• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TUKIK PENYU HIJAU (Chelonia mydas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TUKIK PENYU HIJAU (Chelonia mydas)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP

PERTUMBUHAN TUKIK PENYU HIJAU (Chelonia mydas)

Firdaus1, M. Amri2, Elfrida2

E-mail : sikumbang_firdaus@yahoo.com

1

Mahasiswa Jurusan Budidaya FPIK Univ. Bung Hatta

2

Dosen Jurusan Budidaya FPIK Univ. Bung Hatta

ABSTRACT

The destination of research was to determine the growth response of hatchlings type of feeds sduring 8 weeks dosing. This research was conducted in April to June 2013 in the turtle conservation area located on the island Karabak Ketek, Sutera Sub-district, district south coastal. This research was conducted with an experimental method and the observed data is computed using completely randomized design (CRD) consisting of 3 treatments and 4 replications. Each treatment used is a treatment using a feed mixture of shrimp and snails much as 1:1, treatment B using flour shrimp feed rebon and C treatment using starch feed snails. The results showed that the carapace length, carapace width and The best body weight turtle hatchlings are on treatment B. Based on these results it can be concluded that to spur the growth of the good turtle hatchlings using flour shrimp feed small shrimp. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa Different feeding in each treatment and replication. no effect on the carapace length, carapace width and body weight turtle hatchlings. (P>0.05).

Key word : Influence, woof, the hatchlings, green turtle.

PENDAHULUAN

Pulau Karabak Ketek secara administrasi masuk dalam Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan dengan luas sekitar 1,00 ha. Penduduknya merupakan penduduk semu yang bertugas sebagai penjaga pulau dan penjaga mercusuar milik Kementrian Perhubungan Laut. Pulau Karabak Ketek banyak didatangi penyu sebagai tempat bertelur. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan sejak tahun 2005 telah melaksanakan program penangkaran penyu di pulau ini dalam rangka melestarikan habitat seperti penyu hijau dan penyu sisik.

Penyu hijau adalah salah satu jenis penyu laut yang umum dan jumlahnya lebih sedikit dibanding beberapa penyu lainnya. Penyu hijau dapat dengan mudah dibedakan dengan penyu lain karena memiliki sepasang sisik di depan matanya sedangkan jenis lain memiliki lebih dari dua pasang.

Saat musim bertelur penyu hijau dapat naik ke darat 3-5 kali untuk bertelur dengan jarak sekitar 12 hari. Telur penyu hijau yang baru menetas disebut dengan tukik. Tukik adalah penyu yang berumur 1 hari sampai dengan satu tahun. Jenis pakan yang disukai tukik adalah jenis zooplankton, udang-udangan, ikan kecil-kecil dan

(2)

lain-lain.. Ketika tubuhnya mencapai ukuran 20-30 cm, penyu hijau berubah menjadi herbivora dan makanan utamanya adalah rumput laut.

Sampai saat ini kehidupan penyu sangat terancam punah, disebabkan pembantaian penyu dan pengambilan telur secara liar telah mendorong menurunnya populasi penyu. Inovasi untuk membudidaya penyu sangatlah dibutuhkan untuk menjaga konsistensi jumlah penyu yang sudah mendekati punah. Dengan adanya inovasi budidaya penyu di Indonesia diharapkan akan adanya penambahan jumlah penyu yang hidup hingga dewasa sehingga keindahan hewan purba yang masih ada ini dapat dinikmati oleh semua orang.

Saat ini jenis pakan yang paling tepat untuk tukik penyu belum diketahui. Jenis pakan yang biasa diberikan dibeberapa penangkaran biasanya menggunakan jenis pakan berupa cacahan ikan, pelet, udang rebon, ikan teri dan jenis hewan lainnya karena jenis pakan ini sangat mudah didapatkan di alam. Oleh sebab itu pemberian jenis pakan yang tepat akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan tukik dan pada saat dilepas di laut dengan hasil yang terbaik dan dosis terbaik akan mempengaruhi keberhasilan hidupnya. Berdasarkan uraian di atas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertubuhan Tukik Penyu Hijau (Chelonia mydas)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan tukik terhadap beberapa jenis pakan selama 8 minggu masa penangkaran.

Manfaat dari penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi

mengenai pakan yang dapat

mengoptimalkan pertumbuhan tukik sehingga upaya pengelolaan terhadap populasi satwa tersebut dapat ditingkatkan.

MATERI DAN METODA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kawasan konservasi penyu di Pulau Karabak Ketek Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan selama 8 minggu dari bulan April 2013 sampai Juni 2013.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tukik penyu hijau yang berumur 1 minggu sebanyak 60 ekor. Pakan yang digunakan adalah pakan dari tepung udang rebon, tepung keong mas, dan campuran tepung udang rebon dengan tepung keong mas (1:1) dan air laut.

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak

(3)

Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-masing perlakuan tersebut adalah perlakuan A yaitu pakan berupa campuran tepung udang rebon dengan tepung keong mas (1 : 1), perlakuan B yaitu pakan berupa tepung udang rebon dan perlakuan C yaitu pakan berupa tepung keong mas.

Pembuatan tepung Keong Mas dilakukan dengan tahap sebagai berikut :

 Keong mas direndam selama 1 malam kemudian dicuci bersih agar terpisah dari lumpur.

 Setelah bersih keong mas direbus ± 20 menit.

 Selesai direbus daging keong mas dikeluarkan dari cangkang kemudian dicuci dan ditiriskan.

 Kemudian daging keong mas dijemur 3-4 hari.

 Setelah daging kering, daging keong mas diblender sampai halus lalu diayak agar didapat tepung keong mas yang benar-benar halus.

Pembuatan tepung udang rebon dilakukan dengan pencucian udang rebon, selanjutnya udang rebon dijemur sampai kering lalu dihaluskan.

Prosedur penelitian :

1. Baskom plastik disiapkan, dibersihkan dan dimasukkan air laut setinggi 10 cm.

2. Sebelum dimasukkan kedalam baskom tukik terlebih dahulu ditimbang beratnya dan diukur panjangnya.

3. Tukik dimasukan ke dalam wadah, masing-masing 5 ekor perwadah.

4. Dilakukan pencampuran tepung keong mas dan tepung udang rebon. Untuk perlakuan A, dan pakan siap diberikan. 5. Pakan diberikan secara adlibitum,

dengan frekuensi dua kali sehari yaitu pada pukul 08.00 dan 16.00 WIB.

6. Pembersihan dan pergantian air laut dilakukan setiap pagi hari sebelum diberikan pakan.

7. Pengamatan terhadap kelangsungan hidup, penambahan berat tubuh dan panjang dilakukan pada minggu ke-1 sampai minggu ke-8.

8. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu dimana data pertumbuhan panjang dan berat diukur setiap satu minggu sekali. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :

a. Pertumbuhan Panjang yaitu P = Pt – Po b. Pertumbuhan Lebar yaitu L = Lt – Lo c. Pertumbuhan Berat yaitu W = Wt – Wo Keterangan :

a. ) P = Panjang karavace tukik (cm) Pt = Panjang karavace tukik akhir (cm) Po = Panjang karavace tikik awal (cm)

(4)

b.) L = Lebar karavace tukik (cm) Lt = Lebar karavace tukik akhir (cm) Lo = Lebar karavace tikik awal (cm) c.) W = Berat tubuh tukik (gram)

Wt = Berat akhir tukik (gram) Wo = Berat awal tikik (gram)

Analisis hubungan antara panjang karavace dan berat tubuh tukik dilakukan dengan menggunakan rumus (Ricker, 1975):

W = a

Keterangan :

W = Berat tubuh tukik (gr) L = Panjang karavace (cm) A dan b = Konstanta

Untuk : b = 3 maka pertumbuhan Isometrik b ≠ 3 maka pertumbuha Allometrik.

