan kulit : rash makulopapular, petekia Adanya fokus infeksi di tempat lain
Kejang fokal/umum (33% pasien)
Gejala gangguan neurologik dan sistemik
(demam)
6% ditemukan koagulopati intravaskuler
Pemeriksaan Penunjang
Lab darah lengkap, urin lengkap
Pungsi lumbal kultur LCS
Dgn Lumbal Punksi jml sel
100-10.000/mm3, dgn htg jenis predominan sel PMN, protein 200-500 mg/dl, glukosa <40 mg/dl
Diagnosis Banding
P u r u l en t a Vi r u s T b c
Jumlah sel >1000 >300 <1000 Sel predominan PMN PMN Limfosit
Gram + - -Glukosa / N ▼ Protein / N ▲ Kultur + - + warna Ovalesen-jernih jernih Jernih-xantokrom
Penatalaksanaan
Diawali dgn terapi empiris lalu disesuaikan dgn
hsl biakan & uji resistensi
Terapi empiris
antibiotik
1-3 bln Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hr setiap 4 jam i.v. atau Sefotaksim 200 mg/kgBB/hr setiap 6 jam i.v. Atau Seftriakson 100 mg/kgBB/hr setiap 12 jam i.v. > 3 bln Sefotaksim 200 mg/kgBB/hr setiap 6-8 jam i.v. Atau Seftriakson 100 mg/kgBB/hr setiap 12 jam i.v. Atau Ampisilin 200 mg/kgBB/hr setiap 6 jam i.v. Plus Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hr setiap 6 jam
Penatalaksanaan
Anti radang (deksametason)
0,6 mg/kgbb/hr dibagi 4 dosis untuk 2 hr pertama (rekomendasi American Academy of Pediatrics).
Antikonvulsan Phenytoin (Dilantin) 15-20 mg/kg/IV
dgn kecepatan 1 mg/kg/min, tidak melebihi 50 mg/min)
Body Weight <2000 g Body Weight <2000 g Body Weight >2000 g Body Weight >2000 g Antibiotic Route of Admi nistra tion Age 0-7 Days
Age >7 Days Age 0-7 Days Age >7 Days Penicillins Ampicillin IV, IM 2x100 mg 3x150mg 3 x 150 mg 4 x 300 mg Penicillin-G IV 2x100,000 U 3x150,000 U 3x150,000 U 4x250,000 U Oxacillin IV, IM 2x100 mg 3x150 mg 3x150 mg 4x200mg Ticarcillin IV, IM 2x150 mg 3x 225 mg 3x225 mg 4x300 mg Cephalosporins Cefotaxime IV, IM 2x 100 mg 3x150 mg 12x 100mg 3x150 mg Ceftriaxone IV, IM 1x50 mg 1x75 mg 1x50 mg 1x75 mg Ceftazidime IV, IM 2x 100mg 3x150 mg 3x100 mg 3x150 mg
Antibiotic Dose (mg/kg/d) Maximum Daily Dose Dosing Interval Ampicillin 400 10 g 6h Vancomycin 60 4 g 6h Penicillin G 250,000 U 24 million 6h Cefotaxime 200-300 12 g 6h Ceftriaxone 100 4 g q12h Chlorampheni col** 100 4 g 6h Ceftazidime 150 6 g 8h Cefepime* 100 4 g 12h Imipenem 60 4 g 6h Meropenem 120 6 g 8h Rifampin 20 600 mg 12h
Pencegahan
Imunisasi :
Vaksin Hemophilus influenzae Tipe B Vaksin pneumococcal (Prevnar)
Komplikasi
Sekuele terjadi pada 30% pasien
Sekuele SSP
Gangguan pendengaran Sekuele motorik
MENINGITIS
DEFINISI
RADANG SELAPUT OTAK YANG
MENGENAI SUBARACHNOID DAN
PIAMATER AKIBAT KOMPLIKASI
Epidemiologi
Tersering pada umur 6 bln-6 thn
Insidensnya tergantung pada: sosial
ekonomi, kesehatan masyarakat, umur, status gizi, faktor genetik.
