PENGUJIAN OLIGOSAKARIDA EKSTRAK TEPUNG BUAH
RUMBIA (Metroxylon sago Rottb.) SEBAGAI SUMBER
PREBIOTIK DALAM RANSUM (IN VITRO)
(Analysis of Oligosaccharide Extract Rumbia Fruit (Metroxylon sago Rottb.)
as Prebiotic in the Ration (In Vitro)
MUHAMMAD DAUD1,W.G.PILIANG2danK.G.WIRYAWAN2
1Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Abulyatama, Aceh 2Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
Rumbia Fruit is a fruit of sago crop (Metroxylon sago Rottb.) that has not been exploited yet has it high carbohydrate content and can be used as prebiotic for feed additive. The objectives of this research were to asses the ability of lactic acid bacteria in fermentation of oligosaccharide and as prebiotic in ration (in vitro). Material used was rumbia fruit collected from Nanggroe Aceh Darussalam. Analysis of oligosaccharide as prebiotic was conducted in vitro using lactic acid bacteria. The lactic acid bacteria consisted Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium animalis, Lactobacillus bulgaricus and L. casei Rhamnosus. The growth media for bacteria was a liquid MRS basic medium where glucose was substituted by oligosaccharide of purified rumbia fruit extract. Incubation was in aerob for Lactobacillus and anaerob for Bifidobacteria in incubator 37oC. The lactic acid bacteria was calculated 24 – 48 hours during incubation periode. The result showed that the oligosaccharide extract rumbia fruit may stimulate the growth of lactic acid bacteria (Lactobacillus and Bifidobacteria). It is concluded that oligosaccharide of rumbia fruit extract could be used as prebiotic in ration.
Key Words: Rumbia fruit, Oligosaccharide, Prebiotic, In vitro
ABSTRAK
Buah rumbia adalah buah yang berasal dari tanaman sagu (Metroxylon sago Rottb.) yang selama ini belum termanfaatkan dan mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga dapat ditingkatkan nilai gunanya sebagai sumber prebiotik dalam penerapan strategi penyediaan feed additive yang tidak melibatkan antibiotik dalam ransum ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri asam laktat dalam memfermentasi oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia dan sebagai sumber prebiotik dalam ransum secara in vitro. Bahan yang digunakan adalah buah rumbia yang diperoleh dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pengujian oligosakarida ekstrak tepung buah rumbia sebagai sumber prebiotik dilakukan secara in vitro dengan menggunakan bakteri asam laktat (BAL). Jenis BAL yang digunakan adalah Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium animalis, Lactobacillus bulgaricus dan L. casei Rhamnosus. Media yang digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri adalah media cair MRS basis tetapi glukosa media diganti dengan oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia. Sebagai pembanding (kontrol) digunakan MRS basis tanpa komponen gula. Inkubasi dilakukan secara aerob untuk bakteri Lactobacillus dan secara anaerob untuk bakteri Bifidobacteria dalam inkubator 37oC. Perhitungan jumlah BAL dihitung setelah diinkubasi selama 24-48 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oligosakarida ekstrak tepung buah rumbia dapat mendukung pertumbuhan bakteri asam laktat (Lactobacillus dan Bifidobacteria). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa oligosakarida ekstrak tepung buah rumbia berpotensi sebagai sumber prebiotik dalam ransum ternak karena dapat mendukung pertumbuhan bakteri asam laktat secara in vitro.
PENDAHULUAN
Penggunaan imbuhan pakan atau feed
additive dalam usaha peternakan unggas
modern sudah umum dilakukan dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas ternak dan meningkatkan efisiensi pakan. Imbuhan pakan yang sering digunakan adalah antibiotik pada tingkat subtherapeutic, meskipun dampaknya terhadap kesehatan manusia mulai dipertanyakan. Antibiotik yang diberikan pada dosis subtherapeutic diharapkan dapat mengurangi populasi mikroorganisme pengganggu (patogen) di dalam saluran pencernaan, sehingga ternak lebih sehat dan dapat memanfaatkan gizi pakan lebih baik untuk pertumbuhan atau produksi. Akan tetapi, pemberian antibiotik ini dikhawatirkan menimbulkan mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik. Bakteri yang resisten terhadap antibiotik seperti Escherichia coli,
Salmonella spp. dan Campylobacter spp yang
terbentuk di dalam saluran pencernaan ternak, dapat berpindah atau menginfeksi manusia melalui kontak fisik ataupun melalui pangan
(SNEL et al., 2002). Tingginya kewaspadaan
konsumen terutama di negara-negara maju terhadap makanan yang dikonsumsi terutama makanan yang berasal dari produk hewani dan semakin disadari bahwa fungsi pangan, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh, tetapi juga diharapkan dapat memberikan manfaat lain terhadap kesehatan. Kepedulian masyarakat akan kesehatan menjadi peluang bagi peneliti untuk mengembangkan produk ternak yang berkhasiat bagi kesehatan. Salah satunya adalah dengan pemberian prebiotik sebagai nutrisi untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri menguntungkan seperti Bifidobacteria dan
Lactobacillus yang pada gilirannya dapat
meningkatkan resistensi tubuh dan tidak meninggalkan residu pada produk ternak sehingga aman bagi manusia yang mengkonsumsinya.
Prebiotik merupakan bahan pakan berupa serat yang tidak dapat dicerna oleh ternak berperut tunggal (monogastric seperti ayam atau babi). Serat tersebut dapat menjadi pemicu untuk peningkatan bakteri yang menguntungkan bagi ternak seperti
Lactobacillus dan Bifidobacteria, sehingga
dapat meningkatkan kesehatan inang (SALMINENet al., 1998; MANNINGet al., 2004; GIBSON, 2004; MANNING dan GIBSON, 2004). Oligosakarida dapat bertindak sebagai prebiotik karena tidak dapat dicerna, namun mampu menstimulir pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL) seperti Lactobacillus dan
Bifidobacteria di dalam saluran pencernaan
(WEESE 2002; MANNING dan GIBSON, 2004). Oligosakarida terdapat pada berbagai bahan pangan, seperti biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, umbi-umbian dan hasil tanaman lainnya. Oligosakarida juga dapat diperoleh dengan cara hidrolisis atau proses enzimatis polisakarida, seperti pati dan serat kasar (MANNINGet al., 2004).
Beberapa prebiotik seperti fruktooligosakarida dan inulin berperan dalam
memperbaiki kesehatan dengan jalan memodifikasi keseimbangan mikroflora usus (CRITTENDEN, 1999) dan secara selektif merangsang pertumbuhan bakteri menguntungkan seperti Lactobacillus dan
Bifidobacteria (CUMMING et al., 2001).
Karbohidrat spesifik tersebut berfungsi sebagai makanan bagi bakteri yang menguntungkan (PATTERSON dan BURKHOLDER, 2003). Oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia berpotensi digunakan sebagai prebiotik dalam ransum ternak. Untuk mengetahui apakah oligosakarida tersebut dapat difermentasi oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus dan Bifidobacteria) maka perlu dilakukan pengujian secara in vitro yaitu dengan memodifikasi media pertumbuhan mikroba tersebut, dimana media komersial yang mengandung glukosa diganti dengan oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia sebagai media pertumbuhan bakteri asam laktat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri asam laktat dalam memfermentasi oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia
(Metroxylon sago Rottb.) dan sebagai sumber prebiotik dalam menstimulir pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL) secara in vitro.
MATERI DAN METODE
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah fraksi karbohidrat (oligosakarida) hasil
purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia
(Metroxylon Sago Rottb.), dan kultur
bakteri asam laktat (Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium animalis, Lactobacillus bulgaricus dan L. casei Rhamnosus). Bahan lain yang digunakan adalah larutan fisiologis (NaCl 0.85%), aquades, dan spiritus. Peralatan yang digunakan antara lain : Autoklaf, inkubator 37
o
C, anaerobic jar, ANOXOMATtm, Laminar
hood, refrigerator, cawan petri, tabung reaksi,
erlenmeyer, gelas piala, labu ukur, kertas label,
alumunium foil, kapas, vortex, micropipette 100 – 1000 µm, tip 100 µm, alat sentrifugasi, membran filter, bunsen, dan ose.
Penyiapan media pengujian
Media pengujian yang digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri asam laktat adalah media cair MRS basis tetapi glukosa media diganti dengan gula oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia
(Metroxylon Sago Rottb.). Media pengujian
bakteri Lactobacillus yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan berikut : Peptone, Yeast ekstrak, Tween 80, K2HPO4,
MgSO4 7H2O, MnSO4 4H2O, Tri-ammonium
citrate, Bacto agar dan gula oligosakarida. Sedangkan media pertumbuhan bakteri
Bifidobacterium terdiri atas: Trypticase,
Pytone, Yeast ekstrak, Tween 80, Cystein hydroclorid, K2HPO4, MgCl4 6H2O, Zn SO4
7H2O, CaCl2, Bacto agar dan gula
oligosakarida.
Selanjutnya bahan tersebut di atur pH-nya hingga 6,4 – 6,6 dengan cara menambahkan HCl 1% atau NaOH 1%. Kemudian ditempatkan dalam tabung reaksi masing-masing 9 ml dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Mineral K2HPO4. dibuat terpisah, dengan tujuan untuk
menghindari terbentuknya endapan dan kekeruhan. K2HPO4. dibuat dengan konsentrasi
100 kali konsentrasi awal media, kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Sebanyak 0.1 ml larutan mineral K2HPO4 ditambahkan secara aseptis ke
dalam tabung yang berisi 8.9 ml MRS basis.
Penambahan mineral K2HPO4 dilakukan pada
saat akan melakukan uji pertumbuhan bakteri
asam laktat (Lactobacillus dan
Bifidobacterium) secara in vitro. Gula
oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia (Metroxylon Sago
Rottb.) yang digunakan dalam penelitian ini
sebelumnya disterilisasi dengan membran filter steril 0,45 µm kemudian disaring dengan membran steril 0,2 µm. Kemudian sebanyak 20% gula oligosakarida steril ditambahkan ke dalam MRS basis steril secara aseptis.
Pengujian fermentasi oligosakarida
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah gula oligosakarida yang diduga berperan sebagai prebiotik dapat difermentasi oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus dan
Bifidobacterium). Pengujian gula oligosakarida dilakukan dengan memodifikasi media pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL) secara
in vitro (KAPLAN dan HUTKINS, 2000).
Pengamatan pertumbuhan bakteri asam laktat pada media agar dilakukan dengan membuat media pertumbuhan dasar MRS (tanpa sumber karbon) yang terdiri dari L-sistein, Bacto agar,
bromcresol purple dan aquadest (Tabel 1).
Tabel 1. Media pertumbuhan dasar MRS (tanpa sumber karbon) pertumbuhan bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium
Bahan Komposisi L-sistein Bacto agar Bromcresol purple Aquadest 0,05% 1,5% 30 mg/liter 1000 ml
Media dasar tersebut selanjutnya diautoklaf, sedangkan gula oligosakarida yang diuji difilter steril kemudian ditambahkan ke media agar. Masing-masing strain bakteri uji yang sebelumnya ditumbuhkan pada media MRSB selanjutnya ditumbuhkan pada media agar yang mengandung gula oligosakarida dengan jumlah koloni berkisar antara 25 – 250 koloni. Cawan agar kemudian diinkubasi pada kondisi aerob untuk bakteri Lactobacillus dan kondisi anaerob untuk bakteri Bifodobacterium
selama 24 jam. Strain bakteri yang dapat memfermentasi fraksi karbohidrat yang diuji (oligosakarida) dan memproduksi asam sebagai produk akhirnya tumbuh sebagai koloni yang dikelilingi oleh zona warna kuning (> 3 mm) dengan latar belakang berwarna abu-abu.
Sedangkan koloni yang tidak memfermentasi fraksi karbohidrat uji menghasilkan koloni berwarna putih kecil tanpa zona berwarna kuning
Pengujian oligosakarida terhadap pertumbuhan BAL
Pengujian gula oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia sebagai kandidat prebiotik secara in vitro
dilakukan dengan menggunakan bakteri asam laktat (BAL). Jenis BAL yang digunakan adalah B.bifidum, B.animalis, L.bulgaricus dan
L. casei Rhamnosus. Media yang digunakan
sebagai media pertumbuhan bakteri adalah media cair MRS basis tetapi glukosa media diganti dengan gula oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia. Sebagai pembanding (kontrol) digunakan media MRS basis tanpa komponen gula. Kultur dari masing-masing BAL ditumbuhkan pada media yang mengandung gula oligosakarida. Untuk menghindari kontaminasi maka masing-masing dibuat secara duplo dalam setiap pengamatan yaitu pada 0 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam. Inkubasi dilakukan secara aerob untuk bakteri
Lactobacillus dan secara anaerob untuk bakteri
Bifidobacterium dalam inkubator 37oC. Untuk
membuat kondisi anaerob digunakan alat
ANOXOMAT. Perhitungan jumlah BAL
dilakukan setelah diinkubasi selama 24 jam. Kontrol dikerjakan melalui tahapan yang sama, tetapi tidak ditambahkan sumber gula (oligosakarida).
Perhitungan jumlah bakteri asam laktat (AOAC 1995)
Suspensi sampel dalam larutan fisiologis NaCL 0,85% (pengenceran 10-1) dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan fisiologis NaCL 0,85% sehingga diperoleh pengenceran 10-2, kemudian dengan cara yang sama dibuat pengenceran 10-3, 10-4 dan seterusnya sampai tingkat pengenceran yang diinginkan (diharapkan hasil plating diperoleh antara 25 – 250 koloni).
Perhitungan jumlah BAL dilakukan dengan metode tuang, suspensi sampel dari tingkat pengenceran yang sesuai (10-5, 10-6, 10-7 dan 10-8) dipipet 1 ml dan dipupukkan ke dalam cawan petri steril kemudian dituangi media
MRS basis, digoyang supaya rata dan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Koloni yang tumbuh dihitung sebagai jumlah bakteri asam laktat (BAL).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian bakteri asam laktat dalam memfermentasi oligosakarida
Pengujian terhadap kemampuan bakteri asam laktat dalam memfermentasi oligosakarida dilakukan guna mengetahui apakah oligosakarida tersebut dapat difermentasi oleh bakteri asam laktat
(Lactobacillus dan Bifidobacterium), yaitu
pengujian dengan memodifikasi media pertumbuhan mikroba tersebut, dimana media komersial yang mengandung glukosa diganti dengan gula oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia. Hasil pengujian dengan menggunakan gula oligosakarida sebagai pengganti glukosa pada media menunjukkan hasil yang positif. Oligosakarida tersebut dapat difermentasi oleh mikroba uji yaitu Lactobacillus casei Rhamnosus untuk mikroba aerob dan Bifidobacterium bifidum
untuk anaerob. Hal ini ditunjukkan dengan tumbuhnya koloni yang dikelilingi zona kuning (Gambar 1).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa oligosakarida dari ekstrak tepung buah rumbia dapat difermentasi oleh bakteri asam laktat (L.casei Rhamnosus dan B.bifidum), sehingga oligosakarida tersebut dapat berperan sebagai prebiotik. Meskipun demikian perlu pengujian lebih lanjut, untuk mengetahui seberapa besar oligosakarida tersebut dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri asam laktat. FITRIAL (2008) melakukan pengujian dengan menggunakan gula dari biji dan umbi teratai sebagai pengganti glukosa pada media dan menunjukkan hasil yang positif.
Gambar 1. Bakteri L.casei Rhamnosus dan B.bifidum yang memfermentasi gula oligosakarida ekstrak tepung buah rumbia
Pengujian terhadap pertumbuhan bakteri Bifidobacterium
Pengujian terhadap pertumbuhan bakteri
Bifidobacterium dilakukan pada bakteri
B.bifidum dan B.animalis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bakteri B. bifidum dan
B.animalis dapat tumbuh dengan baik pada
media MRS basis yang mengandung gula oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia (Gamb ar 2).
Gambar 2. Pertumbuhan bakteri B.bifidum dan animalis dalam media MRS basis yang mengandung oligosakarida dari ekstrak tepung buah rumbia
Koloni Lactobacillus casei Rhamnosus yang memfermentasi gula oligosakarida
Koloni Bifidobacterium bifidum yang memfermentasi
Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri B. bifidum dan B.
animalis tumbuh dengan baik dalam media
MRS basis yang mengandung gula
oligosakarida dan pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan media kontrol (MRS
basis tanpa gula). Jumlah pertumbuhan
bakteri B. bifidum dalam media yang mengandung oligosakarida paling tinggi dicapai pada 24 jam masa inkubasi yaitu 9,3 log cfu/ml, sedangkan pada media kontrol 0,4 log cfu/ml, dan B. animalis 9,1 log cfu/ml. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gula oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia dapat digunakan oleh mikroba uji sebagai media tumbuh.
Pengujian terhadap pertumbuhan bakteri Lactobacillus
Pengujian terhadap pertumbuhan bakteri
Lactobacillus dilakukan pada bakteri L. casei
Rhamnosus dan L. bulgaricus. Hasil pengujian menunjukkan bahwa bakteri L.
casei Rhamnosus dan L.bulgaricus dapat
tumbuh dengan optimal dalam media MRS
basis yang mengandung oligosakarida hasil
purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia dibandingkan pada media kontrol (tanpa komponen oligosakarida) (Gambar 3).
Berdasarkan hasil pengujian pada keempat bakteri (B. bifidum, B. animalis, L. casei
Rhamnosus, dan L. bulgaricus) pada media
MRS basis yang mengandung gula
oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia, menunjukkan bahwa pertumbuhan genus Lactobacillus yang terbaik adalah bakteri L. casei Rhamnosus, sedangkan genus Bifidobacterium adalah bakteri B.
bifidum. Hal ini disebabkan genus
Lactobacillus sp. cenderung lebih mudah
menggunakan gula-gula sederhana seperti oligosakarida. BATT (1999) menyebutkan bahwa bakteri dari genus Lactobacillus dapat tumbuh dengan baik pada media yang kaya akan molekul komplek dengan nutrisi berupa gula-gula sederhana seperti xylose dan ribose karena
Lactobacillus dapat langsung menggunakannya
sebagai sumber karbon. Kelompok
Bifidobacterium yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan tingkat pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan kelompok Lactobacillus,
hal ini dikarenakan beberapa genus
Bifidobacterium dikatagorikan slow grower,
yaitu genus bakteri dengan laju pertumbuhan yang lambat bila dibandingkan dengan bakteri-bakteri lainnya. DALLAS (1999) menyebutkan bahwa Bifidobacterium di dalam usus besar berkembang tidak secepat bakteri lain pada umumnya.
Gambar 3. Pertumbuhan bakteri L. casei Rhamnosus dan L. bulgaricus dalam media MRS basis yang mengandung oligosakarida dari ekstrak tepung buah rumbia
Menurut BALLONGUE (2004) B.bifidum
kurang baik dalam memanfaatkan glukosa sebagai sumber gula. B.bifidum akan tumbuh dengan baik ketika terdapat gula-gula yang menyerupai gula-gula yang terdapat dalam susu ibu (ASI). ASI mengandung laktoferin, laktulosa dan kandungan laktose yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh SURYADJAJA (2005), menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri asam laktat (L. casei Rhamnosus, L.
casei Shirota, Lactobacillus F1 dan G3)
dalam media yang mengandung glukosa atau fruktosa lebih baik dibandingkan dengan media yang mengandung sukrosa, rafinosa dan maltosa. Glukosa dan fruktosa merupakan golongan gula sederhana yang tidak berikatan dengan gugus lainnya dan tidak memiliki ikatan glikosidik sehingga bakteri asam laktat tidak menemukan kesulitan dalam menggunakan glukosa sebagai sumber gula untuk pertumbuhannya.
KESIMPULAN
1. Hasil pengujian secara in vitro
menunjukkan bahwa gula oligosakarida hasil purifikasi dari ekstrak tepung buah rumbia dapat difermentasi dan dapat mendukung pertumbuhan bakteri asam laktat yang di uji (Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium animalis, Lactobacillus bulgaricus dan L. casei Rhamnosus).
2. Oligosakarida hasil purifikasi dari ektrak tepung buah rumbia berpotensi sebagai prebiotik dalam ransum ayam pedaging karena dapat mendukung pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL) secara in vitro.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis. Assosiation of Official Agricultural Chemists, Washington DC, USA.
BALLONGUE, J. 2004. Bifidobacteria and Probiotic Action. In: Lactic Acid Bacteria Microbiological and Functional Aspects. 3 Ed, Revised and Expanded. SALMINEN S,A. WRIGHT dan A. Ouwehand (Eds.).New York: Marcel Dekker, Inc. pp. 67 – 124.
BATT,CA. 1999. Lactobacillus. In: Encyclopedia of Food Microbiology. Vol 1. ROBINSON, R.K, C.A.BATT and PD. PATEL. 2000. Academic Press, London.
CRITTENDEN, R.G, and M.J. PLAYNE. 1999. Production, properties and applications of food-grade oligosaccharide. Trends in Food Science and Technology7: 353 – 361. CUMMING, J.H., G.T. MACFARLANE and H.N.
ENGLYST. 2001. Prebiotic digestion and fermentation. Am. J. Clin Nurt. 73: 415 – 420. DALLAS, G.H. 1999. Bifidobacterium. In:
Encyclopedia of Food Microbiology. Vol 1. ROBINSON,R.K.,C.A.BATT and P.D.PATEL. 2000. Academic Press, London:
FITRIAL, Y. 2008. Analisis Potensi Biji dan Umbi Teratai (Nymphaea pubescens Willd) untuk Pangan Fungsional, Antidiare dan Prebiotik. Disertasi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
GIBSON, G.R. 2004. Fibre and effects on probiotics (the prebiotic concept). Clinical Nutrition Supplements1: 25 – 31.
KAPLAN, H., and R.W. HUTKINS. 2000. Fermentation of fructooligosaccharides by lactic acid bacteria and bifidobacteria. Appl. Environmen. Microbiol. 66(6): 2682 – 2684.
MANNING,T.S.,R.RASTALL and G.GIBSON. 2004. Prebiotics and Lactic Acid Bacteria. In: Lactic Acid Bacteria Microbiological and Functional Aspects. 3 Ed., Revised and Expanded. SALMINEN,S.,A.WRIGHT dan A. OUWENAND (Eds.). Marcel Dekkcr, Inc., New York. pp. 407 – 418.
PATTERSON, J.A. dan K.M. BURKHOLDER. 2003. Application of prebiotics and probiotics in poultry production. Poult. Sci. 82: 627 – 631. SALMINEN,S.,C. BOULY,M.C.BOUTRON-RUAULT,
J.H. CUMMING, A. FRANK, G.R. GIBSON, E. ISOLAURI,M.C.MOREAU,M.ROBERFROID and L. ROWLAND. 1998. Functional food science gastrointestinal physiology and function. Br. J. Nutr. Suppl.1: S147 – S171. SURYADJAJA, A. 2005. Potensi Ubi Garut (Ipomea
batatas L) untuk pertumbuhan bakteri asam laktat dan menekan pertumbuhan pathogen Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
SNEL, J., H.J.M. HARMSEN, P.W.J.J. VAN DE WIELEN, and B.A. WILLIAMS. 2002. Dietary strategies to influence the gastrointestinal microflora of young animals, and its potential to improve intestinal health, In: Nutrition and Health on the Gastrointestinal Tract. BLOK, M.C. (Ed.) pp. 37-69 (Wageningen Academic Publishers, Wageningen, Netherlands).
WEESE, J.S. 2002. Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics Elsevier Sci. 22(8).