• Tidak ada hasil yang ditemukan

243784953 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "243784953 Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LARAN PENDAHULUAN LARAN PENDAHULUAN

ILEUS PARALITIK  ILEUS PARALITIK  A.

A. ObstObstruksruksi Ususi Usus Ob

Obststruruksksi i ususus us dadapapat t dididedefifininisisikakan n sesebabagagai i gagangngguguan an (a(apapapupunn  penyebabnya) aliran normal

 penyebabnya) aliran normal isi usus isi usus sepanjang saluran sepanjang saluran usus.Obstruksi usus terdiriusus.Obstruksi usus terdiri dari akut dan kronik, partial atau total.(Price & Wilson, 200).Obstruksi usus dari akut dan kronik, partial atau total.(Price & Wilson, 200).Obstruksi usus  biasanya

 biasanya mengenai mengenai kolon kolon sebagai sebagai akibat akibat karsinoma karsinoma dan dan perkembangannyaperkembangannya lambat.!ebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus "alus.Obstruksi total lambat.!ebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus "alus.Obstruksi total usu

usus s "al"alus us mermerupaupakan kan keakeadaadaan n ga#ga#at at yayang ng memmemerluerlukan kan diadiagnognosis sis dindini i dandan tin

tindakdakan an pempembedbeda"aa"an n dardaruraurat t bilbila a penpenderderita ita ingingin in tettetap ap "id"idup. up. $da $da dua dua tiptipee obstruksi yaitu %

obstruksi yaitu % .

. 'e'ekakaninis (ls (leueus Obs Obstrstrukuktitif)f) !u

!uatatu u pepenynyebebab ab fifisik sik memenynyumumbabat t ususus us dadan n titidadak k dadapapat t didiatatasi asi olole"e"  peristaltik.leus obstruktif ini dapat a

 peristaltik.leus obstruktif ini dapat akut seperti pada "ernia strkut seperti pada "ernia stragulata atauagulata atau kro

kronis nis akiakibat bat karkarsinsinomoma a yayang ng melmelingingkarkari. i. 'isa'isalnylnya a intintuseusepsipsi, , tumtumor or   polipoid

 polipoid dan dan neoplasma neoplasma stenosis, stenosis, obstruksi obstruksi batu batu empedu, empedu, striktura,striktura,  perlengketan, "ernia dan abses

 perlengketan, "ernia dan abses 2.

2. eueurogrogenienik*fk*fungungsiosional (lnal (leus Pareus Paralitalitik)ik)

Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan  peristaltik

 peristaltik usus usus ter"enti ter"enti se"ingga se"ingga tidak tidak mampu mampu mendorong mendorong isi isi sepanjangsepanjang usus. +onto"ny

usus. +onto"nya a amiloamiloidosisidosis, , distrodistropi pi otot, gangguan endokrin sepertiotot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson. diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson. B.

B. IleuIleus Ps Paralaralitik itik  l

leueus s PaPararalilititik k adadalala" a" isistitilala" " gaga#a#at t ababdodomemen n atatau au gaga#a#at t peperurutt menggambarkan keadaan klinis akibat kega#atan di rongga perut yang biasanya menggambarkan keadaan klinis akibat kega#atan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai kelu"an utama. eadaan ini memerlukan timbul mendadak dengan nyeri sebagai kelu"an utama. eadaan ini memerlukan  penanggulangan

 penanggulangan segera segera yang yang sering sering berupa berupa tindakan tindakan beda", beda", misalnya misalnya padapada ob

obstrustruksiksi, , perperforforasi, asi, ataatau u perperdardara"aa"an n masmassif sif di di ronrongga gga perperut ut maumaupun pun salusaluranran cern

cerna, a, infinfeksieksi, , obsobstrutruksi ksi atau atau strastrangungulasi lasi salsalurauran n cercerna na dapdapat at menmenyebyebabkabkanan  perforasi

 perforasi yang yang mengakibatkan mengakibatkan kontaminasi kontaminasi rongga rongga perut perut ole" ole" isi isi saluran saluran cernacerna se"ingga terjadila" peritonitis.

se"ingga terjadila" peritonitis. le

leus us adaadala" la" gangangggguan uan pasapasase se isi isi usuusus s yayang ng mermerupaupakan kan tantanda da adaadanynyaa obstruksi usus akut. leus Paralitik adala" obstruksi yang terjadi karena suplai obstruksi usus akut. leus Paralitik adala" obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralysis dan peristaltic usus ter"enti se"ingga tidak  saraf otonom mengalami paralysis dan peristaltic usus ter"enti se"ingga tidak 

(2)

mampu mendorong isi sepanjang usus. +onto"nya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologist seperti  penyakit Parkinson. leus Paralitik adala" keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus karena usus tidak dapat bergerak (mengalami motilitas), pasien tidak  dapat buang air besar.

leus (leus Paralitik, leus $dinamik) adala" suatu keadaan dimana  pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara #aktu ber"enti. leus adala" suatu kondisi "ipomotilitas (kelumpu"an) saluran gastrointestinal tanpa disertai adanya obstruksi mekanik pada intestinal. Pada kondisi klinik sering disebut dengan ileus paralitik. Obstruksi leus adala" gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price & Willson, 200).

C. Etiologi Ileus Paralitik 

Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabeda" abdomen, tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan resiko terjadinya ileus, diantaranya (-e"m, 200) sebagai berikut %

. !epsis

2. Obat/obatan (misalnya % opioid, antasid, coumarin, amitriptyline, c"lorpromaine)

. 1angguan elektrolit dan metabolik (misalnya "ipokalemia, "ipomagnesemia, "ipernatremia, anemia, atau "iposmolalitas)

. nfark miokard 3. Pneumonia

4. 5rauma (misalnya % pata" tulang iga, cedera spina) . -ilier dan ginjal kolik 

6. +edera kepala dan prosedur beda" saraf  7. nflamasi intra abdomen dan peritonitis 0. 8ematoma retroperitoneal.

leus pada pasien ra#at inap ditemukan pada% () proses intraabdominal seperti pembeda"an perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis,  pankreatitis, perdara"an)9 (2) sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan yang memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit ("ipokalemia, "iperkalsemia, "ipomagnesemia, "ipofosfatemia)9 dan () obat/obatan yang mempengaru"i motilitas usus (opioid, antikolinergik, fenotiaine). !etela" pembeda"an, usus "alus biasanya pertama

(3)

kali yang kembali normal (beberapa jam), diikuti lambung (2/6 jam) dan kolon (6/2 jam)

leus terjadi karena "ipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya obstruksi usus mekanik. :iduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk  mengangkut isi usus. urangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan akumulasi gas dan cairan dalam usus. 'eskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adala" keadaan yang paling umum untuk terjadinya ileus. 'emang, ileus merupakan konsekuensi yang di"arapkan dari pembeda"an perut. ;isiologisnya ileus kembali normal spontan dalam 2/ "ari, setela" motilitas sigmoid kembali normal. leus yang berlangsung selama lebi" dari  "ari setela" operasi dapat disebut ileus adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi.

!ering, ileus terjadi setela" operasi intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setela" pembeda"an retroperitoneal dan e<tra/abdominal. :urasi terpanjang dari ileus tercatat terjadi setela" pembeda"an kolon. =aparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan jangka #aktu yang lebi" singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka.

onsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat mendalam. Pasien dengan ileus merasa tidak nyaman dan sakit, dan akan meningkatkan risiko komplikasi  paru. leus juga meningkatkan katabolisme karena gii buruk. !ecara keseluru"an, ileus meningkatkan biaya pera#atan medis karena memperpanjang ra#at inap di ruma" sakit. Penyakit*keadaan yang menimbulkan ileus paralitik dapat diklasifikasikan seperti yang tercantum diba#a" ini%

.  Neurogenik . Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan ureter, iritasi persarafan splanknikus, pankreatitis.

2.  Metabolik. 1angguan keseimbangan elektrolit (terutama "ipokalemia), uremia, komplikasi :', penyakit sistemik seperti !=>, sklerosis multiple . Obat-obatan. arkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiain,

anti"istamin.

.  Infeksi/ inflamasi. Pneumonia, empiema, peritonitis, infeksi sistemik berat lainnya.

3. skemia ?sus

(4)

Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya sistem saraf simpatis dimana dapat meng"ambat akti@itas dalam traktus gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berla#anan dengan yang ditimbulkan ole" sistem parasimpatis. !istem simpatis meng"asilkan pengaru"nya melalui dua cara % pada ta"ap yang kecil melalui pengaru" langsung norepineprin  pada otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya), dan pada ta"ap yang besar melalui pengaru" in"ibitorik dari noreepineprin pada neuron/ neuron sistem saraf enterik. Aadi, perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat meng"ambat pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal.

8ambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf enterik  akan menyebabkan ter"ambatnya pergerakan makanan pada traktus gastrointestinal, namun tidak semua pleksus mienterikus yang dipersarafi serat saraf parasimpatis bersifat eksitatorik, beberapa neuron bersifat in"ibitorik, ujung seratnya mensekresikan suatu transmitter in"ibitor, kemungkinan peptide intestinal @asoaktif dan beberapa peptide lainnya.

Peristi#a patofisiologik yang terjadi setela" obstruksi usus adala" sama, tanpa memandang apaka" obstruksi tersebut diakibatkan ole" penyebab mekanik  atau fungsional. Perbedaan utama adala" obstruksi paralitik dimana peristaltic di"ambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula/ mula diperkuat, kemudian intermitten, dan ak"irnya "ilang. Peruba"an  patofisiologi utama pada obstruksi usus adala" lumen usus yang tersumbat secara  progresif akan tergang ole" cairan dan gas (0B dari gas yang ditelan) akibat  peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke dara". Ole" karena sekitar 6 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap "ari ke sepulu". 5idak adanya absorbs dapat mengakibatkan  penimbunan intralumen dengan cepat. 'unta" dan penyedotan usus setela"  pengobatan dimulai merupakan sumber ke"ilangan utama cairan dan elektrolik.

Pengaru" atas ke"ilangan ini adala" penyempitan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok/"ipotensi, pengurangan cura" jantung, penurunan  perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorbs cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. >fek local peregangan usus adala" iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin/toksin

(5)

 bakteri kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan  bakteriemia.

Pada obstruksi mekanik simple, "ambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan @askuler dan neurologic. 'akanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumla" yang banyak jika obstruksinya komplit. -agian usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. ;ungsi sekresi dan absorbs membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. :istensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltic dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko de"idrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian.

(6)

Pat!a"

(7)

E. #a$ifestasi Kli$is Ileus Paralitik 

Pasien ileus paralitik akan mengelu" perutnya kembung (abdominal distention), anoreksia, mual dan obstipasi. 'unta" mungkin ada, mungkin pula tidak ada. elu"an perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan kelu"an perut kembung pada ileus obstruksi.

Pasien ileus paralitik mempunyai kelu"an perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada pemeriksaa n fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lema" dan jarang  ba"kan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien "anya menyatakan  perasaan tidak enak pada perutnya. 5idak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). $pabila penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adala" gambaran peritonitis. 1ejala klinis %

. :istensi yang "ebat tanpa rasa nyeri (kolik) 2. 'ual dan muta"

(8)

. Pada palpasi ringan perut, ada nyeri ringan, tanpa defans muskuler  3. -ising usus meng"ilang

4. 1ambaran radiologis % semua usus menggembung berisi udara

%. Ko&'likasi Ileus Paralitik  (.  ekrosis usus.

). Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang suda" terjadi terlalu lama pada organ intra abdomen.

*. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium se"ingga terjadi  peradangan atau infeksi yang "ebat pada intra abdomen.

+. !epsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.

,. !yok de"idrasi terjadi akibat de"idrasi dan ke"ilangan @olume plasma. -. $bses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi.

. Pneumonia aspirasi dari proses munta".

/. 1angguan elektrolit, refluk munta" dapat terjadi akibat distensi abdomen. 'unta" mengakibatkan ke"ilangan ion "idrogen dan kalium dari lambung, serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam dara" (:erma#an, 200).

