• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Game Theory Dalam Analisis Perilaku Petani Terhadap Risiko Usahatani Padi Di Desa Kedungpedaringan Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aplikasi Game Theory Dalam Analisis Perilaku Petani Terhadap Risiko Usahatani Padi Di Desa Kedungpedaringan Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional. Sub sektor yang memiliki peran penting dan strategis adalah sub sektor tanaman pangan. Menurut Kementerian Pertanian (2015) hal ini dikarenakan tanaman pangan dapat menunjang kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah satu tanaman pangan yang memiliki peran penting adalah padi. Padi menjadi salah satu komoditas penting di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokoknya. Diketahui bahwa saat ini penduduk Indonesia semakin tahunnya semakin meningkat. Saat ini hampir 255,46 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,31% dan tingkat konsumsi beras mencapai 124,89 kg/kapita/tahun (Kementerian Pertanian, 2016). Peningkatan tersebut harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas padi.. Peningkatan. produktivitas. padi,. dilakukan. melalui. pengawalan,. pendampingan, penyuluhan, dan koordinasi untuk kegiatan: 1) perakitan, diseminasi dan penerapan paket teknologi tepat guna spesifik penerapan dan pengembangan teknologi; 2) GP3K (Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi); 3) Perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI; serta 4) penurunan kehilangan hasil dan peningkatan rendemen beras (Kementerian Pertanian, 2016). Diketahui bahwa produksi padi di Indonesia setiap tahunnya berfluktuasi. Menurut data BPS (2017) diketahui bahwa selama 5 tahun terakhir (2012-2016) produksi padi cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 produksi padi di Indonesia mencapai 69.056.126 ton, dan mengalami kenaikan pada tahun 2013 yaitu sebesar 71.279.709 ton. Namun pada tahun 2014 produksi padi mengalami penurunan mencapai 70.846.465 ton. Pada tahun 2015 produksi padi naik kembali hingga mencapai 75.397.841 ton sedangkan pada tahun 2016 produksi padi semakin meningkat sampai pada 79.170.000 ton. Diantara tahun 2012-2016 produksi tertinggi terjadi pada tahun 2016. Diantara beberapa wilayah di.

(2) 2. Indonesia yang memproduksi padi, pulau Jawa memiliki kontribusi terbesar dalam menyumbang produksi padi nasional. Pulau Jawa memiliki kontribusi terbesar terhadap produksi padi di Indonesia. Pulau Jawa menyumbang 51,91%, sedangkan Luar Jawa menyumbang sebesar 48,09%, namun luas panen daerah Luar Jawa lebih luas dibandingkan dengan luas panen Pulau Jawa (Kementerian Pertanian, 2016). Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang menjadi penyumbang padi nasional. Di antara 17 provinsi sentra, Provinsi Jawa Timur berada pada posisi tertinggi dengan rata-rata hasil padi per hektar mencapai 60,39 kuintal per hektar. Jawa Timur memberikan kontribusi padi yang cukup siginifikan. Selama tahun 2012-2016 Jawa Timur menyumbang rata-rata produksi sebesar 12,67 juta ton dengan share sebesar 17,32% (Kementerian Pertanian, 2016). Menururut data BPS (2017) produksi padi di Jawa Timur cenderung mengalami peningkatan. Produksi pada tahun 2015 mencapai 13.154.967 ton dengan pertumbuhan produksi sebesar 6,11%. Pada tahun 2016 produksi padi Jawa Timur yang tercatat di BPS sementara 12.995.445 ton. Kabupaten Malang merupakan salah satu penghasil padi yang potensial. Hasil produksi padi di Kabupaten Malang pada tahun 2016 mencapai 505.138 ton (BPS Kabupaten Malang, 2017). Diantara beberapa kecamatan di Kabupaten Malang yang memproduksi padi, Kecamatan Kepanjen merupakan daerah yang memiliki produksi terbesar (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang dalam catalog BPS 2016). Menurut BPS Kabupaten Malang, pada tahun 2016 kecamatan Kepanjen memiliki produktivitas untuk tanaman padi sebesar 75,93 ton/ha dengan luas panen 4.073 Ha. Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan dalam pertanian dihadapkan oleh tantangan yang sangat besar. Tantangan yang dihadapi dalam kegiatan pertanian adalah risiko. Kegiatan usahatani juga menghadapi suatu kendala yang memiliki banyak risiko. Risiko didefinisikan sebagai suatu ketidakpastian (uncertainty) yang mungkin menimbulkan kerugian (Abbas Salim, 1998 dalam Kasidi, 2104). Sehingga risiko harus ditangani dengan tepat agar tidak menimbulkan kerugian yang besar..

(3) 3. Menurut Hardeker et al dalam Renthiandy dkk (2013) risiko yang sering muncul dalam kegiatan usahatani adalah risiko produksi dan risiko harga. Risiko produksi dalam usahatani diakibatkan oleh ketergantungan aktivitas pertanian terhadap alam. Jika cuaca dan iklim tidak mendukung maka kemungkinan risiko yang diterima semakin tinggi. Sedangkan risiko harga dipengaruhi oleh banyaknya produksi padi pada musim tertentu. Apabila panen raya maka harga padi menurun. Selain itu risiko usahatani padi yang utama adalah frekuensi banjir, kekeringan, dan serangan hama penyakit yang saat ini menjadi masalah kompleks dalam situasi perubahan iklim yang sulit diprediksi (Suharyanto dkk, 2015). Risiko berkaitan dengan pengambilan keputusan. Menurut Nugroho (2012). ketidakpastian. mempengaruhi. pengambilan. keputusan. karena. berbuhubungan dengan risiko yang dihadapi. Petani memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam mengadapi risiko yang mungkin terjadi dalam kegiatan pertaniannya. Herminingsih (2014) menyatakan bahwa sebagian besar petani memiliki perilaku yang enggan terhadap risiko dan sebagian kecil bersikap netral terhadap risiko, namun tidak ada seorangpun yang memiliki perilaku berani mengambil risiko. Perbedaan perilaku yang dimiliki petani dalam menghadapi risiko berdampak pada kesiapan petani untuk menghadapi risiko yang mungkin terjadi. Desa Kedungpedaringan merupakan salah satu desa di Kecamatan Kepanjen yang menyumbang produksi padi. Desa Kedungpedaringan memiliki potensi yang tinggi dalam produksi padi. Desa Kedungpedaringan memiliki produktivitas mencapai 76,5 kuintal per hektar (Data Desa Kedungpedaringan, 2016). Hal tersebut menjadi peluang yang dimiliki oleh Desa Kedungpedaringan. Salah satu kendala yang dihadapi oleh petani di Desa Kedungpedaringan adalah hasil panen padi yang tidak menentu. Hal ini diakibatkan oleh kondisi cuaca dan iklim. Ketidakpastian hasil panen yang didapatkan berdampak pada tingkat pendapatan yang diterima oleh petani. Ketika produksi padi tinggi maka kemungkinan pendapatan yang diterima oleh petani juga tinggi, dan begitupun sebaliknya. Ketidakpastian cuaca dan iklim merupakan salah satu risiko yang dihadapi oleh petani pada umumnya..

(4) 4. Penelitian mengenai analisis perilaku petani terhadap risiko usahatani telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Purwoto (1993) melakukan penelitian tentang “Sikap Petani Terhadap Risiko Produksi Padi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”. Penelitian tersebut bertujuan mengetahui sikap petani dalam menghadapi risiko dan mengetahui faktor sosial yang berpengaruh terhadap sikap petani dalam menghadapi risiko. Analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah analisis kepuasan menurut distribusi keuntungan. Penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa sebagian besar petani memiliki sikap menghindari risiko. Sedangkan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap sikap petani terhadap risiko adalah sempitnya dan tersebarnya lahan yang dikerjakan sehingga mendorong petani menganut prinsip safety first dan tersebarnya lahan yang dikerjakan membuat petani kesulitan untuk mengontrol usahatani yang dikerjakan. Selain itu penelitian mengenai perilaku petani terhadap risiko juga telah dilakukan oleh Prastanti (2014) yaitu Analisis Perilaku Petani Terhadap Risiko Usahatani Padi Organik (Studi Pada Kelompok Tani Sumber Makmur I, Desa Sumberngepoh, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur). Analisis yang digunakan untuk mengetahui perilaku petani pada penelitian ini adalah fungsi utilitas kuadratik menggunakan prinsip Bernouli dengan teknik N-m (Neumann-Morgenstern). Pada penelitian yang dilakukan oleh Prastanti (2014) didapatkan hasil bahwa sebagian besar petani bersikap netral terhadap risiko dengan persentase sebesar 73,81%. Sedangkan petani yang menerima risiko sebesar 21,43% dan petani yang menolak risiko sebesar 4,76%. Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada penelitian ini hanya terfokus pada padi sawah dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Game Theory. Berdasarkan uraian kendala yang dihadapi oleh petani di Desa Kedungpedaringan diperlukan adanya penelitian mengenai perilaku petani terhadap risiko dalam usahatani padi agar petani padi tetap mempertahankan kegiatan usahataninya..

(5) 5. 1.2 Rumusan Masalah Padi merupakan tanaman pangan penting di Indonesia dan usahatani padi memiliki prospek yang sangat baik. Hal ini dikarenakan konsumsi beras sebagai hasil olahan padi yang setiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Pada tahun 2015 konsumsi rumah tangga berbahan dasar beras mencapai 7,85 kilogram/kapita/tahun dengan pertumbuhan sebesar 70,68% per tahun dan proyeksi permintaan hingga 2019 diperkirakan akan meningkat sebesar 1,20% per tahun (Kementerian Pertanian, 2016). Produksi padi sangat dipengaruhi oleh cuaca dan iklim yang sedang terjadi. Pada saat ini cuaca sulit untuk diprediksi. Ketidakpastian cuaca tersebut merupakan salah satu risiko yang dihadapi oleh petani. Menurut Soekartawi (1993) menyatakan bahwa risiko dalam produksi pertanian diakibatkan kegiatan pertanian yang sangat bergantung dengan alam. Ketika cuaca mendukung, maka hasil produksi juga akan baik. Sedangkan jika cuaca tidak mendukung maka hasil produksi juga akan menurun. Akibat cuaca yang tidak mendukung berdampak pada kualitas padi yang dihasilkan. Selain pengaruh cuaca, risiko produksi juga dipengaruhi oleh gangguan hama dan penyakit. Risiko yang sering dihadapi oleh petani selain risiko produksi adalah risiko harga. Ketidakpastian harga dipengaruhi oleh adanya fluktuasi yang sering terjadi terutama pada produk pertanian. Harga jual padi dipengaruhi oleh kualitas padi yang dihasilkan. Ketidakpastian produksi dan harga berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh petani. Adanya risiko yang mengancam dalam kegiatan usahatani mengharuskan petani memiliki sikap yang tepat untuk menghadapi risiko tersebut. Setiap petani pasti memiliki sikap yang berbeda-beda untuk menghadapi kemungkinan risiko yang terjadi. Menurut Hardeker et al dalam Renthiandy dkk (2013) menyatakan bahwa sebagian besar orang tidak menyukai risiko. Hal ini berarti masih banyak sekali petani yang memilih untuk menghidari risiko dari pada menerima risiko. Desa Kedungpedaringan merupakan salah satu desa sentra padi. Padi di Desa Kedungpedaringan diusahakan sepanjang tahun. Desa Kedungpedaringan memiliki potensi produksi yang baik. Namun dalam kegiatan usahataninya Desa.

(6) 6. Kedungpedaringan dihadapkan pada berbagai risiko yang mengancam, yaitu risiko produksi, risiko harga, dan risiko pendapatan yang diterima petani. Risiko produksi disebabkan adanya cuaca yang tidak menentu dan serangan hama maupun penyakit. Selain itu risiko harga disebabkan adanya fluktuasi dan minimnya informasi harga jual yang diterima petani serta posisi tawar petani yang kurang, karena sebagian besar petani menjual hasil panennya dengan sistem tebasan. Sehingga hal tersebut berdampak pada penerimaan akhir yang diterima oleh petani di Desa Kedungpedaringan. Berdasarkan uraian tersebut dan penjelasan yang terdapat pada latar belakang, maka pertanyaan pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pendapatan petani padi di Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ? 2. Bagaimana tingkat risiko usahatani padi di Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ? 3. Bagaimana perilaku petani dalam pengambilan keputusan untuk menghadapi risiko padi di Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ? 1.3 Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian perlu diberikan batasan untuk menghindari kerancuan dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Adapun batasan masalah yang digunakan adalah: 1. Penelitian ini dibatasi pada petani yang tergabung dalam kelompok tani Tirtomanunggal I dan Tirtomanunggal II. 2. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data usahatani padi musim tanam I dan musim tanam II pada tahun 2016. 3. Perilaku petani dalam pengambilan keputusan untuk menghadapi risiko hanya menggunakan pendekatan Game Theory dengan kriteria Maximax, Maximin, Regret, dan Laplace. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:.

(7) 7. 1. Untuk menganalisis pendapatan usahatani padi di Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. 2. Untuk menganalisis tingkat risiko usahatani padi di Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. 3. Untuk menganalisis perilaku petani padi dalam mengahadapi risiko usahatani padi di Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. 1.5 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan yang ada, maka keguanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi petani, petani dapat dijadikan sebagai informasi tambahan dalam menjalankan usahatani. 2. Bagi pemerintah, dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan. 3. Bagi pembaca atau peneliti lain, dapat digunakan sebagai penambah pengetahuan dan sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya..

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Bila dilihat dari proses pelaksanaan untuk mengadakan reklamasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, proses penguasaan tanah reklamasi yang terjadi di desa Pateremen tidak

Pasca Referendum Tahun 1999 Kepemilikan hak atas tanah di Timor Leste masih rumit dan menimbulkan masalah seperti : 1)Bagaimana kepemilikan hak atas tanah bagi warga Timor

Karakter pahlawan yang muncul yang sama adalah berkaitan dengan nilai, moral dan karakter positif yang melekat pada diri individu konkret (tidak fiksi) dan cenderung

Obyek dari performance bond adalah barang serta jasa lingkungan hidup (hutan, udara, air) yang dapat terkena dampak polutif atau ekstraktif dari suatu kegiatan ekonomi..

Menurut PP No. 58 tahun 2005 pasal 1, Belanja Daerah adalah kewajiban daerah pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dan digunakan dalam rangka

10Base5, which is part of the IEEE 802.3 baseband physical layer specification, has a distance limit of 1640 feet - 500 meters - per

1) Media yang dikembangkan masih ada kekurangan terutama bahan kaca yang terlalu berat dan tidak praktis, jadi dibutuhkan pengembangan lanjutan untuk membuat media

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara keseluruhan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa