LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS A. Pengertian
Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungand engan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi kandung empedu. (Doenges, Marilynn, E., 1999)
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu. Batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Smeltzer, Suzanne, C. 2001)
B. Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada duktus koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E. 1999)
C. Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang tersusun dari pigmen dan batu yang tersusun dari kolesterol.
1. Batu pigmen : kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak terkonjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu-batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
2. Batu kolesterol : kolesterol sebagai pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air, kelarutannya tergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pasien penderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu yang jenuh oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu dan menjadi iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu (Smeltzer, Suzanne C., 2000)
D. Manifestasi Klinis 1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : kelemahan Tanda : gelisah 2. Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat 3. Eliminasi
Gejala : perubahan warnaa urin dan feses
Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urin gelap, pekat, feses warna tanah liat, steaforea.
4. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, mual atau muntah, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dispepsia
Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan 5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadaran kanan atas ditekan 6. Pernafasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas pendek, dangkal 7. Keamanan
Tanda : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatal, perdarahan (kekurangan vitamin K)
(Doenges, Marilynn E, 1999) E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan sinar X-Abdomen 2. Ultrasonografi (USG)
5. Kolanlopankreatogragi retrogad endoskopik CERCP : Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography) : pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens.
6. Kolangiografi transhepatik perkutan : penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam percabangan bilier.
(Smeltzer, Suzanne, C. 2001) 7. Darah lengkap : lekositosis sedang
8. Bilirubin dan amilase serum meningkat
9. Enzim hati serum –AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH meningkat 10. Kadar protrombin : menurun
11. CT-scan
(Doenges, Marlynn, E, 1999) F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang dianjurkan adalah tinggi protein dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial, chenofalk). Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya dan tidak desaturasi getah empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin atau metil tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut berulang yang
diarahkan kepada batu empedu yang gelombangnya dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik.
Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis 2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm. c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui dinding
abdomen pada umbilikus.
G. Pathway dan Masalah Keperawatan
H. Komplikasi
1. Kolistitis obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koleduktus 2. Peritonitus
3. Ruptur dinding kandung kemih
(Arif Mansjoer, 2001) I. Diagnosa Keperawatan Post Operasi
1. Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan bedah abdomen. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan insisi bedah abdomen.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan drainase bilier sesudah dilakukan tindakan bedah.
4. Gangguan nutrisi berhubungan dengan sekresi getah empedu yang tidak adekuat. 5. Kurang pengetahuan tentang kegiatan merawat diri sendiri setelah pulang dari rumah
sakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
(Smeltzer, Suzanne, C, 2001) J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, obstruksi (spasme duktus) Intervensi :
a. Observsai dan catat beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri
Rasionalisasi : membedakan penyebab nyeri dan kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.
b. Catat respon terhadap obat
Rasionalisasi : nyeri berat tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi.
c. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
Rasionalisasi : posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alami.
d. Gunakan spresi halus atau katun
Rasionalisasi : menurunkan iritasi atau kulit kering dan sensasi gatal. e. Dorong menggunakan teknik relaksasi
Rasionalisasi : meningkatkan istirahat dapat meningkatkan koping f. Kontrol suhu lingkungan
Rasionalisasi : udara dingin dapat meminimalkan ketidaknyamanan kulit.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi dan hipermotilitas gaster.
Intervensi :
a. Pertahankan masukan dan haluaran akurat, kaji membran mukosa, kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler.
Rasionalisasi : memberikan informasi tentang status cairan atau volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
b. Awasi tanda atau gejala peningkatan atau berlanjutnya muntah atau mual dan kram abdomen.
Rasionalisasi : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral dapat menimbulkan defisit natrium, kalium dan klorida.
c. Hindarkan dari lingkungan yang berbau
Rasionalisasi : menurunkan rangsangan pada pusat muntah. d. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut, berikan minyak.
Rasionalisasi : menurunkan kekeringan membran mukosa. e. Kaji perdarahan yang tak biasanya
Rasionalisasi : protrombin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran empedu terhambat, meningkatkan resiko perdarahan.
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual atau muntah, dispepsia, nyeri
Intervensi :
a. Kaji distensi abdomen, sering berdahak, berhati-hati menolak bergerak
b. Hitung pemasukan nyeri
Rasionalisasi : mengindentifikasi kekurangan atau kebutuhan nutrisi c. Timbang sesuai indikasi
Rasionalisasi : mengawasi keefektifan rencana diet d. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan
Rasionalisasi : untuk meningkatkan nafsu makan atau menurunkan mual e. Ambulasi dini dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
Rasionalisasi : membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen 4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi. Intervensi :
a. Kaji ulang proses penyakti atau prognosis
Rasionalisasi : memberikan dasar pengetahuan dalam mengambil keputusan. b. Berikan penjelasan atau alasan tes dan persiapannya
Rasionalisasi : informasi menurunkan cemas dan rangsangan simpati c. Kaji ulang program obat:
Rasionalisasi : dosis harus sesuai indikasi pasien
d. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak Rasionalisasi : mencegah terulangnya serangan kandung empedu
ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 22 April 2008 Jam pengkajian : 15. 00 WIB Tanggal masuk : 10 April 2008
No. RM : 891767
1. Identitas
a. Identitas pasien Nama : Tn. M
Tempat tanggal lahir : 08 April 1948 Umur : 60 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sumodilagan, Joyosuran 04/09 Ps. Kliwon Surakarta
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Swasta
b. Identitas penanggung jawab Nama : Ny. M
Umur : 46 th
Jenis kelamin : Perempuan Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sumodilagan, Joyosuran 04/09 Ps. Kliwon Surakarta
Hubungan dng pasien : Istri 2. Keluhan utama
Penurunan mengatakan nyeri pada perut kanan atas 3. Riwayat keperawawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pasien dengan keluhan perut nyeri pada kanan atas sejak 5 tahun yang lalu, nyeri seperti ditusuk-tusuk menjalar sampai ke pinggang, nyeri dirasakan hilang timbul kadang nyeri hilang sendiri, kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter di USG dan di diagnosis batu empedu pasien menolak untuk operasi dan minta pulang, selama 5 tahun nyeri sering kumat-kumatan, tiap kumat pasien memeriksakan diri ke dokter dan diberi obat pengurang nyeri, dalam 1 tahun terakhir kumat 2 kali, terakhir kumat 3 bulan yang lalu. ± 3 hari yang lalu sebelum masuk RS pasien mendadak panas, panas hilang timbul di periksakan ke dokter pada 1 hari di RS di USG di diagnosis batu empedu, diberi obat penurun panas dan pengurang nyeri, tetapi sakit tidak berkurang lalu dibawa ke RSDM.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mondok di RS, bila pasien sakit sering dibawa ke dokter dan setelah di diagnosis batu empedu pasien menolak untuk operasi.
c. Riwayat keperawatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang diderita oleh pasien, keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan dan menular.
4. Pola fungsional (Gordon) a. Biologis
1) Pola oksigenasi
Pasien tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak terpasang O2, bernafas 20 x/menit,
sebelum sakit pasien juga tidak ada gangguan dalam bernafas. 2) Pola cairan dan elektrolit
Pasien mendapatkan cairan dari infus RL 20 tpm, sehari sebanyak 2000 cc/hari, dari minum sebanyak ± 1000 cc per hari.
3) Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3 x sehari dengan porsi sedang dengan nasi, lauk dan sayur.
Selama sakit : pasien makan 3 x sehari dengan ¼ porsi dari porsi rumah sakit ± 75 cc, diit 1700 k.kalori, diit rendah lemak, pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan 4) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAB 1 x sehari, kebiasaan pada pagi hari dengan konsistensi lembek, warna kuning dan berbau khas. BAK : ± 5-6 x/hari, dengan warna kuning jernih dan berbau khas.
Selama sakit : pasien selama sakit BAB 3 kali, dengan konsistensi ± 1000 cc, lembek, warna seperti dempul dan berbau khas.
BAK : ± 4-5 x/hari, warna gelap seperti teh ± 1000-1500 cc 5) Pola keamanan dan kenyamanan
Sebelum sakit : pasien tidak ada masalah dengan keamanan, pasien merasa tidak nyaman bila sakitnya kambuh.
Selama sakit : selama di RS pasien merasa aman karena selalu ditunggui oleh keluarganya, pasien kurang nyaman dengan keadaannya saat ini, karena nyeri yang dirasakannya.
6) Pola personal hygiene
Sebelum sakit : pasien mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, keramas 2 x/minggu, melakukan personal hygiene secara mandiri
Selama sakit : pasien mandi disibin oleh keluarga 1 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, selama di RS belum pernah keramas.
7) Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : pasien istirahat ± 2jam/hari, tidur malam ± 5 jam/hari, tidur siang ± 1 jam/hari.
Selama sakit : pasien istirahat ± 4 jam/hari, tidur malam ± 8 jam/hari, tetapi sering terbangun, tidur siang ± 3 jam/hari.
8) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien beraktivitas secara mandiri. Selama sakit : pasien beraktivitas dibantu oleh keluarga. 9) Konsep diri
Gambaran diri : pasien tidak merasa malu dengan keadaannya saat ini
Ideal diri : pasien menerima sakitnya saat ini dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhannya.
Harga diri : pasien tidak merasa harga dirinya terganggu dengan keadaannya saat ini Peran diri : pasien berperan sebagai seorang suami dan ayah dari 3 orang anak Identitas diri : pasien mengakui sebagai seorang laki-laki sepenuhnya
b. Psikologis
Pasien cemas dengan keadaanya saat ini, karena sudah lama mondok di RS, dan pasien selama di rS tidak dapat bekerja
c. Sosial
Pasien mengatakan bahwa hubungan dengan keluarga dan masyarakat sekitar baik, interaksi antara anggota keluarga dan masyarakat sekitar terjalin baik.
d. Spiritual dan kultur
Pasien beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya, tidak ada budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
e. Pengetahuan
Pasien mengatakan mengetahui sedikit-sedikit tentang penyakitnya saat ini. 5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital : TD : 140/80 mmHg N : 95 x/menit S : 37°C Rr : 20 x/menit
BB sebelum : 63 kg BB sekarang : 60 kg
d. Kepala : Tidak ada massa, kulit kepala kotor, rambut pendek, beruban.
e. Mata : Konjungtiva anemis, sklera an ikterik, fungsi penglihatan baik, simetris kanan kiri f. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada gangguan fungsi
g. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan fungsi pendengaran h. Mulut : Tidak ada stomatitis, bersih, tidak terpasang NGT
j. Dada
Jantung :I : IC tidak tampak P : IC tidak kuat angkat
P : Batas jantung tidak melebar A : BJ I = BJ II
Paru : I : Pengembangan dada kanan = kiri P : Fremitus raba kanan = kiri P : Sonor
A : Vesikuler
k. Abdomen : P : Nyeri bertambah jiak beraktivitas banyak dan berkurang jika berbaring Q : Ditusuk-tusuk,
R : Perut kanan atas S : Skala nyeri sedang (5)
T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit Abdomen I : Tidak ada lesi, ada asites
A : Peristaltik usus 12 x/menit
P : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas P : Pekak kanan atas
l. Ekstremitas Atas : Terpasang infus pada tangan kanan
Bawah : Tidak mengalami gangguan pada ekstremitas bawah, tidak oedem m.Genitourinaria : Bersih, tidak terpasang DC
n. Kulit : Sawo matang o. BB sebelum : 63 kg
BB sekarang : 60 kg
6. Pemeriksaan penunjang 22 April 2008 a. Hasil laboratorium tanggal 11 April 2008
Pemeriksaan Hasil Normal
Hasil laboratorium tanggal 16 April 2008
Hemoglobine
Hasil laboratorium tanggal 21 April 2008
Hemoglobine
3) Antrain 500 mg/8 jam 4) Neurobion 500 mg/24 jam 5) Infus RL : 20 tpm (2000 cc/hari) 6) Infus albumin 25 % 100 cc 7) Tranfusi PRC 4 kolf b. Enteral :
1) Diit nasi 1700 k kalori, rendah lemah 2) Noperten 1 x 1 tablet 350 mg (malam) 3) Gemfibrosil 1 x 300 mg
4) Diltiazen 3 x 30 mg 5) Curcuma 3 x 1 tablet 6) Urdofalk 3 x 1 tablet 8. Data fokus
a. Data subyektif :
1) Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan atas
P : Nyeri bertambah jika beraktivitas banyak dan berkurang jika berbaring Q : Ditusuk-tusuk
R : Perut kanan atas S : Skala nyeri sedang (5)
T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit 2) Pasien mengatakan mual jika habis makan 3) Pasien mengatakan nafsu makan menurun 4) Pasien mengatakan badan terasa lemes
5) Pasien mengatakan bahwa aktivitasnya dibantu oleh keluarga 6) Pasien mengatakan jika telalu lama duduk terasa pusing b. Data obyektif :
1) Pasien tampak meringis kesakitan
2) TTV : TD : 140/80 mmHg, N : 95 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 37,1°C 3) BB sebelum 63 kg, BB sekarang 60 kg
4) Pem abdomen :
I : Tidak ada lesi, ada asites A : Peristaltik usus 12 x/menit
P : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas P : Pekak perut kanan atas
5) Makan habis ¼ porsi RS ± 75 cc
6) Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas 7) Pasien disibin oleh keluarga
B. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1.
DS : - Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan atas
P : Nyeri bertambah jika beraktivitas banyak dan berkurang jika berbaring
Q : Ditusuk-tusuk R : Perut kanan atas S : Skala nyeri sedang (5)
T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit
DO: - Pasien tampak meringis kesakitan
- TTV : TD : 140/80 mmHg, N : 95 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 37,1°C
- Pem abdomen :
I : Tidak ada lesi, tidak ada asites
No Data Fokus Etiologi Problem A : Peristaltik usus 12 x/menit
P : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas P : Tympani
2
DS : - Pasien mengatakan mual jika habis makan - Pasien mengatakan nafsu makan menurun DO: - BB sebelum 63 kg
DS : - Pasien mengatakan badan terasa lemas - Pasien mengatakan bawah aktiviasnya dibantu
oleh keluarga
- Pasien mengatakan jika terlalu lama duduk terasa pusing
DO: - Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas - Pasien mandi disibin oleh keluarga
gangguan pemenuhan ADL
kelemahan fisik
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungand engan intake yang tidak adekuat.
3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
D. Intervensi
1. Dx. I. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
1. Skala nyeri berkurang atau skala nyeri 0 2. Pasien tampak rileks
Intervensi :
1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital 2. Observasi dan catat tingkat atau skala nyeri 3. Lakukan teknik managemen nyeri
4. Ajarkan teknik managemen nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program (antrain 500 mg)
2. Dx. II. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
1. Nafsu makan bertambah 2. BB stabil atau tidak turun 3. Mual-muntah hilang Intervensi :
1. Observasi atau timbang BB tiap hari 2. Kaji pola makan pasien
3. Berikan makan selagi hangat 4. Anjurkan makan sedikit tapi sering
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit (diit nasi 1700 k kalori, diit rendah lemak)
3. Dx. III. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
Kriteria hasil : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri. Intervensi :
1. Kaji tingkat ketergantungan pasien. 2. Bantu pasien dalam beraktivitas
3. Anjurkan pasien untuk beraktivitas secara betahap 4. Libatkan keluarga dalam aktivitas pasien
E. Implementasi
No Hari/tgl/jam Dx Implementasi Respon Ttd
1. Rabu,
Mengkaji tingkat nyeri
Skala nyeri sedang (4)
09.30
Mengajarkan teknik bernafas dalam
Pasien dapat mendemontrasikan
09.45
Menganjurkan untuk melakukan nafas dalam jika program (antrain 500 mg)
Pasien mengatakan masih mual jika habis makan
12.00
Berikan makan selagi hangat sesuai program, diit nasi 1700
Mengkaji tingkat
No Hari/tgl/jam Dx Implementasi Respon Ttd
ketergantungan pasien
Anjurkan pasien untuk beraktivitas secara bertahap Melibatkan
keluarga dalam aktivitas pasien
di tempat tidur Pasien mengatakan masih lemas
Keluarga mengatakan
F. Evaluasi
Tgl/hari/
jam Dx Evaluasi TTD
Rabu 24 April 2008 13.45
I S : Pasien mengatakan masih nyeri di perut kanan atas, nyeri hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk, durasi ± 3 menit, skala nyeri sedang (4)
O : Pasien tampak gelisah
A : Masalah keperawatan nyeri teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi pemberian analgetik (antrain 500 mg)
IIS : Pasien mengatakan belum nafsu makan, dan masih mual
O : Pasien makan habis ¼ porsi RS ± 75 cc A : Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
Sajikan makan selagi hangat
Berikan obat oral curcuma 3 x 1 tablet
IIIS : Pasien mengatakan masih pusing jika duduk lama, dan nyeri jika banyak bergerak
O : Pasien terlihat hanya tiduran
A : Masalah gangguan pemenuhan ADL teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Libatkan keluarga dalam aktivitas pasien
http://dc184.4shared.com/doc/ZfO-EcsF/preview.html
ASKEP KOLELITIASIS (BATU EMPEDU)
TINJAUAN TEORI A. PengertianKolelitiasis adalah batu yang terbentuk oleh colesterol, kalsium, bilirubinat atau campuran yang disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu ( Marlyn E Doengoes, 2000). Batu empedu adalah endapan satu atau lebih komponen empedu berupa kolesterol, bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein (Sylvia A Price,1998).
Kolelitiasis adalah obstruksi pada saluran empedu (duktus koledukus) yang disebabkan oleh batu, yang kemudian menghambat aliran empedu dan menyebabkan proses inflamasi akut ( Susan Martin Tucker, 1998 ).
