BAB I BAB I PEMBENTUKAN HUKUM PEMBENTUKAN HUKUM PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Terbentuknya hukum itu dimulai dari kebiasaan yang mudah dirasakan sebagai Terbentuknya hukum itu dimulai dari kebiasaan yang mudah dirasakan sebagai kewajiban untuk bersikap tindak yang demikian itu, dan kemudian mendapat sanksi kewajiban untuk bersikap tindak yang demikian itu, dan kemudian mendapat sanksi apabila tidak melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh kebiasaan tersebut. Dalam apabila tidak melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh kebiasaan tersebut. Dalam kaidah hukum ini dinamakan hukum kebiasaan, yang akhirnya merupakan hukum bagi kaidah hukum ini dinamakan hukum kebiasaan, yang akhirnya merupakan hukum bagi masyarakat. Bila kebiasaan tersebut menjadi tradisi yang turun temurun dan akhirnya masyarakat. Bila kebiasaan tersebut menjadi tradisi yang turun temurun dan akhirnya menjadi adat. Bila dalam adat ini dijatuhkan sanksi apabila dilanggar, maka lahirlah menjadi adat. Bila dalam adat ini dijatuhkan sanksi apabila dilanggar, maka lahirlah hukum adat.
hukum adat. A.
A. PEMPEMBENTUBENTUKAN KAN HUKUM HUKUM DI DI INGGINGGRISRIS
Hukum di Inggris berasal dari kebiasaan dalam masyarakat yang dikembangkan Hukum di Inggris berasal dari kebiasaan dalam masyarakat yang dikembangkan oleh pengadilan. Hukum ini dinamakan Common Law. Perkembangan ini dimulai pada oleh pengadilan. Hukum ini dinamakan Common Law. Perkembangan ini dimulai pada tah
tahun un !"!"" " sewasewaktu ktu IngInggrigris s di di jajajajah h oleoleh h banbangsa gsa #or#ormanmandi di dendengan gan $an$anjayjaya a yanyangg terkenal %illiam the &onguer, yang kemudian dilanjutkan
terkenal %illiam the &onguer, yang kemudian dilanjutkan oleh pengganti'penggantinya.oleh pengganti'penggantinya. Disamping mengatur tata pemerintahan masalah peradilan diatur juga. (erapkali Disamping mengatur tata pemerintahan masalah peradilan diatur juga. (erapkali penguasa
penguasa kerajaan kerajaan yang yang berperan berperan sebagai sebagai hakim. hakim. )ereka )ereka ini ini keliling keliling dari dari daerah daerah keke daerah lainnya. *leh karenanya hakim'hakim tersebut dinamakan judges o+ lyre daerah lainnya. *leh karenanya hakim'hakim tersebut dinamakan judges o+ lyre lier-atau intenerant judges hakim keliling-. Dari keputusan'keputusan hakim ini tumbuhlah atau intenerant judges hakim keliling-. Dari keputusan'keputusan hakim ini tumbuhlah yang dikatakan
yang dikatakan ommon'law.ommon'law.
Disamping ommon law di Inggris juga berlaku hukum yang terbentuk dari Disamping ommon law di Inggris juga berlaku hukum yang terbentuk dari undang'undang. Hukum yang berasal dari undang'undang ini disebut statue law yang undang'undang. Hukum yang berasal dari undang'undang ini disebut statue law yang mer
merupaupakan kan bagbagian ian kekeil il dardari i hukhukum um di di IngInggrigris. s. /eb/ebagaagai i onontoh toh dardari i hukhukum um statstatueue Inggris ini dalam hukum pidana materiil adalah 0
Inggris ini dalam hukum pidana materiil adalah 0 a.
a. *++*++enenes ages againainst thst the Pere Person son 11t 2t 2".". b.
b. Homiide 1Homiide 1t 345t 345 .
. TThehe+t +t 11t t 3"3"!.!.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Inggris yang menganut sistem hukum Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Inggris yang menganut sistem hukum o
ommmmon on lalaww, , huhukukumnmnya ya teterjarjadi di dadari ri kekebibiasaasaan an yuyuririsprsprududenensi si pepengngadadilailan n dadann perundang'undangan.
perundang'undangan.
B. PEMBENTUKAN HUKUM DI
B. PEMBENTUKAN HUKUM DI INDONESIAINDONESIA
Dengan 6ersi yang lebih khas hukum di Indonesia tumbuh dari kebiasaan dalam Dengan 6ersi yang lebih khas hukum di Indonesia tumbuh dari kebiasaan dalam masyar
masyarakat yang akat yang dikenadikenal l sebagasebagai i hukuhukum m adat. #amun hukum ini adat. #amun hukum ini terbataterbatas s pada hukumpada hukum perdata khususnya bagi golongan w
C. PANDANGAN LEGISME, FREIE RECHTSLEHRE DAN RECHTSVINDING Disamping apa yang terurai diatas dalam pembentukan hukum terdapat beberapa pandangan ialah dari pandangan legisme, padangan 8reie $ehslehre dan padangan
$ehts6inding.
1. Pandangan legi!e
Pandangan legisme berkembang dan berpengaruh sampai pertengahan abad 3. )enurut pandangan legisme, hukum hanya berbentuk oleh perundang'undangan %etge6ing-. Pandangan legisme menyatakan bahwa diluar undang'undang tidak ada hukum. Dengan demikian hakim terikat sekali dengan undang'undang. Peradilan adalah penerapan seara mekanis dari ketentuan'ketentuan undang'undang pad kejadian'kejadian yang konkret kasus'kasus-, kebiasaan hanya akan memperoleh kekuatan sebagai hukum berdasarkan pengakuan oleh undang'undang.
". Pandangan F#eie Re$%&le%#e.
Pandangan 8reie $ehtslehre ini peradilan abad 379!- pandangan 8reie $ehtslehre hukum hanya berbentuk oleh peradilan rehtsspraak-. :ndang'undang, kebiasaan dan sebagainya hanya merupakan sarana'sarana pembantu bagi hukum dalam menemukan hukum pada kasus'kasus konkret.
Pandangan 8reie $ehtslehre bertitik berat pada kegunaan sosial sosiale doelmatigheid-.
'. Pandangan Re$%&(inding )*ang dian+& deaa
ini-Pandangan Legisme dan 8reie $ehtslehre yang ekstrem tersebut seara tegas membedakan hukum yang berasal dari perundang'undangan dan hukum yang berasal dari peradilan. Ternyata kedua pandangan tersebut tidak dapat dipertahankan.
)aka timbullah aliran $ihts6inding yang berdiri diantara legisme dan 8reie $ehtslehre. 1dapun ajaran $ehts6inding ini menyatakan bahwa 0
. Hukum itu terbentuk melalui beberapa ara.
9. Pertama'tama karena wetge6er pembentuk undang'undang- yang membuat aturan'aturan umum, hakim harus menerapkan undang'undang.
;. Penerapan undang'undang tidak dapat langsung seara mekanis melainkan melalui pena+siran interpretasi- dan karena itu ia sendiri kreati+.
<. Perundang'undangan tidak dapat lengkap sempurna. (adang'kadang digunakan istilah yang kabur yang makanya harus diberikan lebih jauh oleh hakim dan kadang'kadang terdapat kekosongan leemtes- dalam undang'undang yang harus diisi oleh peradilan.
4. Di samping oleh perundang'undangan dan peradilan, hukum juga terbentuk karena di dalam pergaulan sosial terbentuk kebiasaan. Terhadap para peserta pelaku- pergaulan sosial menganggap saling mengikat, meskipun kebiasaan tidak ditetapkan seara eksplisit oleh siapapun.
". Peradilan kasasi ber+ungsi terutama untuk memelihara kesatuan hukum dalam pembentukan hukum.
Dari uraian di atas dengan singkat dapat dikatakan bahwa hukum itu terbentuk dari kebiasaan, perundang'undangan dan proses peradilan.
B. MACAMMACAM CARA PENAFSIRAN
Pena+siran atau interpretasi peraaturan undang'undang ialah menari dan menetapkan pengertian atas dalil'dalil yang terantum dalam undang'undang sesuai dengan yang dikehendaki serta yang dimaksud oleh pembuat undang'undang. :ntuk ini ada beberapa ara dan metode.
1. Ca#a /ena0i#an
a. Dalam pengertian subyekti+ dan obyekti+.
Dalam pengertian subyekti+, apabila dita+sirkan seperti yang dikehendaki oleh pembuat undang'undang.
Dalam pengertian obyekti+, apabila pena+sirannya lepas dari pendapat pembuat undang'undang dan sesuai dengan adat bahasa sehari'hari.
b. Dalam pengertian sempit dan luas.
Dalam pengertian sempit restrikti+-, yakni apabila dalil yang dita+sirkan diberi pengertian yang sangat dibatasi misalnya mata uang pasal 54" (:HPerdata- pengertiannya hanya uang logam saja dan barang diartikan benda yang dapat
dilihat dan diraba saja.
Dalam pengertian seara luas ekstenti+-, ialah apabila dalil yang dita+sirkan diberi pengertian seluas'luasnya.
Contoh 0
' Pasal 54" (:H Perdata alinea ke 9 tentang mata uang juga diartikan uang kertas.
' Barang pasal ;"9 (:H Perdata- yang dulu hanya diartikan benda yang dapat dilihat dan diraba sekarang juga termasuk aliran listrik 1rrest Hoge $aad Belanda tanggal 9; )ei 3;-.
=ang termasuk pena+siran dalam arti luas adalah pena+siran analogis. Dilihat dari sumbernya pena+siran dapat bersi+at 0
' *tentik, ialah pena+siran seperti yang diberikan oleh pembuat undang'undang seperti yang dilampirkan pada undang'undang sebagai penjelasan. Pena+siran otentik mengikat umum.
' Doktrinair atau ilmiah, ialah pena+siran yang dapat di dalam buku'buku dalan lain'lain hasil karya para ahli. Hakim tidak terikat karena pena+siran ini hanya mempunyai nilai teoretis.
' Hakim, pena+siran yang bersumber dari hakim peradilan- hanya mengikat pihak'pihak yang bersangkutan dan berlaku bagi kasus'kasus tertentu pasal
35 ayat - (:H Perdata-. METODE PENAFSIRAN
1. Ma$a!!a$a! !e&2de /ena0i#an.
Di dalam ilmu hukum metode pena+siran adalah pena+siran menurut 0
a. Tata bahasa dan arti kata'kata7 istilah grammatiale interpretatie, taalkundige interpretatie-.
b. /ejarah historishe interpretatie- yang meliputi pena+siran sejarah hukum rehtshistorishe interpretatie- dan pena+siran sejarah pembuatan undang'undang wetshistorishe interpretatie-.
. /istem dari peraturan7 undang'undang yang bersangkutan sistematishe, dogmatishe, dan analogishe interpretatie-.
d. (eadaan masyarakat sosiologishe, atau teleologishe interpretatie-.
e. *tentik pena+siran resmi, authentieke interpretatie, o++ieele interpretatie-. +. Perbandingan.
". Ca#a /ene#a/an !e&2de!e&2de /ena0i#an
Pembuat undang'undang tidak menetapkan suatu sistem tertentu yang harus dijadikan pedoman bagi hakim dalam pena+siran undang'undang. *leh karenanya hakim bebas dalam melakukan pena+siran.
Dalam melaksanakan pena+siran peraturan perundang'undangan dengan pertama' tama selalu dilakukan pena+siran gramatikal, karena pada hakekatnya untuk memahami teks peraturan perundang'undangan harus dimengerti lebih dahulu arti kata'katanya. 1pabila perlu dilanjutkan dengan pena+siran otentik atau pena+siran resmi yang dita+sirkan oleh pembuat undang'undang itu sendiri, kemudian dilanjutkan dengan pena+siran historis dan sosiologis.
Dedapat mungkin semua metode pena+siran dilakukan, agar dapat makna'makna yang tepat. 1pabila semua metode tersebut tidak menghasilkan makna yang sama, maka wajib diambil metode pena+siran yang membawa keadilan sasaran pembuat undang' undang pada waktu mewujudkan undang'undang yang bersangkutan.
C. PEN3ELASAN TENTANG BERBAGAI MACAM METODE PENAFSIRAN. /eperti telah terurai diatas, maka dikenal bermaam'maam metode pena+siran, ialah 0
a. Pena+siran gramatikal Tata Bahasa- b. Pena+siran historis
. Pena+siran sistematis d. Pena+siran sosiologis e. Pena+siran otentik
+. Pena+siran perbandingan.
)asing'masing metode Pena+siran tersebut dapat diadakan, pembahasan sebagai berikut 0
a. Pena0i#an G#a!a&i4al
Pena+siran gramatikal atau talkunding adalah Pena+siran menurut tata bahasa atau kata'kata.
(ata'kata dan bahasa merupakan alat bagi pembuat undang'undang untuk menyatakan maksud dan kehendaknya. (ata'kata itu harus singkat, jelas dan tepat. :ntuk mempergunakan kata'kata itu tidak mudah. *leh karenanya apabila hakim ingin mengetahui apa yang dimaksud oleh undang'undang atau apa yang dikehendaki oleh pembuat undang'undang, hakim harus mena+sirkan kata'kata di dalam undang'undang yang bersangkutan.
