• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daftar Nilai Kritis SKP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Daftar Nilai Kritis SKP"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar nilai kritis hasil pemeriksaan

laboratorium

Aprisal Darwis Sunday, April 10, 2016Analisis

Semua laporan berupa telepon kepada dokter untuk melaporkan nilai-nilai kritis

didokumentasikan dalam BUKU LAPORAN HASIL KRITIS. Untuk memenuhi tujuan

kesalamatan pasien, petugas laboratorium yang melaporkan hasil kritis harus membaca kembali nama pasien, No laboratorium, Tanggal Lahir dan semua hasil laboratorium yang di periksa. A. Bank Darah

1. Adanya kesalahan label

2. Hasil uji cocok serasi inkompatibel

B. Kimia Darah

NO NAMA TEST KURANG DARI LEBIH DARI

1 Amonia - > 40 umol/L

2 Amilase - >200 U/L

3 Arterial PCO2 < 20 mmHg > 75 mmHg

4 Arterial PH < 7,10 > 7,59

5 Arterial PO2 (dewasa) < 40 mmHg

-6 Arterial PO2 (bayi baru lahir) < 37 mmHg > 92 mmHg

7 Bicarbonat - > 20 mg/dl

8 Calsium < 6,5 mg/dl > 14 mg/dl

9 CO2 < 11 meq/L > 40 meq/L

10 Troponin T - > 50 ug/L

12 Chlorida - > 115 meq/l

13 CK - > 3-5 kali batas atas

normal

14 CKMB - > 5 % atau >= 10

ug/L

15 Creatinin - > 5,0 mg/dl

16 Glukosa < 45 mg/dl > 500 mg/dl

17 Glukosa (bayi baru lahir) < 30 mg/dl > 300 mg/dl

18 Magnesium < 1 mg/dl > 4,7 mg/dl

20 Phosfor < 1,1 mg/dl

-21 Kalium < 2,8 meq/l > 6,2 meg/l

22 Kalium (bayi baru lahir) < 2,5 meq/l > 8,0 meq/l

23 Natrium < 120 meq/l > 160 meq/l

24 Ureum < 2 mg/dl > 80 mg/dl

25 Bilirubin total (dewasa) - > 12 mg/dl

26 Bilirubin total (bayi) - > 15 mg/dl

(2)

28 Kreatinin - >= 10 mg/dl

29 Laktat > 4,0 meq/l

C. Cerebrospinal fluid / Cairan otak

NO NAMA TEST KURANG DARI LEBIH DARI

1 Glukosa < 80% dari darah

-2 Protein total - > 45 mg/dl

3 Lekosit - > 10 /ul

D. Hematologi

NO NAMA TEST KURANG DARI LEBIH DARI

1 Hematokrit < 20 vol% > 60 vol%

2 Hemoglobin < 7,0 g/dl > 20 g/dl

3 Trombosit (dewasa) < 50.000 /ul > 1.000.000 /ul 4 Trombosit (anak) < 20.000 /ul > 1.000.000 /ul

5 APTT - > 100 detik

6 PT - > 30 detik atau >3

kali nilai kontrol

7 Fibrinogen < 100 mg/dl > 700 mg/dl

8 Lekosit < 500 /ul > 30.000 /ul

9 INR - > 3,6

10 Masa Perdarahan - > 30 menit

11 Trombin time - > 60 detik

12 Feritin < 10 ng/ml

-E. Mikrobiologi

1. Jika hasil kutur positif pada cairan tubuh yang seharusnya steril seperti : Cerebrospinal fluid,

cairan pericardial, cairan pleura, cairan peritoneal. 2. Hasil kultur darah positif

3. Hasil rotavirus positif

4. Jika pasien telah mengkonsumsi antibiotik dan pada uji sensitifitas hasilnya resisten

5. Jika pada hasil kultur ditemukan C Perfingens (spesimen luka), Listteria monocytogenes,

Clostridium difteri, E.Coli 0157,

6. Pada kultur dengan spesimen darah dan mata ditemukan bakteri Neisseria meningitidis

7. Pada Anak < 1 th di temukan Neisseria gonorrhoe

8. Ditemukan bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) atau hasil skrining

MRSA positif

9. Hasil uji sensitifitas karbapenem Resisten

F. Patologi Anatomi 1. Hasil potong beku (VC)

(3)

Waktu Pelayanan Senin – Sabtu

1. Pagi (07.00 -17.00); 2 dokter spesialis anestesi dengan ruang lingkup

pelayanan meliputi: poliklinik, kamar operasi, kamar bersalin, unit radiologi, emergency dan ICU.

2. Malam (17.00 – 07.00); 1 dokter spesialis anestesi dengan ruang lingkup pelayanan meliputi kamar operasi, kamar bersalin, unit radiologi, emergency dan ICU.

3. On Call – 1 dokter anestesi Pasien

1. Neonatus – geriatris 2. Pasien Operasi 3. Pasien endoscopy GI 4. Pasien Melahirkan

5. Pasien Lain: Radiologi intervensi 6. Pasien Rawat Inap

7. ICU

8. Pasien Rawat Jalan Staff

1. 2 dokter anestesi purna waktu 2. 2 dokter anestesi paruh waktu

(4)

3. 6 perawat anestesi of 14

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI

Download KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI

Transcript

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI 1. PENDAHULUAN RS Sehat Sejahtera menyediakan kebijakan untuk mengatur tentang pelayanan anestesi sebagai bagian dari tindakan diagnostik anterapeutik. Kebijakan pelayanan anestesi ini mengatur pelayanan anestesi yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi. 2. TUJUAN Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menetapkan kebutuhan dan standar

minimal pada pelayanan anestesi yang dilakukan di RS Sehat Sejahtera 3. RUANG LINGKUP 3.1. Pelayanan

anestesi yang diberikan adalah seragam di seluruh unit dimana pelayanan anestesi dilakukan. 3.2. Pelayanan anestesi meliputi: penilaian pre-anestesi, tindakan anestesi yaitu sedasi, anestesi umum dan anestesi regional (spinal, epidural dan blok saraf perifer),

pemantauan selama anestesi, pelayanan pasca anestesi, tatalaksana nyeri, management ICU, Resusitasi Jantung Paru dan transportasi medis pasien. (sesuai lampiran â “€ 1 Ruang lingkup pelayanan departemen anestesi) 3.3. Dokter spesialis anestesi melakukan tindakan anestesi yang meliputi: sedasi sedang dan dalam, anestesi umum

(5)

dan anestesi regional (spinal, epidural dan blok saraf perifer) dengan perawat anestesi bertugas sebagai

asisten saat dokter spesialis anestesi melakukan tindakan anestesi 3.4. Pelayanan anestesi dapat diberikan untuk kebutuhan tindakan diagnostik dan terapeutik. 3.5.

Penjelasan dan inform consent diberikan kepada pasien, keluarga atau penanggung jawab pasien atas risiko,

manfaat dan alternatif dari tindakan anestesi yang akan dilakukan Dokter spesialis anestesi 4. TANGGUNG JAWAB ORGANISASI 4.1. Direktur Utama (CEO) bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mekanisme

implementasi, pemantauan dan perbaikan secara keseluruhan dari kebijakan ini telah berjalan dan

dijalankan dengan menghormati hak pasien, serta dapat diakses dan dimengerti oleh seluruh staf terkait 4.2.

Direktur Operasional (COO) bertanggungjawab untuk memastikan bahwa Manajer Pelayanan Medis, Perawatan dan Penunjang Klinis 4.2.1. Menyebarkan kebijakan ini di bagian yang menjadi tanggung jawab mereka 4.2.2.

Melakukan implementasi dari kebijakan ini di dalam bagian yang menjadi tanggung jawab mereka 4.2.3.

Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya yang sesuai agar terpenuhinya kebijakan ini 4.2.4. Memastikan kebijakan ini diinformasikan kepada semua staf 4.3.

Semua DokterSpesialisAnestesiyang terlibat dalam ruang lingkup kebijakan ini bertanggung jawab untuk

memahami, mematuhi dan mengimplementasikan

kebijakan ini 5. DEFINISI 5.1. Sedasi minimal (anxiolisis) yaitu : 5.1.1. Respons terhadap stimulasi verbal normal 5.1.2. Fungsi kognitif dan koordinasi mungkin terganggu

(6)

5.1.3. Fungsi kardiovaskular dan pernafasan tidak terganggu 5.2. Sedasi sedang/analgesia (sebelumnya disebut sebagai conscious sedation), yaitu : 5.2.1. Kesadaran menurunkarena pengaruh obat 5.2.2.

Responspasienterhadap perintah verbal normal 5.2.3. Jalan nafas paten (tidak ada hambatan), pernafasan spontan adekuat 5.2.4. Fungsi kardiovaskular tidak terganggu 5.3. Sedasi dalam/analgesia, yaitu 5.3.1. Kesadaran menurun karenapengaruh obat 5.3.2. Pasien sulit dibangunkan. Respons terhadap stimulus nyeri atau stimulus berulang masih ada. 5.3.3. Tidak dapat

mengingat proses yang telah terjadi (amnesia) 5.3.4. Fungsi pernafasan mungkin terganggu, pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk menjaga patensi jalan nafas. Pernafasan spontan mungkin tidak adekuat 5.3.5. Fungsi kardiovaskular biasanya terjaga baik 5.4.

Anestesia umum, yaitu : 5.4.1. Hilangnya kesadaran karena pengaruh obat, pasien tidak dapat dibangunkan bahkan oleh stimulus nyeri 5.4.2. Fungsi pernafasan terganggu, terutama bila menggunakan pelumpuh otot 5.4.3. Fungsi kardiovaskular mungkin terganggu karena efek depresi kardiovaskular dari obat-obat anestesi 5.4.4. Tidak dapat mengingat proses yang telah terjadi

(amnesia) 5.5. Pelayanan anestesi yang dimaksud dalam kebijakan ini adalah pelayanan anestesi yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi, yang mencakup : 5.5.1. Sedasi sedang dan dalam 5.5.2. Anestesi umum 5.5.3. Anestesi regional (anestesi spinal, epidural dan blok saraf perifer) 5.6. Perawat anestesi adalah perawat yang telah terlatih dan bekerja di kamar operasi di bidang anestesi

(7)

selama paling tidak1 tahun, dengan memiliki sertifikasi BTCLS (Basic trauma cardiac life support)dan ACLS

(Advance Cardiac Life Support) 6. LOKASI PELAYANAN ANESTESI Pelayanan anestesi diberikan untuk kebutuhan diagnostikdan terapeutik 6.1. Di poliklinik, emergency, ruang rawat inap ataupun kamar operasi dilakukan

pemeriksaan pre-anestesi 6.2. Di kamar operasi dilakukan tindakan anestesi umum dan anestesi regional 6.3.

Tindakan sedasi sedang dan dalam dilakukan di kamar operasi, ruang perawatan intensif, ruang tindakan

endoskopi dan unit radiologi. Pada kondisi emergency tindakan sedasi dapat dilakukan ditempat dimana sedasi dibutuhkan. 7. PELAYANAN ANESTESI 7.1.

Tindakananestesimeliputi 7.1.1. Sedasi sedang dan dalam 7.1.2. Anestesi umum 7.1.3. Anestesi regional, yang

terdiri dari anestesi spinal, regional dan blok saraf perifer 7.2. Tindakan anestesi dilakukan hanya oleh dokter

spesialis anestesi dengan asisten perawat anestesi 7.3. Tindakan anestesi pada setiap pasien direncanakan dan perencanaan didokumentasikan dalam case note pasien. KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI Hal. 3 dari 5 7.4.

Pelayanan anestesi di RS Sehat Sejahtera diperlakukan seragam di semua unit dimana anestesi dilakukan,

memadai, teratur dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien 7.5. Pelayanan anestesi disediakan secara teratur dan rutin yaitu : 7.5.1. Dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu, termasuk hari libur. 7.5.2. Untuk kasus elektif maupun darurat (Sesuai Lampiran - 1 Cakupan Pelayanan Departemen Anestesi RS Sehat Sejahtera) 8. PENILAIAN PRE-ANESTESI DAN PENILAIAN PRE-INDUKSI

(8)

8.1. Penilaian pre-anestesi dilakukan sebelum tindakan anestesi. 8.1.1. Penilaian pre-anestesi yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi berguna untuk menilai kondisi fisiologis pasien sebelum dilakukan tindakan

anestesi 8.1.2. Berdasarkan penilaian pre-anestesi maka dilakukan perencanaan anestesi, diantaranya teknik dan obat-obat anestesi yang akan digunakan, persiapan yang dibutuhkan sebelum tindakan anestesi, serta perawatan pasien pasca operasi. 8.1.3. Penilaian pre-anestesi dan perencanaan anestesi yang akan dilakukan

didokumentasikan dalam rekam medis pasien. 8.2. Pemeriksaan pre-induksi dilakukan sebelum induksi

