• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksposisi Filipi 2:19-24

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eksposisi Filipi 2:19-24"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

24 Januari 2021

Eksposisi Filipi 2:19-24

Pdt. Yakub Tri Handoko

Orang yang bisa dipercaya itu langka. Mereka bukan sekadar rekan kerja. Bukan pula sekadar pelaksana. Dia selalu meletakkan kepentingan orang lain di atas dirinya. Jadi, bisa dipercaya dimulai dari hati yang peduli, bukan kepandaian dan ketrampilan yang tinggi.

Orang yang bisa dipercaya dibutuhkan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Di mana saja, karena orang yang bisa dipercaya tetap bisa berkarya di berbagai keadaan yang berbeda. Kapan saja, karena orang yang bisa

T E AC H I N G

(4)

dipercaya selalu siap sedia memberikan dirinya. Siapa saja, karena orang yang bisa dipercaya benar-benar bisa memberi ketenangan jiwa. Apa saja ciri khas orang yang bisa dipercaya? Mengapa orang yang dipercaya sangat diperlukan dalam pelayanan? Teks hari ini adalah jawabannya.

Sebagian penafsir Alkitab mempertanyakan posisi 2:19-24 (juga 4:25-30 tentang Epafroditus). Rencana pengutusan orang-orang tertentu kepada suatu jemaat – seperti dalam kasus Timotius dan Epafroditus yang akan diutus oleh Paulus ke Filipi – biasanya muncul di akhir surat-surat Paulus, bukan di tengah-tengah. Namun, hal ini seharusnya tidak terlalu dipersoalkan. Di beberapa suratnya yang lain Paulus juga menginformasikan pengutusan di tengah pembahasan (1Kor. 4:14-21; 1Tes. 2:17-3:13).

Pemunculan Timotius dan Epafroditus di akhir pasal 2 sangat mungkin berhubungan erat dengan apa yang sudah disampaikan di awal pasal 2. Di 2:1-4 Paulus mengingatkan jemaat Filipi untuk bersatu dan mendahulukan kepentingan orang lain. Timotius dan Epafroditus merupakan teladan konkrit dari penggenapan perintah ini. Jadi, selain Yesus Kristus (2:5-11) dan dirinya sendiri (2:17-18), Paulus menambahkan Timotius (2:19-24) dan Epafroditus (2:25-30) sebagai contoh.

(5)

24 Januari 2021

Pemaparan teladan ini sekaligus sebagai teguran halus terhadap jemaat Filipi. Ada bahaya yang mengancam keharmonisan di antara mereka. Ketaatan mereka tidak dilakukan dengan ucapan syukur dan sukacita (2:12-13), tetapi dengan bersungut-sungut dan berbantah-bantah (2:14-16). Masing-masing tidak mau meletakkan kepentingan orang lain di atas dirinya sendiri. Itulah sebabnya mereka perlu diingatkan tentang kerelaan Paulus untuk menjadi korban curahan bagi iman mereka (2:17), sikap hati Timotius yang bersungguh-sungguh memperhatikan kepentingan mereka (2:20) dan Epafroditus yang hampir mati demi melayani Paulus dalam penjara (2:30).

Perhatian Paulus terhadap kepentingan jemaat Filipi juga ditunjukkan melalui rencana pengutusan Timotius ke sana (2:19). Walaupun Paulus sedang mengalami pelbagai keterbatasan dalam penjara, dia tidak mau kehilangan kesempatan untuk menunjukkan perhatian kepada jemaat Filipi. Walaupun dia sendiri membutuhkan lebih banyak orang untuk melayani dia dalam penjara, dia mendahulukan kepentingan jemaat. Dia bukan pribadi yang narsis. Orang-orang narsis selalu menimbulkan krisis bagi relasi yang harmonis.