Pada negara maju: 1 diantara 300
PATOGENESIS
FOKUS INFEKSI DI PARU- PARU ↓
M.TBC
KELENJAR LIMFE REGIONAL DUCTUS TORASICUS TBC MILIER
↓ DARAH
↓
JARINGAN OTAK ↓
TUBERKEL PADA PERMUKAAN OTAK ↓
PECAH (TRAUMA/ FAKTOR IMUNOLOGIS) ↓
RONGGA SUBARACHNOID/ VENTRIKEL ↓
REAKSI PERADANGAN → MULA-MULA DISEKITAR TUBERKEL → SELANJUTNYA : - EPENDYM
- SELAPUT OTAK PADA DASAR OTAK
↓
Anamnesa
Adanya riwayat demam kronis/akut Kejang
Penurunan kesadaran
Riwayat penurunan berat badan Belum pernah Imunisasi BCG
Kontak dgn penderita TBC dewasa Batuk yang lama
Pemeriksaan fisik
Rangsang meningeal +
Reflek tendo meningkat
Ubun-ubun besar menonjol
Strabismus dan nistagmus
Pupil anisokor
Keratitis fliktenularis
GAMBARAN KLINIS
1. STADIUM PRODORMAL
BARU TERJADI IRITASI SELAPUT OTAK, DITANDAI DENGAN :
- KENAIKAN SUHU TIDAK TERLALU TINGGI
- ANAK GELISAH, APATIS - ANOREKSIA, OBSTIPASI
GAMBARAN KLINIS
2. STADIUM TRANSISI DENGAN KEJANG - GEJALA RANGSANG MENINGEAL(+)
KAKU KUDUK → OPISTHOTONUS - REFLEK TENDO MENINGKAT
- UBUN-UBUN BESAR MENONJOL - KELUMPUHAN SARAF MATA →
STRABISMUS DAN NISTAGMUS - SUHU TUBUH MENIGKAT
GAMBARAN KLINIS
3. STADIUM TERMINAL- KOMA LEBIH DALAM
- PUPIL MIDRIASIS , RC (-)
- NADI DAN PERNAPASAN TIDAK TERATUR
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan LCS (tes Pandy) jernih/santokrom, sel
meningkat sampai 500 sel/mm3, htg jns predominan sel limfosit, protein sampai 500 mg/dl, glukosa di bwh normal
Darah perifer : sel Mononuklear meningkat.
Foto Toraks menunjukkan adanya peny TBC
CT-SCAN tdp lesi parenkim pd dasar otak, infark dan
tuberkuloma
MRI
EEG menunjukkan perlambatan irama dasar, dpt
disertai gelombang epileptiform
PCR
LABORATORIUM
LUMBAL PUNKSI → LCS : BERWARNA JERNIH, OPALESEN ATAU
XANTOCHROM
TEKANAN DAN JUMLAH SEL
MENINGKAT TERUTAMA LIMFOSIT
KADAR PROTEIN MENINGKAT
KADAR GLUKOSA MENURUN
DIAGNOSIS
Ditentukan berdasarkan :
Anamnesa
Pemeriksaan jasmani Pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS PASTI HANYA DAPAT DITEGAKKAN BILA DITEMUKAN KUMAN TBC DALAM CAIRAN OTAK
KOMPLIKASI
CACAT NEUROLOGIS BERUPA
PARESIS, PARALISIS SAMPAI DESEREBRASI
HIDROCEPHALUS
BUTA DAN TULI
THERAPI
1. KOMBINASI OBAT ANTI TBC
INH
RIFAMPISIN PIRAZINAMID ETAMBUTOL
2. KORTIKOSTEROID
PREDNISON 2-3 mg/KgBB/hr SELAMA 2-4 MINGGU KEMUDIAN DITURUNKAN 1 mg/KgBB/hr SETIAP 1-2 MINGGU
3. PENGOBATAN SIMPTOMATIK BILA TERDAPAT
KEJANG
4. KOREKSI DEHIDRASI 5. FISIOTHERAPI
PENGOBATAN
1. Bed rest
2. Kombinasi OAT (INH, Rifampisin, dan
Pirazinamid)
INH=10-20 mg/kgBB/hari, dosis max 300
mg/hari (oral)
Rifampisin=10-20 mg/kgBB/hari,
(oral ½ - 1 jam sebelum makan)
Pengobatan.
Etambutol=15-25 mg/kgBB/hari utk 2 bln
pertama lalu dilanjutkan 15 mg/kgBB/hari
Obat pilihan kedua :
Ethionamide
Cycloserine
Ofloxacine
Pengobatan
3. Kortikosteroid : Prednison 2-3
mg/kgBB/hari selama 2-4 mgg lalu diturunkan secara bertahap
4. Antikonvulsan : Diazepam 0,3-0,5
mg/kgBB/hari
5. Koreksi cairan
6. Pembedahan
Komplikasi
Hemiparesis Paralisis
Hidrosefalus Buta atau tuli Deserebrasi
Iskemia dan infark otak Ensefalopati tuberkulosis Tuberculoma
Pencegahan
Vaksin BCG
INH kemoprofilaksis 10 mg/kgBB/hari
(3 bln setelah kontak terakhir)
PROGNOSIS
Faktor umur :- < 3 thn, prognosa buruk
DENGAN OBAT ANTI TBC MORTALITAS DAPAT DITURUNKAN 10-50%