Dampak dari Konglomerasi Media Massa di Indonesia Terhadap Opini dan Perilaku Khalayak Dampak dari Konglomerasi Media Massa di Indonesia Terhadap Opini dan Perilaku Khalayak
Media massa merupakan sebuah pilar negara dalam m
Media massa merupakan sebuah pilar negara dalam m enciptakan dan mempertahankan demokrasi.enciptakan dan mempertahankan demokrasi. Sejarah media massa di Indonesia
Sejarah media massa di Indonesia sebenarnya dimulai setelah berakhirnya orde baru, dimana ordesebenarnya dimulai setelah berakhirnya orde baru, dimana orde reformasi muncul kebebasan pada pihak swasta dalam
reformasi muncul kebebasan pada pihak swasta dalam membangun media sebagai bentukmembangun media sebagai bentuk pengawasan sosial dan alat kontrol
pengawasan sosial dan alat kontrol Negara. Dengan adanya kebebasan media massa maka akhirnyaNegara. Dengan adanya kebebasan media massa maka akhirnya mengalami pergeseran ke arah liberal sampai
mengalami pergeseran ke arah liberal sampai pada beberapa tahun belakangan ini. Kebebasanpada beberapa tahun belakangan ini. Kebebasan teresbut menandai adanya kebebasan pers yang terdiri dari dua jenis : Kebebasan Negatif dan teresbut menandai adanya kebebasan pers yang terdiri dari dua jenis : Kebebasan Negatif dan Kebebasan Positif. Kebebasan negatif merupakan kebebasan yang berkaitan
Kebebasan Positif. Kebebasan negatif merupakan kebebasan yang berkaitan dengan masyarakatdengan masyarakat dimana media massa itu hidup, kebebasan dari
dimana media massa itu hidup, kebebasan dari interfensi pihak luar organisasi media massa yanginterfensi pihak luar organisasi media massa yang berusaha mengendalikan, membatasi atau mengarahkan media massa tersebut. Kebebasan positif berusaha mengendalikan, membatasi atau mengarahkan media massa tersebut. Kebebasan positif merupakan kebebasan yang dimiliki media massa secara orga
merupakan kebebasan yang dimiliki media massa secara orga nisasi dalam menentukan isi media,nisasi dalam menentukan isi media, berkaitan dengan pengendalian yang dijalankan oleh
berkaitan dengan pengendalian yang dijalankan oleh pemilik media dan manajer media terhadappemilik media dan manajer media terhadap para produser, penyunting serta kontrol yang
para produser, penyunting serta kontrol yang dikenakan oleh para penyunting terhadapdikenakan oleh para penyunting terhadap karyawannya. Akibat kebebasan per s positif
karyawannya. Akibat kebebasan per s positif dan perlunya dana besar dalam menjalankan bisnisdan perlunya dana besar dalam menjalankan bisnis media massa, maka sekarang ini sangat
media massa, maka sekarang ini sangat dekat bahwa media massa Indonesia tidak lepas dan dekat bahwa media massa Indonesia tidak lepas dan jauhjauh dari or
dari orang dibelakangnya yang memilikinya. “konglomerasi media Indonesia”, dimana terdapat 12ang dibelakangnya yang memilikinya. “konglomerasi media Indonesia”, dimana terdapat 12 group media besar, dari 12 group perusahaan media massa itu, Mengutip dari Usman KS (Ekonomi group media besar, dari 12 group perusahaan media massa itu, Mengutip dari Usman KS (Ekonomi Media, 2009, h. 26), Saat ini, di Indonesia terdapat 5 pesaing dalam konglomerasi media TV, yaitu Media, 2009, h. 26), Saat ini, di Indonesia terdapat 5 pesaing dalam konglomerasi media TV, yaitu MNC Group (RCTI, MNC TV, Global TV), Trans Corps (TransTV, Trans7), Surya Citra Media (SCTV, MNC Group (RCTI, MNC TV, Global TV), Trans Corps (TransTV, Trans7), Surya Citra Media (SCTV, Indosiar), Bakrie Group (TvOne, Antv), dan Metro TV. Konglomerasi industri cetak, dikuasai oleh Indosiar), Bakrie Group (TvOne, Antv), dan Metro TV. Konglomerasi industri cetak, dikuasai oleh TEMPO Group, Jawa Post, dan Gramedia Group. Untuk konglomerasi radio, ada Trijaya group dan TEMPO Group, Jawa Post, dan Gramedia Group. Untuk konglomerasi radio, ada Trijaya group dan Radio Dangdut TPI dibawah kekuasaan MNC.
Radio Dangdut TPI dibawah kekuasaan MNC. Kepemilikan banyak media di satu grup bukan sajaKepemilikan banyak media di satu grup bukan saja mendatangkan keuntungan finansial namun juga berpotensi untuk mendominasi opini publik, mendatangkan keuntungan finansial namun juga berpotensi untuk mendominasi opini publik, karena media massa sekarang merupakan sebuah mainstream yang menjadi arus informasi utama karena media massa sekarang merupakan sebuah mainstream yang menjadi arus informasi utama masyarakat di Indonesia (Cahyadi, 2012).
masyarakat di Indonesia (Cahyadi, 2012).
