• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus ileus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus ileus"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

INDONESIA

RSUD SLEMAN YOGYAKARTA 2016

(2)

IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap

: Ny. E

Umur : 55 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Kali Pucung, Sunan

Kulon, Blitar

Agama

: Islam

Pekerjaan

: IRT

Masuk RS tanggal

: 12 Januari 2016

Jam : 03.20 WIB

Diagnosis masuk IGD : Susp.

(3)

SUBYEKTIF

KELUHAN UTAMA : Tidak bisa BAB

KELUHAN TAMBAHAN : Tidak bisa kentut, perut kembung dan membesar.

Riwayat Penyakit Sekarang

7 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

Pasien mengeluh tidak bisa BAB dan kentut, perut terasa kembung dan membesar.

4 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

Pasien mengeluh perut semakin bertambah besar, mual(+), muntah(-), sebah(+),BAB(-), BAK normal, flatus (-). Pasien dirawat inap di RSU Aminah Blitar.

2 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

Perut dirasakan masih tetap besar tapi bisa flatus dan BAB sedikit. Telah dilakukan foto abdomen 3 posisi dengan kesan ileus obstruktif, tidak ada tanda-tanda peritonitis perforasi. Foto Thorax dengan kesan Pulmo dan besar Cor dalam batas normal

 Hari Masuk Rumah Sakit

Hari MRS perut dirasakan tidak mengecil dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut Colon in loop atau CT Scan. Karena keterbatasan fasilitas dan atas permintaan keluarga, pasien lalu dirujuk ke RSUD SLEMAN dengan diagnosa Ileus Obstruktif parsial.

 

(4)

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat operasi sebelumnya (-)

Riwayat penyakit hipertensi disangkal Riwayat penyakit DM disangkal

Riwayat demam sebelumnya (-)

Riwayat kelemahan anggota gerak sebelumnya disangkal Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat penyakit Demam Tifoid (-) Riwayat penyakit asma (-)

Riwayat Susah BAB sebelumnya disangkal

Riwayat BAB kecil-kecil seperti kotoran kambing disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat alergi obat disangkal

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama

(5)

ANAMNESIS SISTEM

 Neurologi : Panas (-), pusing (-), kelumpuhan

anggota gerak (-), kesadaran menurun (-)

 Respirasi : Batuk (-), pilek (-), sesak napas (-)

 Kardiovaskular : Pucat (-), debar-debar (-),

 Gastrointestina : Muntah(-), nyeri perut(-), BAB(+)

sedikit- sedikit, perut kembung(+) dan

membesar(+), sakit pada anus(-),flatus(+)

 Urogenital : BAK lancar, nyeri BAK (-)

 Muskuloskeletal : Lemas (+), kaku sendi (-), nyeri sendi

(-)

 Integumentum : Gatal (-), nyeri tekan

(6)

PEMERIKSAAN FISIK

Kesan umum :

Tampak lemah, bibir

kering dan perut terlihat membesar.

Kesadaran

:

Kompos mentis

Tanda Utama

Nadi / HR : 120 x/menit

Isi dan tegangan : kuat dan teratur

Suhu badan : 36,6ºC

Pernafasan : 20 x/menit

(7)

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Kulit : teraba hangat, tidak kering, turgor kulit kembali < 2 detik, petekie (-).

Kelenjar limfe : pembesaran (-)

Kepala : Simetris, mesochepal, distribusi rambut merata  Muka : Simetris, tidak ada jejas

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikhterik (-/-), pupil isokor 3 mm, reflek cahaya (+/+)

Hidung : Deviasi sputum (-), discharge (-)

Mulut/Gigi : Bibir kering (+), lidah tidak kotor, carries (-)  Telinga : Simetris, serumen (-/-)

Leher : pembesaran kelejar tiroid dan kelenjar limfe(-)  Otot : tonus normal.

Tulang : deformitas (-).

Sendi : gerakan bebas, anggota gerak lemas (+), nyeri gerak(-). 

(8)

PEMERIKSAAN FISIK

THORAKS - JANTUNG

Thoraks :

 Inspeksi : Simetris, gerakan respirasi dalam batas

normal, massa (-), retraksi suprasternal (-), retraksi intercosta (-), hematom (-), deformitas (-).

Jantung :

 Palpasi : iktus kordis tak kuat angkat  Perkusi

Batas-batas Jantung 

Batas kanan atas : SIC II, LPS dextra ;

Batas kiri atas : SIC II, LMC sinistra

Batas kanan bawah : SIC IV, LPS dextra ;

Batas kiri bawah : SIC IV, LMC sinistra

(9)

PEMERIKSAAN FISIK

THORAKS - PARU

Paru – paru

 Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan

kiri ketinggalan gerak (-)

 Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru  Auskultasi : Suara dasar vesikular, Ronkhi

kering

(10)

PEMERIKSAAN FISIK

ABDOMEN

Inspeksi : simetris, distended (+), sikatrik

(-), darm countur (-), darm steifung(-)

Auskultasi : peristaltik (+) (menurun &

lemah)

Palpasi : tegang (+), defans muskular (+),

massa (-), nyeri tekan (-),Psoas sign (-).

Obturator sign (-), turgor kulit kembali cepat < 2 detik (normal)

(11)

PEMERIKSAAN FISIK

EKSTRIMITAS

• Akral hangat, perfusi jaringan baik, kapilari refil

< 2 detik, sianosis (-), deformitas (-), edem (-), tonus cukup.

(12)

HASIL PEMERIKSAAN TAMBAHAN

Tanggal 12 Januari 2016  WBC = 22,55 103/mm3  HGB = 10.9 g/dl  HMT = 30,4 %  PLT = 502 103/mm3  Gol Darah = A  PT = 11,4 detik  APTT = 36,5 detik

(13)

 SGOT = 30 U/L  SGPT = 23 U/L  Ureum = 60 mg/dl  Creatinin = 0.66 mg/dl  HbsAg = negatif    RO Thoraks (Tanggal 12/01/2016)

Pulmo: Perselubungan semiopak inhomogen di paracardial dextra, diafragma dextra samar dan sinistra licin, pleural space dextra menebal dan sinus contour dextra tak

tampak.

Cor: CTR = 0,50

 RO Abdomen 3 posisi (Tanggal 12/01/2016)

Preperitonial Fatline ka/ki tegas dan simetris, distribusi

udara usus prominen, Tampak distensi sistema usus halus dan sebagian usus besar, Tampak gambaran coil spring dan gambaran air fluid level multiple pendek-pendek dan panjang,

(14)

DIAGNOSIS

DIAGNOSIS IGD

Suspek Ileus Obstruktif

Konsul bedah

(15)

RENCANA TERAPI

 Infus RL:D5:Aminofluid 20tpm  Injeksi Ceftriaxon 2 x 1gr  Injeksi Metronidazole 3 x 500mg  Puasakan  Pasang NGT

 Plan Colon in Loop

 Rectal Toucher > Apakah ada massa/tumor atau

tidak? Hasil RT: ampula recti tidak kolaps, mukosa licin, tonus sfingter ani (+), tidak teraba massa, sarung tangan lendir darah(-).

(16)

FOLLOW UP

Tgl Masalah/Diagnosa Rencana pengobatan Ket.

16/3/13 Post op cito laparatomi apendictomi Instruksi post op: -Awasi KU & VS

-IVFD RL : KaEnMg3 20tpm -Ceftriaxon 2x1gr

-Metronidazole 2x500mg -Pantozol 2x1amp

-Fentanyl 1amp + Teramal 2amp drip D5%

-Ketorolac 3x1amp 17/3/13 S: perut terasa kembung, flatus (+), nyeri (+) saat

ditekan, demam(-). O: TD 100/75 mmHg St lokalis reg abdomen

I: luka tertutup kasa,rembes(+), drain kemerahan. Au: Peristaltik (+) 3-5x permenit

Pe: timpani diseluruh kuadran Pa: NT (+) pada sekitar luka op

Ass: Peritonitis e.c app perforasi post op laparatomi apendictomi H1 Tx : -Awasi KU & VS -Balnce cairan -IVFD RL : D5 20tpm -Ceftriaxon 2x1gr -Metronidazole 2x500mg -Pantozol 2x1amp

-Fentanyl 1amp + Teramal 2amp drip D5%

-Ketorolac 3x1amp -Cek DL + albumin

(17)

18/3/13 S: perut terasa kembung, flatus (+), BAB (-), BAK (+), nyeri (+) saat ditekan (+) , demam(-), luka masih rembes, batuk (+) dahak(+)

O: TD 105/75 mmHg St lokalis reg abdomen

I: luka tertutup kasa,rembes(+), drain kemerahan berkurang.

Au: Peristaltik (+) 3-5x permenit Pe: timpani diseluruh kuadran

Pa: NT (+) pada sekitar luka op dan perut bagian kanan Ass: Peritonitis e.c app perforasi post op laparatomi apendictomi H2 Tx : -Awasi KU & VS -Balnce cairan -IVFD RL : D5 20tpm -Ceftriaxon 2x1gr -Metronidazole 2x500mg -Pantozol 2x1amp

-Fentanyl 1amp + Teramal 2amp drip D5% -Ketorolac 3x1amp -Ambroxol 3x1tab Hb : 13,7 Al : 28.9 HMT: 40,4 AT : 483 Albumin: 2,85

19/3/13 S: perut terasa kembung, flatus (+), BAB (-), BAK (+), nyeri (+) saat ditekan (-) , demam(-), luka rembes (+), batuk (+) dahak(+) O: TD 105/75 mmHg

St lokalis reg abdomen

I: luka tertutup kasa,rembes(+), drain kekuningan 80cc. Au: Peristaltik (+) 4-5x permenit

Pe: timpani diseluruh kuadran

Pa: NT (-) pada sekitar luka op dan perut bagian kanan (+) turun Ass: Peritonitis e.c app perforasi post op laparatomi apendictomi H3 Tx : -Awasi KU & VS -Balnce cairan -IVFD RL : D5 20tpm -Ceftriaxon 2x1gr -Metronidazole 2x500mg -Pantozol 2x1amp -Impepsa syr 3x1cth -Ketorolac 3x1amp -Ambroxol 3x1tab

(18)

20/3/13 S: perut terasa kembung, flatus (+), BAB (-), BAK (+), nyeri (+) saat ditekan (+) , demam(-), luka masih rembes, batuk (+) dahak(+) O: TD 100/70 mmHg

St lokalis reg abdomen

I: luka tertutup kasa,rembes(+), drain kekuningan berkurang. Au: Peristaltik (+) 4-5x permenit

Pe: timpani diseluruh kuadran

Pa: NT pada sekitar luka op dan perut bagian kanan berkurang Ass: Peritonitis e.c app perforasi post op laparatomi apendictomi H4

Tx : -Awasi KU & VS -Balance cairan -Mobilisasi bertahap -IVFD RL : D5 20tpm -Ceftriaxon 2x1gr -Metronidazole 2x500mg -Pantozol 2x1amp -Impepsa syr 3x1cth -Ketorolac 3x1amp -Ambroxol 3x1tab 21/3/13 S: perut terasa kembung berkurang, flatus (+), BAB (-), BAK (+), nyeri (+)

saat ditekan (+) , demam(-), luka masih rembes, batuk (+) dahak(+) O: TD 105/75 mmHg

St lokalis reg abdomen

I: luka tertutup kasa,rembes(+), drain jernih. Au: Peristaltik (+) 3-5x permenit

Pe: timpani diseluruh kuadran

Pa: NT (-) pada sekitar luka op dan perut bagian kanan

Ass: Peritonitis e.c app perforasi post op laparatomi apendictomi H5

Tx : -Awasi KU & VS -Balance cairan -Mobilisasi -IVFD RL : D5 20tpm -Ceftriaxon 2x1gr -Metronidazole 2x500mg -Pantozol 2x1amp -Impepsa syr 3x1cth -Ketorolac 3x1amp -Ambroxol 3x1tab

(19)

22/3/13 S: perut terasa kembung, flatus (+), BAB (-), BAK (+), nyeri (+) saat ditekan (+) ,

demam(-), luka masih rembes, batuk (+) dahak(+)

O: TD 105/75 mmHg St lokalis reg abdomen

I: luka tertutup kasa,rembes(+), drain aff Au: Peristaltik (+) 3-5x permenit

Pe: timpani diseluruh kuadran

Pa: NT (-) pada sekitar luka op dan perut bagian kanan

Ass: Peritonitis e.c app perforasi post op laparatomi apendictomi H6

(20)
(21)

Ileus Obstruktif

Definisi :

Gangguan pasase isi usus yang disebabkan oleh adanya gangguan mekanis berupa

sumbatan/obstruksi mekanik.

Etiologi :

- Ektrinsik : adhesi, hernia

- Intrinsik : diverticulum, carcinoma, enteritis

- Penyempitan lumen : obstruksi batu empedu, intususepsi, volvulus

(22)

Klasifikasi

Berdasarkan letak sumbatan : - Obstruksi letak tinggi

Jika letak obstruksi di usus halus - Obstruksi letak rendah

(23)

Patofisiologi

Obstruksi usus ↓

Peningkatan tekanan intraluminal ↓

Peningkatan tekanan pada dinding usus ↓

Obstruksi vena dan lymph→ edema → translokasi bakteri

(24)

Ileus obstruksi dapat dibagi menjadi beberapa stadium, yaitu :

 Parsial

Sumbatan belum total sehingga makanan masih bisa berjalan ke anus walaupun sedikit. Penderita masih bisa flatus dan defekasi sedikit.

 Simple

Usus sudah tersumbat total tapi dindingnya belum mengalami gangguan vaskularisasi.

 Strangulasi

Usus sudah tersumbat total dan sudah mengalami gangguan vaskularisasi.

(25)

Gejala dan Tanda

 Obstruksi usus halus

-

Nyeri pada daerah

periumbilikal

-

Muntah

-

sulit flatus dan

buang air besar

-

Distensi abdomen,

bising usus

hiperaktif.

Obstruksi kolon

-

Nyeri kolik pada

daerah suprapubis

-

Muntah

-

konstipasi,

obstipasi, dan sulit

flatus

-

distensi abdomen

dan penurunan

bising usus.

(26)

Diagnosis

Anamnesis

Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus

biasanya sering dapat ditemukan penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena

pernah di operasi sebelumnya atau terdapat henia. Pada ileus obstruksi usus halus nyeri

dirasakan di sekitar umbilikus, sedangkan pada ileus obstruksi usus besar nyeri dirasakan di

sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruksi usus halus berwarna kehijauan dan pada ileus obstruksi usus besar onset muntah lama.

(27)

Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi : Tanda generalisata dehidrasi, distensi

abdomen, hernia, massa abdomen, darm contour, darm steifung.

2. Palpasi : Defans muskular, pembengkakan,

massa yang abnormal dan nyeri tekan.

3. Perkusi : bunyi perut timpani

4. Auskultasi : Bising usus +/-, metalic sound +/-,

borborygmus (bunyi usus mengaum).

5. Rectal toucher : massa +/-, feses +/-, terdapat

(28)

Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos abdomen 3 posisi

Untuk melihat ada sumbatan atau tidak pada usus, dilatasi dan kolaps pada usus, penebalan dinding usus (herring bone apperance), air fluid level panjang-panjang atau pendek-pendek (step ladder apperance).

2. USG abdomen

Untuk melihat ada distensi usus atau tidak, gerak peristaltik usus +/-.

(29)

 Pemeriksaan laboratorium 1. Darah rutin 2. Kimia darah 3. Elektrolit 4. Gula darah 5. HbsAg

(30)

Penatalaksanaan  Resusitasi

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda-tanda vital, dehidrasi, dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruktif mengalami dehidrasi dan gangguan kesimbangan elektrolit, sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti RL. Respon terhadap terapi dapat dilihat dari tanda-tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain itu diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.

(31)

 Farmakologis

Pemberian obat antibiotik broad spektrum sebagai profilaksis dan anti emetik untuk mengurangi gejala mual muntah.

 Operatif

Operasi dilakukan jika setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.

(32)

Prognosis

(33)

Daftar Pustaka

1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Apendiks

Vermiformis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi.Jakarta: EGC. 2003. Hal 623.

2. Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

EGC. Jakarta.1997

3. Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29

[cited 2012 March 26];[7 screens]. Available from:

URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154. htm

(34)

………..Terima

Kasih…………

Referensi

Dokumen terkait