• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENGEMBANGKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SANGGAR MGMP

MATEMATIKA SMP BINAAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh Amri Yuzarsyah*

Abstrak

Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: (1) Peningkatan aktivitas supervisi akademik di SMP binaan tahun pelajaran 2015/2016; (2) Peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa di SMP binaan tahun pelajaran 2015/2016. Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 1 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya sebagai Sanggar MGMP mata pelajaran Matematika. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menemukan proses penyelenggaraan pendidikan yang paling sesuai dengan kondisi sekolah. Penelitian dilakukan dengan dua siklus, yaitu siklus I dan II. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif. Subyek penelitian adalah guru dan kepala sekolah. Berdasarkan atas hasil penbelitian tindakan sekolah yang dilakukan, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: (1) Pelaksanaan supervisi akademik yang berfokus pada masalah peningkatan keamampuan guru dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran, khususnya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, mengalami peningkatan; (2) Terjadi peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran, khususnya pada pendekatan yang berpusat pada siswa.

Kata Kunci : Supervisi akademik, meningkatkan kemampuan guru.

PENDAHULUAN

Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia saat ini sudah menjadi tuntutan yang harus dipenuhi mengingat konsep daya saing sekolah mulai menjadi dasar berpijak didunia pendidikan semenjak digulirkannya kebijakan otonomi pendidikan di Indonesia. Menurut Naiwa (2004: 12) peningkatan mutu pendidikan berarti peningkatan kualitas sekolah yang mengarah pada peningkatan mutu output pendidikan. Tanpa adanya peningkatan kualitas sekolah dalam menjalankan fungsinya, maka kualitas output pendidikan tidak mungkin dapat ditingkatkan sehingga kualitas pendidikan tidak mungkin lagi meningkat.

Peningkatan kualitas sekolah, terkait erat dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, mengingat salah satu tugas pokok sekolah adalah melaksanakan jalannya proses pembelajaran bagi siswa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk insan yang bertaqwa pada Tuhan YME, dan mempersiapkan sumberdaya manusia yang

mampu berkiprah dalam pembangunan Negara Republik Indonesia (Halim, 2004: 7).

Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran adalah penerapan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa (student centered teaching), yaitu proses pembelajaran dimana siswa sebagai inti dari kegiatan belajar memegang peranan aktif yang utama, dan guru memegang peranannya sebagai motivator. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Joni (1980: 2), bahwa pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara mata kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam pembelajaran student centered teaching ini, setiap kegiatan menuntut siswa untuk terlibat secara langsung dan menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa melalui proses asimilasi, dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan,

(2)

serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan (motorik, kognitif, dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai–nilai dalam pembentukan sikap.

Salah satu kendala yang muncul di dunia pendidikan adalah ketidakmampuan guru dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa. Menurut Rahman (2006: 17) salah satu fenomena pendidikan di Indonesia adalah sudah digunakannya literatur yang menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, akan tetapi cara pembelajaran yang dilakukan guru masih saja menggunakan cara lama yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru masih memegang peranan utama dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa hanya pasif mendengarkan ceramah guru, menerima materi dalam bentuk jadi tanpa ada kesempatan berfikir aktif dari awal dalam proses-proses penemuan konsep. Hal ini menjadikan siswa hanya sebagai obyek pembelajaran dan bukan sebagai subyek yang benar-benar belajar menemukan pengalaman secara mandiri.

Fenomena proses pembelajaran yang serupa juga terjadi di Sanggar MGMP SMP Binaan, dimana banyak guru mengalami kebingungan dalam mengembangkan model-pendekatan pembelajaran modern yang berorientasi pada aktivitas siswa atau pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut hasil survey pendahuluan yang dilakukan, ditemukan bahwa guru masih merasa nyaman dengan peranannya sebagai pusat dalam pembelajaran yang lebih banyak mengembangkan teknik ceramah dalam pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru. Proses pembelajaran ini dianggap paling sederhana dan mudah dilakukan dibandingkan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana guru dituntut untuk mampu mengkondisikan situasi yang kondusif dalam mendukung aktivitas siswa dalam belajar secara mandiri dan melalui berbagai tahap eksplorasi dalam belajar. Dengan demikian, maka diyakini perlu dilakukan suatu pembinaan pada guru dalam rangka

meningkatkan kemampuannya

mengembangkan model-pendekatan pembelajaran modern yang berpusat pada siswa melalui supervisi akademik. Kondisi ketidakmampuan guru ini juga berdampak pada kurangnya kualitas pendidikan di

Sanggar MGMP Matematika SMP binaan , dimana baru 65% siswa yang mencapai ketuntasan dalam belajar, sedangkan target yang ditetapkan adalah 75% siswa tuntas belajar.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka dirasa perlu untuk dilakukan penelitian tentang “Meningkatkan Kemampuan

Guru Mengembangkan Pendekatan

pembelajaran Melalui Supervisi Akademik di Sanggar MGMPMatematika SMP binaan Tahun Pelajaran 2015/2016

Rumusan Masalah

Berdasarkan atas latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terjadi peningkatan aktivitas supervisi akademik di Sanggar MGMP Matematika SMP binaan tahun pelajaran 2015/2016?

