• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembagian Protozoa Berdasarkan Habitatnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembagian Protozoa Berdasarkan Habitatnya"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

P E M B A G I A N P R O T O Z O A B E R D A S A R K A N H A B I T A T N Y A : - Protozoa usus

- Protozoa rongga tubuh (rongga artial) - Protozoa darah dan jaringan

M O R F O L O G I D A N S I K L U S H I D U P

Protozoa merupakan suatu unit tunggal yang ditandai dengan berbagai ukuran dan bentuk. Beberapa spesies dapat dilihat dengan mata telanjang (Balantidium coli) dan yang lainnya hanya dapat dilihat dengan mikroskop.

Bentuk ada yang sperik atau ovoidal, lainnya tidak teratur. Beberapa yang radial simetri, bilateral simetri dan ada yang memiliki torsi longitudinal pada badannya. Protozoa ada yang memiliki bentuk tetap, ada juga yang bentuknya berubah-ubah setiap saat. Misalnya Plasmodium spp sebagai penyebab penyakit malaria. Disamping itu bentuknya akan berubah sesuai stadium yang dilalui dalam siklus hidupnya. Umumnya protozoa usus memiliki dua stadium pokok yaitu tofozoit dan kista.

Stadium trofozoit (trophos = makan) disebut juga stadium vegetatif atau proliferatif, dan bergerak aktif, berbiak secara belah pisang akan tetapi pada umumnya tidak resisten terhadap perubahan lingkungan, sehingga untuk masuk kepada hospes baru perlu berubah menjadi bentuk kista yang lebih resisten. Perubahan bentuk dari trofozoit menjadi kista disebut enkistasi terjadi di usus besar. Beberapa keadaan yang mengharuskan terjadinya enkistasi yaitu : (a) Kekurangan atau berlebihan suplai makanan, (b) Kelebihan produksi katabolisme dari organisme, (c) Perubahan pH, (d) Pengeringan, (e) Kekurangan atau kelebihan oksigen dan (f) Populasi parasit sangat banyak

Stadium Kista (cystis = kantong), dinding kista merupakan hasil sekresi dari ektoplasma sehingga menjadi resisten daripada bentuk trofozoit. Kista selain untuk mempertahankan diri ada juga yang berfungsi untuk pembiakan. Pada Balantidium coli kista befungsi untuk mempertahankan diri, akan tetapi parasit dalam dinding kista tidak banyak mengalami perubahan morfologi, sedangkan fungsi mempertahankan tubuh dan pembiakan terdapat pada beberapa amoeba dan flagelata yang dimulai dengan pembelahan inti dan berakhir dengan terbentuknya beberapa trofozoit (eksistasi) yang terjadi si usus halus. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan eksistasi yaitu : (a) Perubahan tekanan osmotik pada medium, (b) Pengaruh enzim pada lapisan dalam dinding kista, (c) pH (pada beberapa protozoa parasit) serta aktifitas enzim hospes yang menguntungkan bagi parasit. Ada beberapa protozoa yang tidak melalui stadium kista, hanya stadium trofozoit, misalnya Entamoeba gingivalis, Dientamoeba fragilis, Trichomonas spp, sehingga penularan dapat terjadi secara langsung.

(2)

Protozoa hanya terdiri dari satu sel sehingga tidak memilki organ-organ seperti pada metazoa, untuk kehidupannya dilakukan oleh hanya satu sel tersebut, bagian-bagian sel (organel) memiliki fungsi tertentu. Bagian-bagian protozoa terdiri atas inti dan sitoplasma.

Inti merupakan bagian penting untuk mempertahankan hidup serta untuk reproduksi. Bagian ini terdiri atas membran (selaput inti), nukleoplasma, kariosom (endosoma, nucleolus), serabut inti yang akromatik dan butir kromatin. Kadang-kadang untuk identifikasi protozoa, perlu diketahui morfologi inti. Misalnya pada amoeba usus dibedakan tiga macam inti yaitu : inti Entamoeba, Endolimax, dan Iodamoeba. Jumlah inti pada trofozoit biasanya satu, sedangkan pada kista bervariasi tergantung spesies. Inti mengandung kromosom sebagai pembawa sifat organism.

Sitoplasma terdiri atas ektoplasma dan endoplasma. Endoplasma, keruh, bergranula didapat inti, vakuola (makanan, kontraktil), apparatus golgi, mitokondria, serta makanan cadangan berupa granula volutin, benda kromatid dan organel lain. Vakuola makanan (gastriol) bergerak ritmis, yaitu gerak memenuhi (sistol) dan mengosongkan (diastole), berfungsi sebagai osmoregulator dan sel eksresi. Ektoplasma, tampak jernih, homogen, berfungsi sebagai alat gerak, alat menangkap dan membuang sisa makanan, respirasi serta alat mempertahankan diri. Pada trofozoit terdapat selaput tipis yang tidak member bentuk tetap pada amoeba, tetapi memberi bentuk tetap pada protozoa lain.

Pada flagelata terdapat kinetoplast (terdiri dari blefaroplast dan benda parabasal) yang merupakan tempat munculnya flagella. Kinetoplas banyak mengandung banyak DNA yang membawa sifat warisan organisme serta berhubungan dengan mitokondria yang berfungsi untuk bergeraknya organisme.

Alat gerak protozoa terdapat pada stadium trofozoit amoeba, flagelata dan ciliate, alat gerak dapat berupa pseudopodia, flagella, dan silia. Pseudopodia atau kaki semu merupakan alat gerak pada amoeba, geraknya disebut gerak pada amoeba, merupakan penonjolan ektoplasma, geraknya disebut gerak amoeboid, terjadi karena perubahan sifat sitoplasma dari cair menjadi kental (gel). Flagellum (flagella) atau bulu cambuk, terdapat pada bagian anterior tubuh, merupakan alat gerak flagelata, dikenal alat gerak lain, yaitu membran undulant (membran bergelombang) misalnya padaTrypanosoma. Cilium (siliata) atau bulu getar yang merupakan bulu getar, jumlahnya banyak dan menutupi seluruh permukaan tubuh parasit.

