• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah manajemen ternak unggas MTU pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah manajemen ternak unggas MTU pada"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS MANAJEMEN LAYER

Oleh :

Kelas : E

Kelompok : 8

Rinaldo 200110100121

Yosia Dwiadmojo 200110100210

Frank C.T 200110100284

Ipan Supriyadi 200110120054

Muhammad Yunus 200110120244

Muhammad Ikram 200110120248

Yan Patar Hutabarat 200110120265

Rina Ferlianti 200110120279

Amanda Novandila 200110120283

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan jumlah penduduk yang selalu meningkat dari tahun ke tahu terus diimbangi dengan kesadaran akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal ini berimplikasi pada pola konsumsi makanan yang juga akan terus meningkat. Disamping tujuan utama penggunaan makanan sebagai pemberi zak gizi bagi tubuh yang berguna untuk mempertahankan hidup, manusia juga menggunakannya untuk nilai-nilai sosial, karena penggunaan makanan telah melembaga sebagai alat untuk berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu makanan dalam lingkungan masyarakat menyangkut gizi dan aspek sosial. Secara ekonomi, pengembangan pengusahaan ternak ayam petelur di Indonesia memiliki prospek bisnis menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah (Cahyono, B. 1994). Hal tersebut dapat berlangsung bila kondisi perekonomian berjalan normal. Lain halnya bila secara makro terjadi perubahan-perubahan secara ekonomi yang membuat berubahnya pasar yang pada gilirannya akan mempengaruhi permodalan, produksi dan pemasaran hasil ternak.

(3)

bisnis peternakan ayam petelur sering dihadapkan pada situasi dimana ayam petelurnya tidak mampu berproduksi secara optimal. Kunci utama untuk mencapai produksi yang optimal yaitu manajemen pemeliharaan yang baik pada persiapan peralatan dan perkandangan, starting manajemen, growing manajemen, laying manajemen, seleksi, culling, program force molting, tatalaksana pemanenan telur, penangan limbah dan biosekuruti serta didukung dengan baiknya sistem recording di Farm.

1.2. Tujuan

1. Mengetahui persiapan kandang dalam manajemen layer 2. Mengetahui cara menyeleksi ayam petelur

(4)

II

PEMBAHASAN

Secara makro kandang befungsi sebagai tempat tinggal ternak agar terhindar dari pengaruh cuaca buruk (hujan, panas dan angin), hewan buas dan pencurian. Secara mikro kandang berfungsi sebagai tempat untuk menyediakan lingkungan yang nyaman agar terhindar dari stress sehingga kesehatan ternak dapat terjaga dan produksi dapat maksimal (Suprijatno dan Atmomarsono, 2005).

Prinsip dasar pembuatan kandang ayam petelur harus di perhatikan untuk menghadapi beberapa perubahan lingkungan di lapangan. Beberapa prinsip dasar tersebut antara lain sirkulasi udara di peternakan, kandang cukup sinar matahari pagi dan jangan sampai terkena sinar matahari sepanjang masa, permukaan lahan peternakan, sebaiknya kandang di bangun dengan sistim terbuka agar hembusan angin dapat memberikan kesegaran di dalam kandang (Rasyaf, 1994).

2.1. Persiapan kandang dan peralatan

Persiapan kandang dan peralatan pada ayam layer prinsipnya sama seperti persiapan pada ayam broiler.

Pemasangan pembatas

Pembatas berfungsi sebagai pelindung bagi anak ayam agar tidak bergerak terlalu jauh dari pemanas serta tempat pakan/minum. Pembatas dapat berbentuk lingkaran atau persegi dengan ketinggian ± 45 cm, terbuat dari seng atau papan. Setiap minggu pembatas diperlebar. Pembatas hanya digunakan sampai anak ayam berumur 4 minggu.

Pemberian litter

(5)

Persiapan pemanas

Pemanas hanya digunakan selama 4 minggu. Biasanya pemanas yang dipakai adalah lampu pijar 60-75 watt untuk kandang box. Pemanas dinyalakan 2-3 jam sebelum DOC tiba agar suhu ruangan sudah menjadi stabil ketika DOC masuk.

Feeder tray (nampan)Tempat pakan gantung 1 kgTempat terganggu. Ventilasi kandang dapat diatur sebagai berikut:

 Minggu I : Terpal tertutup rapat

 Minggu II : Terpal terbuka sepertiga

 Minggu III : Terpal terbuka duapertiga

 Minggu IV : Terpal terbuka penuh.