2. Apakah terjadi peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa di Sanggar MGMP Matematika SMP binaan tahun pelajaran 2015/2016?

TINJAUAN PUSTAKA Kajian tentang Supervisi a. Definisi

Terdapat berbagai definisi tentang supervisi akademik, akan tetapi esensinya adalah sama, sebagaimana dijelaskan oleh Glickman (1981) bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Sementara itu, Daresh (1989: 185) menyebutkan bahwa supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran.

Apabila di atas dijelaskan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987). Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru

(3)

dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik.

b. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1994: 243), ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik, yaitu 1) Supervisi akademik harus secara langsung

mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru (Glickman, 1981).

2) Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru. 3) Tujuan akhir supervisi akademik adalah

agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.

Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980).

Selain tersebut di atas, berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu: 1) Supervisi akademik harus mampu

menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur,

ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor (Dodd, 1972).

2) Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program sekolah (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973).

3) Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan. Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan demikian, maka program supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan (Dodd, 1972). 4) Supervisi akademik harus komprehensif.

Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik. Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. 5) Supervisi akademik harus obyektif.

Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif. c. Teknik-Teknik Supervisi

Menurut Purwanto (2004: 120), secara garis besar cara atau tehnik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tehnik perseorangan dan teknik kelompok.

1) Teknik perseorangan

Teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom

(4)

b) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)

c) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal

yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah.

2) Teknik kelompok

Teknik ini merupakan teknik supervisi yang dilakukan untuk guru secara bersama-sama atau melalui kelompok-kelompok yang dibentuk. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)

b) Mengadakan diskusi kelompok (group

discussions) c) Mengadakan penataran-penataran (inservice-training) METODE PENELITIAN Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di sanggar MGMP Matematika pada sekolah binaan di SMP Negeri 1 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat daya. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:

(a). Terdapatnya masalah berupa ketidakmampuan guru dalam mengembangkan pendekatan-pendekatan pembelajaran modern yang berpusat pada siswa;

(b). Kemudahan pengambilan data penelitian. (c). Merupakan sanggar MGMP matematika

di Kabupaten Aceh Barat Daya. 2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan Nopember pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. A. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil melalui pengukuran langsung di lapangan, yaitu meliputi data pelaksanaan supervisi akademik dan data kemampuan guru mengembangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Data sekunder merupakan data yang

telah tersedia dan dapat digunakan untuk pelaksanaan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini sekedar difungsikan untuk mendukung data primer, sehingga intepretasi atas hasil analisis dapat lebih baik dan mendekati kenyataan yang ada di lapangan. Sebagai data sekunder adalah data tentang administrasi pelaksanaan supervisi, administrasi pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru, dan data administrasi lainnya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara: a. Dokumentasi

b. Observasi c. Wawancara

B. Prosedur Penelitian

Rancangan penelitian tindakan sekolah yang dilakukan adalah dengan prosedur siklus yang dilakukan dengan tiga tahapan atau siklus, yang setiap siklusnya dilakukan melalui tahap perencanaan tindakan, tindakan pembelajaran, observasi, dan refleksi, sebagai berikut:

1. Perencanaan tindakan (planning) 2. Pelaksanaan tindakan (action) 3. Pengamatan tindakan (observasi)

4. Refleksi (reflecting)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Motivasi Kerja Guru Pra Pelaksanaan Tindakan

Sebelum dilaksanakannya supervisi akademik, kemampuan guru dalam mengembangkan pendekatan-pendekatan pembelajaran cukup rendah. Guru cenderung tidak memiliki keberanian mencoba suatu pendekatan baru, merasa khawatir dengan tidak tercapainya rencana program pembelajaran yang telah disusun, merasa takut salah, dan merasa tidak punya waktu untuk mencobakan suatu konsep yang baru. Bahkan terdapat guru yang menganggap bahwa percobaan pendekatan pembelajaran lebih banyak resiko kegagalannya daripada peluang keberhasilan.

Selama ini, proses supervisi akademik yang dikembangkan belum mengarah pada supervisi tentang kemampuan guru dalam mengembangkan pendekatan-pendekatan pembelajaran modern yang berpusat pada aktivitas siswa.

(5)

Berdasarkan hasil observasi pra pelaksanaan penelitian tindakan sekolah tersebut, terlihat bahwa proses pembelajaran masih jauh dari aktivitas yang berpusat pada siswa. Hasil observasi yang dilakukan oleh dua orang observatory menunjukkan bahwa hanya terdapat 15% dari aktivitas seluruh guru yang melibatkan aktivitas siswa dalam belajar. A. Pelaksanaan Siklus I

Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran yang dikembangkan guru, dimana pada tahap pra PTS thanya 15,5% aktivitas pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa, sedangkan setelah siklus I mencapai 35%.