Hubungan panjang dan lebar karavace tukik penyu hijau diketahui dengan melakukan interpretasi diagram pencar (scatter plot) secara deskriptif.

Untuk menganalisa data dilakukan dengan uji homogenitas. Apabila data homogen selanjutnya di analisa dengan uji statistik F (Anava). Apa bila hasil analisis menunjukan bahwa F hitung < F tabel pada taraf 95% berarti tidak ada pengaruh pakan terhadap panjang karavace, lebar karapas dan berat tubuh tukik penyu hijau (H0 diterima dan H1 ditolak). Jika F hitung > F tabel pada taraf 95% berarti ada pengaruh pemberian pakan terhadap panjang karavace,

lebar karapas dan berat tubuh tukik penyu hijau (H0 ditolak dan H1 diterima). Untuk melihat adanya perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan (DMNRT).

HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Karavace

Laju pertumbuhan panjang karavace tukik terbesar terjadi pada perlakuan pakan tepung udang rebon (B) yaitu rata-rata sepanjang 0,3094 cm/minggu dan diikuti oleh perlakuan pakan campuran antara tepung udang rebon dengan tepung keong mas (A) dan perlakuan pakan tepung keong mas (C) yaitu rata-rata sepanjang 0,2387 cm/minggu dan 0,1462 cm/minggu. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya

(Eny Fitria, 2007) juga menyatakan bahwa laju pertumbuhan pajang karavace tukik terbesar terjadi pada pakan udang dibandingkan dengan pakan keomg mas dan campuran. Wibowo dkk, (2012) menyatakan pertumbuhan panjang karavace juga pada pakan udang dengan pertumbuhan panjang karapas sebesar 4,91 %/ hari dibandingkan dengan pakan ikan teri dan pelet ikan. Data rata-rata pertumbuhan panjang karapas tukik disajikan pada Tabel 3.

(5)

Tabel 3. Rata-rata Pertambahan Panjang Karavace Tukik Penyu Hijau Selama Penelitian Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3 4

A 1,82 2,12 1,64 2,02 7,66 1,9

B 2,44 2,48 2,54 2,52 9,98 2,49

C 1,32 1,30 1,16 0,92 4,7 1,17

Berikut rata-rata pertumbuhan panjang karavace tukik ditampilkan dalam bentuk grafik.

Waktu (Minggu Ke-)

Gambar 4. Grafik Pertambahan Panjang Karavace

Gambar 4 menunjukkan bahwa pakan dari tepung udang rebon memberikan nilai pertumbuhan panjang karavace tukik yang lebih baik hal ini diduga karena kandungan gizi yang terdapat pada pakan tepung udang rebon lebih tinggi dibandingkan dengan pakan tepung keong mas, sehingga pertumbuhan panjang karapas tukik yang lebih baik terjadi pada perlakuan A dan B. Hasil ini berbeda dengan yang dikatakan (Engmann dan dkk, 2013) bahwa kandungan gizi keong lebih tinggi dibandingkan dengan udang. Hal ini dikarenakan keong dalam penelitian ini telah

mengalami perebusan dan penjemuran yang mengakibatkan berkurangnya kandungan gizi yang terdapat pada keong, sedangkan udang hanya mengalami penjemuran saja.

Keterangan mengenai kandungan gizi dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari hasil selama penelitian terlihat bahwa ukuran panjang karavace tukik yang lebih besar dan berukuran homogen untuk setiap individu tukik terdapat pada perlakuan B. Pada perlakuan A terlihat pertumbuhan panjang karavace tukik yang naik turun, hal ini diduga karena tukik tersebut lebih cendrung untuk memakan pakan tepung udang rebon

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 1 2 3 4 5 6 7 8 Campuran (A) Udang (B) Keong Mas (C

(6)

dibandingkan pakan tepung keong mas. Untuk perlakuan C ukuran panjang karavace tukik lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan A dan B. Perbandingan ukuran tubuh tukik pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 11.

Dari hasil penelitian pertumbuhan panjang karavace tukik pada perlakuan B yang lebih tinggi terjadi pada minggu ke 7 (tujuh) yaitu sepanjang 0,345 cm sedangkan yang paling rendah terjadi pada minggu pertama penelitian yaitu sepanjang 0.255 cm. Untuk perlakuan A pertumbuhan panjang karavace tukik yang paling tinggi terjadi pada minggu ke 3 (tiga) yaitu 0.32 cm, sedangkan yang paling rendah terjadi pada minggu ke 7 (tujuh) yaitu 0.19 cm. pada perlakuan C pertumbuhan tukik yang paling tinggi terjadi pada minggu ke 3 dan 4 yaitu 0,155 cm sedangkan yang paling rendah pada minggu ke 7 (tujuh) yaitu 0,13 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya peningkatan dan penurunan selera makan tukik.

Lebar Karavace

Laju pertumbuhan lebar karavace tukik terbesar terjadi pada perlakuan pakan tepung udang rebon (B) yaitu rata-rata sepanjang 0,2687 cm/minggu dan diikuti oleh perlakuan pakan campuran antara tepung udang rebon dengan tepung keong mas (A) dan perlakuan pakan tepung keong mas (C) yaitu rata-rata sepanjang 0,2187 cm/minggu dan 0,1462 cm/minggu. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya

(Eny Fitria, 2007) juga menyatakan bahwa laju pertumbuhan lebar karavace tukik terbesar terjadi pada pakan udang sebesar 0,4018 cm/minggu dan (Wibowo dkk, 2012) menyatakan pertumbuhan lebar karapas juga pada pakan udang dengan pertumbuhan lebar karavace sebesar 6,57 %/hari. Data rata-rata pertumbuhan lebar karavace disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Pertambahan Lebar Karavace Tukik Penyu Hijau dari maing masing perlakuan selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3 4

A 1,78 1,74 1,54 1,94 7,0 1,75

B 2,14 2,20 2,08 2,16 8,58 2,14

(7)

Berikut rata-rata pertumbuhan lebar karavace tukik ditampilkan dalam bentuk grafik.

Waktu (Minggu Ke-)

Gambar 5. Grafik Pertambahan Lebar Karavace

Gambar 5 menunjukkan bahwa pakan dari tepung udang rebon juga memberikan nilai pertumbuhan lebar karavace tukik yang lebih baik hal ini diduga karena ketersediaan kalsium yang cukup pada pakan tepung udang rebon merupakan salah satu faktor pendukungnya. Penggunaan seluruh bagian tubuh udang memberikan nilai tambah terhadap ketersediaan gizi yang cukup bagi tukik. Berbeda dengan pakan tepung keong mas yang tidak memiliki kandungan kalsium sehingga pertambahan lebar karavace tukik pada perlakuan C masih jauh lebih rendah. Perlakuan A pada akhir penelitian menunjukkan lebar karavace yang tidak seragam antara individu tukik. Hal ini disebabkan oleh perilaku tukik yang sejak

awal masa penelitian menunjukkan perbedaan nafsu makan. Tukik yang sejak awal mengkonsumsi pakan tepung udang rebon lebih banyak memperoleh asupan gizi dibandingkan dengan tukik mengkonsumsi pakan tepung keong mas. Hal tersebut dapat saja terjadi meskipun pada saat pemberian pakan selalu dilakukan pencampuran pakan agar terjadi peluang yang sama antara individu tukik dalam mengkonsumsi tepung udang rebon dengan tepung keong mas terhadap vitalitas tukik sejak awal penelitian tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tukik tersebut hingga akhir penelitian. Diduga menyebabkan terjadinya perbedaan pertambahan lebar karavace yang sangat jelas antara tukik pada perlakuan A.