0. Pe&eriksaa$ Pe$u$1a$g Ileus Paralitik  . Pemeriksaan radiologi

a. ;oto polos abdomen  posisi

:engan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperli"atkan dilatasi lengkung usus "alus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air/fluid le@el) yang membentuk pola bagaikan tangga, posisi setenga" duduk untuk meli"at 1ambaran udara cairan dalam usus atau di luar usus, misalnya pada abses, 1ambaran udara bebas di ba#a" diafragma, 1ambaran cairan di rongga pel@is atau abdomen ba#a".

 b. Pemeriksaan radiologi dengan -arium >nema

'empunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus "alus. Pengujian >nema -arium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak renda" yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak/anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema  barium tidak "anya sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai

terapi. c. +5C!can.

(9)

Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. +5C!can akan mempertunjukkan secara lebi" teliti adanya kelainan/kelainan dinding usus, mesenterikus, dan  peritoneum. +5C!can "arus dilakukan dengan memasukkan at kontras kedalam pembulu" dara". Pada pemeriksaan ini dapat diketa"ui derajat dan lokasi dari obstruksi.

d. ?!1

Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari obstruksi

e. 'D

Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi te"nik dan kontras yang ada sekarang ini belum secara penu" mapan. 5eknik ini digunakan untuk menge@aluasi iskemia mesenterik kronis.

f. $ngiografi

$ngiografi mesenterik superior tela" digunakan untuk mendiagnosis adanya "erniasi internal, intussuscepsi, @ol@ulus, malrotation, dan ad"esi.

2. Pemeriksaan laboratorium

=eukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin menunjukkan de"idrasi. $nalisa gas dara" dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic. (-runner and !uddart", 2002)

(10)

Asua$ Ke'era!ata$ Ileus Paralitik  A. Pe$gka1ia$

'erupakan ta"ap a#al dari pendekatan proses kepera#atan dan dilakukan secara sistematika mencakup aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual. =angka" a#al dari pengkajian ini adala" pengumpulan data yang diperole" dari "asil #a#ancara dengan klien dan keluarga, obser@asi pemeriksaan fisik, konsultasi dengan anggota tim kese"atan lainnya dan meninjau kembali catatan medis ataupun catatan kepera#atan. Pengkajian fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

$dapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada klien ileus paralitik  adala" sebagai berikut, %

a. dentitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, status perka#inan, dan suku bangsa.

 b. Di#ayat kepera#atan.

) Di#ayat kese"atan sekarang meliputi apa yang dirasakan klien saat  pengkajian.

2) Di#ayat kese"atan masa lalu meliputi penyakit yang perna" diderita, apaka" sebelumnya perna" mengalami peenyakit yang sama. ) Di#ayat kese"atan keluarga meliputi apaka" dari keluarga ada yang menderita penyakit yang sama.

c. Di#ayat Psikososial dan spiritual meliputi pola interaksi, pola perta"anan diri, pola kognitif, pola emosi dan nilai kepercayaan klien.

d. ondisi lingkungan meliputi bagaimana kondisi lingkungan yang mendukung kese"atan klien.

e. Pola akti@itas sebelum dan di ruma" sakit meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, personal "ygiene, pola akti@itas se"ari C "ari dan pola akti@itas tidur.

f. Pengkajian fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan  perkusi, yaitu%

) nspeksi

nspeksi perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. -enjolan  pada region inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu "ernia inkarserata. Pada ntussuspsi dapat terli"at massa abdomen berbentuk  sosis. $danya ad"esi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya. adang teraba massa seperti pada tumor, in@aginasi, "ernia,

(11)

rectal touc"er. !elain itu, dapat juga melakukan pemeriksaan inspeksi pada %

a) !istem pengli"atan posisi mata simetris atau asimetris, kelopak  mata normal atau tidak, pergerakan bola mata normal atau tidak, konjungti@a anemis atau tidak, kornea normal atau tidak, sclera ikterik atau anikterik, pupil isokor atau anisokor, reaksi ter"adap otot ca"aya baik atau tidak.

 b) !istem pendengaran :aun telinga, serumen, cairan dalam telinga. c) !istem pernafasan ke dalam pernafasan dalam atau dangkal, ada atau tidak batuk, dan pernafasan sesak atau tidak.

d) !istem "ematologi ada atau tidak pendara"an, #arna kulit.

e) !istem pencernaan keadaan mulut, gigi, stomatitis, lida" bersi", sali@a, #arna dan konsistensi feses.

f) !istem urogenital #arna -$.

g) !istem integument turgor kulit, ptec"iae, #arna kulit, keadaan kulit, keadaan rambut.

2) Palpasi

a) !istem pencernaan abdomen, "epar, nyeri tekan di epigastrium.  b) !istem kardio@askuler pengisian kapiler.

c) !istem integumen ptec"iae. ) $uskultasi

8iperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borbor "ygmi. Pada fase lanjut  bising usus dan peristaltic melema" dan sampai "ilang.

) Perkusi 8ipertimpani

3) Dectal 5ouc"er  

a) si rectum menyemprot % 8irsc"prung disease.

 b) $danya dara" dapat menokong adanya stragulasi, neoplasma. c) ;eces yang mengeras % skibala.

d) ;eces negati@e % Obstruksi usus letak tinggi e) $mpula rekti kolap % curiga obstruksi. f) yeri tekan % local atau general peritonitis. B. Diag$osis Ke'era!ata$

a. onstipasi ber"ubungan dengan "ipomotilitas*kelumpu"an intestinal.  b. Disiko ketidakseimbangan cairan tubu" ber"ubungan dengan pengeluaran

cairan tubu" (munta"), ketidakmampuan absorbsi air ole" intestinal.

c. etidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutu"an tubu" ber"ubungan dengan mual, munta" dan anoreksia.

d. 1angguan rasa nyaman nyeri epigastrium ber"ubungan dengan proses  patologis penyakitnya.

(12)

e. 1angguan pola tidur ber"ubungan dengan sakit kepala dan pegal/pegal seluru" tubu".

f. $nsietas ringan/sedang ber"ubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdara"an yang dialami pasien.

g. :efisit pengeta"uan tentang proses penyakit, diet, dan pera#atan pasien ileus paralitik ber"ubungan dengan kurangnya informasi.

C. Pere$2a$aa$ Ke'era!ata$

. onstipasi ber"ubungan dengan "ipomotilitas*kelumpu"an intestinal. 5ujuan % :alam #aktu E<2 jam terjadi perbaikan konstipasi.

riteria e@aluasi %

a. =aporan pasien suda" mampu flatus dan keinginan untuk melakukan -$-.

 b. -ising usus terdengar normal, frekuensi 3/23 < * menit.

c. 1ambaran foto polos abdomen tidak terdapat adanya akumulasi gas di dalam intestinal.

nter@ensi %

a) aji faktor predisposisi terjadinya ileus.

D % menentukan inter@ensi medis, misalnya adanya sepsis "arus diatasi, kondisi gangguan elektrolit "arus dikoreksi

 b) 'onitoring status cairan.

D % Penurunan @olume cairan akan meningkatkan resiko ileus semakin para" karena terjadi gangguan elektrolit.

c) >@aluasi secara berkala laporan pasien tentang flatus dan periksa kondisi bising usus.

D % memberikan data dasar pada pera#at atau sebagai pera untuk kolaborasi dengan medis tentang kondisi perbaikan ileus.

d) Pasang selang nasogastrik.

D % menurunkan kelu"an kembung dan distensi abdomen. e) =akukan teknik ambulasi.

D % mencega" pembentukan atelektasis, obstruksi @ena profunda, dan  pneumonia.

f) olaborasi % Opioid antagonis selektif.

D % $l@imopan ini ditunjukkan untuk membantu mencega" ileus post operatif reseksi usus

a. Disiko ketidakseimbangan cairan tubu" ber"ubungan dengan pengeluaran cairan tubu" (munta"), ketidakmampuan absorbsi air ole" intestinal.

5ujuan % dalam #aktu E<2 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

(13)

riteria e@aluasi %

a) Pasien tidak mengelu" pusing, membrane mukosa lembap, turgor  kulit normal.

 b) 55F dalam batas normal.

c) +D5 G 2 detik, urin H 400 ml*"ari. d) =aboratorium % ilai elektrolit normal. nter@ensi %

a) 'onitoring status cairan (turgor kulit, membran mukosa, urine output).

D % monitoring yang ketat pada produksi urin G 400 ml*"ari merupakan tanda/tanda terjadinya syok "ipo@olemik 

 b) aji sumber ke"ilangan cairan.

D % ke"ilangan cairan dari munta" dapat disertai dengan keluarnya natrium @ia oral yang juga akan meningkatkan resiko gangguan elektrolit.

c) :okumentasikan intake dan output cairan.

D % data dasar dalam pemberian terapi cairan dan pemenu"an "idrasi tubu" secara umum

d) 'onitor 55F secara berkala.

D % "ipotensi dapat terjadi pada "ipo@olemi yang memberikan manifestasi suda" terlibatnya system kardio@askular untuk melakukan kompensasi memperta"ankan tekanan dara"

e) aji #arna kulit, su"u, sianosis, nadi perifer dan diap"oresis secara teratur.

D % mengeta"ui adanya pengaru" adanya peningkatan ta"anan perifer 

f) olaborasi % Perta"ankan pemberian cairan secara intra@ena dan e@aluasi kadar elektrolit.

D % jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat dan memuda"kan  pera#at dalam melakukan control intake dan output cairan. !ebagai deteksi a#al meng"indari gangguan elektrolit sekunder dari munta" pada pasien  peritonitis

 b. Disiko ketidakseimbangan nutrisi % kurang dari kebutu"an tubu"  ber"ubungan dengan kurangnya intake makanan yang adekuat.

5ujuan % !etela" E<2 jam asupan nutrisi dapat optimal dilaksanakan. riteria e@aluasi %

(14)

a) -ising usus kembali normal dengan frekuensi 3/23<*menit.

 b) Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat. c) 5erjadi penurunan gejala kembung dan distensi abdomen.

d) -erat badan pada "ari ke  pasca beda" meningkat minimal 0,3 kg. nter@ensi %

a) >@aluasi secara berkala kondisi motilitas usus. D % !ebagai data dasar teknik pemberian asupan nutrisi.  b) 8indari intake apapun secara oral.

D % umumnya, menunda intake makanan oral sampai tanda klinis ileus  berak"ir. amun kondisi ileus tidak meng"alangi pemberian nutrisi enteral.

c) -erikan nutrisi parenteral.

D % pemberian enteral diberikan secara "ati/"ati dan lakukan secara berta"ap sesuai tingkat toleransi dari pasien

d) Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodic (sekali seminggu)

D % mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan e) =akukan pera#atan mulut.

D % menurunkan resiko infeksi oral

f) olaborasi dengan a"li gii mengenai jenis nitrisi yang akan digunakan pasien.

D % penentuan komposisi dan jenis makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutu"an indi@idu

c. 1angguan rasa nyaman nyeri epigastrium ber"ubungan dengan proses  patologis penyakitnya.

5ujuan % !etela" dilakukan tindakan kepera#atan selama E < 2 jam di"arapkan rasa nyaman nyeri terpenu"i dengan

riteria "asil % nyeri "ilang atau berkurang. nter@ensi tindakan %

) aji tingkat nyeri

Dasional % ?ntuk mengeta"ui seberapa berat rasa nyeriyang dirasakan dan mengeta"ui pemberian terapi sesuai indikasi.

2) -erikan posisi senyaman mungkin

Dasional % ?ntuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan kenyamanan.

) -erikan lingkungan yang nyaman

Dasional % ?ntuk mendukung tindakan yang tela" diberikan guna mengurangi rasa nyeri.

) olaborasi dalam pemberian terapi analgetik sesuai indikasi (Profenid  <  supp ).

(15)

Dasional % ?ntuk mengurangi rasa nyeri

d. 1angguan pola tidur ber"ubungan dengan sakit kepala dan pegal / pegal seluru" tubu".

5ujuan % !etela" dilakukan tindakan kepera#atan selama E<2 jam di"arapkan gangguan pola tidur teratasi dengan

riteria "asil % Pola tidur terpenu"i. nter@ensi tindakan %

) aji pola tidur atau istira"at normal pasien

Dasional % ?ntuk mengeta"ui pola tidur yang normal pada pasien dan dapat menentukan kelainan pada pola tidur.

2) -eri lingkungan yang nyaman

Dasional % ?ntuk mendukung pemenu"an kebutu"an akti@itas dan tidur.

) -atasi pengunjung selama periode istira"at

Dasional % ?ntuk menjaga kualitas dan kuantitas tidur pasien. ) Perta"ankan tempat tidur yang "angat, bersi" dan nyaman Dasional % !upaya pasien dapat tidur dengan nyaman

2) olaborasi pemberian terapi analgetika

Dasional % $gar nengurangi rasa nyeri yang menggangu pola tidur   pasien

e. $nsietas ber"ubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan  perdara"an yang dialami pasien.

5ujuan % !etela" dilakukan tindakan kepera#atan selama <2 jam di"arapkan kecemasan tidak terjadi dengan

riteria "asil % ecemasan berkurang nter@ensi tindakan %

) aji rasa cemas klien

Dasional % ?ntuk mengeta"ui tingkat kecemasan pasien

2) -ina "ubungan saling percaya dengan klien dan keluarga Dasional % ?ntuk terbinanya "ubungan saling pecaya antara  pera#at dan pasien.

) -erikan penjelasan tentang setiap prosedur yang dilakukan

ter"adap klien

Dasional % $gar pasien mengeta"ui tujuan dari tindakan yang dilakukan pada dirinya.

f. :efisit pengeta"uan tentang proses penyakitnya ber"ubungan dengan kurangnya informasi.

5ujuan % !etela" dilakukan tindakan kepera#atan selama EI2 jam di"arapkan pengeta"uan pasien meningkat. riteria 8asil % 5ingkat pengeta"uan pasien meningkat.

(16)

) Aelaskan pada pasien tentang penyakitnya

Dasional % Pasien dapat mengeta"ui mengenai penyakitnya dan mendapatkan informasi yang akurat.

2) -erikan #aktu untuk mendengarkan emosi dan perasaan  pasien

Dasional % $gar pasien dapat mengungkapkan perasaannya kepada  pera#at

) -eri penyulu"an mengenai penyakitnya

Dasional % ?ntuk meningkatkan pengeta"uan pasien mengenai  penyakitnya.

D. I&'le&e$tasi Ke'era!ata$ 3Pe$atalaksa$aa$4

:asar pengobatan obstruksi usus adala" koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, meng"ilangkan peregangan dan munta" dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta meng"ilangkan obstruksi untuk  memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

. Obstruksi ?sus 8alus

:ekompresi pada usus melalui selang usus "alus atau nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus "alus.$pabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembeda"an, sebelum pembeda"an, terapi intra @ena diperlukan untuk mengganti ke"ilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).

!elain beberapa perkecualian, obstruksi usus "arus ditangani dengan operasi, karena adanya risiko strangulasi.!elama masi" ada obstruksi, strangulasi tidak  dapat dicega" secara meyakinkan.

2. Obstruksi ?sus -esar 

$pabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus.!ekostomi, pembukaan secara  beda" yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko  buruk ter"adap pembeda"an dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. 5indakan lain yang biasa dilakukan adala" reseksi beda" utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. olostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan. Persiapan/persiapan sebelum operasi %

a. Pemasangan pipa nasogastrik. 5ujuannya adala" untuk mencega" munta", mengurangi aspirasi dan jangan sampai usus terus menerus meregang akibat tertelannya udara (mencega" distensi abdomen).

(17)

 b. Desusitasi cairan dan elektrolit. -ertujuan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang "ilang dan memperbaiki keadaan umum pasien.

c. Pemberian antibiotik, terutama jika terdapat strangulasi. . Operasi

Operasi dapat dilakukan bila suda" tercapai re"idrasi dan organ/organ @ital  berfungsi secara memuaskan. alau obstruksi disebabkan karena "ernia skrotalis, maka daera" tersebut "arus disayat. alau tidak terpaksa "arus dilakukan penyayatan abdomen secara luas. Perincian operatif tergantung dari  penyebab obstruksi tersebut. Perlengketan dilepaskan atau bagian yang

mengalami obstruksi dibuang. ?sus yang mengalami strangulasi dipotong. . Pasca -eda"

Pengobatan pasca beda" sangat penting terutama dalam "al cairan dan elektrolit. 8arus dicega" terjadinya gagal ginjal dan "arus memberikan kalori yang cukup.Perlu diingat ba"#a pasca beda", usus pasien masi" dalam keadaan paralitik. 5indakan pembeda"an ter"adap obstruksi usus "alus tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti "ernia dan perlengketan. 5indakan pembeda"annya adala" "erniotomi.

!ecara garis besar, penatalaksanaan medis maupun kepera#atan bagi klien dengan ileus paralitik antara lain sebagai berikut.

. onser@atif 

a. Penderita dira#at di ruma" sakit.  b. Penderita dipuasakan

c. ontrol status air#ay, breat"ing and circulation. d. :ekompresi dengan nasogastric tube.

e. ntra@enous fluids and electrolyte

f. :ipasang kateter urin untuk meng"itung balance cairan. 2. ;armakologis

a. $ntibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.  b. $nalgesik apabila nyeri.

. Operatif 

a. leus paralitik tidak dilakukan inter@ensi beda" kecuali disertai dengan peritonitis.

(18)

>@aluasi asu"an kepera#atan adala" ta"ap ak"ir proses kepera#atan yang  bertujuan untuk menilai "asil ak"ir dari keseluru"an tindakan kepera#atan yang tela" dilakukan. 5a"ap e@aluasi merupakan indikator keber"asilan dalam penggunaan proses kepera#atan. >@aluasi terdiri dari %

. 5injauan laporan klien "arus mencakup ri#ayat pera#atan, kartu catatan, "asil/"asil tes dan semua laporan obser@asi.

2. Pengkajian kembali ter"adap klien berdasarkan pada tujuan kriteria yang diukur dan mencakup reaksi klien ter"adap lingkungan yang dilakukan. Deaksi klien secara fisiologis dapat diukur dengan kriteria seperti mengukur tekanan dara", su"u dan lain/lain.

. riteria "asil tercapai sesuai dengan diagnosis yang dialami klien.

DA%TAR PUSTAKA

$lief. ', dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Aakarta% ;?.

-runner & !uddart". 2002.  Buku Ajar Keperawatan Medikal Beda $li" ba"asa $gung Waluyo, dkk. >ditor 'onica >ster, dkk. >d. 6. Aakarta % >1+.

:oengoes. 2000. !en"ana Asuan Keperawatan# $edoman untuk $eren"anaan dan $endokumentasian $erawatan $asien %disi & . Aakarta % >1+.

Price & Wilson. 200. $atofisiologi Konsep Klinis $roses-$roses $en'akit . >disi 4, Folume. Aakarta % >1+.

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui pola penggunaan Antibiotik Ceftriaxone pada Pasien Sirosis Dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.

Retensi Urin b/d obstruksi saluran kemih yang bermuara ke vesika urinaria Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan pasien berkemih dengan

6.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner dengan Terapi Antiplatelet

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 1 minggu dan terdapat gangguan

Dapat juga ditemukan sakit perut, sakit pinggang, atau demam tinggi.Setelah episode pertama, ISK dapat berulang pada 30-40% pasien terutama pada pasien dengan

Pasien dengan keluhan perut nyeri pada kanan atas sejak 5 tahun yang lalu, nyeri seperti ditusuk-tusuk menjalar sampai ke pinggang, nyeri dirasakan hilang

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan vitamin K pada pasien sirosis hepatik dengan perdarahan saluran cerna bagian atas

Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya :riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik