Tangerang, 14 September 2017
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDORONG
KEPEMILIKAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT
BERPENGHASILAN RENDAH
Oleh : Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara
RAPAT KERJA NASIONAL
REAL ESTATE INDONESIA (REI)
Komponen Pengeluaran (YoY)
2015
2015 2016 2016 2017
Q1 Q2 S1 Q3 Q4 Q1 Q2 S1 Q3 Q4 Q1 Q2 S1
Kons Rumah Tangga dan
LNPRT 4,7 4,7 5,0 5,0 5,0 4,8 5,0 5,1 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 Kons Pemerintah 2,9 2,6 2,7 7,1 7,1 5,3 3,4 6,2 5,0 -2,9 -4,0 -0,1 2,7 -1,9 0,0 PMTB 4,6 4,0 4,3 4,9 6,4 5,0 4,7 4,2 4,4 4,2 4,8 4,5 4,8 5,4 5,1 Ekspor -0,7 -0,3 -0,5 -0,9 -6,4 -2,1 -3,3 -2,2 -2,7 -5,6 4,2 -1,7 8,2 3,4 5,8 Impor -2,6 -7,4 -5,1 -6,6 -8,7 -6,4 -5,1 -3,2 -4,2 -3,7 2,8 -2,3 5,1 0,5 2,8 PDB 4,82 4,74 4,78 4,77 5,17 4,88 4,92 5,18 5,06 5,01 4,94 5,02 5,01 5,01 5,012
PERTUMBUHAN EKONOMI KUARTAL II-2017 SEBESAR 5,01 PERSEN
…investasi meningkat, konsumsi stabil, namun ekspor-impor melambat...
• Konsumsi Rumah Tangga dan LNPRT tumbuh stabil didukung oleh adanya hari raya dan libur panjang.
✓ Komponen makanan dan minuman meningkat.
✓ Komponen non makanan dan minuman sedikit melambat.
✓ LNPRT tetap tumbuh tinggi sejalan dengan aktivitas sosial yang tinggi • PMTB tumbuh tinggi seiring dengan pembangunan infrastruktur dan
kenaikan belanja modal pemerintah.
• Konsumsi Pemerintah tumbuh negatif karena belanja pegawai dan barang turun sedangkan belanja sosial naik.
✓ Bel. Pegawai: pergeseran pembayaran gaji ke 13
✓ Bel. Barang : efisiensi belanja perjadin, pemeliharan atk, sosialisasi. • Ekspor dan Impor masih mampu tumbuh positif dan cukup tinggi
didorong peningkatan ekspor ke beberapa negara tujuan ekspor baik barang migas maupun nonmigas.
5.1 4.9 4.9 5.0 4.8 4.7 4.8 5.2 4.9 5.2 5.0 4.9 5.0 5.0 4.0 4.5 5.0 5.5 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2014 2015 2016 2017 YoY (%) Tahunan (%) 5,0 4,9 5,0
3
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Pertumbuhan PDB per Sektor (%, YoY)
2016 2017
Q1 Q2 S1 Q3 Q4 Y Q1 Q2 S1
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.5 3.4 2.5 3.0 5.3 3.3 7.1 3.3 5.1
Pertambangan dan Penggalian 1.2 1.2 1.2 0.3 1.6 1.1 -0.6 2.2 0.8
Industri Pengolahan 4.7 4.6 4.7 4.5 3.4 4.3 4.2 3.5 3.9
Konstruksi 6.8 5.1 5.9 5.0 4.2 5.2 5.9 7.0 6.5
Perdagangan Besar dan Eceran 4.1 4.1 4.1 3.6 3.9 3.9 5.0 3.8 4.4
Transportasi & Pergudangan 7.9 6.9 7.4 8.3 7.9 7.7 8.0 8.4 8.2
Informasi dan Komunikasi 7.6 9.3 8.5 9.0 9.6 8.9 9.1 10.9 10.0
Jasa Keuangan dan Asuransi 9.3 13.6 11.4 9.0 4.2 8.9 6.0 5.9 6.0
Jasa-Jasa Lainnya 5.9 5.4 5.7 4.4 3.6 4.8 4.0 3.4 3.7
PDB 4.9 5.2 5.1 5.0 4.9 5.0 5.0 5.0 5.0
➢ Sektor Pertanian melambat terutama akibat pergeseran siklus panen tanaman pangan.
➢ Kinerja Sektor Industri Pengolahan tumbuh melambat akibat banyaknya hari libur yang mempengaruhi hari kerja efektif untuk produksi, khususnya pada industri semen (barang galian bukan logam) dan kendaraan (alat angkutan); Kondisi tersebut juga berdampak pada Sektor Perdagangan yang relatif melambat
➢ Kinerja Sektor Konstruksi, Sektor Informasi & Komunikasi, dan Sektor Transportasi & Pergudangan mampu tumbuh tinggi, sejalan peningkatan penyediaan infrastruktur & konektivitas nasional.
➢ Sektor Pertambangan & Penggalian mampu tumbuh positif didukung
perbaikan harga komoditas, terutama batubara dan bijih logam, sementara kinerja migas mengalami kontraksi pertumbuhan
Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB relatif stagnan bahkan cenderung menurun
Sumber: BPS, Diolah
PERTUMBUHAN SISI PRODUKSI: SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN
MELAMBAT
Namun Sektor Jasa terkait infrastruktur dan Logistik masih mampu tumbuh tinggi
31.8 31.5 31.3 32.3 31.6 31.6 13.4 13.3 13.0 13.1 13.2 13.0 10.4 10.1 10.2 10.7 10.2 10.1 21.1 20.7 20.1 20.3 20.5 20.3 7.0 6.9 6.9 8.0 7.9 7.4 13.5 14.4 14.4 11.6 13.6 13.9 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2016 2017
Distribusi Sektoral terhadap PDB
Pertanian Pertambangan Industri Konstruksi Perdagangan Jasa Lainnya
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PERTUMBUHAN SUB SEKTOR TERKAIT POPERTI Q1 2011- Q2 2017
4
➢ Sektor Konstruksi tumbuh stabil dengan rata-rata pertumbuhan 6,7% ➢ Sektor Real Estate juga tumbuh stabil dengan rata-rata pertumbuhan 6%
➢Walupun fluktuatif dan menurun sejak akhir 2016, Sub Sektor Industri Barang Galian
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
5
PERKEMBANGAN INFLASI BIAYA SEWA RUMAH DAN KONTRAK RUMAH DARI
JANUARI 2014- AGUSTUS 2017
Inflasi diatas sebagai indikator permintaan di sektor perumahan. Walaupun melandai jika dibandingkan dengan awal tahun 2015 (4,34%) dan terendah pada Agustus 2016 sebesar 1,98%, namun masih terjadi inflasi di sektor ini sampai dengan Agustus 2017.
PERKEMBANGAN BEBERAPA INDIKATOR INVESTASI DI SEKTOR TERTIER
500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan & Reparasi Hotel & Restoran Transportasi, Gudang & Komunikasi
Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran
Jasa Lainnya PMA Q1 2017 PMA Q2 2017 PMDN Q1 2017 PMDN Q2 2017
Jumlah Proyek PMA & PMDN 2017
2,000.0 4,000.0 6,000.0 8,000.0 10,000.0 12,000.0 14,000.0 16,000.0 18,000.0
Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan & Reparasi Hotel & Restoran Transportasi, Gudang & Komunikasi
Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran
Jasa Lainnya PMA Q1 2017 PMA Q2 2017 PMDN Q1 2017 PMDN Q2 2017
Jumlah Nilai Investasi PMA & PMDN 2017
Sumber: BKPM, diolah
Pertumbuhan Konsumsi Semen dan Penjualan Mobil Komersial (%, yoy)
Pertumbuhan Kredit (%, ytd) Pertumbuhan Impor Per Penggunaan (%, ytd)
• Hingga bulan Juni 2017, ketiga komponen impor menurut
penggunaan masih tumbuh positif. Impor bahan baku memberikan peranan terbesar dan tumbuh sebesar 11,3%.
• Impor barang modal tumbuh 2,1% seiring dengan peningkatan impor pada komponen kendaraan untuk industri.
• Penjualan mobil komersial tumbuh signifikan pada kuartal II, peningkatan terutama terjadi pada penjualan kendaraan industri seperti truk.
• Konsumsi semen dalam negeri sedikit menurun pada kuartal II sebagai dampak hari libur lebaran cukup panjang.
• Pertumbuhan penyaluran kredit masih tumbuh positif pada tingkat moderat. Hingga bulan Mei 2017, secara keseluruhan kredit tumbuh sebesar 8,7%. Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi masing-masing tumbuh 8,5% dan 8,3%.
Sumber:SEKI BI, diolah
Sumber: BPS, diolah
Sumber: CEIC, diolah
PERKEMBANGAN BEBERAPA INDIKATOR INVESTASI
Indikator impor barang modal dan bahan baku masih tumbuh positif, penyaluran kredit masih tumbuh moderat…
0 2 4 6 8 10 12 14 16 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M 2015 2016 2017 Total Kredit KMK KI -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J 2015 2016 2017 Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal -40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2014 2015 2016 2017 Semen Mobil
8 KEMENTERIAN KEUANGAN RI 22.00 23.00 24.00 25.00 26.00 27.00 28.00 29.00 30.00 31.00 32.00 Mar -11 Ju l-11 N o v-11 Mar -12 Ju l-12 N o v-12 Mar -13 Ju l-13 N o v-13 Mar -14 Ju l-14 N o v-14 Mar -15 Ju l-15 N o v-15 Mar -16 Ju l-16 N o v-16 Mar -17
Construction Index: Business Problem Index
Kategori Business Problem Index terdiri dari: · Nilai <25%: kurang bermasalah
· 25% <nilai ≤50%: cukup bermasalah · 50% <nilai ≤ 100%: bermasalah
Business Problem Index
40 45 50 55 60 65 70 Mar -11 Ju l-11 N o v-11 Mar -12 Ju l-12 N o v-12 Mar -13 Ju l-13 N o v-13 Mar -14 Ju l-14 N o v-14 Mar -15 Ju l-15 N o v-15 Mar -16 Ju l-16 N o v-16 Mar -17
Construction Index: Business Condition Index Construction Index: Business Prospect Index
Construction Index
Kategori Prospek dan Kondisi Usaha terdiri dari:
· Nilai> 50%: Pengusaha cenderung optimis terhadap bisnis mereka · Nilai <50%: Pengusaha cenderung pesimis terhadap bisnis mereka
Sumber: BPS
PENGUSAHA MASIH OPTIMIS TENTANG MASA DEPAN REI, MESKIPUN MASIH
ADA BEBERAPA MASALAH
9 KEMENTERIAN KEUANGAN RI 9
ARAH KEBIJAKAN
FISKAL UNTUK
MENDUKUNG
PERUMAHAN BAGI
MBR
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
01
02
03
04
05
Mengatasi backlog kepemilikan
rumah
Fokus pemenuhan perumahan bagi MBR
Mendukung Program 1 Juta Rumah dengan sehingga perlu peran aktif pengembang, perbankan, Instansi terkait, Pemda
Perlu dukungan fiskal (availability, accessibility, affordability, dan
sustainability) pada sektor perumahan
Diperlukan skema pembiayaan
perumahan yang menjaga ketepatan sasaran, keterjangkauan bagi MBR
LATAR BELAKANG PEMBIAYAAN PERUMAHAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI 11
▪ Pembebasan PPN untuk mengurangi biaya produksi rumah bagi MBR;
▪ Subsidi selisih bunga dan bantuan uang muka serta FLPP untuk meningkatkan daya beli MBR; ▪ Sekuritisasi oleh PT.SMF untuk meningkatkan ketersediaan pembiayaan perumahan;
▪ Pembentukan BP.Tapera untuk meningkatkan menajemen pengelolaan pembiayaan perumahan
Insentif Fiskal (pembebasan PPN) Bunga:5% Tenor:20Th Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) (Porsi APBN 90% dan
Bank 10%) PT.SMF (sekuritisasi) mendukung pembiayaan perumahan Subsidi Selisih Bunga (SSB) Subsidi Bantuan Uang Muka BP. Tapera Meningkatkan akses pembiayaan Developer Perbankan MBR Rumah Layak huni & Harga terjangkau
CONCEPTUAL FRAMEWORK PEMBIAYAAN PERUMAHAN
KEMENTERIAN KEUANGAN 12
PROGRAM 1 JUTA RUMAH
▪ Untuk mendorong ketersediaan rumah bagi MBR (availability) dalam rangka mengurangi back log sekitar 13,6 unit Rumah;
▪ Meningkatkan akses pembiayaan perumahan bagi MBR (accessibility); ▪ Harga perumahan terjangkau bagi MBR (affordability);
▪ Diharapkan Program dapat berjalan dan dampak fiskalnya dapat terkendali (sustainability)
DUKUNGAN FISKAL
Pendapatan Belanja Pembiayaan
Insentif fiskal (fasilitas
Perpajakan pembebasan PPN ) melalui PMK No. 113/PMK/03/2014 1. Subsidi Selisih Bunga; 2. Bantuan Uang Muka. 1. Dana Bergulir FLPP; 2. PMN ke PT SMF. 3. Pemebentukan BP Tapera
DUKUNGAN FISKAL UNTUK PROGRAM 1 JUTA RUMAH
Memenuhi aspek availability, accesability, affordability dan sustainability
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
13
DUKUNGAN BELANJA DAN PEMBIAYAAN APBN UNTUK PERUMAHAN
13 APBNP 2015 1. Dana bergulir FLPP Rp5,103 triliun 2. PMN kepada PT SMF sebesar Rp1,0 triliun;
3. PMN kepada Perum Perumnas Rp1,0 triliun;
4. Pembentukan BLU Aset Rp1,5 triliun;
5. Dana bantuan uang muka
Rp220 miliar;
6. PNBP BLU FLPP untuk subsidi kredit selisih bunga Rp700 miliar. APBNP 2016 1. Dana bergulir FLPP Rp9,2 triliun; 2. PMN kepada PT SMF sebesar Rp1,0 triliun;
3. PMN kepada Perum Perumnas Rp235,4 miliar (konversi); 4. Dana bantuan uang muka
Rp1,2 triliun;
5. Subsidi kredit selisih bunga Rp2,03 triliun; APBNP 2017 1. Dana bergulir FLPP Rp3,1 triliun; 2. PMN kepada PT SMF sebesar Rp1,0 triliun;
3. Dana bantuan uang muka Rp2,2 triliun;
4. Subsidi kredit selisih bunga Rp3,7 triliun;
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
▪ Peninjauan kembali porsi pendanaan pemerintah dalam FLPP untuk meningkatkan jumlah masyarakat yang dapat menggunakannya.
▪ Peninjauan kembali skema tarif dengan membuka kemungkinan penambahan tenor sebagai alternatif perubahan tarif pendanaan pemerintah pada FLPP ▪ Sinergi dan kerjasama dengan sumber pendanaan lain seperti PT Sarana
Multigriya Finansial (persero),
▪ Memastikan ketepatan sasaran melalui perencanaan pemberian bantuan yang lebih terseleksi, termasuk pembangunan database cluster MBR / calon
penerima bantuan;
▪ Membuka kemungkinan keterlibatan lembaga keuangan non bank sebagai alternatif penyalur kredit FLPP terutama bagi debitur yang tidak dapat diakses oleh bank;
▪ Meningkatkan akses bagi MBR yang berpenghasilan tidak tetap atau sektor
informal;
▪ Reviews skema subsidi selisih bunga agar lebih efektif dalam pelaksanaan. ▪ Peran Tapera diharapkan berkontribusi optimal untuk mengatasi peningkatan
akses pembiayaan perumahan
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PPh PPN
Konstruksi
Penjualan Properti / Real Estat
Kepemilikan Properti
Pembiayan (KIK-DIRE)
PBB Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dan BPHTB dikelola oleh Pemerintah Daerah
PPh PBB BPHTB Pemda PPh PPN PPnBM BPHTB
ASPEK PAJAK DALAM KEGIATAN TERKAIT PROPERTI
16
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
POTENSI SEKTOR PROPERTI
• Lahirnya beberapa regulasi, seperti PP dan PMK tentang Dana Investasi Real Estate (DIRE) pada Kontrak Investasi Kolektif (KIK) salah satunya untuk menghilangkan pajak berganda
• FLPP mendorong penawaran dan permintaan
rumah, khusunya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
• Turunnya BI 7DRR menjadi 4,5% yang berpotensi menurunkan suku bunga investasi, kredit dan KPR • Pelonggaran Loan To Value oleh BI beberapa kali,
terakhir bulan Agustus 2016 untuk mendorong pertumbuhan kredit sehingga mendorong
17
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
TANTANGAN
• Mengumpulkan penerimaan lebih banyak → menaikkan tax ratio, antara lain:
melakukan penghematan tax compliance
• Kapasitas fiskal yang perlu ditingkatkan
• Mendorong belanja negara yang berkualitas (leverage dan multiplayer effect yang
lebih tinggi)
• Tingginya belanja mandatory
KEMENTERIAN KEUANGAN
LATAR BELAKANG PEMBIAYAAN PERUMAHAN
• Bertujuan untuk mengatasi backlog kepemilikan rumah. Backlog tahun 2010 adalah
13,6 juta unit dan terus bertambah
• Pada RPJMN Tahun 2015-2019 telah ditetapkan baseline backlog rumah di Indonesia
pada Tahun 2014 adalah sebesar 7,6 juta
• FLPP digulirkan pada tahun 2010 sebagai pengganti dari skema subsidi selisih bunga
dan bantuan uang muka
• Dengan skema dana bergulir FLPP, dana bantuan tidak hilang dan terus bergulir
sehingga secara berangsur dapat mengurangi beban APBN;
• Sejak 2015, Pemerintah telah menetapkan suku bunga tetap KPR bagi MBR menjadi
5% baik untuk rumah tapak maupun rumah susun dengan tenor hingga 20 tahun
• Sejak 2015, Pemerintah telah mengatur porsi besaran likuiditas FLPP adalah 90:10,
artinya pemerintah menyiapkan dana 90%, sedangkan 10% lainnya disediakan oleh
perbankan
20
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR TINGGI
Untuk Mengejar Ketertinggalan Pembangunan KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR (2015 –
2019) RENCANA SUMBER PEMBIAYAAN
Sektor Rp Tn
Jalan 733,0
Kereta Api 226,0
Penerbangan 144,0
Transportasi Laut 591,2
Sumber Daya Air 450,9
Perumahan 327,5
Transportasi Perkotaan 86,0
Transportasi Darat (ASDP) 47,0
Kelistrikan 1.000,0
Energi 507,3
Air Bersih & Pengolahan Limbah 403,0
Komunikasi & TI 280,3
TOTAL
4.796,2
SWASTA
Rp1.751,5 T
BUMN
Rp1.066,2 T
APBN + APBD
Rp1.978,6 T
41,3
%
22,2
%
36,5
%
Realisasi & Alokasi:
• 2015: Rp256,3 T
• 2016: Rp317,1 T
• 2017: Rp387,3 T
Gap hingga 2019 Rp1.017,9 T
Termasuk skema Kerja Sama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Beberapa fasilitas yang tersedia Viability
Gap Fund (VGF), Project Development Fund (PDF), Availability Payment (AP),
dan Penjaminan
Antara lain didukung oleh
pengalokasian Penyertaan Modal Negara (PMN) oleh Pemerintah