Pengambilan makanan, disamping difusi, sari makanan lewat membran sel terdapat tiga cara makan yang lain untuk protozoa yaitu fagositosis, pinositosis, dan makan melalui sitostoma. Akhir-akhir ini istilah endoditosis digunakan ahli parasitologi untuk mencakup fagositosis (pengambilan bahan-bahan padat) dan pinositosis (pengambilan bahan dalam larutan lewat vesikula)

Eksresi terutama dilakukan dengan difusi lewat membran sel. Respirasi dilakukan secara aerobic (Plasmodium) ataupun anaerobic (Entamoeba hystolitica). Reproduksi (perkembangbiakan) protozoa terdiri dari pembelahan biner (belah pasang) sederhana, pembelahan multiple/berganda (skizogoni) atau reproduksi integrasi seksual dan aseksual yang rumit. Belah pasang longitudinal misalnya pada Giardia lamblia yaitu proses

(3)

pembentukkan dua individu dengan cara membelah inti diikuiti pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Diawali pembelahan kinetoplas, kemudian flagel, inti akhirnya sitoplasma.

Skizogoni merupakan suatu bentuk perkembangbiakan aseksual. Berhubung kejadian ini tidak melibatkan gamet, proses tersebut kadang-kadang disebut agamogoni yang berbeda dengan pembentukan gamet yang disebut gamogomi. Dalam skizogoni, inti mengalami pembelahan berulang-ulang setiap inti kemudian dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang terpisah dan membran sel yang asli pecah, membebaskan sel anak sebanyak sama dengan jumlah inti baru. Sel – sel anak ini dinamakan merozoit. Sel induk yang mengalami pembelahan ini disebut dengan skizon. Jika sel yang berinti banyak itu membelah menjadi bagian-bagian yang masih berinti banyak proses ini disebut plasmotomi. Jika yang dihasilkan suatu sinsitium (banyak inti dalam satu membran sel) proses ini dinamakan nukleogoni.

Pertunasan (budding), pada dasarnya proses itu adalah mitosis sederhana dengan pembelahan seluler. Endodiogeni, yaitu pembentukan dua sel anak hasil pembelahan membran dan organel dalam sitoplasma induk terjadi pada Toxoplasma gondii. Reproduksi seksual dalam berbagai bentuk jika dua sel bersatu dan mengadakan pertukaran bahan-bahan inti peristiwa ini disebut konjugasi (ciliate). Setelah keduanya berpisah lagi masing-masing sel disebut ekskonjugan. Jika dihasilkan sel-sel kelamin (sel gamet), mereka bersatu secara singami untuk membentuk zygot, sel pertama yang merupakan individu baru. Gamet-gamet tersebut tidak sama bentuknya, contohnya pada gametosit malaria di dalam tubuh nyamuk bentuk dan ukuran gamet yang berbeda, bentuk besar (betina) disebut makrogamet sedangkan yang kecil (jantan) disebut mikrogamet

Reproduksi aseksual dan seksual yang terjadi pada kelas siliata dengan pembelahan biner dan konjugasi melalui pertukaran materi genetik. Kontak konjugasi merangsang miosis, makronukleus menghasilkan 4 mikronukleus haploid, bersamaan dengan itu makronukleus menghilang dan tiga mikronukleus terpisah dan mikronukleus (gamet/jantan) terhadap masing-masing pasangannya melalui sitoplasma mikronukleus gamet (betina) mengalami fusi dan membentuk zygot diploid.

B.

Protozoa Usus

Amoeba merupakan kelompok protozoa yang termasuk subfilum Sarcodina, superklas Rhizopoda yang pada bentuk trofozoit, protoplasmanya tidak dibungkus membran (telanjang) serta khas membentuk pseudopodia. Merupakan hewan yang paling sederhana yang tersebar di seluruh dunia (kosmopolit). Kebanyakan hidup bebas tetapi beberapa spesies bersifat parasit pada manusia. Amoeba yang hidup bebas termasuk dalam family Amoebidae , sedangkan yang bersifat parasit termasukEndamoebidae, Calkins 1926.

(4)

Family dari amoeba hidup bebas yang termasuk ke dalam amoeba jaringan otak primer yaitu Vahlkampfiidae dan Acanthamoebidae.

Amoeba yang bersifat parasit di usus yaitu: Entamoeba, Endolimax dan Iodamoeba. Parasit ini bergerak dengan pseudopodia, yaitu penonjolan yang tiba-tiba dari ektoplasma yang diikuti dengan gerak ke arah yang dituju. Enkistasi biasanya terjadi dalam usus besar. Dalam tubuh manusia semua amoeba bersifat komensal. Kecuali Entamoeba histolytica yang dapat menjadi pathogen. Pembiakan terjadi belah pasang, baik pada stadium kista maupun trofozoit. Penularan hanya terjadi pada bentuk kista matang, karena bentuk kista belum matang dan trofozoit mudah rusak hancur oleh keasaman lambung serta enzim pencernaan makanan . Amoeba yang hidup pada rongga gigi Entamoeba gingivalis.

Siliata yang hidup pada usus manusia adalah Balantidium coli merupakan kelompok protozoa yang termasuk phylum Cilliopora, pada stadium trofozoit ditandai dengan penjuluran membran ektoplasma yang pendek menyerupai benang disebut silia.

Flagelata yang dalam usus terdiri atas Embadomonas intestinalis, Enteromonas hominis,Chilomastix mesnili, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Dientamoeba fragilis penyebarannya bersifat kosmopolit

Sporozoa usus dikenal dua spesies utama yang terdapat di dalam manusia yaitu Isospora hominisakan tetapi Isospora hominis sekarang telah diklasifikasikan menjadi Sarcocystic hominis

P E N Y A K I T O L E H P R O T O Z O A U S U S ( A M O E B I A S I S )

Protozoa usus disebarkan oleh jalur fecal-oral dan memiliki kecenderungan siklus hidup yang sama yaitu dari dua stadium kista dan trofozoit. Penyebaran fecal-oral melibatkan penelanan makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kista matang. Setelah ditelan oleh hospes yang sesuai kista berubah bentuk menjadi trofozoit dan memperlihatkan metabolism aktif dan bergerak. Parasit mengambil makanan dan melalui tahap pembelahan aseksual (beberapa trofozoit bereplikasi dengan membentuk kista). Fungsi dinding kista melindungi dari kekeringan dan lingkungan saat parasit tersebut dilepaskan dan merupakan pelindung selama kista menunggu saat ditelan oleh hospes selanjutnya. Secara umum kondisi lingkungan yang padat penduduk, hygiene dan sanitasi yang buruk akan memicu penyebaran.

Bentuk tropozoit.

- Dapat bergerak aktif, diameter 10-60 µm, sebagian besar berukuran 15-30 µm, ektoplasma lebar, jernih, membias cahaya terpisah jelas dengan endoplasma, pseudopodia tipis

- Endoplasma bergranula halus kadang-kadang ditemukan sel darah merah dengan berbagai tingkat kerusakan

- Inti tunggal terletak eksentrik, pada preparat yang tidak dipulas inti tampak samar-samar sebagai cincin berbutir halus

- Dengan pewarnaan hematoksilin besi membran inti jelas, sebelah dalamnya melekat butir kromatin, sama besar, kariosom kecil letaknya di tengah inti.

- Trofozoit dalam faeces bertahan 5 jam pada suhu 37ºC, 16 jam pada suhu 25ºC dan 96 jam pada suhu 5ºC (Neva F.A dan Brown H.W, 1994)

(5)

Bentuk prekista

Bulat, tidak berwarna, lebih kecil dari trofozoit, lebih besar dari kista, tidak mengandung makanan, pseudopodium dikeluarkan perlahan, tidak ada gerak progesif

Bentuk kista

Bentuk oval atau bulat, agak asimetrik, dinding halus, membias cahaya, tidak berwarna, ukuran 10-20 µm (rata-rata 12-13 µm) jumlah inti 1,2 atau 4 buah. Kista mati dalam 5 menit pada suhu 50 ºC, tidak tahan kering dan pembusukkan, dalam faeces tahan 2 hari pada suhu 37ºC, 62,5 hari pada 0 ºC (Neva F.A dan Brown H.W, 1994). Sekurang-kurang dapat bertahan 8 hari pada suhu 28-34 ºC, tetapi hanya beberapa jam saja pada suhu 46-47 ºC dan kurang dari satu menit pada 52 ºC (Jones dan Newton,1950). Kista dapat bertahan lebih lama pada suhu dingin, 40 hari pada 2-6 ºC (Simitch petrovitch dan Chibalich,1954) dan dibawah titik beku daya tahan berkurang. Jika makanan cair terkontaminasi Entamoeba histolityca kista bertahan 15 hari pada suhu 4 ºC dan 24 jam pada (-10 sampai -15 ºC) di dalam 4 ppm klor bebas kista mati dalam 15-30 menit. Kista mati jika diberi klorida merkuri 0,04%, fenol 1% dan formalin 5%

Siklus hidup

Kista matang yang resisten merupakan stadium infektif, jika termakan seseorang, akan tahan terhadap keasaman lambung. Di dalam usus halus karena pengaruh zat pencernaan yang netral atau basa serta karena aktifitas amoeba akan terjadi ekskistasi tempat dinding kista akan musnah dan keluar amoeba dalam stadium metakista berinti empat yang akhirnya akan membelah diri menjadi empat trofozoit muda.

Parasit akan terbawa isi usus untuk sampai pada usus besar. Di usus besar terjadi penyerapan air sehingga di usus makin ke distal makin kental. Hal ini menjadi ancaman bagi parasit sehingga berubah menjadi kista.

Parasit yang secara normal hidup komensal dalam rongga usus besar secara tiba-tiba dapat menjadi pathogen dan menginvasi jaringan. Bentuk pathogen lebih besar dari bentuk komensal. Bentuk amoeba yang kecil disebut bentuk minuta. Faktor yang merangsang invasi antara lain bakteri (Streptobacillus) serta faktor makanan (banyak mengandung karbohidrat dan kolesterol).

Epidemiologi

Parasit ini tersebar luas (kosmopolit), paling banyak di daerah tropis dan sub tropis. Beberapa faktor mempengaruhi penyebaran penyakit ini berhubungan dengan sanitasi yang kurang baik, kepadatan penduduk, makanan dan gizi yang kurang baik, tingkat pendidikan dan social ekonomi yang rendah. Parasit ini menyerang semua usia terutama usia dewasa. Dengan mempelajari epidemiologi Entamoeba histolytica, dapat digunakan untuk menetapkan nilai kesehatan masyarakat, terutama terhadap penyakit infeksi, metode yang cocok untuk pencegahan serta control penyakit. Faktor transmisi (perpindahan) penyakit ini dipengaruhi oleh antara lain faktor parasitnya, iklim, lalat, lipas, hospes reservoir, pupuk dari faeces manusia, penyaji makanan dan kepadatan penduduk.

(6)

Entamoeba histolytica merupakan parasit pathogen yang habitatnya dalam caecum dan rectosigmoid (intestinal), akan tetapi parasit ini dapat tersebar ekstraintestinalis yang dapat kelainan.

Amebiasis intestinal

Invasi dimulai melalui kripta mukosa usus diikuti pembentukkan ulkus primer, dengan ciri ulkus bergaung, dapat sembuh sempurna, meninggalkan bekas menetap atau menyebar pada lapisan mukosa dan lapisan yang lebih dalam. Namun penyebaran ke lapisan yang lebih dalam terhalangi oleh lapisan muskularitas mukosa yang lebih resisten sehingga terjadi penyebaran ke lateral dan bersatu dengan ulkus

Amebiasis ekstraintestinal

Sebagai penyulit lain pada amebiasis usus antara lain adalah apendisitis, striktur dan pseudopolip. Pada apendisitis amoeba, apendiks tidak bersifat, sedikit menebal, di dalam mukosa banyak ulkus dangkal, tidak teratur. Invasi dapat ke pembuluh darah, yang paling sering terjadi penyebaran ke organ hati melalui vena

Diagnosa

Diagnosa klinis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan jika perlu pemeriksaan radiologi dan sigmoidoskopi. Diagnosa klinis sulit ditegakkan karena tidak spesifik. Diagnosa laboratorium ditegakkan dengan menemukan trofozoit atau kista Entamoeba histolytica pada bahan pemeriksaan faeces, pemeriksaan ini penting dan harus dibedakan dengan parasit protozoa lain yang sering ditemukan keluar bersama faeces ataupun yang bukan parasit, harus dapat membedakannya dengan Entamoeba coli dan makrofag, seringkali dari sediaan faeces pada amebiasis ditemukan Kristal Charcot-Leyden. Pada faeces encer untuk pemeriksaan adanya bentuk trofozoit dilakukan pemeriksaan langsung. Pada faeces padat, biasanya untuk pemeriksaan stadium kista, bila sulit ditemukan, baik bentuk trofozoit atau kista, dicoba dengan metode konsentrasi. Bahan pengawet bila faeces tidak langsung diperiksa, faeces disimpan dalam cairan fiksasi PVA (polivinil alkohol) atau MIF (mertiolat iod formalin)

Untuk amoebik hati dan ekstraintestinal, tes serologi indirek hemaglutinasi dengan titer lebih dari 128 (spesifisitas 99%) atau ELISA dengan titer lebih dari 40 U (sensitifitas 95%).

Pengobatan (menurut Natadisastra, 2009) 1 :

- Pengobatan tergantung jenis amoebiasis dan pemilihan obat harus sesuai dengan tingkat amoebiasisnya dan disertai evaluasi dan disertai evaluasi pengobatan

- Amoebiasis asimptomatik: paromomisin 25-30 mg/kg/hari dalam 3 dosis selama 7 hari. Dapat digantikan diidohidroksiquin atau diloxanid furoad

- Amoebiasis usus akut (disentri amoeba): metronidazol

- Amoebiasis usus kronis (pembawa kista): dapat diberikan diiodohidroksiquin atau diloxanid furoad, tapi jangan diberi metronidazol

Evaluasi hasil pengobatan (menurut Natadisastra, 2009) 1:

Dilakukan beberapa tahap pemeriksaan untuk dapat memastikan keberhasilan pengobatan dengan pertimbangan jika pengobatan tidak tuntas mungkin akan berbahaya bagi penderita karena akan semakin berat ataupun menjadi karir yang berbahaya bagi lingkungan.

(7)

Pemeriksaan I.

Dilakukan 2 minggu sesudah pengobatan dimana pemeriksaan faeces dilakukan enam hari berturut-turut. Jika hasil positif, pengobatan diulangi tetapi kadang-kadang pemeriksaan sigmoidoskopi diperlukan untuk melihat ulkus pada mukosa usus.

Pemeriksaan II.

Dilakukan 3 bulan sesudah pengobatan, dilakukan pemeriksaan faeces (3-6) hari berturut-turut. Hasilnya positif atau negatif dilakukan seperti pada pemeriksaan I

Pemeriksaan III

Dilakukan enam bulan sesudah pengobatan

Pencegahan

Dapat dilakukan dengan mengurangi sumber infeksi dengan mengobati penderita amebiasis. Pendidikan kesehatan terutama menyangkut kebersihan, baik hygiene perorangan atau sanitasi lingkungan, pengawasan sanitasi makanan, tempat hidup/bekerja, pembuangan sampah, pembuangan faeces, pemberantasan lalat, kecoa sebagai vector mekanik yang dapat memindahkan kista pada makanan/minuman Dari penelitian para ahli dari seluruh penduduk dunia ternyata 18% mengandungEntamoeba histolytica, akan tetapi kurang dari 20% saja yang menunjukkan tanda dan gejala penyakit.

Amoeba usus apathogen

1. Entamoeba coli (Grassi 1879, Casagrandi dan Barbagali 1895)

Sinonim : Amoeba coli, Entamoeba hominis, Councilmania lafleuri

Morfologi : memiliki morfologi yang sangat mirip dengan E.histolytica ditemukan dalam dua bentuk:

Bentuk vegetatif (trofozoit)

Besarnya 15-30 µm, mempunyai inti entamoeba. Ektoplasma hanya tampak nyata apabila pseudopodium terbentuk. Pseudopodium kecil, dibentuk perlahan, gerakan lambat. Endoplasma mempunyai vakuola mengandung bakteri, bentuk ini tidak bisa dibedakan dari bentuk minuta E. histolytica

Bentuk kista

Besarnya 10-31 µm, dalam faeces biasanya intinya 2 sampai 8, yang berinti 2 memiliki vakuola glikogen yang besar. Benda kromatoid seperti jarum dengan ujung tajam. Entamoeba coli tidak pathogen, tetapi penting untuk dapat dibedakan dari Entamoeba histolytica, hidup di kolon dan sekum

3. Entamoeba gingivalis (Gros 1849, Brumpt 1914)

Entamoeba gingivalis terdapat pada dental socket (rongga gigi). Trofozoit yang memfagosit netrofil meningkat pada parodontitis, mengandung bakteri dalam jumlah

(8)

banyak dan amoeba bersifat apatogen. Dapat dibiakan menggunakan media Locke’s Egg Albumin (L.E.A) .4

Bentuk vegetatif : besarnya 10-20 µm, rata-rata 5-15 µm, memiliki inti entamoeba, vakuola besar dengan sisa inti, leukosit dan bakteri

Bentuk kista : tidak pernah ditemukan

Cara infeksi : diduga terjadi dengan kontak bentuk vegetatif

4. Iodamoeba butschlii (Von Prowazek 1912, Dobel 1919)

Bentuk vegetatif : besarnya 6-25 µm, ektoplasma tidak tampak, endoplasma mempunyai inti dan banyak mengandung vakuola dan bakteri

Bentuk kista : besarnya 6-15 µm, memiliki satu inti, vakuola glikogen yang besar sehingga mendorong inti ke pinggir, biasanya hidup komensal dalam caecum dan kolon, infeksi melalui menelan kista matang.

2). Penyakit Oleh Cilliata Usus

Penyakit : Balantidiasis (balantidiosis, disentri balantidium, merupakan penyakit zoonotik) Etiologi : Balantidium coli (Malmsten 1857, Sten 1862)

Sinonim : Balantidium suis

Habitat : Mukosa dan sub mukosa usus besar terutama caecum bagian terminal dan ileum Hospes : manusia, babi dan kera

Balantidium coli adalah satu-satunya siliata yang menginfeksi manusia. Ditemukan di seluruh dunia, penyebaran dengan fecal-oral dan terdapat di daerah tropis, prevalensi lebih dari 1%. Prevalensi pada babi 20-100%. Balantidiasis pada manusia memicu peningkatan prevalensi pada penduduk , contohnya di Papua New Guinea, babi merupakan hewan peliharaan sehingga prevalensi sampai 28%. Penularan manusia ke manusia juga dilaporkan biasa terjadi pada pemukiman padat penduduk, hygiene perorangan yang buruk, rumah sakit jiwa dan penjara.

Morfologi dan siklus hidup:

Cilliata merupakan protozoa usus terbesar, terdiri atas bentuk kista dan trofozoit Trofozoit :

- Warnanya kelabu, tipis, lonjong berbentuk seperti kantung ( balantidium= kantung kecil), ukuran panjang 50-200 µm dan lebar 40-70 µm.

- Silia tersusun longitudinal dan spiral sehingga arah pergerakkan melingkar

- Sitostoma sebagai mulut terletak di daerah peristoma yang bersilia panjang berakhir pada sitopige sebagai anus sederhana

- Terdapat dua vakuola kontaktil, dua nucleus (makro dan mikronukleus). Makronukleus berbentuk seperti ginjal berisi kromatin sebagai nucleus vegetatif/somatic. Mikronukleus banyak mengandung DNA terletak pada bagian konkaf makronukleus, sebagai nukleus generatif/seksual.

Kista.

- Berwarna hijau, bening, lonjong, memiliki dinding rangkap. Ukuran 45-75 µm, terdapat makronukleus, vakuola kontraktil dan silia

(9)

Siklus hidup.

Gambar 14. Siklus hidup Balantidium coli

sumber : http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/intest-protozoa.htm

Kista merupakan stadium infektif terhadap penyebaran balantidiasis (1). Hospes hampir seluruhnya terinfeksi kista dengan cara menelan kista melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan kista (2). Setelah ditelan terjadi ekskistasi dalam usus halus dan trofozoit membentuk koloni di usus besar (3). Trofozoit menetap dalam lumen usus besar manusia dan hewan dan memperbanyak diri dengan belah pasang transversal dan konjugasi (4). Trofozoit mengalami enkistasi untuk menghasilkan kista infektif (5). Beberapa trofozoit masuk ke dalam dinding usus besar dan bereplikasi, beberapa kembali ke lumen dan hancur, kista matang keluar bersama faeces .

Epidemiologi.

Kosmopolit, paling banyak pada daerah dengan iklim panas. Pada manusia frekuensi rendah, pada babi (63-91%). Menurut Neva F.A dan Brown H.W (1994) terdapat dua spesies yang berbeda,Balantidium coli yang dapat ditularkan pada manusia dan Balantidium suis tidak dapat ditularkan pada manusia.

Gejala penyakit :

Asimptomatik dan dapat sembuh sendiri, secara klinis dibagi menjadi infeksi sedang, akut dan kronis.

- Infeksi sedang dan akut

Gejala sama dengan amoebiasis usus yaitu diare, disentri, kolik abdomen, mual, muntah. Faeces encer mengandung lendir, nanah dan darah, defekasi sehari 6-15 kali

- Infeksi kronik

Diare hilang timbul disertai konstipasi, nyeri pada kolon dan anemia

Diagnosis.

Menemukan parasit dalam faeces, bentuk trofozoit pada faeces encer dan kista pada faeces padat. Sigmoidoskopi dapat dilakukan untuk melihat ulkus (parasit jarang terdapat pada isi ulkus, terdapat pada dinding dan dasar ulkus)

Pengobatan

Di-iodohidroksiquinolin (di-iodoquin), Klor tetrasiklin atau metronid

3). Penyakit oleh Flagelata usus

Giardiasis

(10)

Sinonim: Cercomonas intestinalis, Lamblia intestinalis, Giardia enteric, Giardia intestinalis, Megastoma entericum

Penyakit : Giardiasis, giardosis atau lambliasis, merupakan penyakit zoonotik terutama menyerang anak-anak berumur 6-10 tahun.

Habitat : Duodenum, jejunum bagian atas, saluran empedu, kandung empedu. Parasit melekat pada mukosa usus, terjadi inflamasi ringan. Kegiatan mekanik dan toksik akan menganggu penyerapan vitamin A dan lemak.

Morfologi dan siklus hidup Bentuk trofozoit

- Bebentuk seperti jambu monyet, tapi pipih dorsoventral - Ukuran (9-12) x (5-15) µm dan tebalnya 2-4 µm

- Bagian anterior merupakan batil isap, inti dua buah - Flagel 4 pasang (2 aksostil dan 2 benda parabasal) - Berkembang biak dengan belah pasang longitudinal

Kista.

- Ukuran (8-12) x (7-10) µm

- Bentuk lonjong, inti 2 sampai 4 terletak pada satu kutub

- Dalam endoplasma tampak sisa organel yang terdapat pada bentuk vegetatif

Siklus hidup

Gejala klinik

Umumnya tidak menimbulkan gejala klinik yang berarti, kalaupun ada biasanya terjadi pada anak-anak, terjadi enteritis akut dan kronis. Pada diare kronik faeces berlemak (steatorrhea) diselingi obstipasi kadang-kadang encer, sakit perut, ulu hati, perut kembung, faeces

berlendir dan mengandung darah. Pada orang dewasa hampir tidak berarti secara klinik.

Diagnosis

Diagnosa dengan pemeriksaan faeces ditemukan stadium kista dan trofozoit. Dengan cara pembuatan Wet mount menggunakan larutan garam fisiologis atau lugol,metode konsentrasi menggunakan larutan formalin-etil-asetat, pewarnaan hematoksilin, trikrom. Spesimen faeces harus diperiksa sebelum satu jam setelah pengambilan atau diberi pengawet polivinil alcohol 10%

Diagnose juga dapat dilakukan dengan teknik ELISA menggunakan antibody monoclonal yang spesifik terhadap antigen Giardia untuk membuktikan diagnose. Teknik ELISA telah digunakan untuk pemeriksaan Giardia lamblia pada faeces dengan sensitifitas 92-98% dan spesifisitas 87-100%, metode ini digunakan untuk secara luas untuk diagnosa klinik

(11)

Pengobatan

Kuinakrin (atabrin atau papakrin)

4). Penyakit oleh Sporozoa Usus

Coccidiosis

Etiologi: Isospora belli (Wenyon, 1923)

Habitat : usus halus, tetapi tidak diketahui tempat yang tepat. Ookista Isospora belli pernah di dapat di jejunum dan duodenum, parasit ini belum dapat dibiakan.

Jarang terjadi pada manusia, penularan melalui makanan dan minuman yang ditularkan melalui tangan ke mulut, patogenitas rendah, asimptomatik dan tidak memerlukan pengobatan, hanya membutuhkan makanan yang lunak dan istirahat.

Cryptosporidiosis

Cryptosporidiosis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh Cryptosporidium sp yang hidup di tanah, air dan makanan, penularan dapat terjadi dengan menelan parasit.

Gejala klinik yang timbul selain diare yang encer, diikuti oleh dehidrasi, kehilangan berat badan, sakit perut, demam, mual dan muntah. Pada umumnya orang yang terinfeksi tidak memerlukan pengobatan, kecuali pada orang dengan penyakit system imun yang lemah seperti pada AIDS. Untuk pencegahan infeksi dengan hygiene perorangan yang baik, mencuci tangan sebelum makan demikian pula buah dan sayuran sebelum dikosumsi

Cryptosporidium parvum Morfologi :

Berukuran 3-5 µm yang ditemukan di saluran pencernaan pada hewan dan pada manusia pada daerah endemic melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Manusia terinfeksi dengan menelan ookista yang mengandung banyak sporozoit. Sporozoit akan dilapaskan di saluran pencernaan bagian atas dan melekat di sel mukosa yang kemudian akan membelah membentuk merozoit. Merozoit akan meninvasi sel-sel mukosa lainnya dan kemudian memperbanyak diri secara aseksual. Beberapa merozoit akan berdiferensiasi menjadi gametosit jantan dan betina dan membentuk ookista yang kemudian akan memperbanyak dan berdiferensiasi menjadi sporozoit. Ookista matang akan keluar bersama faeces dan akan menginfeksi orang lain.

Ookista

Ookista berbentuk bundar dengan diameter 4,2-5,4 µm

Sporozoit terlihat di dalam ookista yang menandakan terjadinya sporulasi

Diagnosa dan pengobatan

Diagnosa spesifik untuk Cryptosporidium pavum menggunakan teknik (polymerase chain reaction) PCR, untuk mendeteksi lingkungan dan spesimen hewan. Pengobatan belum ada

(12)

pembuktian yang efektif terhadap penanganan Cryptosporidium pavum akan tetapi telah dilakukan uji coba terhadap paromysin

B. Protozoa Parasit Pada manusia

1. Protozoa Parasit Usus

Struktur tubuh protozoa tersusun dari unit-unit (komponen) fungsional yang disebut sebagai organel-organel bukan organ-organ sebab Protozoa adalah hewan bersel satu atau terdiri dari satu sel saja. Seluruh fungsi kehidupannya dilakukan oleh satu sel tersebut. Sedangkan “organ” terdiri dari banyak sel dan “organel-organel” adalah bagian sel yang mengalami diferensiasi yang disesuaikan dengan fungsinya. Pengelompokan Protozoa parasit dalam parasitologi dilakukan berdasarkan patologi anatomi hospesnya dengan urutan yang disesuaikan dengan taksonominya. Alasan pengelompokan tersebut, dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajarinya.

Entamoeba histolytica , Organisme ini adalah salah satu agen penyakit penyebab dysentri.

Selama beberapa tahun belakangan diketahui bahwa ada dua jenis entamoeba yang dibedakan menurut ukuran trophozoit dan cystenya. yaitu:

Ukuran besar : Trophozoit: 20-30 µm, Cyste: 10-20 µm Ukuran kecil: Trophozoit : 12-15 µm, Cyste: 5-9 µm

E. histolytica ukuran besar ada dua strain yaitu patogenik dan non-patogenik. Ukuran kecil

biasanya non-patogenik. Strain E. histolytica yang patogen adalah merupakan parasit protozoa yang paling penting pada orang dan banyak diteliti.

Daur hidup

Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu: Trophozoit—precyste—Cyste—metacyste—–metacyste trophozoit.

Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang tinggal dibagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Didalam usus trophozoit membelah diri secara asexual.

Trophozoit menyusup masuk kedalam mukosa usus besar diantara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik. Didalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenchym hati sehingga menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal.

Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic.Bentuknya akan mengecil dan bebentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung chromatoid

(13)

untuk menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.

Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar amoeba “multinucleus metacystic” yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda disebut “amoebulae”. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri asexual.

Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste pada fase metacystic.

Patologi

E. histolytica adalah spesies amoeba yang paling unik dan berbahaya diantara spesies amoeba

lainnya yang menginfeksi orang. Hal tersebut karena protozoa ini mempunyai kemampuan untuk menghydrolysis jaringan hospes (histo=jaringan, lytic=lysis). Sekali amoeba ini berkontak dengan mukosa, parasit ini mensekresi enzim proteolytic, sehingga organisme ini dapat berpenetrasi kedalam epithelium kemudian kejaringan yang lebih dalam.

Diagnosis

Diagnosis terutama dilihat dari gejala klinis dan reaksi tes imunologi. Pemeriksaan dengan sinar x dapat mendiagnosis adanya absces dalam hati. Pemeriksaan sampel feses cukup baik dilakukan untuk mendiagnosis infeksi dalam usus. Pemeriksaan beberapa kali terhadap feses pasien untuk menemukan trophozoit cukup baik dilakukan. Diagnosis secara imunologik cukup baik hasilnya. Penggunaan teknik fluoerscens antibodi cukup baik tetapi tidak dpat membedakan antara E. histolytica dengan E. hartmanni.

Pengobatan

Beberapa obat cukup baik untuk membunuh koloni amebiasis yaitu: - Asam arsanilik dan derivatnya serta iodichlor hydroxyquinolines

Bererapa antibiotik terutama:

- Tetracycline, cukup baik, tetapi kurang baik untuk infeksi ectopic. - Chloroquine phosphat dan niridazole, cukup efisien

- Metronidazole, merupakan pilihan tepat karena efektif terhadap amebiasis extra intestinal dan infeksi koloni (dosis 2g/hari, selama 3 hari).

2. Protozoa Parasit Rongga Tubuh

Protozoa atrial adalah protozoa yang berhabitat pada rongga tubuh seperti mulut, hidung, vagina, urethera. Dalam kelompok protozoa atrial yaituEntomoeba gingivalis (Kelas Sarcodina) dan Trichomonas tenax dan T. vaginalis(Kelas Flagellata), hanya T. vaginalis yang patogen. E. gingivalis hanya diketahui bentuk trophozoit saja yang sangat mirip dengan E. histolytica. Spesies ini tinggal di dalam gingiva manusia bersifat apatogen sama halnya dengan T. tenax. T. vaginalis habitat pada vagina dan glandula prostata. Pada wanita menyebabkan vaginistis yaitu dapat mengeluarkan banyak sekret keputihan yang

(14)

menyebabkan keputihan. Infeksi pada laki-laki dirasakan setelah adanya infeksi sekunder oleh bakteri dan mungkin menyebabkan uretritis dan prostata.

3. Protozoa Parasit pada Darah Manusia serta Vertebrata lainnya

Protozoa yang hidup parasit di dalam darah dan jaringan manusia mencakup berbagai jenis yaitu Trypanosoma sp, Leishmania sp, Plasmodium sp, dan Toxoplasma gondii. Parasit Trypanosoma cukup luas penyebarannya, sebagian tidak patogen, di dalam darah hewan mamalia, reptilia, amfibia, burung, ikan ada ada 3 spesies patogen pada manusia yaitu Trypanosoma gambiense, T. rhodesiense dan T. cruzi.

Daur hidup

Bentuk-bentuk perkembangan familia Trypanosomidae ini adalah Trypomastigot, Epimastigot, Promastigot, dan Amastigot. Bentuk-bentuk perkembangan ini ada yang lengkap dan ada pula yang tidak lengkap. Daur hidup Trypanosoma pada mamalia terjadi berganti-ganti di dalam inang vertebrata dan invertebrata.

Penularan

Penularan Trypanosoma dan dapat secara langsung dan dapat secara tidak langsung yaitu mengalami pertumbuhan siklik (mekanik) di dalam serangga pengisap darah sebelum menjadi infektif. Vektor bagi Trypanosoma gambiense dan T. rhodesiense adalah lalat tse-tse, sedangkan Trypanosoma cruzi adalah serangga reduvidae. Klasifikasi Trypanosoma didasarkan atas morfologi, cara penularan dan sifat patogen. Parasit Plasmodium penyebab malaria yang tersebar sangat luas dan banyak menimbulkan kematian pada manusia ada 4 spesies yaitu P. vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. ovale, sedangkan spesies lainnya dapat menginfeksi burung, monyet, rodentia dan sebagainya. Pembasmiannya sangat tergantung pada penggunaan insektisida, pengobatan dan faktor-faktor sosio ekonomi yang cukup komplex. Untuk kelangsungan hidup parasit tersebut mempunyai fase schizogoni, fase gametogami, dan fase sporogoni.

Patologi dan gejala klinis

Patologinya menyebabkan pecahnya eritrosit, reaksi humoral kelemahan limpa, hati, ginjal dan gangguan peredaran darah. Gejala klinis ialah serangan demam yang intermitten dan pembesaran limpa. Pencegahan mencakup pengurangan sumber infeksi, pengendalian nyamuk malaria.

Pengobatan

Pengobatan meliputi penghancuran parasit praeritrositik, obat represif, obat penyembuh dan obat radikal untuk bentuk eksoeritrositik, gametositik dan gametastatik.

4. Protozoa Parasit Pada Jaringan

Protozoa parasit jaringan merupakan protozoa parasit yang hidup berparasit di dalam jaringan hospesnya. Protozoa parasit ini merupakan penyebab penyakit bagi manusia dan hewan khususnya dan berperan penting dalam dunia kesehatan pada umumnya.

Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas Flagellata berupa genus Leishmania sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini hanya terdapat 3 spesies penting terutama bagi kesehatan

(15)

manusia yaitu dapat menyebabkan penyakit leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah Leishmania donovani penyebab leishmaniasis visceral;Leishmania tropica penyebab leishmaniasis kulit dan Leishmania brazilliennispenyebab leishmaniasis muko kutis.

Meskipun ketiga genus Leishmania ini merupakan protozoa parasit pada jaringan, tetapi di dalam daur (siklus) hidupnya masih tetap membutuhkan hospes perantara untuk kelangsungan hidupnya. Adapun sebagai hospes perantaranya adalah lalat Phlebotomus dan darah manusia. Di antara genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi berbagai macam hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. T. gondii ini merupakan penyebab penyakit toxoplasmosis pada manusia.

Daur hidup dan penularan

Di dalam daur hidupnya mempunyai tiga bentuk perkembangan yaitu bentuk zoite, kista dan ookista. Sebagai berikut infektifnya adalah sporozoit, kestozoit dan endozoit. Sedangkan cara infeksinya adalah bukan dengan melalui vektor, tetapi dengan berbagai cara yaitu per-os, transplantasi, transfusi ataupun dengan kista, trophozoit atau ookista selama melakukan penelitian di laboratorium. Peristiwa ini dapat mengakibatkan toxoplasmosis kongenital dan toxoplasmosis dapatan (perolehan). Penularan dari manusia ke manusia terjadi dengan melalui plasenta penyebab toxoplasmosis kongenital.

2. Ciri-ciri dan Reproduksi Kelompok Flagellata atau Mastigophora (Bercambuk)

Flagellata adalah Protozoa yang mempunyai alat gerak berupa bulu cambuk (flagela). Flagellata merupakan nenek moyang dari hewan dan tumbuhan.

Flagellata dapat hidup bebas di dalam air atau sebagai parasit pada makhluk hidup lain, seperti Trypanosoma dan Trichomonas. Trypanosoma gambiense dan

Trypanosoma rhodiense menyebabkan penyakit tidur yang disebarkan oleh gigitan lalat Tse-tse. Ketika lalat menggigit, lalat juga mengeluarkan air liur yang

mengandung Trypanosoma untuk mencegah pembekuan darah. T. evansi

merupakan penyebab penyakit sura pada hewan. T. cruzi merupakan penyebab penyakit nagana pada sapi dan kerbau. Pada Trichomonas terdapat tiga flagel atau lebih. Trichomonas vaginalis yang menyerang vagina dapat menyebabkan

keputihan.

3. Ciri-ciri dan Reproduksi Kelompok Ciliata (Berambut Getar)

Ciliata adalah Protozoa yang mempunyai alat gerak berupa rambut getar (cilia). Rambut getar ini adalah bulu-bulu halus yang melekat pada membran sel. Dengan menggunakan rambut getar, makhluk hidup dapat bergerak bebas ke segala arah di dalam air.

(16)

Bentuk tubuh Ciliata adalah oval, tidak berubah-ubah. Mereka biasa hidup di rawa, sawah, dan tempat-tempat berair yang banyak mengandung bahan organik. Contoh Ciliata yang hidup bebas adalah Paramaecium sp., sedangkan yang hidup berparasit adalah Nyctoterus ovalis, hidupnya menumpang di usus kecoa. Ada juga Ciliata yang hidup di air tawar, yaitu Stylonichia (hidup di perairan yang banyak

mengandung sampah organik), Didinium (hidup di perairan yang mengandung Protozoa), Stentor (hidup di perairan sawah yang mengandung bahan organik), dan Vorticella.

Paramaecium caudatum

Paramaecium caudatum adalah Ciliata yang hidup bebas. Bentuk selnya seperti sandal, ukuran kira-kira 250 mikron, mempunyai sitostom (celah mulut) pada membran plasma, dan selnya diselubungi oleh pelikel. Sel berisi dua inti sel yang terdiri atas inti kecil (mikronukleus) dan inti

besar (makronukleus), sitoplasma, vakuola makanan (pencerna makanan), serta vakuola kontraktil (pengeluaran zat sisa). Gerakan Paramaecium caudatum

dilakukan dengan menggetarkan cilianya. Gerakan cilia sulit diamati oleh mikroskop karena gerakannya sangat cepat.

Paramaecium caudatum dapat berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri menjadi dua anak sel (pembelahan biner) dan secara seksual dengan konjugasi. Konjugasi didahului dengan pertukaran inti antara dua individu lalu berpisah dan masing-masing membelah menjadi dua individu. Bagaimana cara Ciliata

mendapatkan makanan? Ciliata mempunyai mulut sel. Pada saat bergetar, rambut di sekitar mulut sel akan bergetar pula. Pada saat ini, terjadilah aliran keluar masuk air pada mulut sel. Air yang masuk dan keluar mulut sel banyak mengandung bakteri atau bahan organik atau bahan makanan lainnya yang tertambat atau terkumpul di dalam mulut sel. Makanan yang terkumpul akan masuk dalam

sitofaring (kerongkongan sel) lalu masuk ke dalam vakuola makanan untuk dicerna dan diedarkan ke seluruh tubuhnya. Penyerapan sari makanan terjadi di dalam sitoplasma. Sisa makanan padat dikeluarkan melalui membran plasma, sedangkan sisa makanan berupa cairan dikeluarkan melalui vakuola berdenyut yang terletak di kedua ujungnya.

(17)

Tidak seperti Rhizopoda, Ciliata, dan Flagellata yang telah mempunyai alat gerak, Sporozoa tidak memiliki alat gerak. Sporozoa hidup sebagai parasit pada makhluk hidup lain. Contoh makhluk hidup yang termasuk dalam Sporozoa adalah

Plasmodium malariae dan Plasmodium vivax. Plasmodium hidup sebagai parasit pada tubuh manusia yang menyebabkan penyakit malaria. Makanannya adalah sel darah merah. Penularan malaria terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Plasmodium berkembang biak secara aseksual dengan pembentukan spora terjadi di dalam tubuh manusia dan berkembang biak secara seksual dengan pembentukan gamet. Peleburan gamet jantan dan gamet betina terjadi di dalam tubuh nyamuk Anopheles. Contoh lainnya adalah Babesia dan Theileria. Babesia bigemina

menyebabkan penyakit demam Texas dan Theileria parva menyebabkan penyakit demam Pantai Timur (Afrika).

Referensi

Dokumen terkait

menyarankan tiga hal, yaitu (1) Diharapkan kepada para guru khususnya guru bidang studi fisika agar kiranya dapat menggunakan metode ekspositori dengan pemberian

Apa yang dilakukan mereka berdua ini (Raja Ahab dan Isebel), melanggar 10 Perintah Allah yang ketujuh (Jangan mencuri), perintah yang kedelapan (Jangan bersaksi dusta

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan limpahan rahmat, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk

Beban Penyisihan piutang OPD Kecamatan Karangsambung tahun 2018 adalah sebesar Rp.. Rincian Aset Lancar pada OPD Kecamatan Karangsambung per 31 Desember 2018

Penelitian yang dilakukan oleh Vora dkk. tahun 1997 dengan menggunakan metode co-aservatif. dengan membandingkan rasion surfaktan dan kolesterol. surfaktan yang

horisontal, selanjutnya data tersebut dianalisis menggunakan software slide 6 yang menggunakan metode Limit Equilibrium Method (LEM)/metode irisan untuk mengetahui faktor

Karena jika masing-masing image/ teks yang diolah dalam photoshop tidak dibagi menjadi layer-layer yang terpisah, maka proses editing ulang terhadap gambar/ image yang diolah

Pertimbangan lain untuk tidak segera melakukan ekstubasi adalah adanya edema serebri dengan kemungkinan pembengkakan otak yang akan menyebabkan terjadinya cedera