Dalam perspektif Marxian, media massa berpotensi menyebarkan ideologi dominan. Ideologi Dalam perspektif Marxian, media massa berpotensi menyebarkan ideologi dominan. Ideologi dominan biasanya disebarkan oleh orde yang
dominan biasanya disebarkan oleh orde yang berkuasa dalam rangka mengekalkan kekuasaannya.berkuasa dalam rangka mengekalkan kekuasaannya. Keperpihakan media terhadap sejumlah kekuasaan merupakan bentuk dari hegemoni. Konglomerasi Keperpihakan media terhadap sejumlah kekuasaan merupakan bentuk dari hegemoni. Konglomerasi media massa akan senantiasa menjadi ajang hegemoni bagi
media massa akan senantiasa menjadi ajang hegemoni bagi kelompok yang berkuasa artinyakelompok yang berkuasa artinya masyarakat patuh pada pada kehendak penguasa dan mereka
masyarakat patuh pada pada kehendak penguasa dan mereka secara tidak sadar berpartisipasisecara tidak sadar berpartisipasi dalam rangka kepatuhan tersebut. Dalam rangka
dalam rangka kepatuhan tersebut. Dalam rangka mengekalkan kekuasaan tersebut, kelompok yangmengekalkan kekuasaan tersebut, kelompok yang dominan melalui media cenderung menyuarakan kepentingannya dan berusaha agar
dominan melalui media cenderung menyuarakan kepentingannya dan berusaha agar kelas lain turutkelas lain turut serta berpartisipasi dengan sukarela, atau tanpa mereka
serta berpartisipasi dengan sukarela, atau tanpa mereka sadari dan itulah yang disebut sebagaisadari dan itulah yang disebut sebagai hegemoni. Media massa tidak pernah lepas dari
hegemoni. Media massa tidak pernah lepas dari intervensi pemilik modal yang dikuasai olehintervensi pemilik modal yang dikuasai oleh segelintir orang yang memiliki beragam
segelintir orang yang memiliki beragam kepentingan seperti kepentingan ekonomi, politik dankepentingan seperti kepentingan ekonomi, politik dan ideologi tertentu.
ideologi tertentu.
Konglomerasi media makin disuburkan oleh revolusi teknologi informasi yang ditandai oleh Konglomerasi media makin disuburkan oleh revolusi teknologi informasi yang ditandai oleh
kehadiran internet dan digitalisasi data dan informasi. Situasi ini membuka peluang bagi terjadinya kehadiran internet dan digitalisasi data dan informasi. Situasi ini membuka peluang bagi terjadinya konvergensi (penggabungan) media. Ada tiga
konvergensi (penggabungan) media. Ada tiga bentuk konvergensi media, yaitu:bentuk konvergensi media, yaitu: a. Konvergensi telematika yang ditandai
a. Konvergensi telematika yang ditandai oleh penggabungan berbagai bentuk saluran mediaoleh penggabungan berbagai bentuk saluran media konvensional (cetak dan elektronik) ke dalam suatu media tunggal. Data dan informasi yang konvensional (cetak dan elektronik) ke dalam suatu media tunggal. Data dan informasi yang
disuguhkan melalui suratkabar dan televisi, misalnya, bisa dia
disuguhkan melalui suratkabar dan televisi, misalnya, bisa dia kses secara online melalui internetkses secara online melalui internet maupun telepon genggam. Berbagai layanan i
maupun telepon genggam. Berbagai layanan i nformasi yang dulunya disajikan melalui beberapanformasi yang dulunya disajikan melalui beberapa media konvensional dapat disuguhkan dalam satu media tunggal.
media konvensional dapat disuguhkan dalam satu media tunggal. b. Konvergensi kepemilikan media yang ditandai
b. Konvergensi kepemilikan media yang ditandai oleh kepemilikan beberapa media oleh satu grupoleh kepemilikan beberapa media oleh satu grup usaha. Seorang pengusaha media memiliki beberapa jenis media
usaha. Seorang pengusaha media memiliki beberapa jenis media sekaligus, baik media cetak,sekaligus, baik media cetak, televisi, radio, maupun media daring. Argumen
televisi, radio, maupun media daring. Argumen efisiensi dan taktik bisnis melatarbelakangiefisiensi dan taktik bisnis melatarbelakangi konvergensi jenis ini. Hal i
konvergensi jenis ini. Hal ini berdampak pada pemusatan kepemilikan media pada beberapa gelintirni berdampak pada pemusatan kepemilikan media pada beberapa gelintir pengusaha media.
pengusaha media.
c. Konvergensi kepemilikan silang bisnis media
c. Konvergensi kepemilikan silang bisnis media dan nonmedia yang ditengarai oleh kepemilikandan nonmedia yang ditengarai oleh kepemilikan media oleh pengusaha-pengusaha bermodal kuat yang dekat dengan k
media oleh pengusaha-pengusaha bermodal kuat yang dekat dengan k omunitas politik dan memilikiomunitas politik dan memiliki bisnis nonmedia (properti dan tambang, misalnya). Mereka terjun
bisnis nonmedia (properti dan tambang, misalnya). Mereka terjun ke bisnis media dan, denganke bisnis media dan, dengan demikian, memiliki kapasitas yang besar untuk “mengintervensi” proses pembentukan opini publik demikian, memiliki kapasitas yang besar untuk “mengintervensi” proses pembentukan opini publik melalui media yang dimilikinya, utamanya ketika wacana
melalui media yang dimilikinya, utamanya ketika wacana publik tengah mempersoalkan bisnispublik tengah mempersoalkan bisnis nonmedia dari pemilik media.