Kolelitiasis adalah adanya batu empedu dan dapat langsung diteruskan dengan pembedahan eksplorasi ( Theodore R. Schorock, MC, 1995)
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kolelitiasis adalah endapan satu atau lebih komponen empedu berupa kolesterol, bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein, yang kemudian menghambat aliran empedu dan menyebabkan proses inflamasi akut.
B. Patofisiologi
Jenis jenis batu empedu :
1. Batu colesterol : pembentukan batu ini dipengaruhi oleh factor makanan
2. Batu pigmen hitam : terbentuk karena gangguan keseimbangan metabolik pada anemia
hemolitik ataupun sirosis hepatis
3. Batu kalsium : berbentuk kecil-kecil, tidak teratur, berjumlah banyak, berwarna
kecoklatan, kemerahan atau hitam.
C. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
1) Kolesistektomi : Bandung empedu dibuka, batu dan cairan empedu dikeluarkan. Sebuah
drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah empedu.
2) Koledosistotomi : insisi pada duktus koledukus untuk mengeluarkan batu
b. Penatalaksanaan instrumentatif
1) ESWL (Extra Corporeal Shock Wave Litotripsi) : memecah batu dengan gelombang kejut
2) ERCP (Ekstra Corporeal Reseksi Colangio Prosedur) : memotong serabut mukosa spikter
addi sehingga spinkter terbuka.
c. Penatalaksanaan konservatif
1) Dengan pengobatan simtomatik : antibiotic, anti emetic, vit K
2) Diet rendah lemak
3) Pemberian obat Urodoksikolat (pelarut batu )
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Meredakan nyeri
b. Memperbaiki status nutrisi
c. Pengaruran diet TKTP, rendah lemak d. Support Mental pada pre operasi D. Asuhan Keperawatan
1. Data Dasar Pengkajian
a. aktivitas dan istirahat ( gelisah, kelemahan )
b. sirkulasi : takikardi, berkeringat
c. eliminasi : perubahan warna urine/feses, teraba masa pada kwadran atas abdomen
d. makanan dan cairan : anoreksia, mual, muntah
e. nyeri/ kenyamanan : kolik adomen menyebar ke punggung dan bahu kanan, distensi
abdomen dan nyeri tekan pada kwadran abdomen atas
f. pernapasan : peningkatan frekuensi pernapasan, napas pendek dan dangkal
g. keamanan : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatal
h. penyuluhan / pembelajaran : kecenderungan keluarga untuk menjadi batu empedu,
adanya kehamilan / melahirkan : riwayat DM, penyakit inflamasi usus Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah lengkap : lekositosis sedang
b. Bilirubin dan amilase : meningkat
c. Enzim hati serum-AST(SGOT);ALT(SGPT);LDH;agak meningkat, ditandai obstruksi
bilier
d. Kadar protrombin : menurun bila obstrksi aliran empedu dalam usus menurunkan
absorsi vitamin K
e. Ultrasond : menyatakan kalkuli dan distensi kandung empedu dan / duktus empedu
f. Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan percabangan bilier
dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum
g. Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedaan gambaran denganfluoroskopi
antara penyakit kandung empedu dan kanker pankreas (bila ikterik ada)
h. Kolesistogram ( untuk kolesistitis kronik ) : menyatakan batu pada sistem empedu.
Kontraindikasi pada kolesistitis karena pasien terlalu lemah untuk menelan zat lewat mulut
i. Skan CT : dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu dan
membedakan antara ikterik obstruksi / non obstruksi
j. Skan hati ( dengan zat radioaktif ) : menunjukkan obsruksi percabangan bilier
k. Foto abdomen ( multiposisi) : menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu empedu,
kalsifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC Carpenito, Lynda Jull.1998. Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta: EGC
Dr.Tambayon jan.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakata: EGC
Marilynne Doengoes dkk.1999. Rencana Asuhan keperawatan edisi 3.Jakarta: EGC Nealon F Thomas,William H Nualan.1996. keterampilan pokok ilmu bedah edisi IV. Jakarta: EGC
Price A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC
Soeparman.1994. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 2. Jakarta. FKUI
Sudarmaji, Walid.2007.Hand out KMB 3.Asuhan Keperawatan Batu Empedu. Jakarta: AKPER RSPAD Gatot soebroto
Tucker Martin susan dkk.1998. Standar perawatan pasien volume 2. Jakarta: EGC
Keperawatankita’s blog dari Http://Keperawatan kita.wordpress.com/2009/02/11/kolelitiasis-definisi-serta-askepnya/diambil tanggal 26 Januari 2010