anestesi, 8.2.1. Pemeriksaan pre-induksi bertujuan untuk menilai kondisi fisiologis pasien sesaat sebelum induksi anestesi dilakukan. 8.2.2. Penilaian pre-induksi

didokumentasikan dalam rekam medis 8.3. Penilaian pre-anestesi dan pre-induksi dilaksanakan sesuai dengan prosedur pre-anestesi dan pre-induksi 9. PEMANTAUAN 9.1. Pemantauan dan evaluasi kondisi fisiologis pasien dilakukan sebelum, selama dan sesudah anestesi 9.2. Pemantauan berguna untuk 9.2.1. Menjaga kondisi

hemodinamik pasien berada dalam kondisi yang optimal 9.2.2. Melakukan deteksi dini terhadap perubahan

hemodinamik guna mencegah morbiditas dan mortalitas pasien selama anestesi dan operasi 9.3. Pemantauan minimal yang dilakukan adalah sama disemua unit dimana anestesi dilakukan, yaitu pemantauan : 9.3.1. Tekanan darah 9.3.2. Rekam jantung 9.3.3. Laju nadi 9.3.4. Pernafasan 9.3.5. Saturasioksigenperifer 9.3.6. Suhutubuh 9.4. Hasil pemantauan pasien direkam dalam

(9)

rekam medis 9.5. Pemantauan yang dilakukan sesuai dengan SOP pemantauan dalam anestesi 9.6. Untuk mengantisipasi resiko pasien jatuh dalam pemantaun selama proses anesetesi, merujuk pada kebijakan dan protokol pencegahan pasien jatuh KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI Hal. 4 dari 5 10. INFORMED CONCENT 10.1. Dokter spesialis anestesi memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga atau penanggung jawab pasien tentang manfaat, resiko dan alternatif serta tata cara menghadapi resiko yang mungkin terjadi dari tindakan anestesi yang akan diberikan. 10.2. Pasien, keluarga atau penanggung jawab pasien memberikan persetujuan atas tindakan anestesi dan alternatifnya yang akan dilakukan. 10.3. Inform consent terdokumentasi dalam rekam medis 11. DOKUMENTASI Dokumentasi pada rekam medis pasien antara lain adalah 11.1. Pemeriksaan pre-anestesi 11.2. Dokumen persetujuan tindakan anestesi 11.3. Lembar catatan anestesi, yaitu: catatan selama pasien dalam anestesi, berisikan antara lain: 11.3.1. Penilaian pre-induksi 11.3.2. Teknik anestesi yang digunakan 11.3.3. Obat-obat anestesi yang diberikan 11.3.4. Pemantauan selama anestesi 11.3.5. Pemantauan pasca anestesi 11.3.6. Namapasien, dokters pesialis anestesi dan perawat anestesi 12. MONITORING DAN KEPATUHAN

Monitor terhadap kebijakan ini dilakukan melalui medical record review 13. DOKUMEN TERKAIT Standar Prosedur Operasi: 13.1. Pemantauan dalam anestesi 13.2.

Penilaian pre-anestesi dan pre-induksi 13.3.

Puasasebelumanestesi 13.4. Anestesiumum 13.5. Sedasi sedang dan dalam yang dilakukan oleh dokter spesialis

(10)

anestei 13.6. Pengelolaan pasien pasca anestesi 13.7. Medical Record Review 14. REFERENSI 14.1. IDSAI (2008) Standard dan Pedomen Pelayanan Anestesiologi

Indonesia 14.2. The Joint Commission (2010) Accreditaion Program: Anesthesia and Surgical Care (ASC). URL:

http://www.jointcommission.org 14.3. Emedicine. Pediatric Sedation. URL:

http://emedicine.medscape.com/article/804045. diunduh tanggal 11 Desember 2011 14.4. Emedicine. Procedural Sedation. URL:

http://emedicine.medscape.com/article/109695-overview. diunduh tanggal 19 Desember 2011 KEBIJAKAN

PELAYANAN ANESTESI Hal. 5 dari 5 Lampiran 1 â “€ Ruang Lingkup Pelayanan Departemen Anestesi RS Sehat

Sejahtera RUANG LINGKUP PELAYANAN DEPARTEMEN ANESTESI Kepala Departement Dr. Kepala Unit Kamar Operasi KUP: Tujuan Memberikan Pelayanan anestesi yang aman, berkualitas, dan efisien yang sesuai dengan statuts, peraturan/undang-undang yang berlaku oleh dokter yang sudah teregistrasi Standar Standar

Pelayanan Anastesiologi dan Reanimasi di

RSNo.779/Menkes/SK/VII/2008 Ruang Lingkup 1. Penilaian pre-anestesi 2. Pelayanan Anestesi termasuk sedasi,

anestesi umum dan anestesi regional 3. Pengawasan selama anestesi 4. Pelayanan pasca anestesi 5.

Tatalaksana nyeri 6. Management ICU 7. Resusitasi

Jantung Paru 8. Transportasi Waktu Pelayanan Senin â “€ Sabtu 1. Pagi (07.00 -17.00); 2 dokter spesialis anestesi dengan ruang lingkup pelayanan meliputi: poliklinik,

(11)

dan ICU. 2. Malam (17.00 â “€ 07.00); 1 dokter spesialis anestesi dengan ruang lingkup pelayanan meliputi kamar operasi, kamar bersalin, unit radiologi, emergency dan ICU. 3. On Call â “€ 1 dokter anestesi Pasien 1. Neonatus â “€ geriatris 2. Pasien Operasi 3. Pasien endoscopy GI 4. Pasien Melahirkan 5. Pasien Lain: Radiologi intervensi 6. Pasien Rawat Inap 7. ICU 8. Pasien Rawat Jalan Staff 1. 2 dokter anestesi purna waktu 2. 2 dokter anestesi paruh waktu 3. 6 perawat anestesi

4.1. Direktur Utama (CEO) bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mekanisme

implementasi, pemantauan dan perbaikan secara keseluruhan dari kebijakan ini telah berjalan dan dijalankan dengan menghormati hak pasien, serta dapat diakses dan dimengerti oleh seluruh staf terkait

4.2. Direktur Operasional (COO) bertanggungjawab untuk memastikan bahwa Manajer Pelayanan Medis, Perawatan dan Penunjang Klinis

4.2.1. Menyebarkan kebijakan ini di bagian yang menjadi tanggung jawab mereka

4.2.2. Melakukan implementasi dari kebijakan ini di dalam bagian yang menjadi tanggung jawab mereka

4.2.3. Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya yang sesuai agar terpenuhinya kebijakan ini

4.2.4. Memastikan kebijakan ini diinformasikan kepada semua staf

4.3. Semua DokterSpesialisAnestesiyang terlibat dalam ruang lingkup kebijakan ini bertanggung jawab untuk memahami, mematuhi dan mengimplementasikan kebijakan ini 5. DEFINISI

5.1. Sedasi minimal (anxiolisis) yaitu :

5.1.1. Respons terhadap stimulasi verbal normal

5.1.2. Fungsi kognitif dan koordinasi mungkin terganggu 5.1.3. Fungsi kardiovaskular dan pernafasan tidak terganggu

5.2. Sedasi sedang/analgesia (sebelumnya disebut sebagai conscious sedation), yaitu : 5.2.1. Kesadaran menurunkarena pengaruh obat

5.2.2. Responspasienterhadap perintah verbal normal

5.2.3. Jalan nafas paten (tidak ada hambatan), pernafasan spontan adekuat 5.2.4. Fungsi kardiovaskular tidak terganggu

5.3. Sedasi dalam/analgesia, yaitu

5.3.1. Kesadaran menurun karenapengaruh obat

5.3.2. Pasien sulit dibangunkan. Respons terhadap stimulus nyeri atau stimulus berulang masih ada.

5.3.3. Tidak dapat mengingat proses yang telah terjadi (amnesia)

(12)

untuk menjaga patensi jalan nafas. Pernafasan spontan mungkin tidak adekuat 5.3.5. Fungsi kardiovaskular biasanya terjaga baik

5.4. Anestesia umum, yaitu :

5.4.1. Hilangnya kesadaran karena pengaruh obat, pasien tidak dapat dibangunkan bahkan oleh stimulus nyeri

5.4.2. Fungsi pernafasan terganggu, terutama bila menggunakan pelumpuh otot 5.4.3. Fungsi kardiovaskular mungkin terganggu karena efek depresi kardiovaskular dari obat-obat anestesi

5.4.4. Tidak dapat mengingat proses yang telah terjadi (amnesia)

5.5. Pelayanan anestesi yang dimaksud dalam kebijakan ini adalah pelayanan anestesi yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi, yang mencakup :

5.5.1. Sedasi sedang dan dalam 5.5.2. Anestesi umum

5.5.3. Anestesi regional (anestesi spinal, epidural dan blok saraf perifer)

5.6. Perawat anestesi adalah perawat yang telah terlatih dan bekerja di kamar operasi di bidang anestesi selama paling tidak1 tahun, dengan memiliki sertifikasi BTCLS (Basic trauma cardiac life support)dan ACLS (Advance Cardiac Life Support) 6. LOKASI PELAYANAN ANESTESI

Pelayanan anestesi diberikan untuk kebutuhan diagnostikdan terapeutik

6.1. Di poliklinik, emergency, ruang rawat inap ataupun kamar operasi dilakukan pemeriksaan pre-anestesi

6.2. Di kamar operasi dilakukan tindakan anestesi umum dan anestesi regional

8.2.1. Pemeriksaan pre-induksi bertujuan untuk menilai kondisi fisiologis pasien sesaat sebelum induksi anestesi dilakukan.

8.2.2. Penilaian pre-induksi didokumentasikan dalam rekam medis

8.3. Penilaian anestesi dan induksi dilaksanakan sesuai dengan prosedur pre-anestesi dan pre-induksi

9. PEMANTAUAN

9.1. Pemantauan dan evaluasi kondisi fisiologis pasien dilakukan sebelum, selama dan sesudah anestesi

9.2. Pemantauan berguna untuk

9.2.1. Menjaga kondisi hemodinamik pasien berada dalam kondisi yang optimal 9.2.2. Melakukan deteksi dini terhadap perubahan hemodinamik guna mencegah morbiditas dan mortalitas pasien selama anestesi dan operasi

9.3. Pemantauan minimal yang dilakukan adalah sama disemua unit dimana anestesi dilakukan, yaitu pemantauan :

9.3.1. Tekanan darah 9.3.2. Rekam jantung 9.3.3. Laju nadi 9.3.4. Pernafasan 9.3.5. Saturasioksigenperifer 9.3.6. Suhutubuh

9.4. Hasil pemantauan pasien direkam dalam rekam medis

9.5. Pemantauan yang dilakukan sesuai dengan SOP pemantauan dalam anestesi 9.6. Untuk mengantisipasi resiko pasien jatuh dalam pemantaun selama proses

(13)

anesetesi, merujuk pada kebijakan dan protokol pencegahan pasien jatuh KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI

Hal. 4 dari 5

10. INFORMED CONCENT

10.1. Dokter spesialis anestesi memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga atau penanggung jawab pasien tentang manfaat, resiko dan alternatif serta tata cara

menghadapi resiko yang mungkin terjadi dari tindakan anestesi yang akan diberikan. 10.2. Pasien, keluarga atau penanggung jawab pasien memberikan persetujuan atas tindakan anestesi dan alternatifnya yang akan dilakukan.

10.3. Inform consent terdokumentasi dalam rekam medi

14.3. Emedicine. Pediatric Sedation. URL:

http://emedicine.medscape.com/article/804045. diunduh tanggal 11 Desember 2011 14.4. Emedicine. Procedural Sedation. URL:

http://emedicine.medscape.com/article/109695-overview. diunduh tanggal 19 Desember 2011

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI Hal. 5 dari 5

Lampiran 1 – Ruang Lingkup Pelayanan Departemen Anestesi RS Sehat Sejahtera RUANG LINGKUP PELAYANAN DEPARTEMEN ANESTESI

Kepala Departement Dr.

Kepala Unit Kamar Operasi KUP:

Tujuan Memberikan Pelayanan anestesi yang aman, berkualitas, dan efisien yang

sesuai dengan statuts,

peraturan/undang-undang yang berlaku oleh dokter yang sudah teregistrasi

Standar Standar Pelayanan Anastesiologi dan Reanimasi di

RSNo.779/Menkes/SK/VII/2008 Ruang Lingkup

1. Penilaian pre-anestesi

2. Pelayanan Anestesi termasuk sedasi, anestesi umum dan anestesi regional 3. Pengawasan selama anestesi 4. Pelayanan pasca anestesi 5. Tatalaksana nyeri

6. Management ICU 7. Resusitasi Jantung Paru 8. Transportasi

(14)

Ibu hamil akan melahirkan secara normal setelah sekitar 37 minggu masa kehamilan, sebagian lagi bisa lebih cepat atau lebih lambat. Ada beberapa kondisi dimana dokter akan merekomendasikan proses induksi untuk merangsang kelahiran si buah hati. Menurut seorang pakar

kandungan dari Australia, Dr Gino Pecoraro, proses induksi kelahiran aman dilakukan selama dalam dilakukan dan dalam pantauan ahli kandungan.

Baca juga: Daftar makanan sumber zat besi bagi si kecil

Kapan induksi kelahiran dilakukan?

Umumnya proses induksi kelahiran direkomendasikan jika opsi tersebut dinilai sebagai jalan terbaik bagi bunda dan si janin. Dr. Gino Pecoraro menjelaskan secara lanjut bahwa proses kelahiran induksi sering kali direkomendasikan ketika ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi atau saat ibu hamil mengalami kondisi medis yang disebut dengan

Choestasis, yaitu kondisi dimana terjadi penguraian hormon pada

plasenta yang berdampak pada kinerja liver ibu hamil.

Selain dua kondisi medis diatas, proses induksi juga sering dilakukan pada kelahiran yang mengalami keterlambatan setidak-tidaknya 7 hari dari perkiraan tanggal kelahiran normal. Keterlambatan kelahiran dapat menimbulkan resiko gangguan kesehatan pada si janin, bahkan dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat mengancam jiwa si buah hati.

Bagaimana cara kerja induksi kelahiran?

Sebelum proses induksi dilakukan, dokter kandungan akan melakukan pemeriksaan mulut rahim bunda. Jika hasil pemeriksaan menyatakan tidak ada masalah, dokter kemudian akan menggunakan alat khusus untuk memecahkan ketuban. Pada beberapa kasus, pemecahan ketuban

(15)

ini dapat secara alami merangsang kontraksi kelahiran, namun jika tidak, dokter akan memberikan hormon oksitosin untuk memicu kontraksi pada rahim ibu hamil sehingga si janin bisa lahir.

Baca juga: 8 Tips mencegah kulit kering pada balita

Jika dokter menganggap mulut rahim bunda belum siap, dokter akan memberikan prostaglandin sintetis yang biasanya dalam bentuk gel. Prostaglandin secara alami dihasilkan tubuh bunda sesaat sebelum kelahiran terjadi. Saat mulut rahim bunda siap, air ketuban dapat pecah dengan sendirinya, atau dibantu oleh dokter. Sama dengan proses

sebelumnya, setelah air ketuban pecah si janin dapat keluar sendiri atau dengan memasukan oksitosin untuk merangsang kontrasi rahim bunda.

Resiko kehamilan induksi

Beberapa ibu hamil dengan usia kandungan yang siap melahirkan meminta dokter kandungan untuk melakukan induksi agar kelahiran banyinya dapat dipercepat. Hal ini boleh-boleh saja, namun bukan tanpa resiko, kata Dr Pecoraro. Resiko terbesar saat proses induksi tidak

berjalan lancar, ibu hamil harus siap menjalani operasi sesar.

Baca juga: Penyebab dan cara mengatasi mimisan pada anak

Bolehkan diinduksi setelah sesar pada kehamilan sebelumnya?

Pada beberapa ibu hamil, penggunaan gel prostaglandin yang digunakan untuk melemaskan bagian mulut rahim saat proses induksi dilakukan, dapat memicu kontraksi hebat. Jika sebelumnya ibu hamil pernah menjalani operasi sesar, dikhawatirkan kontraksi hebat tersebut dapat merobek bekas luka operasi sebelumnya. Oleh karenanya, Dr. Pecoraro merekomendasikan ibu hamil yang pernah mengalami operasi sesar, sbaiknya melahirkan dengan operasi yang sama.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan DPJP adalah proses penentuan dokter penanggung jawab pelayanan pasien selama masa perawatan sesuai ketentuan direksi dan kewenangan klinis1. TUJUAN Menentukan dokter yang

Dalam implementasinya model Case Manajemen dengan berbagai hambatannya dan kekurangannya dengan DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) berasal dari profesi dokter dan

DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket) kepada

DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket)

DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket) kepada

Ardana Tri Arianto, M.Si.Med, SpAn, KNA, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif FK UNS/RSDM, atas segala bimbingan, perhatian,

Pedoman penatalaksanaan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi teman sejawat dokter spesialis anak maupun dokter umum dalam menghadapi pasien dengan status epileptikusd. Oleh

DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter memberikan asuhan medis lengkap (paket) kepada satu pasien dengan satu patalogi / penyakit