nonmedia dari pemilik media. Pada era Orde Baru,
Pada era Orde Baru, kepemilikan media didominasi oleh pemerintah otoriter untuk membungkamkepemilikan media didominasi oleh pemerintah otoriter untuk membungkam kritik warganya maka, di
kritik warganya maka, di era reformasi kepemilikan media berpusat pada segelintir pengusaha kayaera reformasi kepemilikan media berpusat pada segelintir pengusaha kaya di Indonesia. Sebagian besar dari
di Indonesia. Sebagian besar dari mereka selain menjalankan bisnis media massa, tidak sedikit jugamereka selain menjalankan bisnis media massa, tidak sedikit juga yang menguasai bisnis lainnya dengan menggunakan media massa
yang menguasai bisnis lainnya dengan menggunakan media massa sebagai alat promosi ataupunsebagai alat promosi ataupun pembentuk citra dan opini dari bisinis mereka lainnya bahkan sampai pada ranah politik, dimana pembentuk citra dan opini dari bisinis mereka lainnya bahkan sampai pada ranah politik, dimana media massa digunakan sebagai media propaganda
media massa digunakan sebagai media propaganda dan kampanye politik. Pemberitaandan kampanye politik. Pemberitaan dimanfaatkan oleh pemilik modal untuk menekan kelompok
dimanfaatkan oleh pemilik modal untuk menekan kelompok lawan, baik untuk kepentingan politiklawan, baik untuk kepentingan politik maupun bisnis, dari sang konglomerat
maupun bisnis, dari sang konglomerat atau bahkan untuk mempromosikan dan menguntungkanatau bahkan untuk mempromosikan dan menguntungkan kelompok bisnisnya sendiri. Melihat pendapat dari Associate Pro
kelompok bisnisnya sendiri. Melihat pendapat dari Associate Pro fessor dari Northestren Universityfessor dari Northestren University Jeffrey A Winters tentang politik ologarki, oligarki terkait dengan politik pertahanan kekayaan oleh Jeffrey A Winters tentang politik ologarki, oligarki terkait dengan politik pertahanan kekayaan oleh pelaku yang memiliki kekayaan. Orang-orang
pelaku yang memiliki kekayaan. Orang-orang kaya itu terlibat dalam mempengaruhi kebijakan,kaya itu terlibat dalam mempengaruhi kebijakan, termasuk dalam hal ini tentunya membangun opini
termasuk dalam hal ini tentunya membangun opini publik, untuk mempertahankan kekayaannyapublik, untuk mempertahankan kekayaannya dari ‘gangguan’ masyarakat dan negara. Media massa adalah salah satu wahana untuk membangun dari ‘gangguan’ masyarakat dan negara. Media massa adalah salah satu wahana untuk membangun opini publik sehingga berdampak pada perubahan kebijakan publik. Praktik politik oligarki dalam opini publik sehingga berdampak pada perubahan kebijakan publik. Praktik politik oligarki dalam konglomerasi media bertambah kuat ketika beberapa pemilik media ternyata juga
konglomerasi media bertambah kuat ketika beberapa pemilik media ternyata juga berafiliasi denganberafiliasi dengan kekuatan politik tertentu.
kekuatan politik tertentu.
Konglomerasi Media Massa Indonesia menurut “Kacamata” teori Komu
Konglomerasi Media Massa Indonesia menurut “Kacamata” teori Komunikasi Massanikasi Massa
Berdasarkan teori komunikasi massa, agenda setting mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan Berdasarkan teori komunikasi massa, agenda setting mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Teori agenda setting berangkat dari kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Teori agenda setting berangkat dari asumsi “menciptakan apa yang menurut publik dianggap penting.” Media menata (men
asumsi “menciptakan apa yang menurut publik dianggap penting.” Media menata (men-setting)-setting) sebuah agenda terhadap isu tertentu sehingga isu itu dianggap penting oleh publik yang salah sebuah agenda terhadap isu tertentu sehingga isu itu dianggap penting oleh publik yang salah satunya karena isu tersebut berhubungan dengan kepentingan publik, baik secara langsung atau satunya karena isu tersebut berhubungan dengan kepentingan publik, baik secara langsung atau tidak. Caranya, media dapat menampilkan isu-isu itu secara terus menerus dengan memberikan tidak. Caranya, media dapat menampilkan isu-isu itu secara terus menerus dengan memberikan ruang dan waktu bagi publik untuk mengkonsumsinya, sehingga publik sadar atau tahu akan ruang dan waktu bagi publik untuk mengkonsumsinya, sehingga publik sadar atau tahu akan isu-isu tersebut, kemudian publik menganggapnya penting dan meyakininya.
isu tersebut, kemudian publik menganggapnya penting dan meyakininya. Sebetulnya, isu yangSebetulnya, isu yang dianggap publik penting pada dasarnya
dianggap publik penting pada dasarnya adalah karena media menganggapnya penting. Teori agendaadalah karena media menganggapnya penting. Teori agenda setting berhubungan dengan tiga model ag
politik. Agenda media adalah seperangkat topik atau isu yang dibahas oleh media (televisi, radio, politik. Agenda media adalah seperangkat topik atau isu yang dibahas oleh media (televisi, radio, koran, dan lain-lain). Agenda publik adalah seperangkat topik atau isu yang dianggap penting oleh koran, dan lain-lain). Agenda publik adalah seperangkat topik atau isu yang dianggap penting oleh publik. Sementara agenda politik merupakan topik atau isu-isu yang diyakini penting oleh para publik. Sementara agenda politik merupakan topik atau isu-isu yang diyakini penting oleh para pembuat keputusan (DPR atau mereka yang
pembuat keputusan (DPR atau mereka yang berpengaruh dalam proses legislasi).berpengaruh dalam proses legislasi). Teori Critical Media, melihat pemilik media massa
Teori Critical Media, melihat pemilik media massa sebagai aktor berpengaruh dalam menentukansebagai aktor berpengaruh dalam menentukan arah media dalam memberikan pemberitaan. Teori ini menjelaskan
arah media dalam memberikan pemberitaan. Teori ini menjelaskan bahwa pasar dan ideologibahwa pasar dan ideologi memiliki pengaruh besar dalam penentuan isi (co
memiliki pengaruh besar dalam penentuan isi (co ntent) media. Perbedaan isi media antara satuntent) media. Perbedaan isi media antara satu dengan yang lainnya bergantung pada kepemilikan dan modal yang dimiliki.
dengan yang lainnya bergantung pada kepemilikan dan modal yang dimiliki. Media massa yang dikuasai oleh
Media massa yang dikuasai oleh pengusaha mampu memberikan hegemoni menurut Gramsci,pengusaha mampu memberikan hegemoni menurut Gramsci, sebagai usaha untuk mempertahankan kekuasaan, bersamaan itu, terbentuk Framing, atau sebagai usaha untuk mempertahankan kekuasaan, bersamaan itu, terbentuk Framing, atau
membentuk opini Media massa. Belakangan ini juga terjadi dengan sebuah kerangka berpikir dan membentuk opini Media massa. Belakangan ini juga terjadi dengan sebuah kerangka berpikir dan stereotype. Stuart Hall berpendapat Media massa cenderung mengukuhkan ideology dominan untuk stereotype. Stuart Hall berpendapat Media massa cenderung mengukuhkan ideology dominan untuk menancapkan kuku kekuasaannya melaui Hegemoni. Melalui media massa pula
menancapkan kuku kekuasaannya melaui Hegemoni. Melalui media massa pula juga menyediakanjuga menyediakan frame work bagi
frame work bagi berkembangnya budaya massa. Konglomerasi dan pemilikan silang media massaberkembangnya budaya massa. Konglomerasi dan pemilikan silang media massa yang menjadi kelompok dominan akan t
yang menjadi kelompok dominan akan t erus-menerus menggerogoti, melemahkaerus-menerus menggerogoti, melemahkan dan meniadakann dan meniadakan potensi tanding dari pihak-pihak yang dikuasainy
potensi tanding dari pihak-pihak yang dikuasainya. a. Dalam kondisi hegemoni, orang tidak akan punyaDalam kondisi hegemoni, orang tidak akan punya kekuatan kritis lagi, Semuanya serba pe
kekuatan kritis lagi, Semuanya serba pesimis. simis. Namun, sajian semacam itu tNamun, sajian semacam itu terasa jauh dari nilai-nilaierasa jauh dari nilai-nilai idealisme pers yang dituntut yakni: independen, jujur, serta
idealisme pers yang dituntut yakni: independen, jujur, serta netral. Kepemilikan berbagai macamnetral. Kepemilikan berbagai macam perusahaan media massa, baik cetak, online, maupun
perusahaan media massa, baik cetak, online, maupun elektronik, oleh satu konglomerat tertentuelektronik, oleh satu konglomerat tertentu diyakini membatasi hak publik dalam memperoleh keberagaman informasi,
diyakini membatasi hak publik dalam memperoleh keberagaman informasi, pemberitaan, danpemberitaan, dan pandangan, yang sangat diperlukan dalam konteks berdemokrasi. Di
pandangan, yang sangat diperlukan dalam konteks berdemokrasi. Di rektur Eksekutif Lembaga Studirektur Eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP)
Pers dan Pembangunan (LSPP) Ignatius Haryanto, menurut Haryanto, praktik konglomerasiIgnatius Haryanto, menurut Haryanto, praktik konglomerasi perusahaan media massa juga menciptakan berbagai kondisi
perusahaan media massa juga menciptakan berbagai kondisi merugikan lain, terutama ketika mediamerugikan lain, terutama ketika media massa kemudian hanya dijadikan sekadar corong
massa kemudian hanya dijadikan sekadar corong demi kepentingan politik dan bisnis sang demi kepentingan politik dan bisnis sang pemilikpemilik modal.Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari: skala modal.Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari: skala kecil (individu) dan luas (masyarakat), kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan kecil (individu) dan luas (masyarakat), kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi.
lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi. Secara umum, ada tiga
Secara umum, ada tiga fungsi media massa. Pertama, memberi informasi. Kedua, mendidik. Ketiga,fungsi media massa. Pertama, memberi informasi. Kedua, mendidik. Ketiga, menghibur dan, dalam masyarakat demokrasi seperti kita,
menghibur dan, dalam masyarakat demokrasi seperti kita, sering disebutkan fungsi keempat, yaitusering disebutkan fungsi keempat, yaitu melakukan kontrol sosial. Di sini, media berfungsi seperti anjing penjaga (watchdog) yang
melakukan kontrol sosial. Di sini, media berfungsi seperti anjing penjaga (watchdog) yang mengawasi jalannya pemerintahan; mengritik berbagai penyimpangan di lembaga
mengawasi jalannya pemerintahan; mengritik berbagai penyimpangan di lembaga eksekutif,eksekutif, legislatif, dan yudikatif; serta berbagai fenomena yang berlangsung dalam masyarakat itu sendiri. legislatif, dan yudikatif; serta berbagai fenomena yang berlangsung dalam masyarakat itu sendiri. Media massa belakangan ini lebih sering
Media massa belakangan ini lebih sering menjalankan peran Gatekeeping, dimana teori komunikasimenjalankan peran Gatekeeping, dimana teori komunikasi massa yang menekankan adanya peran krusial dari para penjaga gerbang (gatekeepers), yakni para massa yang menekankan adanya peran krusial dari para penjaga gerbang (gatekeepers), yakni para eksekutif media, yang bisa
eksekutif media, yang bisa membuka atau menutup ”gerbang” terhadap pesanmembuka atau menutup ”gerbang” terhadap pesan-pesan yang akan-pesan yang akan disampaikan media. Merekalah yang menentukan, pesan atau content apa
disampaikan media. Merekalah yang menentukan, pesan atau content apa yang dimuat atauyang dimuat atau ditayangkan di media, dan pesan mana pula yang tidak dimuat atau tidak ditayangkan di media. ditayangkan di media, dan pesan mana pula yang tidak dimuat atau tidak ditayangkan di media. Penerapan framing hamper ditemukan di seluruh media
Penerapan framing hamper ditemukan di seluruh media massa, jadi bisa dikatakan media massa massa, jadi bisa dikatakan media massa didi Indonesia sekarang ini tidak ada yang netral dimana para jurnalis memutuskan, bagaimana suatu Indonesia sekarang ini tidak ada yang netral dimana para jurnalis memutuskan, bagaimana suatu berita atau peristiwa disajikan kepada audiens. Berita atau peristiwa itu dibingkai dengan cara berita atau peristiwa disajikan kepada audiens. Berita atau peristiwa itu dibingkai dengan cara tertentu, yakni ada unsur yang dimasukkan di dalam kerangka (frame) sebuah berita, dan ada juga tertentu, yakni ada unsur yang dimasukkan di dalam kerangka (frame) sebuah berita, dan ada juga yang dikeluarkan dari kerangka tersebut. Dengan
yang dikeluarkan dari kerangka tersebut. Dengan adanya berbagai agenda media massa milikadanya berbagai agenda media massa milik
konglomerat media, maka tidak akan lepas dari kemungkinan bias-nya informasi yang disebarkan ke konglomerat media, maka tidak akan lepas dari kemungkinan bias-nya informasi yang disebarkan ke
publik. Media massa dapat membangun wacana di wilayah publik dan lalu berdampak pada publik. Media massa dapat membangun wacana di wilayah publik dan lalu berdampak pada pengkristalan opini publik. Opini publik sendiri, dalam iklim demokrasi, akan sangat berpengaruh pengkristalan opini publik. Opini publik sendiri, dalam iklim demokrasi, akan sangat berpengaruh bagi penyusunan agenda kebijakan publik. Jika
bagi penyusunan agenda kebijakan publik. Jika media hanya dikuasai oleh segelintir pengusaha yangmedia hanya dikuasai oleh segelintir pengusaha yang berada di sekitar ring politik, Agenda-agenda kebijakan publik pada akhirnya hanya akan dipengaruhi berada di sekitar ring politik, Agenda-agenda kebijakan publik pada akhirnya hanya akan dipengaruhi kepentingan ekonomi-politik pemilik media. Dampak lain
kepentingan ekonomi-politik pemilik media. Dampak lain dari konglomerasi dan konvergensidari konglomerasi dan konvergensi kepemilikan bisnis media dan nonmedia adalah makin
kepemilikan bisnis media dan nonmedia adalah makin seragamnya informasi dan berita yangseragamnya informasi dan berita yang disuguhkan kepada publik. Disamping itu, kemungkinan degradasi
disuguhkan kepada publik. Disamping itu, kemungkinan degradasi kualitas pemberitaan, yang padakualitas pemberitaan, yang pada akhirnya sulit bagi publik untuk menerima informasi y
akhirnya sulit bagi publik untuk menerima informasi yang lengkap, beragam, dan obyektif. ang lengkap, beragam, dan obyektif. DampakDampak lainnya ialah perubahan arah pemberitaan. Area pemberitaan “hard journalism” berubah jadi “soft lainnya ialah perubahan arah pemberitaan. Area pemberitaan “hard journalism” berubah jadi “soft journalism”, K
journalism”, Kisahisah-kisah soft news dan human interest menjadi buruan -kisah soft news dan human interest menjadi buruan wartawan. Liputan politik,wartawan. Liputan politik, seperti korupsi dan manipulasi serta nepotisme, menjadi fleksibel dan
seperti korupsi dan manipulasi serta nepotisme, menjadi fleksibel dan adaptabel. Berita-beritaadaptabel. Berita-berita tersebut tidak segera atau bahkan terkadang tidak dapat disiarkan. Tapi, kerap dihambat, difilter, tersebut tidak segera atau bahkan terkadang tidak dapat disiarkan. Tapi, kerap dihambat, difilter, diatur, atau dikontrol. Pada
diatur, atau dikontrol. Pada dasarnya masalah kepemilikan media dengan menggunakan modeldasarnya masalah kepemilikan media dengan menggunakan model media privat sudah mendapat batasan dari
media privat sudah mendapat batasan dari pemerintah melalui regulasi yang mengaturnya, yaknipemerintah melalui regulasi yang mengaturnya, yakni melalui Undang-Undang Penyiaran.
melalui Undang-Undang Penyiaran. UU Penyiaran Pasal 16 ayat 2 mengatakanUU Penyiaran Pasal 16 ayat 2 mengatakan;; “Kepemilikan silang antara lembaga penyiaran swasta yang menyelengg
“Kepemilikan silang antara lembaga penyiaran swasta yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio,arakan jasa penyiaran radio, dan lembaga penyiaran swasta yang menyelenggarakan jasa penyiaran televisi; antara
dan lembaga penyiaran swasta yang menyelenggarakan jasa penyiaran televisi; antara lembagalembaga penyiaran swasta dengan perusahaan media cetak; dan antara
penyiaran swasta dengan perusahaan media cetak; dan antara lembaga penyiaran swasta denganlembaga penyiaran swasta dengan lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran lainn
lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran lainnya; baik langsung maupun ya; baik langsung maupun tidak langsung, dilarang.”tidak langsung, dilarang.” Pendapat pakar dan praktisi komunikasi media
Pendapat pakar dan praktisi komunikasi media massa mengenai konglomerasi dan kepemilkan silangmassa mengenai konglomerasi dan kepemilkan silang media
media
Konglomerasi industri media yang dicirikan dengan munculnya gelombang akusisi dan merger oleh Konglomerasi industri media yang dicirikan dengan munculnya gelombang akusisi dan merger oleh konglomerat media terhadap berbagai media cetak dan elektronik sepanjang satu dekade terakhir konglomerat media terhadap berbagai media cetak dan elektronik sepanjang satu dekade terakhir (Haryanto, 2008)
(Haryanto, 2008).. Menguatnya fenomena konglomerasi media (pers industri) sebagai dampakMenguatnya fenomena konglomerasi media (pers industri) sebagai dampak dominasi private sector atas institusi media kita saat ini telah berada pada fase berbahaya karena dominasi private sector atas institusi media kita saat ini telah berada pada fase berbahaya karena mengancam keragaman kepemilikan, isi, maupun suara media. (Amir Effendi Siregar, 2009).
mengancam keragaman kepemilikan, isi, maupun suara media. (Amir Effendi Siregar, 2009). WakilWakil Direktur Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) Hanif Suranto mengungkapkan, pemusatan Direktur Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) Hanif Suranto mengungkapkan, pemusatan kepemilikan lembaga penyiaran swasta akan berpotensi dimanfaatkan untuk menggiring
kepemilikan lembaga penyiaran swasta akan berpotensi dimanfaatkan untuk menggiring opiniopini publik. Penguasaan media-baik cetak, televisi, radio maupun online-oleh
publik. Penguasaan media-baik cetak, televisi, radio maupun online-oleh para konglomerat media,para konglomerat media, menurut Dedy Nur Hidayat (2003), saat ini sudah sampai pada tahap predatorik. Konglomerasi yang menurut Dedy Nur Hidayat (2003), saat ini sudah sampai pada tahap predatorik. Konglomerasi yang memberi ancaman serius bagi eksistensi demokrasi. Peneliti Komnas
memberi ancaman serius bagi eksistensi demokrasi. Peneliti Komnas HAM, Asep Mulyana,HAM, Asep Mulyana, mengatakan konglomerasi media bukan hanya berdampak pada akses inf
mengatakan konglomerasi media bukan hanya berdampak pada akses inf ormasi tetapi juga padaormasi tetapi juga pada kualitas informasi yang disajikan, Jika
kualitas informasi yang disajikan, Jika media mempekerjakan wartawan untuk beberapa mediamedia mempekerjakan wartawan untuk beberapa media sekaligus, kualitas kon
sekaligus, kualitas konten informasi menjadi berkurang. “Alhasil, sulit bagi ten informasi menjadi berkurang. “Alhasil, sulit bagi publik untuk publik untuk menerimamenerima informasi secara lengkap, beragam, dan objektif,” ujarnya.
informasi secara lengkap, beragam, dan objektif,” ujarnya.Peter Goldinig dan GrahamPeter Goldinig dan Graham Murdoch(2000;71
Murdoch(2000;71) mengatakan “ media as ) mengatakan “ media as a political and economic vehicle, tend to be a political and economic vehicle, tend to be controlledcontrolled by conglomerates and media barons who are becoming fewer in number but through acquistion, by conglomerates and media barons who are becoming fewer in number but through acquistion, controlled the larger part of the world’s mass m
controlled the larger part of the world’s mass media and mass communication.” isi / programedia and mass communication.” isi / program media yang akan di sampaikan kepada masyarakat dan konglomerasi juga dapat menimbulkan media yang akan di sampaikan kepada masyarakat dan konglomerasi juga dapat menimbulkan terjadinya homogenisasi , konsentrasi kepemilikan media massa di Indonesia mengakibatkan terjadinya homogenisasi , konsentrasi kepemilikan media massa di Indonesia mengakibatkan struktur pasar media massa Indonesia memiliki bentuk oligopoli, yaitu kondisi yang hanya struktur pasar media massa Indonesia memiliki bentuk oligopoli, yaitu kondisi yang hanya
terdapat sejumlah pemain besar dalam industri media massa dengan produk yang terdiferensiasi. terdapat sejumlah pemain besar dalam industri media massa dengan produk yang terdiferensiasi.
Curran, Gurevitch, dan Woollacott (1982) menganggap bahwa media berfungsi untuk melegitimasi Curran, Gurevitch, dan Woollacott (1982) menganggap bahwa media berfungsi untuk melegitimasi kekuasaan dan menanamkan kesadaran palsu bagi khalayak.
kekuasaan dan menanamkan kesadaran palsu bagi khalayak. Ilustrasi
Ilustrasi
Bursa calon Ketua Umum Golkar Oktober 2009 dimulai, diantara calon-calon tersebut ada nama Abu Bursa calon Ketua Umum Golkar Oktober 2009 dimulai, diantara calon-calon tersebut ada nama Abu Rizal Bakrie dan Surya Paloh. Perebutan simpati kedua konstentan ini menjadi hal yang menarik Rizal Bakrie dan Surya Paloh. Perebutan simpati kedua konstentan ini menjadi hal yang menarik untuk diamati karena mereka berdua sama-sama memiliki jaringan
untuk diamati karena mereka berdua sama-sama memiliki jaringan media. Surya Paloh denganmedia. Surya Paloh dengan Media Group yang membawahi sejumlah media seperti Metro TV,
Media Group yang membawahi sejumlah media seperti Metro TV, Media Indonesia, Lampung PostMedia Indonesia, Lampung Post dan Borneo Post sedangkan Abu Rizal Bakrie juga memiliki jaringan media TV
dan Borneo Post sedangkan Abu Rizal Bakrie juga memiliki jaringan media TV – – One, Star antv danOne, Star antv dan Viva News. Menggunakan jaringan media yang mereka miliki guna membuat opini dengan frame Viva News. Menggunakan jaringan media yang mereka miliki guna membuat opini dengan frame yang mereka inginkan. Aburizal yang dianggap bertanggung jawab kasus Lapindo Brantas menjadi yang mereka inginkan. Aburizal yang dianggap bertanggung jawab kasus Lapindo Brantas menjadi bahan perdebatan di kedua media tersebut dengan menggunakan
bahan perdebatan di kedua media tersebut dengan menggunakan perspektif yang berbeda sesuaiperspektif yang berbeda sesuai dengan paham yang dianut kedua m
dengan paham yang dianut kedua media tersebut. Dalam perspektif Metro Tv yang diangkat edia tersebut. Dalam perspektif Metro Tv yang diangkat adalahadalah sisi korban Lapindo yang sampai saat ini belum juga mendapatkan penggantian yang sesuai dan sisi korban Lapindo yang sampai saat ini belum juga mendapatkan penggantian yang sesuai dan terkesan terlantar karena pihak Lapindo Brantas dan Aburizal terkesan tidak peduli dengan apa yang terkesan terlantar karena pihak Lapindo Brantas dan Aburizal terkesan tidak peduli dengan apa yang terjadi disana. Sedangkan dari TV-One secara live dihadirkan Aburizal Bakrie yang berusaha
terjadi disana. Sedangkan dari TV-One secara live dihadirkan Aburizal Bakrie yang berusaha membuat opini terbaik tentang dirinya
membuat opini terbaik tentang dirinya termasuk dalam penyelesaian kasus Lapindo Brantas. Baginyatermasuk dalam penyelesaian kasus Lapindo Brantas. Baginya kasus ini bukanlah tanggungjawab yang
kasus ini bukanlah tanggungjawab yang harus dipertenggungjawabkan, namun karena perintah dariharus dipertenggungjawabkan, namun karena perintah dari sang bunda, ia mencoba
sang bunda, ia mencoba untuk menyelesaikan masalah ini dengan kemampuan yang di miliki.untuk menyelesaikan masalah ini dengan kemampuan yang di miliki.
Selain itu, Iklan Partai Nasdem hanya muncul pada Metro TV, sekarang iklan tersebut ditayangkan Selain itu, Iklan Partai Nasdem hanya muncul pada Metro TV, sekarang iklan tersebut ditayangkan pada grup penyiaran MNC. Ini karena pemilik grup MNC adalah petinggi partai Nasdem yang pada grup penyiaran MNC. Ini karena pemilik grup MNC adalah petinggi partai Nasdem yang berkolaborasi dengan pemilik grup Media Ind
berkolaborasi dengan pemilik grup Media Indonesia. onesia. Juga Metro TV dan TVOne yang meJuga Metro TV dan TVOne yang memproduksimproduksi sejumlah berita yang cenderung memojokkan partai Demokrat yang
sejumlah berita yang cenderung memojokkan partai Demokrat yang notabennya adalah partai lawannotabennya adalah partai lawan politiknya. Hal ini sebenarnya melanggar UU Nomor 32/2002 Pasal 36 ayat 4 tentang netralitas isi politiknya. Hal ini sebenarnya melanggar UU Nomor 32/2002 Pasal 36 ayat 4 tentang netralitas isi siaran, yang bunyinya :“Isi
siaran, yang bunyinya :“Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutammengutamakanakan kepentingan golongan tertentu.”Menjela
kepentingan golongan tertentu.”Menjelang Pemilu 2014, bukan ting Pemilu 2014, bukan tidak mungkin media penyiarandak mungkin media penyiaran akan ramai digunakan sebagai ajang kampanye politik dan sebagai alat untuk kepentingan politik akan ramai digunakan sebagai ajang kampanye politik dan sebagai alat untuk kepentingan politik dari penguasa yang ada dibelakangnya.
dari penguasa yang ada dibelakangnya.