Ia harus menari arti kata'kata itu dalam kamus atau minta penjelasan' penjelasan dari pada ahli bahasa. Inipun sering tidak ukup dan hakim harus menari jalan lain. )isalnya menari sejarah penggunaan kata'kata tersebut. Pada waktu undang'undang itu ditetapkan dan lain sebagainya. )engenai kurang
jelasnya arti kata dapat diambil ontoh tentang larangan memparkir kendaraan. 1pakah yang dimaksud dengan kendaraan> 1pakah hanya kendaraan bermesin saja atau termasuk dokar, sepeda, gerobak dan sebagainya>
Di samping arti kata'kata itu sendiri dalam Pena+siran kata'kata itu harus dihubungkan pula dengan susunan kalimat'kalimat dan dengan peraturan' peraturan lain. Pada hakikatnyha Pena+siran mengenai arti kata hanya merupakan Pena+siran yang pertama saja dan harus dilanjutkan dengan ara pena+siran yang lain. /ebagai ontoh dapat dipergunakan pasal <! (:H Perdata yang menyebutkan bahwa apabila penyewa tidak membayar uang sewa, maka yang menyewakan rumah mempunyai hak pertama hak pri6ilige atau 6oorreht- untuk menjual barang yang ada dalam rumah tersebut agar rumah itu dapat didiami orang lain sto++ering- dengan tidak mempedulikan apakah barang itu kepunyaan si penyewa atau bukan. Dari hasil penjualan tersebut uangnya dipergunakan untuk
membayar uang sewa. Dengan adanya kata'kata ? dengan tidak mempedulikan ... dan seterusnya@, maka Hoge $aad di #egeri Belanda beranggapan bahwa yang menyewakan tetap dapat mempergunakan hak pri6ilegenya untuk menjual barang yang ada didalam rumah yang bersangkutan, meskipun sebelumnya yang menyewakan itu tahun bahwa barang'barang tersebut bukan milik yang menyewa. 5. Pena0i#an %i&2#i a&a+ e6a#a%
Pena+siran ara ini adalah meneliti sejarah dari pada undang'undang yang bersangkutan. Tiap ketentuan perundang'undangan tentu mempunyai sejarah dan dari sejarah perundang'undangan ini hakim mengetahui maksud dan pembuatannya.
Pena+siran historis ini ada 9 maam 0
. 8okema 1ndre, membagi Pena+siran ini dalam dua bentuk 0
' Pena+siran asal'usul, ialah asal'usul sampai timbulnya undang'undang yang baru.
' Pena+siran menurut sejarah pembuatan suatu undang'undang. 9. Aan Bemmelen, membedakan pengertian ini dengan dua istilah 0
' Historishe interpretatie untuk Pena+siran asal'usul. ' Pena+siran legislati+ untuk wetshistorishe interpretatie. =ang laim Pena+siran historis di bagi dalam 0
- Pena+siran menurut sejarah pembuatan undang'undang wetshistorishe
9- Pena+siran menurut sejarah hukum rehtshistorishe
interpretatie-- Pena+siran wetshistorish ini juga dinamakan Pena+siran sempit dan hanya menyelidiki ?apakah maksud pembuat undang'undang dalam menetapkan peraturan perundang'undangan itu atau siapa yang membuat ranangan untuk
undang'undang, apa dasar'dasarnya, apa yang diperdebatkan dalam sidang' sidang DP$ dan sebagainya sehingga undang'undang itu dapat ditetapkan sear a resmi.
1pabila penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa peraturan perundang'undangan itu mengambil asas'asas dari sistem hukum terdahulu atau
dari sistem hukum lain, maka hakim mana+sirkan menurut sejarah terbentuknya undang'undang terlebih dahulu dan kemudian baru diadakan penelitian menurut sejarah hukum. )enurut /holten Pena+siran sejarah pembentukan undang' undanglah yang penting.
Penyelidikan sistem hukum terdahulu sebelum sistem hukum baru lahir-tidak penting sebab meskipun undang'undang yang dibentuk merupakan lanjutan dari undang'undang lama, belum berarti bahwa perumusan undang' undang yang baru itu pasti sama dengan undang'undang sebelumnya.
Bagi hakim Pena+siran historis adalah untuk kepentingan praktik, maka Pena+siran menurut sejarah hukum rehtshistorish- dan Pena+siran menurut sejarah penetapan peraturan pembentukan undang'undang wetshistorish- tidak ada perbedaan. /elanjutnya /holten menyatakan bahwa mengetahui maksud dan kehendak pembuat undang'undang belum ukup bagi hakim, sebab hakim harus menerapkan peraturan'peraturan itu sesuai dengan asas keadilan masyarakat sekarang. Hukum itu dinamis, selalu berubah'ubah sesuai dengan perkembangan masyarakat. Dengan demikian arti peraturan perundang' undangan positi+ belum tentu ook dengan kenyataan werkelijkheid-, maka /holten juga berpendapat bahwa Pena+siran historis dengan sendirinya membimbing hakim ke arah Pena+siran sosiologis.
1nggapan /holten ini sesuai dengan praktik hakim di Indonesia. Dalam jurisprudensi'jurisprudensi jarang dijumpai adanya hubungan yang didasarkan kepada pena+siran menurut sejarah hukum seperti aman A.C.*, $omawi dan sebagainya.
9- Pena+siran menurut sejarah hukum $ehtshistorishe interpretatie-.
Pena+siran historis ini dinamakan Pena+siran yang luas, karena Pena+siran wetshistorish termasuk didalamnya. Pena+siran menurut sejarah hukum ini menyelidiki apakah asal'usul peraturan itu dari suatu sistem hukum yang dahulu berlaku atau dari sistem hukum lain yang sekarang masih berlaku atau dari sistem hukum lain sekarang masih berlaku di negara lain, misalnya (:H Perdata yang berasal dari Burgerlijk %etboek B%- #egeri Belanda. B% ini berasal dari Code Ci6il Peranis atau Code #apoleon. )asuknya Code Ci6il Peranis atau Code B%- berdasarkan asas konkordinasi sama halnya dengan masuknya B% #egeri Belanda ke Indonesia sebagai negara jajahan.
$. Pena0i#an Si&e!a&i
=ang dimaksud dengan Pena+siran sistematis, ialah suatu Pena+siran yang menghubungkan pasal yang satu dengan pasal yang lain dalam suatu perundang' undangan yang bersangkutan atau pada perundang'undangan yang bersangkutan pada perundang'undangan hukum lainnya, atau membaa penjelasan suatu perundang'
undangan, sehingga kita mengerti apa yang dimaksud. Contoh 0
' Paal 1''7 KUH Pe#da&a !enge!+4a4an tidak akap untuk membuat perjanjian antara lain orang'orang yang belum dewasa.
Bunyi lengkapnya Pasal ;;! (:H Perdata ialah 0 ?Tidak akap membuat perjanjian adalah 0
a. *rang yang belum dewasa
b. *rang yang ditaruh dibawah pengampunan.
. *rang perempuan dalam hal yang ditetapkan oleh undang'undang dan pada umumnya orang kepada siapa undang'undang telah melarang membuat persetujuan tertentu.
1pakah yang dimaksud orang yang belum dewasa>
Dalam hal ini kita melakukan Pena+siran sistemmatis dengan melihat Pasal ;;! (:H Perdata yang memberikan batas belum berumur 9 tahun.
Bunyi pasal ;;! (:H Perdata ialah 0
?Belum dewasa adalah mereka yang belum menapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin@,
' Di dala! /aal 1 UU N2. 18 Ta%+n 19:; undang'undang Pokok Perbankan- yang mengemukakan tentang usaha pokok bank memberikan kredit.
Bunyi pasal :: #o. < Tahun 3"5 sebagai berikut 0
?Bank ialah suatu pengertian tentang lembaga'lembaga keuangan yang usaha pokoknya ialah memberikan kredit dan jasa'jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang@.
1pakah yang dimaksud pengertian kredit >
(ita melakukan Pena+siran sistematis. (ata ?kredit@ berasal dari ?redere@ dalam bahasa $omawi berarti keperayaan, dalam arti luas dan modern maksudnya pinjam'meminjam. Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian, memerlukan jaminan dan orang yang meminjamkan ingin mengharapkan keuntungan berupa bunga. Hal ini diatur dalam buku II tentang perikatan Aerbintenissenreht-, Bab III tentang perjanjian pinjam meminjam mengganti yang maksudnya pinjam meminjam barang'barang yang
si+atnya habis dipakai.
Bunyi pasal 54< (:H Perdata sebagai berikut 0
?Pinjam mengganti ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang'barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat'syarat bahwa pihak belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari maam dan si+at yang sama pula@.
:ntuk lebih mendalam mengetahui maksud perjanjian kredit, yang diambil penjelasan seara Pena+siran sistematis, dari Pasal 54< (:H Perdata dan pasal'pasal
selanjutnya yang mengatur hal itu.
' Dalam undang'undang #o. ; Tahun 35, tentang Pemberantasan Tindak Pidana (orupsi.
1pakah yang dimaksud dengan korupsi, tindakan apa yang dikatakan perbuatan itu merupakan tindak pidana, bilamana subyek hukum melakukan perbuatan itu.
Dalam tuntutan pidana, pihak jaksa membuktikan dengan alat'alat bukti yang ada, bahwa orang itu bersalah dan apabila alat'alat bukti ternyata dapat membuktikan,
terdakwa dinyatakan bersalah. /edangkan dalam tindak pidana korupsi agak berbeda pembuktian yang dilakukan terdakwa. Ia wajib menunjukkan semua alat'alat bukti yang ada bahwa ia tidak bersalah. 1pabila ia dapat membuktikan seara konkret maka terdakwa dinyatakan bersalah. :ntuk mengetahui seara lengkap, pasal suatu perundang'undangan yang kurang jelas dapat diketahui dalam penjelasan undang'
undang itu, baik pada penjelasan umum maupun pada penjelasan pasal demi pasal. d. Pena0i#an 2i2l2gi, /ena0i#an &ele2l2gi.
Pena+siran sosiologis ialah Pena+siran yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat. Pena+siran terhadap peraturan perundang'undangan yang pertama'tama dimulai dari Pena+siran menurut kata dan tata bahasa, Pena+siran menurut sejarah, kemudian Pena+siran sosiologis. )engapa demikian> Pena+siran sosiologis adalah Pena+siran yang disesuaikan dengan keadaan sosial di dalam masyarakat agar penerapan hukum dapat sesuai dengan tujuannya ialah kepastian hukum berdasarkan
asas keadilan masyarakat.
/elain itu urgensi daripada Pena+siran sosiologis ialah sewaktu :ndang'undang itu dibuat keadaan sosial masyarakat sudah lain daripada sewaktu :ndang':ndang diterapkan kemudian, karena hukum itu gejala sosial yang senantiasa berubah mengikuti perkembangan masyarakat. Begitupula kehendak Pembuat :ndang' :ndang sewaktu :ndang':ndang itu disusun, mungkin sekali sudah tidak sesuai dengan tujuan sosial sekarang. Dalam keadaan demikian itu maka pembuat :ndang' :ndang adalah anasir statis, sedangkan tujuan sosial adalah anasir dinamis atau dengan lain perkataan keadaan possiti6iteit tidak ook dengan werkelijkheid hukum kenyataan-.
Pena+siran sosiologis itu memang penting sekali bagi hakim terutama kalau diingat banyak :ndang':ndang yang dibuat jauh dari pada waktu dipergunakan. (hususnya bagi Indonesia banyak :ndang':ndang yang dibuat pada waktu aman penjajahan , sehingga sudah tidak ook dengan keadaan sosial masyarakat- pada
waktus sekarang alam kemerdekaan-.
/eperti kita ketahui hukum'hukum Barat yang terdapat pada Burgelijk %etboek B%-, %etboek dan (oophandel %6(- dan %etboek 6an /tra+reht %6/- dan lain'lain dibawa ke Hindia Belanda. Berdasarkan Pasal II 1turan Peralihan ::D 3<4, hukum'hukum Barat itu hanyalah bersi+at sebagai transitorsreht hukum peralihan- yang juga dipergunakan untuk menegah rehts6auum kekosongan hukum- dari sekian banyaknya hukum'hukum Belanda atau Hukum Barat yang diganti atau diperbaharui. Beberapa undang'undang yang dikeluarkan selama kita merdeka, angtara lain adalah 0
' :ndang':ndang #o. 4 tahun 3"!, yaitu :ndang':ndang Pokok 1graria sebagai pengganti tentang benda aak- yang menyangkut masalah tanah dari buku II (:H Perdata.
' :ndang':ndang #o. Tahun35< tentang Perkawinan sebagai pengganti tentang orang yang menyangkut masalah perkawinan dari buku I (:H Perdata, *rdonansi Perkawinan Indonesia (risten Huwelijks *rdonantie Christen Indonesiers- tahun 33; dan Peraturan Perkawinan Campur.
' :ndang':ndang #o. < Tahun 35, tentang perubahan dan penambahan atas (etentuan Pasal 4< (:HD %etboek 6an (oophandel- tentang perubahan hak suara yang tidak terbatas dalam rapat pemegang saham pada Perseroan Terbatas
P.T.-' :ndang'undang #o. Tahun 34; tentang Bank Indonesia sebagai pengganti :ndnag':ndang de a6ashe Bank tahun 399. %et tot 6aststelling 6an de a6ashe Bank stb.no 2! tahun 399-. /ekarang telah diganti dengan PP #o. 5!7339 tentang Bank :mum.
' Dikeluarkan beberapa undang'undang pidana baru sebagai perubahan dan penambahan dari %etboek 6an /tra+reht %6/- yang lebih khusus atau spesialisasi dalam tindak pidana narkotika, kejahatan dan penerbangan, penerbitan perjudian, menegah penyalahgunaan atau penodaan agama, pemberantasan kegiatan sub6ersi.
' Begitu pula diadakan perubahan dalam hukum aara pidana dengan undang' undang Hukum 1ara Pidana baru sebagai undang'undang nasional Pengganti hukum aara pidana yang pada Heriene Inlandsh $eglement HI$- atau $eglement Indonesia yang diperbaharui $IB-.
' Lain'lainnya.
Dari beberapa hukum dan perundang'undangan kolonial aman Hindia Belanda yang berasal dari Hukum Barat, sebagian sudah diabut serta dinyatakan tidak berlaku dan diperbaharui dengan menyesuaikan kepribadian Indonesia yang berdasarkan Panasila dan berlaku sama bagi siapapun.
Belum semua hukum itu sesuai dengan keadaan perkembangan masyarakat. Terhadap hal inilah hakim di pengadulan dalam memutuskan dalam menyelesaikan perkara, melakukan pena+siran sosiologis atau pena+siran teknologis.
(ita ambil sebagai ontoh, hakim melakukan pena+siran sosiologis 0
' Dalam pasal ;"9 (:H Pidana, ditegaskan larangan untuk menuri barang kepunyaan orang lain.
Bunyi pasal ;"9 (:H Pidana sebagai berikut ?Barangsiapa mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagaian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawab hak, dihukum karena penurian dengan hukuman penjara selama'lamanya lima tahun atau denda sebanyak'banyaknya $p. 3!!,'.
1pakah yang dimaksud dengan barang itu > mula'mula pengertian barang ialah segala yang bisa dilihat, diraba dan dirasakan /eara riil. itu listrik tidak termasuk sebagai barang dan penuri listrik tidak dapat dihukum
berdasarkan pasal ;"9 (H: Pidana. (emudian pena+siran sosiologis berlaku terhadap lstrik yang dianggap sebagai barang, karena listrik itu mempunyai nilai. :ntuk mengadakan proyek perlistrikan dilakukan pena+siran sosiologis atas listrik, maka siapa yang mengkait kabel listrik PL# di jalan, dapat dikatakan melakukan penurian dan berlaku pasal ;"9 (:H Pidana.
e. Pena0i#an O&en&i4
Pena+siran otentik atau pena+siran seara resmi authentieke interpretatie atau o++iielee interpretatie- ialah pena+siran seara resmi. Pena+siran ini dilakukan oleh pembuat undang'undang itu sendiri atau oleh instansi yang ditentukan oleh peraturan perundang'undangan dan tidak boleh oleh siapapun dan pihak manapun. Pena+siran ini si+atnya subyekti+. Pena+siran yang dilakukan oleh Pembuat :ndang':ndang sendiri dapat diikuti dalam penjelasan undang'undang sebagai lampiran dan tambahan lembaran #egara dari :ndang':ndang yang bersangkutan. )engenai isntansi tertentu yang seara resmi berhak mengadakan pena+siran terhadap pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panasila Eka Prasetya Pana (arsa- setiap apa yang tersebut dalam ketetapan )P$ #o. II7)P$7352 yang menyebutkan bahwa P< tidak boleh dita+sirkan oleh siapapun baik oleh badan udikati+, Eksekuti+, maupun Legislati+ keuali )P$. )aksud dari ketetapan ini adalah menegah adanya pena+siran yang berbeda'beda dan tidak sesuai dengan kehendak Pembuat :ndang'undang.
(adang'kadang Pembuat :ndang':ndang itu sendiri membuat ta+siran atas berbagai kata'kata yang digunakan dalam :: yang bersangkutan. Ta+siran ini namanya ta+siran resmi atau ta+siran otentik. )aksud dari ta+siran otentik ini ialah agar berlaku untuk umum. )aka ta+siran otentik hanya dapat dilaksanakan oleh pembuat :: sendiri. Hakimpun tidak boleh, karena pada asasnya ta+siran yang
dibuat oleh hakim hanya berlaku bagi pihak'pihak yang berpekerja saja. Contoh 0
Pena+siran otentik pasal 49 F 42 (:H Perdata.
Dalam pasal ini Pembuat :ndang':ndang menjelaskan apa yang dimaksud dengan ?barang yang bergerak@. Barang'barang rumah tangga inboedel-, perkakas rumah meubels en huisraad-, barang'barang yang gunanya agar rumah dapat diidiami orang sto++ering- dan sesuatu rumah dengan segala dengan s egala sesuatu yang ada didalamnya een huis met al hetgeen ih daarin be6indt-@
0. Pena0i#an Pe#5andingan
Pena+siran perbandingan ialah suatu pena+siran dengan membandingkan antara hukum lama dengan hukum positi+ yang berlaku saat ini, antara hukum nasional dengan hukum asing dan hukum kolonial.
Dalam pena+siran perbandingan akan terlihat antara lain 0
' Hukum lama dengan hukum positi+ yang berlaku saat ini, mungkin hukum lama ook untuk diterapkan lagi pada masa sekarang ini. :mpamanya beberapa hukum dan asas hukum adat, yang menggambarkan unsur
' Hukum nasional sendiri dengan hukum asing. Pada hukum nasional terdapat kekurangan. 1pabila ada keinginan untuk mengambil alih hukum asing7negara lain apakah hukum asing itu ook dan sesuai dengan kepentingan nasional. :mpamanya seperti hukum hak ipta yang terdapat di negara maju, dipertimbangkan apakah sudah waktunya negara kita mempunyai :ndang'undang Hak Cipta, yang berarti buku'buku ilmiah tidak boleh diterjemahkan, disadur atau di+otoopy dan diperbanyak. 1pakah buku' buku ilmiah harganya terjangkau oleh rakyat kalau keluar :ndang':ndang
Hak Cipta itu.
' Hukum kolonial peninggalan penjajah, karena asas konkordasi oleh negara merdeka masih tetap dipergunakan. Dalam hal ini negara itu membandingkan hal'hal manakah yang sudah tidak sesuai lagi dengan hukum kepribadian nasional negara itu.
1sas'asas tata kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang segala pengaturannya terdapat dalam perundang'undangan kolonial, yang berdasarkan
asas liberalisme, tentu tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. /eperti ontoh dalam tata kehidupan ekonomi berdasarkan liberalisme, mengutamakan persaingan bebas. /edang tata kehidupan ekonomi Indonesia mengutamakan tata kehidupan berdasarkan tata kehidupan kekeluargaan, sehingga bentuk Perseroan Terbatas PT-, Perseroan 8irma 8a- dan Perseroan (omanditer CA- asasnya dari negara Barat yang mengutamakan menari keuntungan yang sebesar'besarnya tidak sesuai untuk alam Indonesia. =ang sesuai ialah asas perseroan di bidang ekonomi kekeluargaan dalam bentuk (operasi ialah kesejahteraan anggota sedangkan keuntungan merupakan tujuan sekunder.
BAB II
TER3ADIN<A HUKUM DAN FUNGSIN<A DALAM MAS<ARAKAT
A. Te#6adin*a H+4+!
/eara umum, terjadinya atau tumbuh dan berkembangnya hukum menurut P Glastra Aan Loon terdapat dua pandangan ekstrim, yaitu 0
1. Pandangan Legi!e
)enurut pandangan ini, hukum terbentuk hanya oleh perundang'undangan dan peradilan wetge6ing-, dimana hakim seara tegas terikat pada undang'undang dan peradilan sebagai lembaga yang seara mekanis menerapkan ketentuan undang' undang pada kejadian'kejadian kongkret kasus'kasus-. /edangkan, kebiasaan hanya akan memperoleh kekuatan hukum apabila diakui oleh undang'undang. /eperti yang dikemukakan oleh 3e#e!i Ben&%a!, ?bahwa hukum dibuat oleh pembentuk undang' undang@.
". Pandangan F#ei#e$%&le%e#e
)enurut pandangan ini, hukum terbentuk hanya oleh peradilan rechtspraak). :ndang'undang, kebiasaan dan sebagainya, hanyalah sarana pembantu bagi hukum dalam menemukan hukum kasus'kasus konkret. (egunaan ini hanya menitikberatkan pada aspek kegunaan sosial socialedoelmatheid). /ebagaimana dikemukakan oleh V2n Sa(ign*, bahwa ?hukum terjadi dalam pergaulan@.
Pandangan'pandangan tersebut seara tegas membedakan tentang terjadinya hukum yang berasal dari perundang'undangan dan yang berasal dari peradilan, serta masing'masing hanya mengikuti dominasinya. #amun, dalam perkembangannya, pandangan'pandangan tersebut sangat ekstrim serta terlalu mendikotomi tentang terjadinya hukum. Berdasarkan ilmu hukum, pandangan' pandangan tersebut ternyata tidak dapat dipertahankan lagi, sehingga munullah pandangan yang ketiga, yaitu pandangan hukum yang modern, yang berkembang
hingga saat sekarang dewasa ini-. '. Pandangan H+4+! M2de#n
Dalam pandangan tentang terjadinya hukum yang berkembang, dewasa ini telah berkembang suatu ajaran yang dapat lebih menjelaskan tengtang terjadinya
hukum yang merupakan kompromi dari kedua pandangan, sebagai berikut 0
?Bahwa hukum terbentuk melalui beberapa ara, pertama'tama karena pembentuk undang'undang wetge6er- membuat aturan'aturan umum, sehingga hakim harus menerapkan undang'undang. #amun, penerapan undang'undang tidak dapat berlangsung seara mekanis melainkan menuntut interprestasi pena+siran-.
(arena itu, penerapan hukum memerlukan kreati+itas, mengingat perundang' undangan dibentuk tidak lengkap dan sempurna, sehingga terkadang harus digunakan istilah'istilah yang kabur maknanya dan harus dijelaskan lebih jauh oleh hakim. (adang kala, terdapat kekosongan (leemtes) dalam undang'undang yang harus diisi oleh proses peradilan.
Disamping oleh perundang'undangan dan peradilan, ternyata hukum terbentuk karena kebiasaan yang terhadapnya para pelaku pergaulan sosial itu menganggap saling terikat sekalipun kebiasaan itu tidak ditetapkan seara eksplisit. Dalam rangka memelihara kesatuan dan pembentukan hukum, maka disamping diselenggarakan peradilan biasa Pengadilan #egeri dan Pengadilan Tinggi-, di+ungsikan juga adanya Peradilan (asasi.
/ebagaimana dikemukakan oleh E+gen E#li$%, yang menjelaskan ?bahwa dengan melihat kenyataan pada masyarakat modern, hukum dapat diberlakukan melalui perundang'undangan, karena proses di dalam pengadilan bisa karena kebiasaan, traktat dan sebagainya.
Kesimpulan : bahwa hukum terbentuk karena perundang-undangan, kebiasaan dan dalam proses peradilan.
B. Pe!5en&+4an H+4+! )Dala! <+#i/#+deni
Ind2neia-Di dalam hukum positi+ undang'undang, traktat, dan kebiasaan-, kaidah' kaidah hukumnya bersi+at umum, dimana di dalam kaidah itu ditetapkan
ketentuan'ketentuan tentang tingkah laku orang pada umumnya. /etiap orang yang dimaksudkan kaidah hukum itu haruslah menyadari bahwa apa yang diatur dalam ketentuan tersebut berlaku terhadapnya.
Proses pembentukan dari hukum positi+ tersebut berlangsung dalam 9 dua- bentuk hukum, yaitu 0
1. H+4+! O56e4&i0
(aidah hukum dari peristiwa'peristiwa yang mungkin terjadi dalam pergaulan masyarakat dibentuk dan dirumuskan seara teoritis, serta ditetapkan pula akibat'akibat dari suatu peristiwa atau perbuatan hukum yang mungkin terjadi.
". H+4+! S+56e4&i0
(aidah hukumnya dibentuk melalui proses perhubungan yang munul di antara dua orang oknum atau lebih- termasuk badan yang bertindak sebagai oknum dimana mereka melakukan perbuatan'perbuatan yang dinyatakan seara teoritis termasuk di dalam kaidah hukum hukum objekti+-, sehingga terhadap mereka diharuskan untuk memikul akibat hukumnya. Hanya saja, karena melibatkan oknum, maka akibat hukum yang terdapat dalam hukum objekti+ dipertalikan dengan orang7oknum yang melakukan perbuatan itu. Terhadap pembentukan hukum tersebut di negara'negara modern-, sudah ada alat untuk menyelidiki apakah perbuatan yang terjadi itu telah sesuai dengan kaidah hukum yang disusun seara teoritis ataukah tidak. 1lat itu adalah hakim pengadilan-.
Berikut ini beberapa hal mengenai bagaimana hakim harus melaksanakan tugasnya yang diatur dalam Algemene Bapeligen Van Wetgaing 1.B- atau ketentuan umum tentang perundang'undangan (.:.T.P- ! "ang pada akhirn"a merumuskan perkembangan "urisprudensi di #ndonesia F sebagai berikut 0
. Dalam pasal 9! 1.B, hakim diwajibkan mengadili menurut undang' undang, dan dilarang mempertimbangkan ?nilai@ rohani atau keadilan undang'undang. ?)aksudnya, apabila di dalam :ndang'undang telah ditetapkan suatu kaidah hukum, maka hakim diwajibkan mempergunakan kaidah itu dan tidak boleh menyimpang dari hukum yang dinyatakan seara positi+.
9. Pasal 9 1. B menyatakan 0 ?Tidak ada seorang hakim diperkenankan memberikan keputusan yang bersi+at peraturan umum, diposisi penetapan7reglement-, jikalau hakim memberikan keputusan di dalam suatu perideraan yang diajukan kepadanya.
;. Pasal 99 1.B berbunyi 0 ?/eorang hakim yang menolak memutuskan perkara, berdalih bahwa undang'undang tidak terang atau kurang lengkap, dan lain'lain, dapat dituntut karena mengingkari hukum@. )aksudnya, pembuat undang'undang menyuruh dengan tegas kepada hakim supaya hakim memberikan keputusan di dalam setiap sengketa yang dimajukan kepadanya termasuk juga apabila undang'undang
kurang jelas hakim wajib mena+sirkan undang'undang itu-, atau apabila undang'undang itu kurang lengkap hakim wajib menambahkan pendapatnya7 konstruksi hukum kepada undang'undang itu-. Dengan kata lain, dari sengketa satu kesengketa lain, hakim dapat melanjutkan undang'undang.
/ekalipun pasal 9 1.B itu dengan tegas mengandung larangan tersebut, kedua hakim tidaklah dilarang memperhatikan keputusan'keputusan hakim yang lain, yaitu keputusan di dalam sengketa'sengketa atau perkara'perkara yang sama. 1da kemungkinan bahwa seorang hakim berdasarkan pasal 99 1.B memberikan pena+siran terhadap suatu kaidah hukum tertentu yang tepat sekali 0 ataupun hakim memberikan penjelasan yang menambah wilayah berlakunya kaidah hukum itu, yang ternyata merupakan suatu yang melengkapi undang'undang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 1pabila pena+siran tersebut juga disetujui oleh hakim yang lain, maka dengan sendirinya mereka hakim lain- dapat mempergunakan orak ber+ikir yang telah dirumuskan hakim yang sebelumnya telah memberikan pena+siran itu.
1rtinya, berdasarkan nurani para hakim itu, ada kemungkinan bahwa perumusan hukum oleh seorang hakim tertentu, dapat juga dipergunakan oleh hakim'hakim lain. Inilah yang kemudian disebut sebagai <+#i/#+deni.
/aat ini, dengan kelakuannya pembaharuan hukum, ketentuan tentang tugas' tugas hakim telah diatur di dalam undang'undang yang seara khusus mengatur hakim atau perundang'undangan yang berkaitan, dengan dunia peradilan atau yang mengatur kekuasaan kehakiman, yakni ::D #egara $I Tahun 3<4, :ndang' :ndang #omor <2 Tahun 9!!3 tentang (ekuasaan (ehakiman, :ndang':ndang #omor <3 Tahun 9!!3 tentang Perubahan (edua :ndang':ndang #omor 9 Tahun 32" Tentang Peradilan :mum dan :ndang':ndang #omor 4 Tahun 9!!< tentang )ahkamah 1gung.
Di dalam ::D #egara $I Tahun 3<4, ketentuan mengenai kekuasaan kehakiman seara konstitusional telah diatur dalam Bab I 9<, 9<1, 9<B, 9<C dan 94 ::D #$I Tahun 3<4.
/esuai ketentuan yang diatur dalam 1.B, tugas hakim telah diatur di dalam Pasal 4 dan Pasal ! :ndang'undang #omor <2 Tahun 9!!3 tentang (ekuasaan (ehakiman, sebagai berikut 0
$asal %
- Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai' nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
9- Hakim dan hakim konstitusi harus memiliki intregritas dan kepribadian yang tidak terela, jujur, adil, pro+esional, dan berpengalaman di bidang hukum.
;- Hakim dan hakim konstitusi wajib menaati (ode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
- Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
9- (etentuan sebagaimana dimaksud pada ayat - tidak menutup usaha penyelesaian perkara perdata seara perdamaian.
/edangkan mengenai Tugas Pokok Hakim diatur dalam Pasal 3 :ndang':ndang #o. 2 Tahun 9!!< Tentang Peradilan :mum sebagaimana telah diubah dengan :ndang':ndang #o. <3 Tahun 9!!3- yang menegaskan bahwa hakim pengadilan adalah pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman. /elanjutnya, dalam Pasal 4! :ndang':ndang #o. 2 Tahun 9!!< tersebut telah mengatur pula Pengadilan #egeri yang bertugas dab berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama.
Tugas pengadilan memang identik dengan tugas hakim sehingga sering menimbulkan anggapan bahwa pengadilan itu adalah hakim. Padahal, dalam melaksanakan tugas pokok yaitu menerima, memeriksa dan mengadili perkara yang diajukan kepdanya, hakim harus dibantu oleh aparatur pengadilan atau sta+ seperti yang diatur dalam perundang'undangan hakim sebagai aparatur hukum yang mempunyai +ungsi ganda, yaitu disatu pihak sebagai 1paratur #egara, 1bdi #egara, dan 1bdi )asyarakat yang penuh kesetiaan kepada Panasila ::D 3<4, di lain pihak sebagai aparatur hukum atau abdi hukum yang harus menegakkan hukum dan keadilan dalam masyarakat, yaitu melalui perkara'perkara yang diajukan kepadanya.
/ebagai abdi negara, hakim harus mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan sebagai 1bdi )asyarakat memberikan pelayanan kepada masyarakat, sedangkan sebagai abdi hukum pengemban tugas- dituntut untuk menegakkan hukum dan memberi pengayoman kepada masyarakat penari keadilan.
C. F+ngi H+4+!
)engingat pentingnya peranan hukum dalam pergaulan masyarakat, hukum dalam aksinya tersebut ternyata mempunyai +ungsi seperti pengaturan, penerbitan, penyelesaian, pertikaian, dan sebagainya, sehingga dapat mengiringi
masyarakat yang senantiasa berkembang.
Hukum juga ber+ungsi sebagai sarana perubahan sosial. Hubungan antara perubahan sosial dan sektor hukum tersebut merupakan hubungan iteraksi. Dalam artikan, disatu sisi, terdapat pengaruh perubahan sosial terhadap sektor hukum sementara. Disisi lain, perubahan hukum juga berpengaruh terhadap suatu perubahan sosial. Perubahan kekuasaan yang dapat mempenagruhi perubahan sosial sejalan dengan salah satu +ungsi hukum yakni hukum sebagai
sarana perubahan sosial atau sarana rekayasa masyarakat(social engineering). 8ungsi hukum dalam masyarakat sangat beraneka ragam, bergantung pada berbagai +aktor dan keadaan masyarakat. Disamping itu, +ungsi hukum
dalam masyarakat yang belum maju juga akan berbeda dengan yang terdapat dalam masyarakat yang sudah maju. Dalam setiap masyarakat, hukum lebih ber+ungsi untuk menjamin keamanan dan jaminan penapaian sturktur sosial yang diharapkan oleh masyarakat. #amun, dalam masyarakat yang sudah maju hukum menjadi lebih umum, abstrak dan lebih berjarak dengan konteksnya.
/eara umum, dapat dikatakan bahwa ada beberapa +ungsi hukum dalam masyarakat, yaitu 0
- 8ungsi )em+asilitasi
Dalam hal ini, hukum ber+ungsi untuk mem+asilitasi antara pihak'pihak tertentu sehingga terapai suatu ketertiban.
9- 8ungsi $epresi+
Dalam hal ini, hukum digunakan sebagai alat bagi elit penguasa untuk menapai tujuan'tujuannya.
;- 8ungsi Ideologis
8ungsi ini termasuk menjamin penapaian legitimasi, hegenomi, dominasi, kebebasan, kemerdekaan, keadilan dan lain'lain.
<- 8ungsi $e+lekti+
Dalam hal ini, hukum mere+kelsi keinginan bersama dalam masyarakat sehingga mestinya hukum bersi+at netral.
/elanjutnya, +ungsi hukum dalam masyarakat dapat diklasi+ikasi, antara lain 0
- 8ungsi mengatur (goermence) 9- 8ungsi distribusi sumber daya
;- 8ungsi sa+eguart terhadap ekspektasi masyarakat. <- 8ungsi penyelesaian kon+lik
4- 8ungsi ekspresi dari nilai dan ita'ita dalam masyarakat.
Pendapat ahli lain Podgoreki- menyatakan, bahwa +ungsi hukum dalam masyarakat adalah sebagai berikut 0
- 8ungsi Integrasi
=akni bagaimana hukum terealisasi saling berharap (mutual epectation) dari masyarakat.
9- 8ungsi Petri+ikasi
=akni bagaimana hukum melakukan seleksi dari pola'pola perilaku manusia agar dapat menapai tujuan'tujuan sosial.
;- 8ungsi $eduksi
=akni bagaimana hukum menyeleksi sikap manusia yang berbeda'beda dalam masyarakat yang kompleks sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, hukum ber+ungsi untuk mereduksi kompleksitas ke pembuatan putusan' putusan tertentu.
<- 8ungsi )emoti6asi
=akni hukum mengatur agar manusia dapat memilih perilaku yang sesuai dengan nilai'nilai dalam masyarakat.
=akni hukum bukan saja menghukum dan memoti6asi mayarakat, melainkan juga melakukan edukasi dan sosialisasi.
/elanjutnya, menurut Podgoreki, +ungsi hukum yang aktual harus dianalisis melalui berbagai hipotesis sebagai berikut 0
- Hukum tertulis dapat dita+sirkan seara berbeda'beda, sesuai dengan sistem sosial dan ekonomi masyarakat.
9- Hukum tertulis dita+sirkan seara berbeda'beda oleh berbagai sub kultur dalam masyarakat. )isalnya, hukum akan dita+sirkan seara berbeda'beda oleh mahasiswa, dosen, ad6okat, polisi, artis, orang bisnis, birokrat, dan sebagainya. ;- Hukum tertulis dapat dita+sirkan seara berbeda'beda oleh berbagai
personalitas dalam masyarakat yang diakibatkan oleh berbedanya kekuatan7 kepentingan ekonomi, politik dan psikososial. )isalnya golongan tua lebih menghormati hukum dari pada golongan muda. )asyarakat tahun 3"! an akan lebih sensiti+ terhadap anak dan kebebasan dari pekerja.
<- 8aktor prosedur normal dan ramework yang bersi+at semantik lebih menentukan terhadap suatu putusan hukum dibandingkan +aktor hukum substanti+.
4- Bahkan jika sistem'sistem sosial bergerak seara seimbang dan harmonis, tidak berarti bahwa hukum hanya sekedar membagi'bagikan hadiah atau hukuman.
Dalam suatu sistem, hukum, kekuasaan, dan politik sangat erat kaitanya serta studi tentang hubungan antara komponen hukum, kekuasaan dan politik juga merupakan bidang yang mendapat bagian dari sosiologi hukum. 8ungsi hukum menurut masyarakat yaitu, hukum merupakan sarana perubahan sosial. Dalam hal ini, hukum hanyalah ber+ungsi sebagai rati+ikasi dan legitimasi saja sehingga dalam kasus seperti ini, bukan hukum yang mengubah masyarakat, melainkan perkembangan mayarakat yang mengubah hukum.
/ikap dan kehidupan suatu masyarakat berasal dari berbagai stimulus sebagai berikut 0
. Berbagai perubahan seara e6oluti+ terhadap norma'norma dalam masyarakat. 9. (ebutuhan dadakan dari masyarakat karena adanya keadaan khusus atau
keadaan darurat khususnya hubungan distribusi sumber daya atau hubungan dengan standar baru tentang keadilan.
;. 1tas inisiati+ dari kelompok keil masyarakat yang dapat melihat jauh ke depan yang kemudian sedikit demi sedikit mempengaruhi pandangan dan ara hidup masyarakat.
<. 1da ketidakadilan hukum seara teknikal yang meminta diubahnya hukum tersebut.
4. 1da ketidakkonsistenan dalam tubuh hukum yang juga meminta perubahan terhadap hukum tersebut.
". 1da perkembangan pengetahuan dan teknologi yang memunulkan bentuk baru untuk membuktikan suatu +akta.
(emudian dalam suatu masyarakat, terhadap aspek positi+ dan negati+ dari suatu gaya pemerintahan yang superakti+. #egati+nya adalah keenderungan menjadi pemerintahan tirani dan totaliter. /edangkan positi+nya adalah bahwa gaya pemerintahan yang superakti+ tersebut biasanya menyebabkan banyak dilakukanya perubahan hukum dan perundang'undangan yang dapat memperepat terjadinya perubahan dan perkembangan dalam masyarakat. Perkembangan masyarakat seperti ini bisa ke arah positi+, tetapi bisa juga ke arah yang negati+.
1da beberapa lapisan dari suatu realitas sosial, antara lain 0
- Lapisan dalam bentuk dasar'dasar geogra+is dan demogra+is. Lapisan ini merupakan lapisan paling atas dari realitas sosial. Dalam hal ini, kebutuhan masyarakat seperti makanan atau komunikasi menjadi dasar bagi masyarakat manakala +aktor'+aktor tersebut merupakan hasil trans+ormasi dari tindakan kolekti+ masyarakat atas desakan dari simbol, ita'ita dan nilai dalam masyarakat.
9- Lapisan Institusi dan tabiat kolekti+ (olekti+ Behanio6e-.
Lapisan ini merupakan lapisan kedua dalam suatu realitas sosial. Dalam lapisan yang bersi+at mor+ologis ini, dijumpai institusi masyarakat dan tingkah laku masyarakat yang mengkristal dalam bentuk'bentuk kebiasaan praktek dalam organisasi.
;- Lapisan simbol'simbol.
Lapisan ini berhubungan langsung dengan institusi yang ber+ungsi sebagai tanda atau sarana praktik, seperti lambang, bendera, obyek sui, dogma'dogma, prosedur, danksi atau kebiasaan.
<- Lapisan #ilai alue) dan tujuan kolekti+
Lapisan ini merupakan produk dari suatu kehidupan sosial yang mengarahkan suatu pemikiran kolekti+ yang bebas.
4- Lapisan pikiran kolekti+ (*ollectie +ind)
Lapisan pikiran kolekti+ ini merupakan memori kolekti+, representati+ kolekti+, perasaan kolekti+, keenderungan dan aspirasi kolekti+ dalam suatu kesadaran
indi6idu.
Dalam kehidupan masyarakat, ada tiga +aktor yang menyebabkan perubahan sosial. (etiga +aktor tersebut adalah 0
- (omulasi penemuan teknologi 9- (ontrak kon+lik antar kebudayaan ;- Gerakan sosial(social moement)
Teori kebudayaan yang tentunya dianut oleh para ahli kebudayaan mengemukakan, bahwa penyebab utama terjadinya perubahan masyarakat adalah bertemunya dua atau lebih kebudayaan yang berbeda, sehingga masing'masing akan menyesuaikan kebudayaannya dengan kebudayaan baru untuk mendapatkan sistem kebudayaan yang lebih baik menurut penilaian mereka. /ementara itu, teori gerakan sosial menyatakan bahwa perubahan masyarakat terjadi karena adanya unsur ketidakpuasn menimbulkan protes'protes dikalangan masyarakat, yang pada akhirnya
menghasilkan suatu tatanan hukum yang baru. adi, menurut teori'teori tersebut, justru perubahan hukum bisa menghasilkan suatu tatanan hukum yang baru. Ini merupakan
akibat dari adanya perubahan masyarakat tersebut. D.
8. E.