• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKUEN STRATIGRAFI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEKUEN STRATIGRAFI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Nama

: Anggi Wirawan

NIM

: 1201041

Kelas

: TP Non Reguler A

SEQUENCE STRATIGRAFI

Secara teori sikuen stratigrafi merupakan suatu metode pengendapan-pengendapan pada suatu cekungan sedimentasi, dan sikuen ini juga dapat diterapkan dalam suatu evaluasi eksplorasi hidrokarbon. Analisis stratigrafi sikuen memerlukan data yang menyeluruh dari berbagai disiplin ilmu geologi, termasuk biostratigrafi. Secara hipotesis, biostratigrafi (foraminifera) dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi sikuen. Studi kasus di daerah lintang rendah telah dilakukan dan beberapa parameter seperti asosiasi biofasies, bioevent, kelimpahan, serta keragaman dan komposisi fauna telah dicoba diterapkan untuk mencari pola atau karakteristik tertentu yang dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi sikuen. Peran biostratigrafi foraminifera sebagai alat dalam interpretasi sikuen tampaknya dipengaruhi oleh lingkungan tempat endapan sedimen ditemukan. Pada endapan laut dangkal, meskipun resolusi umur kurang baik, batas sikuen, komponen sikuen, dan beberapa horison dalam sikuen akan lebih dapat dikenali dari pola sebaran foraminiferanya sebaliknya, pada laut dalam, meskipun resolusi umur akan lebih baik, unsur lain kurang terlihat dengan baik, kecuali bidang condensed section yang berasosiasi dengan maximum flooding surface.

(2)

Sikuen Stratigrafi adalah metode pendekatan yang multidisiplin serta berorientasi pada

sejumlah proses untuk menginterpretasi paket sedimen. Paket sedimen tersebut diberi nama sikuen dan dibatasi oleh bidang ketidakselarasan atau bidang kemenerusannya yang selaras dan bersifat regional. Secara teknis, konsep ini bertujuan mengelompokkan urutan susunan batuan sedimen ke dalam suatu sikuen yang didasarkan pada kronologi sebagai pembatas selang genesanya (Vail, dkk, 1984, Vail, 1987, dalam Djuhaeni, 1996).

Istilah sikuen menunjuk pada sikuen orde 3 yang menurut Vail (1992, dalam Handford, 1997) mempunyai selang waktu 0,5 - 3,0 juta tahun. Sikuen tersebut diakibatkan oleh glacio-eustatic change dan tektonik lokal ataupun regional. Mitchum dan van Wagoner (1991) menyatakan bahwa sikuen mempunyai pola tumpukan sedimen (stacking pattern) dan merupakan bukti dari adanya siklus high-frequency eustatic. Sikuen tersebut tersusun atas komponen sikuen (depositional system track: lowstand system track/LST, transgressive system track/TST dan high system track/HST) sebagai respons akibat perubahan muka air laut relatif (Posamentier dan Vail, 1988; van Wagoner dkk., 1988). Interpretasi stratigrafi sikuen dan komponen sikuennya serta horison seperti batas sikuen (SB), bidang transgresi (TS), bidang maximum flooding surface (MFS), dan condensed section (C) memerlukan pemahaman akan hubungan stratigrafi, umur, batimetri, dan fasies. Dengan demikian, terlihat ada beberapa aspek yang melibatkan biostratigrafi dalam mengevaluasi stratigrafi sikuen.

Salah satu contoh akibat pengaruhnya adalah ketidakselarasan, Ketidakselarasan adalah permukaan erosi atau non-deposisi yang memisahkan lapisan yang lebih muda dari yang lebih tua dan menggambarkan suatu rumpang waktu yang signifikan. Ketidakselarasan digolongkan berdasarkan hubungan struktur antar batuan yang ditumpangi dan yang menumpangi. Ia menjelaskan rumpang pada sikuen stratigrafi, yang merekam periode waktu yang tidak terlukiskan di kolom stratigrafi. Ketidakselarasan juga merekam perubahan penting pada satu lingkungan, mulai dari proses pengendapan menjadi non-deposisi dan/atau erosi, yang umumnya

(3)

menggambarkan satu kejadian tektonik yang penting. Lihat tipe-tipe ketidakselarasan pada Gambar-gambar dibawah ini nantinya.

Pengenalan dan pemetaan sebuah ketidakselarasan merupakan langkah awal untuk memahami sejarah geologi suatu cekungan atau provinsi geologi. Ketidakselarasan diketahui dari singkapan, data sumur, dan data seismik yang digunakan sebagai batas sikuen pengendapan.

Tipe – tipe Ketidakselarasan

1. Ketidakselarasan menyudut (angular unconformity)

Ketidakselarasan dimana lapisan yang lebih tua memiliki kemiringan yang berbeda (umumnya lebih curam) dibandingkan dengan lapisan yang lebih muda. Hubungan ini merupakan tanda yang paling jelas dari sebuah rumpang, karena ia mengimplikasikan lapisan yang lebih tua terdeformasi dan terpancung oleh erosi sebelum lapisan yang lebih muda diendapkan.

2. Disconformity

Ketidakselarasan dimana lapisan yang berada di bagian atas dan bawah sejajar, namun terdapat bidang erosi yang memisahkan keduanya (umumnya berbentuk tidak rata dan tidak teratur).

3. Paraconformity

Lapisan yang berada di atas dan di bawah bidang ketidakselarasan berhubungan secara sejajar/paralel dimana tidak terdapat bukti permukaan erosi, namun hanya bisa diketahui berdasarkan rumpang waktu batuan.

(4)

Ketidakselarasan yang terjadi ketika batuan sedimen menumpang di atas batuan kristalin (batuan metamof atau batuan beku).

Sedangkan, dalam penganalisaan stratigrafinya banyak mengunakan data yang menyeluruh dari berbagai disiplin ilmu geologi, termasuk diantaranya adalah biostratigrafi. Secara hipotesis dan hasil beberapa penelitian sebelumnya terlihat bahwa biostratigrafi dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi sikuen.

Suatu penelitian untuk mengetahui lebih lanjut hubungan biostratigrafi foraminifera dalam kaitannya dengan sikuen stratigrafi telah dilakukan di Cekungan Jawa Timur Utara (daerah lintang rendah). Penelitian dilakukan pada beberapa unit sikuen dan komponennya yang diendapkan pada daerah transisi/darat sampai laut dalam (batial atas) dengan umur Miosen Tengah sanmpai Pliosen Akhir.

Hasil penelititan menunjukan bahwa peran utama biostratigrafi foraminifera adalah dalam penentuan umur endapan laut serta interpretasi lingkungan pengendapannya. Peran biostratigrafi foraminifera sebagai alat dalam interpretasi sikuen terlihat dipengaruhi oleh lingkungan dimana endapan sedimen diketemukan. Pada endapan laut dangkal meskipun resolusi umur kurang baik tetapi batas sikuen, komponen sikuen dan beberapa horison dalam sikuen akan lebih dapat dikenali.

Sedangkan pada laut dalam meskipun resolusi umur akan lebih baik, tetapi unsur yang lain kurang terlihat dengan baik kecuali bidang condensed section yang berasosiasi dengan maximum flooding surface. Beberapa paramenter yang selama ini disebut sebagai ciri untuk mengenali horison seperti condensed section (nmisal: maksimum keragaman dan kelimpahan, zona oksigen minimal) tidak sepenuhnya bisa clijadikan patokan, hanya pada kondisi tertentu.

Konsep Sikuenstratigrafi telah banyak diterapkan dan terbukti mampu memecahkan sejumlah masalah eksplorasi / produksi pada industri minyak dan gas bumi. Analisis stratigrafi dengan pendekatan Litostratigrafi prinsipnya berdasarkan pemerian lapisan yang diamati. Penafsiran didasarkan atas kriteria yang teramati, yang sekaligus menjadi pembatas dari penafsiran tersebut. Kriteria tersebut bisa bersifat litologi (Litostratigrafi), fosil (Biostratigrafi) atau kombinasi keduanya sehingga muncul satuan Kronostratigrafi dan Geokronologi.

(5)

Analisis Sikuenstratigrafi mulanya juga bersifat deskriptif seperti pada Litostratigrafi namunkemudian telah berkembang menjadi ilmu yang sangat deterministik bahkan bersifat prediktif.

Permasalahan Sikuenstratigrafi dalam SSI 1996

Secara eksplisit sikuenstratigrafi sudah tercantum dalam SSI 1996, namun dalam praktek belum banyak digunakan, terutama pada penelitian geologi permukaan. Konsep stratigrafi tradisionil masih lebih banyak digunakan.

Sekuen stratigrafi sangat berkaitan erat dengan perubahan relative sea level. Dengan mengetahui karakter pengendapan pada setiap kondisi relative sea level tertentu, maka kita bisa membuat model lingkungan pengendapannya. Untuk melakukan analisis sekuen stratigrafi, kita harus mengetahui beberapa terminologi.

Sequence boundary diidentifikasi sebagai erosi ketidakselarasan yang signifikan dan

keselarasan yang korelatif yang membatasi antara sekuen satu dengan yang lain. Batas-batas ini adalah hasil penurunan relative sea level yang mengerosi sedimen subaerial tersingkap pada sekuen sebelumnya. Misalnya sedimen batulempung marine (shelf) yang kontak tiba-tiba dengan batupasir fluvial.

Flooding surface adalah terminologi umum yang mengacu pada permukaan lapisan batuan yang

memisahkan antara batuan lebih muda yang diidentifikasi mempunyai lingkungan pengendapan lebih dalam terendapkkan di atas lapisan batuan lebih tuan yang diidentifikasi mempunyai lingkungan pengendapan lebih dangkal. Transgresive surface dan maksimum flooding surface merupakan bagian dari flooding surface. Transgresive surface merupakan flooding surface pertama dalam satu sikuen, sedangkan Maksimum flooding surface merupakan flooding surface terakhir dalam satu sikuen.

Transgresive surface merupakan flooding surface yang terbentuk secara signifikan pertama kali

dalam satu sekuen. Endapan TS hampir semuanya berupa endapan silisiklastik dan beberapa berupa karbonat. TS menandai onset dari proses transgresi. Endapan TS bersifat onlap. TS sering kali dicirikan oleh kehadiran mud yang terkonsolidasi dari firmground atau hardground yang tersementasi oleh karbonat. Keduanya biasanya terpenetrasi oleh organisme burrow atau bor. Glossifungite sering ditemukan melakukan penetrasi pada firmground dan sering terisi oleh sedimen yang tersortasi dan konglomeratik. Permukaan yang tersementasi berkoloni dan di bor oleh ichnofasies trypanite dan diisi oleh sedimen yang berasosiasi dengan dasar TST. Jika suplai sedimen terlalu rendah, maka TS mungkin saja sama dengan MFS. Ketika TS meluas melebihi LST, respon log resistivitas mungkin menunjukkan peningkatan resistivitas lokal yang

kemudian diikuti oleh nilai resistivitas yang kecil. Peningkatan resistivitas ini merupakan respon sementasi karbonat dari hardground, sedangkan resistivitas kecil adalah respon dari pengendapan shale transgresif.

(6)

Maksmimum flooding surface adalah surface dari proses pengendapan pada saat garis pantai

mencapai posisi landward maksimum (transgresi maksimum)(posamentier & Allen, 1999). Maksimum flooding surface ini membatasi antara interval TST dengan HST. Secara seismik, MFS ini bersifat downlap. Marine shelf dan sedimen cekungan berasosiasi dengan surface ini sebagai produk dari proses pengendapan yang lemah oleh sedimen pelagic-hemipelagic dan biasanya tipis dan berbutir halus. Sedimen halus ini membentuk condensed section (Mitchum, 1977).

Condensed section adalah lapisan tipis dari sedimen marine yang menandakan tingkat

pengendapan yang sangat rendah (1-10mm/year)(Vail dkk, 1984). Umumnya terdiri dari sedimen pelagic hemipelagic, material starved indigeous, terendapkan di middle atau outer shelf, dan terbentuk pada saat transgresi maksimum. Condensed section mempunyai ciri log gamma ray yang tinggi, karena respon dari sifat radioaktif yang tinggi dari material organik (cyanobacteria dan phytoplankton) yang terakumulasi pada condensed section.

MFS sering dicirikan oleh kehadiran serpih radioaktif dan kaya organik, glaukonit, dan hardground. Umumnya terdapat lapisan tipis akumulasi fauna (condensed section) yang menyebar dan beraneka ragam. MFS seringkali berupa siklus sedimen yang kaya fauna. MFS pada arah landward bisa saja sesuai atau sama dengan batas bawah Transgresive surface yang terbentuk pada awal transgresi kemudian seketika diikuti langsung diikuti oleh penurunan relative sea level. Pada kasus ini Glossifungites burrow mungkin terdapat pada MFS.

MFS umumnya tidak terdapat burrow atau bor. Beberapa burrow dan bor banyak ditemukan pada Transgresive surface, dimana air belum makin dalam dan sebelum kondisi menjadi

berbahaya bagi koloni fauna tetapi bagus untuk pelestarian (pembentukan fosil burrow dan bor). MFS juga menjadi batas antara siklus fining upward dengan coarsening upward yang dikaitkan dengan siklus pendalaman dan pendangkalan dalam geologi. MFS termasuk sinonim dari

Transgresif surface maksimum (Helland-Hansen dan Martinsen, 1996), final transgresive surface (Numedal dkk, 1993) bagian atas lapisan retrogradasi, di-downlap oleh lapisan normal regresi Highstand.

(7)

APLIKASI SEKUEN STRATIGRAFI UNTUK DATA WELLLOG

System tract secara genesa diasosiasikan dengan unit stratigrafi yang mengendap selama fase

tertentu oleh siklus muka laut relatif (Posamentier, et al, 1988). Unit itu menjelaskan kembali rekaman batuan berupa tiga dimensi pembentuk fasies. Ketiga dimensi itu berupa tipe dari permukaan batas, posisi dalam sebuah sekuen, dan pola tumpukan parasekuen (Van Wagoner et al., 1988).

Menurut Van Wagoner et al.(1987), system tract yang membentuk sebuah single depositional

sequence adalah

1. Lowstand System Tract (LST) 2. Transgressive System Tract (TST) 3. Highstand System Tract (HST) 4. Shelf Margin System Tract (SMFT)

Berikut di bawah adalah diagram sequen stratigrafi yang normal tanpa ada ganguan struktur sekunder yang memberikan gambaran hubungan antara systems tract serta batas-batas yang memisahkan antar sytems tract tersebut.

Diagram Sikuen Stratigrafi (Tanpa Terganggu Oleh Adanya Struktur Sekunder) (Vail et al, 1987)

Log yang biasanya digunakan dalam analisis stratigrafi ini adalah log gamma ray (GR) dan Log Spontaneous Potentian (SP) yang merupakan log yang menceriminkan ukuran butir dari

sedimen. Dalam pengapalikasian sekuen stratigrafi perlu diketahui marker-marker dalam sekuen stratigrafi yaitu seperti

1. Batas sekuen atau sequence boundary (SB); SB-1 dan SB-2 2. Transgressive Surface

3. Maximum Flooding Surface

Setelah diketahui marker-marker tersebut kemudian dapat dilakukan kronokorelasi untuk setiap system tract-nya. prinsip kronokorelasi adalah mengkorelasikan kejadian-kejadian geologi yang terekam pada batuan. Kejadian geologi bisa terjadi secara lokal, regional, dan global, dalam jangka waktu menit hingga ratusan juta tahun, sehingga rekaman kejadian ini digolongkan dalam beberapa orde. Pembagian orde-orde tersebut dapat dibaca di halaman sekuen stratigrafi

(8)

sesuai link di atas. Setelah kerangka kronologi geologi diketahui kemudian dilakukan korelasi yang lebih detil biasanya adalah mengunakan prinsip litokorelasi seperti sand to sand

correlation dan kemudian dapat dibuat peta isopach dan paleogeografinya.

Berikut adalah aplikasi sekuen stratigrafi dalam data log:

HIGHSTAND SYSTEMS TRACT (EXXON)

(9)

LST-PROGRADING WEDGE (EXXON)

(10)

Gambar

Diagram Sikuen Stratigrafi (Tanpa Terganggu Oleh Adanya Struktur Sekunder) (Vail et al,  1987)

Referensi

Dokumen terkait