Contoh diatas, merupakan salah satu bukti dari
Contoh diatas, merupakan salah satu bukti dari konsentrasi kepemilikan media oleh orangkonsentrasi kepemilikan media oleh orang – –orangorang yang berkuasa. Arus informasi yang
yang berkuasa. Arus informasi yang seharusnya menjadi milik masyarakat menjadi komoditas pesanseharusnya menjadi milik masyarakat menjadi komoditas pesan demi kepentingan pihak penguasa atau pemilik media m
demi kepentingan pihak penguasa atau pemilik media m assa.assa. Hasil dari Konglomerasi dan Kepemilikan silang media massa Hasil dari Konglomerasi dan Kepemilikan silang media massa
Fenomena Komunikasi Media Massa- ekonomi-politik yang melibatkan kekuasaan, Contohnya. Fenomena Komunikasi Media Massa- ekonomi-politik yang melibatkan kekuasaan, Contohnya. Lima korporasi media terbesar di AS berhasil mengajukan sebuah UU baru untuk meningkatkan Lima korporasi media terbesar di AS berhasil mengajukan sebuah UU baru untuk meningkatkan dominasi korporat mereka dan menghilangkan UU atau
dominasi korporat mereka dan menghilangkan UU atau peraturan yang membatasi kontrol atasperaturan yang membatasi kontrol atas media. Misalnya, UU Telekomunikasi tahun 1996. Kondisi i
media. Misalnya, UU Telekomunikasi tahun 1996. Kondisi i ni tidak jauh berbeda dengan yang ni tidak jauh berbeda dengan yang terjaditerjadi di Indonesia. Sejak lama, media
di Indonesia. Sejak lama, media terutama televisi telah menjadi ajang pertarungan kepentinganterutama televisi telah menjadi ajang pertarungan kepentingan bisnis dan politik para penguasa . Selain faktor ekonomi, faktor politik juga berpengaruh besar bisnis dan politik para penguasa . Selain faktor ekonomi, faktor politik juga berpengaruh besar terhadap kepentingan media dalam konsentrasi media massa di I
dekat dengan pemerintah cenderung menghadirkan pemberitaan yang pro pemerintah atau
dekat dengan pemerintah cenderung menghadirkan pemberitaan yang pro pemerintah atau ketikaketika pemilik media merupakan tokoh politik, ia
pemilik media merupakan tokoh politik, ia akan cenderung menggunakan media miliknya sebagaiakan cenderung menggunakan media miliknya sebagai alat politiknya. Hal tersebut mengesampingkan hak masyarakat akan tayangan atau informasi yang alat politiknya. Hal tersebut mengesampingkan hak masyarakat akan tayangan atau informasi yang memuat kebenaran karena berita atau informasi yang
memuat kebenaran karena berita atau informasi yang disampaikan cenderung bias memihak pihak-disampaikan cenderung bias memihak pihak-pihak tertentu. Di sinilah, terlihat
pihak tertentu. Di sinilah, terlihat bagaimana korporasi media memiliki peran besar dalam menyaringbagaimana korporasi media memiliki peran besar dalam menyaring apa yang boleh dan tidak boleh ditonton oleh masyarakat.
apa yang boleh dan tidak boleh ditonton oleh masyarakat. Solusi:
Solusi:
Manajemen media haruslah memisahkan antara redaksi pemberitaan dan unsur bisnis, sehingga Manajemen media haruslah memisahkan antara redaksi pemberitaan dan unsur bisnis, sehingga menghindari adanya intervensi pemberitaan karena faktor bisnis.
menghindari adanya intervensi pemberitaan karena faktor bisnis.
• Media haruslah menyadari tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat sehingg
• Media haruslah menyadari tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat sehingga faktora faktor kepentingan pemilik media seperti kepentingan politik pemilik media
kepentingan pemilik media seperti kepentingan politik pemilik media sebaiknya dipisahkan dengansebaiknya dipisahkan dengan objektifitas media tersebut. Media haruslah independen dan loyal
objektifitas media tersebut. Media haruslah independen dan loyal kepada masyarakat.kepada masyarakat. • Pemberitaan yang mengandung informasi kepada publik yang disampai
• Pemberitaan yang mengandung informasi kepada publik yang disampaikan harus mengandungkan harus mengandung kebenaran yang mencakup akurasi, pemahaman publik, jujur dan
kebenaran yang mencakup akurasi, pemahaman publik, jujur dan berimbang. keseimbangan dalamberimbang. keseimbangan dalam pemberitaan atau penyiaran termasuk menyangkut sebuah opini dan perspektif atas