Aktivitas supervisi tersebut menunjukkan peningkatan, dimana pada pra penelitian hanya memiliki skor rata-rata sebesar 1,37, sedangkan pada sikus I menjadi 2,37. Skor 2,37 ini lebih besar dari taraf sedang (skor 2).

Berdasarkan atas hasil dalam siklus I, dibuat poin-poin refleksi sebagai berikut: 1) Perlu kegiatan khusus secara berkelompok

untuk membuat perencanaan pembelajaran dengan pendekatan student centered teaching.

2) Perlu dilakukan kegiatan problem solving secara lebih intensif, dimana kepala sekolah secara langsung memberikan solusi didalam kelas.

B. Pelaksanaan Siklus II 1. Pelaksanaan Tindakan (action)

Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama dengan pelaksanaan supervisi pada siklus I dengan ditambah poin-poin perbaikan sebagaimana dalam perencanaan siklus I

Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi pembelajaran untuk pelaksanaan pendekatan student centered teaching sudah jauh diatas skor 2 (tingkatan sedang) dan lebih mendekati skor 3 (tingkatan baik).

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, terlihat bahwa aktivitas supervisi akademik sudah cukup baik dimana prosentase aktivitas pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa telah mencapai 42,3%, sedangkan pada siklus I baru mencapai 35,7%, dan pada pra penelitian hany amencapai 15,5%.

KESIMPULAN

Berdasarkan atas hasil penbelitian tindakan sekolah yang dilakukan, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan supervisi akademik yang berfokus pada masalah peningkatan

keamampuan guru dalam

mengembangkan pendekatan

pembelajaran, khususnya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, mengalami peningkatan.

2. Terjadi peningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran, khususnya pada pendekatan yang berpusat pada siswa.

Saran

Berdasarkan atas hasil penelitian, dibuat saran-saran sebagai berikut:

1. Perlu dikembangkan metode supervisi yang lebih baik dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam

mengembangkan pendekatan

pembekajaran secara lebih baik.

2. Sekolah perlu memperhatikan keberlanjutan pealaksanaan supervisi akademik agar tidak terbentuk program supervisi yang terputus-putus, sehingga suatu proses yang dikehendaki dapat terus ditingkatkan secara lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

Soripada. 2007. Konsep Sekolah Model dan

Intrumen Verifikasi Sekolah Model SMA. www.psb-psma.org diakses pada 25 Juli 2009.

Blumberg, Hansen. 1974. The Human Side Of

Relationships Between Supervisors And Teachers To Understand Their Interactions. Human Resource Journal Vol 11. January, 1974. Vincent Gaspersz. 2000. Manajemen

Produktivitas Total. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kusnan. 2009. Urgensi Supervisi Akademik

Bagi Dosen Di Institusi Pendidikan Tinggi.

http://pendidikantinggi.hostei.com/pr oduk/1-kusnan.pdf.

Igneel. 2009. Supervisi Pendidikan.

http://dikot.blogspot.com/2009/11/su pervisi-pendidikan.html. Diakses pada 25 Juli 2009.

(6)

Sahertian, Piet A. Konsep Dasar dan Teknik

Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta, 2000.

Syaiful Sagala. 2011. Supervisi Pembelajaran

dalam Profesi Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Ngalim Purwanto. 2009. Administrasi dan

Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

H.A. Syamsudin Makmun. 2005. Psikologi

Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiyono. 2007. Motede Statistik untuk

Penelitian. Surakarta: Universitas

Sebelas Maret.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Herman R. Soetisna. 2007. Pengukuran

Produktivitas. Bandung:

Laboratorium PSK&E TI-ITB. Komarudin. 2004. Manajemen Pengawasan

Kualitas Terpadu. Jakarta: Rajawali.

Gomes, Faustino Cardoso. 2002. Manajemen

Sumberdaya Manusia. Yogyakarta:

Andi offset.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Code division multiple access (CDMA) adalah sebuah bentuk pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode akses secara bersama yang membagi

(3) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran yang menggunakan metode Peta Konsep menggunakan media atlas non elektronik

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kusunoki dkk, tentang efek dari berbagai variasi hematokrit terhadap aliran darah ke otak (CBF) dan pengangkutan oksigen pada

Parameter untuk menjawab tujuan penelitian adalah mencari nilai debit aliran yang dapat dihasilkan emiter mortari SG dengan menentukan kecepatan aliran, nilai konduktivitas

Banyak metode yang dilakukan dalam memberikan pakan kepada ayam yang sedang moulting, umumnya yaitu selama 6 minggu diberikan makanan dengan kadar protein rendah tetapi ditambah

The era of biologic therapy began with an anti-TNF DJHQW LQÀL[LPDE IRU SDWLHQWV ZLWK &'71)Į KDV been thought to play an important role in patogenesis RI ,%'71)Į LV