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 1 2 3 4 5 6 7 8 Campuran (A) Udang (B) Keong Mas (C

(8)

Dari hasil penelitian pertumbuhan lebar karavace tukik pada perlakuan B yang lebih tinggi terjadi pada minggu ke 4 dan 5 yaitu sepanjang 0,285 cm sedangkan yang paling rendah terjadi pada minggu pertama penelitian yaitu sepanjang 0.245 cm. Untuk perlakuan A pertumbuhan panjang karavace tukik yang paling tinggi terjadi pada minggu ke 2 yaitu 0.27 cm, sedangkan yang terendah terjadi pada minggu ke 6 yaitu 0.17 cm.

Pada perlakuan C pertumbuhan tukik yang paling tinggi terjadi pada minggu ke 4 yaitu 0,165 cm sedangkan yang paling rendah pada minggu pertama yaitu 0,125 cm. Hal ini diduga terjadi karena adanya peningkatan dan penurunan selera makan tukik.

Berat Tubuh

Data kadungan gizi dapat dilihat pada lampiran 8 dan data rata-rata pertumbuhan berat tubuh disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pertambahan Berat Badan Tukik Penyu Hijau dari masing-masing Perlakuan selama penelitian(gr)

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 4

A 33,62 40,96 32,76 43,42 150,76 37,69

B 43,82 39,74 45,64 47,38 176,58 44,14

C 38,86 39,08 31,52 30,68 140,14 35,05

Berikut rata-rata pertumbuhan berat tubuh tukik ditampilkan dalam bentuk grafik.

Waktu (Minggu Ke-)

Gambar 6. Grafik Pertambahan Berat Badan

0 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 Campuran (A) Udang (B) Keong Mas (C

(9)

Laju pertumbuhan berat tubuh tukik terbesar terjadi pada perlakuan pakan tepung udang rebon (B) yaitu rata-rata seberat 5,46 gr/minggu atau 4,3 % perminggu dari berat badan tukik dan diikuti oleh perlakuan pakan campuran antara tepung udang rebon dengan tepung keong mas (A) dan perlakuan pakan tepung keong mas (C) yaitu rata-rata sepanjang 4,78 gr/minggu atau 3,59 % dan 4,363 gr/minggu atau 2,58 % perminggu dari berat badan tukik. Berdasarkan hasil penelitian (Eny Fitria, 2007) juga menyatakan bahwa laju pertumbuhan berat tubuh tukik terbesar terjadi pada pakan udang sebesar 4,9805 gr/minggu, (Wibowo dkk, 2012) menyatakan pertumbuhan berat tubuh juga pada pakan udang dengan pertumbuhan berat tubuh sebesar 5,82 %/hari.

Pada berat tubuh tukik perbandingan antara pakan A, B dan C sama dengan pertumbuhan panjang dan lebar karavace tukik yaitu kandungan gizi pada pakan B lebih baik dibandingkan dari pada pakan A dan pakan C. Pada perlakuan pakan B memiliki kandungan asam amino yang sebagia besar dimiliki oleh tubuh penyu (lysine, valine, leucine, isoleucine, phenylalanine, histidine, alanine, serine, asam glutamate, asam aspartat dan tyrosine. Apabila dilihat dari kualitas lemak yang

terkandung di dalam pakan B menunjukkan bahwa perlakuan B mempunyai kandungan lemak yang lebih besar dibandingkan dengan pakan A dan C. Hal ini dipertegas oleh

(Vanawati, 2009) yang menyatakan bahwa kebutuhan lemak untuk pertumbuhan tukik penyu hijau sebesar 0,35%. Menurut

(Patawi et al. 1996) lemak pada udang menganding asam lemak omega-3 yang berupa asam lemak esensial dan berfungsi untuk menjaga kesehatan tukik. Lemak dalam organism biasanya digunakan sebagai cadangan makanan.

Kandungan asam amino yang hampir menyerupai susunan yang ada pada tubuh tukik ini menjadikan pakan B mudah sekali diserap dan diproses di dalam tubuh tukik sebagai nutrisi untuk tubuh. Hal ini terbukti dari pertambahan pertumbuhan panjang dan lebar karapas serta berat tubuh tukik yang lebih baik dibandingkan pakan yang lainnya, dan dipertegas oleh (Syaifudin et al., 2008)

yang menyatakan bahwa kandungan asam amino pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan organism.

Rendahnya pertumbuhan yang dihasilkan pada pakan C diduga karena kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan belum mencukupi kebutuhan energi tukik. Menurut (Setiawati, 2004)

(10)

protein dalam pakan merupakan faktor utama dalam mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan. Dalam penelitian ini diduga asam amino dan protein dalam pakan belum

sesuai dengan komponen asam amino dan protein pada tukik sehingga menghasilkan rerata pertumbuhan berat dan panjang yang sedikit.

Kualitas Air

Tabel 6. Hasil Pengukuran Parameter Kualita Air

Minggu Salinitas (‰) pH Suhu (ºC)

1 32 8 29 2 32 8 29 3 33 8 28 4 33 9 28 5 32 8 28 6 35 9 28,5 7 33 9 27 8 32 8 28

Sumber : Hasil Data Primer (2013)

Pengamatan terhadap kualita air dilakukan karena merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tukik penyu hijau dalam penelitian. Rata-rata pengambilan air dilakukan sebanyak 1 (satu) minggu sekali, sehingga didapatkan data yang tertera pada Table 6.

Nilai salinitas cukup stabil sepanjang masa penelitian. Salinitas perairan Samudera Hindia yang merupakan tempat hidup penyu secara alami terdapat dalam kisaran nilai 34.2 – 35.75 ‰ Nupus (2001). Kisaran salinitas dalam penelitian ini adalah 32 - 35‰ sesuai dengan kisaran salinitas perairan alami tempat penyu hidup.

Nilai pH air laut selama penelitian tidak terjadi perubuha yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh pengambilan air laut yang langsung dari pantai, seperti yang dikemukakan oleh Wardoyo dan Djokosetiyanto (1988) dalam Fitrari (2007) bahwa pH air laut cenderung stabil karena mempunyai kemampuan menyangga (buffer capacity) yang tinggi sehingga air laut yang digunakan dalam penelitian ini masih dalam kondisi yang cukup baik.

Suhu air laut selama penelitian mengalami perubuhan pada setiap pengamatan, hal ini diduga terjadi karena pengambilan air yang dilakukan 1 (satu) kali seminggu dengan menggunakan jerigen sehingga terjadi peningkatan suhu

(11)

didalamnya. Beberapa pakar menyebutkan bahwa terdapat kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan penyu yaitu Stickney (1979) yang menuliskan 16 – 25 ºC sebagai kisaran suhu optimum, selain itu menurut Campbell dan Busack (1979) kisaran suhu optimum yang lebih baik terhadap pertumbuhan tukik penyu hijau adalah 23 – 26 ºC.

Sedangkan kisaran suhu air selama penelitian yaitu 27 – 29 ºC, perubuhan suhu ini masih dapat ditolerir oleh hewan uji untuk dapat melakukan aktivitas secara normal dan termasuk dalam lingkup suhu optimum yang baik bagi pertumbuhan tukik.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil peneltian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk pertumbuhan panjang dan lebar karavace tukik yang terbaik adalah perlakuan B (0,3094 cm dan 0,2687 cm) sedangkan untuk pertambahan berat yang terbaik adalah pada B (5,460 gr)

2. Hubungan panjang karapas dengan berat tubuh tukik pada penelitian ini membentuk pola allomtrik positif yaitu pertumbuhan panjang karavace lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan berat tubuh.

Perbandingannya dapat dilhat pada table dibawah ini.

3. Pemberian pakan tepung udang rebon memberikan pola pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pakan campuran antara tepung udang rebon dengan tepung keong mas dan pakan tepung keong mas. Perbandingannya dapat dilhat pada table dibawah ini.

Saran

Untuk tujuan aplikasi bagi masyarakat, masih diperlukan penelitian lebih lanjut. Diperlukan penelitian terhadap pakan alternatif lainnya, sesuai dengan sumberdaya yang tersedia di sekitar daerah penangkaran. Dapat juga dengan perlakuan baru yaitu dengan mengkombinasikan pakan untuk mencapai pertumbuhan yang terbaik. Perlu juga dilakukan pengkajian lebih lanjut terhadap jumlah pakan yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan tukik. Disarankan juga untuk penelitian sejenis selanjutnya untuk pemberian pakan campuran dapat dilakukan secara terpisah, misalnya campuran antara udang dengan keong mas (campuran jenis pakan lainnya) pakan jenis udang diberikan pada pagi hari dan pakan jenis keong mas di berikan pada sore hari atau sebaliknya.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Fitrari, Eny. 2007. Studi Penangkaran Tukik Penyu Hijau (Chelonia mydas) Di Pangumbahan Sukabumi. Skripsi Fakultas Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanin Bogor. Bogor. Patawi, A. Nurjanah, E. Salamah & Sunarya.

1996. Pengaruh Habitat Terhadap Kandungan Asam Amino Lemak Omega-3 Pada Udang. IPB. Bogor. Setiawati, M. 2004. Kebutuhan Nutrien

Pakan Peningkat daya Tahan Tubuh Ikan Dalam Akuakultur. Makalah

Falsafah Sains (qqs 702) Program Pasca Sarjana (S3) Institut Pertanian Bogor.

Syaifudin, A., T. Oktavia., Roisah., V.O. Sa’diah & A. Hadiyoso. 2008. Pemanfaatan Ikan Teri (Stolephorus sp) yang Kaya Protein dann Kalium. Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Wibowo dkk, (2012). Pengaruh penggunaan bebagai jenis pakan terhadap pertumbuhan tukik penyu hijau (Chelonia Mydas). Jurnal of Marine, Universitas Diponegoro. Semarang.

Gambar

Tabel 3. Rata-rata Pertambahan Panjang Karavace Tukik Penyu Hijau Selama Penelitian  Perlakuan  Ulangan  Jumlah  Rata-rata  1  2  3  4  A  1,82  2,12  1,64  2,02  7,66  1,9  B  2,44  2,48  2,54  2,52  9,98  2,49  C  1,32  1,30  1,16  0,92  4,7  1,17
Tabel  4.  Rata-rata  Pertambahan  Lebar  Karavace  Tukik  Penyu  Hijau  dari  maing  masing  perlakuan selama penelitian
Gambar 5. Grafik Pertambahan Lebar Karavace  Gambar  5  menunjukkan    bahwa
Tabel  5.  Pertambahan  Berat  Badan  Tukik  Penyu  Hijau  dari  masing-masing  Perlakuan  selama penelitian(gr)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang sistem kemudi untuk kapal pengawas pada tahap awal yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model kemudi yang dirancang dengan pendekatan

Dari perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka ditentukan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mendapatkan desain rencana umum kapal container 208

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery terbukti efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien post operasi

Perubahan yang terjadi pada mitra setelah dilakukan PKM ini terlihat dari segi pengetahuan peserta yang sebelumnya tidak tahu tentang akuntansi BUMDes, setelah kegiatan

Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 13 orang yang terdiri dari dua orang pedagang besar dan 11 orang pedagang pengecer. Proses pengaliran barang atau

Analisis runtun waktu digunakan oleh analis keuangan dalam menilai kinerja dari waktu ke waktu, yaitu membandingkan kinerja saat ini dengan masa lalu [14]. Pengukuran pendapatan

Menurut peneliti berdasarkan data tersebut merupakan hal yang fisiologis karena adanya his yang adekuat sehingga terjadi kemajuan persalinan dan persalinan

stakeholders , yang melebihi tanggungjawab organisasi. Semua aktivitas transaksi yang berhubungan dengan biaya lingkungan tersebut diungkapkan dalam pengungkapan sosial