Pengaturan pencahayaan

(6)

tambahan. Namun untuk anak ayam yang dibesarkan menggunakan pemanas gas atau batu bara, setelah lepas dari pemanas (4 minggu) harus diberi penerangan tambahan hingga umur 8 minggu.

Pengaturan kepadatan DOC

Kepadatan yang terlalu tinggi akan menyebabkan:  Pertumbuhan tidak seragam

 Kanibalisme (menyerang/mematuk ayam yang lain)

 Kadar ammonia dan kelembaban tinggi

Umur DOC Kepadatan

Malik (2003) menyatakan bahwa budidaya ayam petelur membutuhkan waktu lebih lama dari pada ayam pedaging. Ayam petelur umur 19 minggu sudah mulai berproduksi, ini berarti selama 19 minggu investasi terus ditanamkan tampa pemasukan. Ditinjau dari segi produktivitas, manajemen pemeliharaan umur 1-19 minggu sangat menentukan produktivitas telur. Apabila manajemen pemeliharaan pada masa pertumbuhan tidak baik maka produksi yang diperoleh tidak akan menunjukkan kualitas produksi yang maksimal.

Fase kritis pada pemeliharaan ayam layer adalah pada awal pemeliharaan. Keberhasilan pencapaian kondisi yang optimal bagi tumbuh kembanga anak ayam hingga pullet menjadi modal dasar suksesnya peternakan ayam petelur.

Pada fase starter atau brooding salah satu yang diperhatikan adalah jumlah tempat pakan dan minum. Bila populasi ayamnya 1.000 ekor, rasio jumlah tempat pakannya (feeder tray) 1 : 80, jadi sekitar 12 buah. Charles menyarankan, sebaiknya jumlah feeder tray lebih daripada kurang.

(7)

nipel bila telah berumur 3-4 hari. Jadi waktu hari pertama dan kedua, selain mengaktifkan nipel, Anda tambah dulu baby drinker,” imbuhnya.

Pada umur 1-8 minggu pakan yang diberikan harus mencukupi baik dari segi jumlah maupun kualitas. Pasalnya, pada minggu I terjadi proses pembelahan sel yang sangat cepat daripada pembesaran sel. Saat minggu II pembelahan dan pembesaran sel hampir sama cepatnya. Sedangkan pada minggu III, pembelahan sel lebih rendah ketimbang pembesaran sel.

Untuk mendukung proses ini ayam harus cukup makan dan minum. harus cek apakah tembolok itu cukup terisi pakan atau air. Enam jam pertama, harus cek semua temboloknya terisi atau tidak. Pada delapan jam pertama, 80% tembolok harus terisi pakan, 10%-15% sisanya adalah air. Lalu 24 jam, 95% tembolok harus sudah terisi,” papar Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM itu. Bila kondisi ini tidak tercapai, target keseragaman 80%-85% pun tinggal angan-angan.

Selain itu, pemanas (penghangat) menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan. Charles menyarankan peternak agar memilih pemanas yang dapat dikendalikan suhunya. Bila suhu tidak tepat, persebaran ayam tidak merata. Kalau suhu sangat panas anak ayam menjauh dari pemanas dan mengumpul bila suhu terlalu dingin. Lebih jauh lagi, jika suhu terlalu panas dibandingkan thermal neutral zone(diukur dari kloaka sebesar 40o-40,6oC) ayam akan meregulasi kembali pakan yang dikonsumsinya untuk melawan panas. Sebaliknya bila suhu dingin, makanan yang diambil akan digunakan untuk melawan dingin.

2.3. Growing Manajemen

(8)

1. Persiapan kandang

Kandang yang digunakan merupakan kelanjutan dari kandang koloni pada masa starter. Namun jika DOC dipelihara dalam kandang box, pada periode ini ayam harus dipindahkan ke kandang koloni yang lebih besar.

a. Persiapan kandang (kepadatan 14-15 ekor/m2)

 Kandang litter: kandang dibuat langsung menempel pada lantai dan di

atasnya diberi sekam padi atau serbuk kayu setebal 5-10 cm.

 Kandang panggung (slat): kandang yang lantainya terbuat dari bambu bercelah sehingga kotoran dapat langsung jatuh ke tanah.

b. Persiapan peralatan kandang

 Untuk 100 ekor dibutuhkan 4 tempat pakan 5 kg dan 4 tempat minum 1

galon.

 Tinggi tempat pakan dan minum diatur setinggi punggung ayam.

c. Pengaturan ventilasi

 Pada periode ini tirai sudah dibuka penuh, kecuali jika hujan deras atau

angin yang masuk ke dalam kandang terlalu besar (ayam bergerombol di sudut ruangan) ada baiknya tirai dipasang sebagian.

2. Seleksi dan pindah kandang

Proses seleksi dan pindah kandang sebaiknya dilakukan pada saat udara tidak terlalu panas yaitu pagi atau sore hari agar ayam tidak stres.

a. Seleksi ayam jantan

(9)

 Ayam jantan dibesarkan sebagai ayam potong, untuk itu diberi pakan

dengan kadar protein 19-20% secara tidak terbatas.

b. Seleksi ayam betina

 Ayam betina yang dibesarkan haruslah sehat dan memiliki pertumbuhan yang baik. Oleh karena itu ayam yang tidak memenuhi persyaratan harus disingkirkan.

3. Pemberian pakan dan air minum

a. Peralihan pakan

Peralihan pakan dilakukan setelah ayam berumur 8 minggu. Peralihan pakan harus dilakukan secara bertahap agar ayam tidak stres.

 Hari pertama : 75 % pakan lama dan 25% pakan baru.

 Hari kedua : 50 % pakan lama dan 50% pakan baru.

 Hari ketiga : 25 % pakan lama dan 75% pakan baru.

 Hari keempat : 100 % pakan baru.

b. Jumlah pakan yang diberikan

Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai standar. Agar ayam tidak terlalu gemuk atau tidak terlalu kurus, karena dapat mempengaruhi masa produksinya.

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Periode Grower

(10)

c. Pemberian air minum

Air minum yang disukai oleh ayam adalah air bersih yang segar, tidak berbau dan tidak berwarna. Air minum diberikan secara tidak terbatas.

2.4. Laying Manajemen

Manajemen layer diperlukan untuk meningkatkan produktivitas layer dalam menghasilkan telur. Semakin tinggi persentase jumlah telur yang dihasilkan per ayam layer yang dipelihara akan semakin baik dan semakin menguntungkan bagi peternak.

1. Pemberian pakan

a. Jumlah pakan/ekor ayam

Jumlah pakan yang diberikan sangat mempengaruhi kemampuan bertelur ayam layer. Jumlah yang diberikan sekitar 80-85 gr/ekor/hari (tergantung jenis ayam). Beberapa pakar juga menyebutkan pemberian pakan 110 – 120 gram/ekor/ hari. Jika jumlah pakan yang diberikan kurang akan berdampak buruk pada jumlah telur yang dihasilkan.

b. Kandungan serat, protein, lemak dan karbohidrat

Protein yang terkandung dalam konsentrat sangat bervariasi tergantung dari pabriknya (gunakan ataurai pakai sesuai rekomendasi pabrik pakan). Jumlah protein yang diberikan berpengaruh terhadap kemampuan bertelur ayam layer. Minimal kandungan protein yang ada dalam pakan adalah 18%.

Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Pada Periode Layer

Zat Makanan Periode Grower

Protein % 17 – 18

Lemak % 2 – 3

Serat Kasar % 3 – 3,5

(11)

Kalsium % 2 – 4

Phospor % 0,6

Kalori (Kcal/kg) 2800

c. Penggantian jenis konsentrat

Perlu untuk diketahui bahwa penggantian konsentrat dapat menyebabkan ayam menjadi stress. Catatan penting yang harus diperhatikan adalah jangan mengganti konsentrat secara langsung. Jika hal ini dilakukan akan terjadi penurunan produksi yang signifikan.

2. Pencahayaan

a. Panjang gelombang atau warna cahaya

Ayam mengenali adanya cahaya melalui mata (retinal photoreceptors) dan melalui photosensitive cells di otak (extra-retinal photoreceptors). Cahaya dengan gelombang cahaya yang panjang lebih mudah penetrasi memalui kulit dan batok kepala dibandingkan cahaya dengan panjang gelombang yang pendek. Dengan demikian, pertumbuhan dan perilaku ayam berhubungan dengan retinal photoreception (gelombang cahaya pendek) sedangkan reproduksi berhubungan dengan extra-retinal photoreceptors. Melalui penelitian tersebut didapatkan cahaya berwarna biru membuat ayam menjadi lebih tenang, merah mengurangi kanibalisme dan pencabutan bulu oleh ayam lain, cahaya berwarna hijau-biru menstimulasi pertumbuhan sedangkan orange-merah menstimulasi reproduksi.

Pada saat ini tersedia beberapa macam lampu yang digunakan dalam bisnis poultry yaitu Incandescent, Fluorescent, Metal Halide dan High-Pressure.

 Incandescent bulb lamp

Lampu standart yang sering digunakan dalam peternakan.  Fluorescent lamp

(12)

 High Pressure Sodium (HPS)

Lampu ini terbukti sukses digunakan sebagai fasilitas dalam dunia poultry, terutama pada breeder houses dan turkey

 Metal Halide (MH)

Karena lampu ini harus dihitung orientasi spesifiknya (vertical atau horizontal) maka lampu ini jarang digunakan pada chicken house, tetapi digunakan pada area warehouse dan egg handling rooms.

b. Cahaya

Intensitas cahaya diukur dengan alat photometer dan mempunyai satuan footcandle atau lux. Untuk mudahnya dapat diterangkan bahwa penggunaan lampu 25 watt tipe pijar (polos, bukan warna susu) adalah mencukupi untuk luasan kandang 16 m2. Penempatannya dengan mengatur jarak antar lampu sejauh 4 m dengan ketinggian 2,5 – 3 meter.

c. Lama Waktu Pencahayaan

Ada 2 aturan dalam stimulasi pencahayaan :

1. Jangan menaikkan lama pencayaan dan intensitasnya selama peride pembesaran.

2. Jangan mengurangi lama pencayaan dan intensitasnya selama peride produksi.

Lama pencahayaan berhubungan dengan umur ayam dan tipe kandang yang digunakan.

(13)

 Pada usia 3 minggu, penerangan dapat mengikuti penerangan alamiah

yaitu selama 12 jam sehari.

 Bila berat badan sudah mencukupi atau ayam memasuki usia pre-layer (16 minggu), stimulasi penerangan dapat mulai diterapkan dengan 13 jam pencahayaan per hari dan setiap minggunya ditambah 30 menit sampai pencahayaan mencapai 16 jam perhari (puncak produksi).

3. Bentuk kandang

Kandang untuk layer adalah kandang terbuka tanpa dinding. Arah kandang adalah arah Utara ke Selatan agar kandang mendapatkan sinar matahari pagi dan sore. Kandang utama berukuran 5×15 meter dengan tinggi sekitar 3.5 m (1000 ekor ayam). Masing-masing ayam dimasukkan dalam kandang baterai.

(14)

Panjang kandang baterai adalah 110 cm yang dibagi menjadi 4 ruangan yang sama luas. Masing-masing kandang baterai dapat memuat maksimal 2 ekor ayam layer yang siap bertelur.

2.5. Seleksi, Culling dan Program Force Molting 2.5.1. Seleksi

Cara menyeleksi ayam petelur dapat dilakukan oleh peternak ayam petelur sebagai berikut:

1. Memilih ayam yang bermutu tinggi dari suatu kelompok dalam sehari-hari. Seleksi dimulai dari saat masih kutuk dengan memperhatikan tingkah laku, nafsu makan, keadaan tubuh dan Iain-lain.

2. Tingkah laku ayam yang sehat ditandai dengan kelincahan bergerak dan mencari makan.

3. Nafsu makan baik, aktif mencari makan dan tembolok selalu penuh berisi. 4. Kaki-kaki dan paruh cukup kuat

5. Pancaran mata cerah serta mempunyai bentuk yang baik

6. Keadaan tubuh padat, yang menandakan bahwa ayam matnpu beproduksi secara baik.

2.5.2. Culling

(15)

atau Poultry Shop sampai tidak berproduksi lagi. Ayam yang harus di culling sewaktu DOC baru tiba dari Farm atau Poultry Shop :

1. Anak ayam yang dalam keadaan lemah.

2. Bentuk fisik abnormal, seperti: paruh silang, mata cuma satu, kaki semper dan Iain-lain.

3. Badan telalu kecil dengan kaki yang kering. 4. Selama masa pertumbuhan:

a. Ayam tumbuh kerdil.

b. Kaki bengkok, aayap menggantung lemah. c. Tulang punggung bengkok dll.

5. Sesudah masa dewasa (masa produksi):

(16)

Tabel 3. Patokan pelaksanaan culling untuk petelur

Bagian

Tanda-tanda

Petelur yang Baik Petelur yang Jelek Kepala dan Muka Halus, lebar, bersih Kasar, kecil, pucat Jengger dan Pial Lebar, berminyak,

mengkilap, merah

Kecil, keriput pucat

Mata Cerah bersinar, bulat Sayu, malas

Tulang supit (pubis) Jaraknya berjauhan lebih besar dari 2 jari tangan

Sempit, kurang dari 2 jari tangan

Perut Halus, penuh, elastis Keras berlemak Kulit Tipis, halus, longgar Tebal dan kasar Kloaka Oval dan selalu basah Sempit dan kering

Badan Lebar dan dalam Sempit

Kaki Rata, pipih Bulat, besar

2.5.3. Force Molting

Force molting adalah untuk mendapatkan masa peneluran kedua yang serasi. Selama masa meranggas (moulting) berat badan layer akan berkurang sekitar 400-600 gram yaitu dengan cara mengatur makanannya. Banyak metode yang dilakukan dalam memberikan pakan kepada ayam yang sedang moulting, umumnya yaitu selama 6 minggu diberikan makanan dengan kadar protein rendah tetapi ditambah trace mineral dan vitamin, sesudah 6 minggu diberikan makanan yang normal dan unggas akan berproduksi secara normal selama 4 minggu berikutnya.

(17)

berproduksi lagi (tidak maksiamal). Untuk menjaga kesinambungan ayam, maka harus diganti dengan ayam dara (pullet), akan tetapi harga ayam dara dari hari ke hari semakin meningkat sehingga proses gugur bulu tersebut dapat dipersingkat selama sekitar 2 bulan, dengan menerapkan proses gugur bulu paksa (force moulting), maka setelah itu, produksi akan meningkat dengan presentase tinggi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mulyono (2004) bahwa secara normal rontok bulu terjadi setelah ayam berumur lebih dari 80 minggu. Pada umur ini merupakan saat yang tepat bagi ayam untuk diapkir. Proses perontokan bulu biasanya terjadi selama 2-4 minggu.

Menurut Kartasudjana (2006) bahwa hal-hal yang menjadi pertimbangan perlu tidaknya dilakukan force moulting untuk menjaga performa pada siklus produksi tahun kedua yaitu :

a. Biaya produksi, biaya pada pelaksanaan force moulting lebih murah dari pada biaya untuk membesarkan doc, sehingga pelaksanaan force moulting lebih baik.

b. Angka kematian, angka kematinan pada siklus pada produksi kedua lebih rendah dari pada siklus produksi tahun pertama.

c. Konsumsi ransum, konsumsi ransum pada siklus produksi tahun pertama lebih tinggi dari pada tahun kedua.

d. Masa berproduksi, masa produksi pada tahun pertama lebih lama dibandingkan dengansiklus produksi kedua.

e. Produksi telur, puncak produksi tahun kedua 7-10 % lebih rendah dari tahun pertama dan terus menurun secara perlahan setelah mencapai puncak produksi.

f. Kualitas kulit telur, kualitas telur pada siklus kedua lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun pertama.

(18)

Ada dua cara force moulting, yaitu cara konvensional dan nonkonvensional. Cara konvensional dilakukan dengan menggunakan perlakuan sederhana melalui pambatasan ransom, air minum, dan cahaya. Cara nonkonvensional dengan menggunakan obat-obatan yang disuntikkan. Metode force moulting yang sederhana melalui pembatasan pemberian, yaitu :

1. pembatasan pemberian ransom, ayam puasa dalam waktu tertentu dan makan sedikit untuk 1 hari lalu puasa lagi.

2. pembatasan pemberian air minum, cara ini sulit diterapkan di Indonesia karena iklim tropis yang panas.

3. pembatasan pemberian cahaya, cahaya mempengaruhi produksi telur bila cahaya dibatasi akan menghentikan produksi telur.

Tujuan force moulting adalah agar ayam berhenti bertelur dan memberi waktu istirahat bertelur agar siap bertelur lagi. Bila selama 2 bulan force moulting benar-benar terjadi dan ayam berhenti bertelur maka dapat diduga di tahun kedua ayam akan bertelur banyak dan besar-besar. Ada dua program yang baik

(19)

terjadi ayam terus makan dan tidak berproduksi, bila ayam disembelih setelah dua tahun bertelur tidak empuk (Ellis M.R., 2007).

2.6. Tatalaksana Pemanenan Telur Konsumsi

Pada saat pemanenan sebaiknya sekaligus dilakukan sortasi telur. Artinya, saat panen hanya telur yang kualitasnya baik dan bersih serta tidak pecah atau retak yang diambil terlebih dahulu. Sementara itu, teluryang tampilan fisiknya tidak normal, seperti kulitnya terlalu tipis, telur yang retak, atau terlalu kotor, dibiarkan dalam kandang. Telur-telur ini diambil belakangan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah tersendiri.

Proses sortasi yang dilakukan bersamaan dengan pengambilan telur seperti ini dapat menghemat waktu dibandingkan dengan mengambil semua telur yang ada tanpa melihat kondisinya, lalu melakukan sortasi setelah semua telur selesai dipanen. Dapat dibayangkan jika dalam satu hari memanen telur sebanyak egg tray tanpa sortasi. Pekerjaan menjadi tidak efisien, karena setelah semua telur dipanen harus dilakukan sortasi ulang dengan mengeluarkan kembali telur dari egg ray. Teknik ini tentu lebih memakan waktu serta beresiko menyebabkan telur pecah.

Setelah pengambilan telur, sebaiknya tidak ada proses pencucian telur hasil panen. Telur yang sedikit kotor cukup dilap menggunakan lap yang bersih dan kering. Pasalnya, pencucian telur dapat menyebabkan penurunan kualitas telur yang menyebabkan telur menjadi ;ebih cepat busuk.

(20)

dekat. Telur yang dicuci ini biasanya memiliki daya simpan yang tidak terlalu lama. Waktu maksimum sekitar satu minggu.

Penyimpanan telur konsumsi yang utuh dan segar biasanya dilakukan pada suhu rendah dengan kelembaban tinggi. Telur konsumsi yang disimpan atau dipasarkan biasanya dikemas, baik secara kemasan eceran dengan nampan telur (egg tray), maupun secara kemasan partai dengan kotak kayu atau keranjang. Transportasi telur konsumsi diperlukan selama melewati jalur pemasaran dimulai dari peternak ke pedagang, dari daerah produsen ke daerah konsumen, dan dari grosir ke para pengecer. Selama penanganan pascapanen, telur dapat mengalami penurunan mutu atau kerusakan produk. Karenanya diperlukan pengelolaan pelaksanaan penanganan pascapanen yang tepat.

2.7. Penanganan Limbah

Limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan ayam terutama berupa kotoran ayam dan bau yang kurang sedap serta. air buangan. Air buangan berasal dari cucian tempat pakan dan minum ayam serta keperluan domestik lainnya. Jumlah air buangan ini sedikit dan biasanya terserap ke dalam tanah serta tidak berpengaruh besar terhadap lingkungan sekitar.

(21)

bertambah banyak dan menumpuk di lantai kandang. Sejak kondisi ini terjadi, petani mulai memikirkan bagaimana cara menangani limbah peternakan agar usahanya tidak merugi. Bila diamati, pada waktu yang lalu sebagian besar petani menggunakan sistem penanganan limbah dengan parit (gutter) dan kemiringan lantai kandang (sloping floors).

Arah kemiringan dibuat agar pada saat dibersihkan dengan air, dengan mudah limbah mengalir menuju ke parit. Limbah ternak berbentuk cair tersebut dikumpulkan diujung parit untuk kemudian dibuang. Pada kandang sistem feedlots terbuka, sebagian besar limbah ternak menumpuk di lokasi yang terbuka di depan kandang. Agar pengumpulan limbahnya lebih mudah, lantai pada lokasi ini biasanya ditutup dengan bahan yang keras dan rata dengan kemiringan tertentu untuk mengalirkan limbah cairnya. Untuk membersihkan lantai digunakan pipa semprot yang kuat agar limbah cair dapat didorong dan mengalir ke tempat penampungan.

Berdasarkan sistem tersebut, ada tiga cara mendasar pengumpulan limbah, yang disebut :

 Scraping

Scraping diduga merupakan cara pengumpulan limbah yang paling tua dilakukan oleh para petani-peternak. Scraping dapat dilakukan dengan cara manual ataupun mekanik. Pada dasarnya, kedua cara tersebut menggunakan alat yang terdiri atas plat logam yang fungsinya untuk mendorong atau menarik limbah sepanjang lantai dengan maksud agar limbah terlepas dari lantai dan dapat dikumpulkan  Free-fall

(22)
(23)

 Flushing

Yaitu pengumpulan limbah menggunakan air untuk mengangkut limbah tersebut dalam bentuk cair. Sistem flushing telah digunakan sejak tahun 1960-an dan menjadi cara yang makin populer digunakan oleh peternak untuk pengumpulan limbah ternak. Hal ini dikarenakan lebih murah biayanya, bebas dari pemindahan bagian, sama sekali tidak atau sedikit sekali membutuhkan perarawatan dan mudah dipasang pada bangunan baru atau bangunan lama. Disebabkan frekuensi flushing, limbah ternak yang dihasilkan lebih cepat dibersihkan, mengurangi bau dan meningkatkan kebersihan kandang. Hal ini menjadikan sirkulasi udara dalam kandang lebih baik, yang menghasilkan sistem efisiensi penggunaan energi. Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam mendesain parit flushing adalah : (1). Lokasi parit berada di dalam fasilitas peternakan dan (2). Desain parit harus rata dan menggunakan jenis perlengkapan yang memadai.

2.8. Biosekuriti Operasional

Menurut Jeffrey (1997), penerapan biosekuriti pada peternakan petelur dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu (1) isolasi, (2) pengendalian lalu lintas, dan (3) sanitasi.

 Isolasi

(24)

 Pengendalian lalu lintas

Pengendalian lalu lintas ini diterapkan terhadap lalu lintas ke peternakan dan lalu lintas di dalam peternakan. Pengendalian lalu lintas ini diterapkan pada manusia, peralatan, barang, dan bahan. Pengendalian ini data berupa penyediaan fasilitas kolam dipping dan spraying pada pintu masuk untuk kendaraan , penyemprotan desinfektan terhadap peralatan dan kandang, sopir, penjual, dan petugas lainnya dengan mengganti pakaian ganti dengan yang pakaian khusus. Pemerikasaan kesehatan hewan yang datang serta adanya Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). (Jeffrey 1997).

 Sanitasi

Sanitasi ini meliputi praktek disinfeksi bahan, manusia, dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan, serta kebersihan pegawai di peternakan (Jeffrey 1997). Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi secara teratur terhadap bahan – bahan dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan. Pengertian disinfeksi adalah upaya yang dilakukan untuk membebaskan media pembawa dari mikroorganisme secara fisik atau kimia, antara lain seperti pembersihan disinfektan, alkohol, NaOH, dan lain-lain (Anonymous, 2000).

Sanitasi peternakan meliputi kebersihan sampah, feses dan air yang digunakan. Air yang digunakan untuk konsumsi dan kebutuhan lainnya harus memenuhi persyaratan air bersih (Depkes, 2001). Jika digunakan air tanah atau dari sumber lain, maka air harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan air bersih.

(25)

2001). Air juga dapat sebagai sumber pencemar. Jika air tercemar, perlu dicari alternatif sumber air lain atau air tersebut harus diolah dengan metode kimia atau metode lainnya. Sumber pencemar lain adalah udara di sekitarnya (Marriott, 1999).

Pangan dapat tercemar oleh mikroorganisme pada udara selama proses, pengemasan, penyimpanan dan penyiapan. Cara yang efektif untuk mengurangi pencemaran mikroorganisme dari udara antara lain praktek higiene, penyaringan udara yang masuk ke ruang proses, dan penerapan metode pengemasan yang baik (Marriott, 1999).

o Higiene Penanganan Telur

Menurut PCFS (1999), sebaiknya saat pengumpulan telur di kandang, telur yang utuh dan baik dikumpulkan dengan menggunakan baki telur plastik (egg tray) yang dipisahkan dengan telur yang retak/kotor. Hal ini dilakukan untuk mencegah telur yang baik terkontaminasi agen patogen yang mungkin terdapat pada telur kotor/retak. Perlakuan yang dapat diterapkan terhadap telur yang kotor adalah dengan cara dilap, tanpa dicuci terlebih dahulu. Pada gudang penyimpanan telur, telur disimpan pada egg tray terbuat dari plastik yang telah dibersihkan dan didisinfeksi, atau jika tidak ada, telur dapat diletakkan di dalam peti kayu baru dengan sekam yang telah didisinfeksi, terpisah dengan telur yang retak/rusak. Telur yang retak harus segera digunakan. Baki telur diletakkan di atas palet plastik setinggi minimum 15 cm dari permukaan lantai dan berjarak minimum 15 cm dari dinding. Menurut McSwane et al.(2000) penyimpanan pangan pada area gudang kering pada permukaan datar yang berjarak minimum 6 inch (15.24 cm) dari permukaan lantai dan dinding. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pembersihan lantai dan dinding, mencegah seranganhama, serta memberikan sirkulasi udara yang baik terhadap produk.

(26)
(27)

III

 Cara menyeleksi ayam petelur dapat dilakukan oleh peternak ayam petelur sebagai berikut:

 Memilih ayam yang bermutu tinggi dari suatu kelompok dalam

sehari-hari. Seleksi dimulai dari saat masih kutuk dengan memperhatikan tingkah laku, nafsu makan, keadaan tubuh dan Iain-lain.

 Tingkah laku ayam yang sehat ditandai dengan kelincahan bergerak dan mencari makan.

 Nafsu makan baik, aktif mencari makan dan tembolok selalu penuh

berisi.

 Kaki-kaki dan paruh cukup kuat

 Pancaran mata cerah serta mempunyai bentuk yang baik

 Keadaan tubuh padat, yang menandakan bahwa ayam matnpu beproduksi secara baik.

 Cara mendasar pengumpulan limbah, yaitu:

 Scraping

 Free-fall

(28)

 Biosekuriti pada manajemen layer meliputi:

 Isolasi

 Pengendalian lalu lintas

(29)

DAFTAR PUSTAKA

[Depkes] Departemen Kesehatan RepublikIndonesia. 2001. Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan bagi Pengusaha Makanan dan Minuman.Jakarta: Yayasan Pesan.

Ellis M.R. 2007. Moulting - A Natural Process. Poultry Branch, Agriculture Western Australia. PoultrySite.com (Diakses pada Tanggal 28 Oktober 2014 Pukul 14.43 WIB).

Jeffrey JS. 1997. Biosecurity for poultry flocks. Poultry fact sheet 1(26). [terhubung berkala]. http://www.vmtrc.ucdavis.edu.html [5 Juni 2011].

Kartasudjana, R dan Suprijatna E. 2006. Manajmen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Marriott NG. 1999. Principles of Food Sanitation. 4th Ed.Gaithersburg,Maryland: Aspen.

McSwane D, Rue N, Linton R. 2000. Essentials of Food Safety and Sanitation. 2nd Ed. UpperSaddleRiver: Prantice Hall.

(30)

LAMPIRAN

Rinaldo :

-Yosia Dwiadmojo :

-Frank C.T :

-Ipan Supriyadi : Pendahuluan

Muhammad Yunus : PPT

Muhammad Ikram : Edit, Print dan Kesimpulan

Yan Patar Hutabarat : Pembahasan dan Dapus

Rina Ferlianti : Pembahasan dan Dapus

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Periode Grower
Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Pada Periode Layer
Tabel 3. Patokan pelaksanaan culling untuk petelur

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap pelaku pidana turut serta yang membantu melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang (Pasal 10), atau ia merencanakan atau melakukan permufakatan

a) Penerimaan order dari pembeli di otorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai. Formulir tersebut diterbitkan fungsi penjualan yang

etanol jamur lingzhi-acarbose (25%:75%) dengan (75%:25%) berbeda secara nyata dalam menurunkan kadar glukosa darah Hal ini berarti semakin tinggi dosis ekstrak etanol

Penulis membagi tulisan ini menjadi beberapa pembahasan, yaitu Fitrah Manusia atas Pernikahan, Penikahan yang Dilarang dalam Syari’at Islam, Tujuan Pernikahan dalam Islam, Tata

Sosiaalipsykologisen sosiaalisen identiteetin teorian ( social identity theory ) mukaan, yksilö määrittelee identiteettinsä ryhmäjäsenyyksien mukaan. Ryhmään kuuluminen

Secara substansi, rangkaian pelaksanaan sertifikasi ekolabel sektor kehutanan ini berkaitan dengan kepastian hukum dan standar kualitas produk dalam rangka

Perancangan dog furniture yang memfasilitasi aktivitas bersama antara manusia daengan hewan anjing di dalam rumah tinggal ini meliputi ruang keluarga, ruang makan, dan

Penelitian ini dalam statistik deskriptif ditunjukkan untuk memberikan gambaran atau deskriptif data dari variabel dependen yaitu kinerja keuangan Return on Asset