Pengutusan ini akan dilakukan segera (ayat 19, 23). Segera sesudah jelas bagaimana jalannya perkara Paulus (ayat 23). Kata “jalannya

(6)

perkaraku” (peri eme exautēs) secara hurufiah berarti “hal-hal tentang aku.” Apa yang dimaksud tidak terlalu jelas (mayoritas versi Inggris “how things go with me”). Mungkin itu merujuk pada akhir dari perkara hukumnya (LAI:TB) atau situasi pastoral lain di Roma. Pokoknya, setelah semua itu jelas (belum tentu beres), Timotius akan segera diutus. Paulus tidak mau menunda lebih lama. Paulus ingin segera mengetahui keadaan jemaat Filipi. Dia berharap mereka berada dalam keadaan baik-baik saja, sehingga kabar itu bisa membuat dia tenang (ayat 19b). Kata “tenang” (eupsycheō) bisa berarti gembira (RSV/NIV/ESV), terhibur (KJV) atau dikuatkan (NASB). Sangat sulit untuk memastikan arti mana yang dimaksud oleh Paulus karena kata eupsycheō cuma muncul sekali di seluruh Alkitab dan konteks 2:19-24 juga cocok untuk semua jangkauan arti itu. Manapun yang benar, pesan Paulus tetap sama. Dia ingin mendengar kabar baik tentang jemaat Filipi supaya dia memiliki perasaan yang baik (entah gembira, terhibur atau dikuatkan).

Alasan pengutusan Timotius akan dijelaskan di ayat 20-24. Bukan sekadar karena dia ikut merintis pekerjaan Tuhan di kota Filipi (lihat Kis. 16). Alasan Paulus lebih dikaitkan dengan integritas Timotius. Lama dalam pelayanan bukanlah jaminan. Yang lebih penting adalah “bisa dipercaya” dalam pelayanan.

(7)

24 Januari 2021

Apa saja ciri khas orang yang bisa dipercaya? Pertama, dia memikirkan kepentingan orang lain demi Kristus (ayat 20-21). Paulus dan Timotius begitu “sehati dan sepikir” (isopsychos, lit. “kesamaan jiwa”). Kata ini mengingatkan kembali tentang nasihat Paulus supaya jemaat Filipi “satu jiwa” (sympsychos, 2:2). Kesatuan jiwa antara Paulus dan Timotius dinyatakan dalam konteks perhatian terhadap jemaat Filipi (ayat 20b “yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu”).

Untuk menegaskan kesehatian itu Paulus berkata: “Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia” (ayat 20a). Ucapan ini tidak berarti bahwa Timotius sedang dibandingkan dengan semua orang dalam pelayanan Paulus (misalnya dengan Barnabas atau Silas). Konteksnya adalah situasi Paulus di Roma (“tak ada seorang padaku” = lit. “aku tidak memiliki seorang pun”). Pada waktu pemenjaraan Paulus memang tidak banyak orang yang menemani dia, apalagi yang memikirkan jemaat Filipi. Di antara semua orang percaya yang bersama Paulus di Roma pada waktu itu, tidak ada yang mempedulikan jemaat Filipi selain Timotius. Yang lain hanya mencari kepentingan mereka sendiri (ayat 21a). Kata “mencari” (zēteō) seringkali merujuk pada orientasi hati, kehendak, atau hidup seseorang (Rm. 2:7; 10:13; 1Kor. 1:22;

(8)

Kol. 3:1). Ini bukan tentang sebuah aktivitas, tetapi kerangka pikir atau gaya hidup.

Dari orientasi internal inilah muncul berbagai tindakan aktual. Paulus sangat mungkin sedang memikirkan orang-orang Kristen yang memberitakan Injil dengan maksud-maksud yang tidak baik (1:15-17). Mereka terlihat aktif melayani orang lain, tetapi sebenarnya tidak demikian. Yang aktif dalam pelayanan ternyata seringkali asyik melayani diri sendiri.

Yang mereka cari bukanlah kepentingan Kristus (ayat 21b). Keterangan ini cukup menarik. Kontras yang ada bukan hanya antara “mencari kepentingan diri sendiri” versus “kepentingan orang lain.” Kepentingan diri sendiri dibandingkan dengan kepentingan Kristus. Hal ini menjelaskan bahwa apapun yang dicari seseorang, sejauh itu bukan untuk kepentingan Kristus, tergolong kepentingan diri sendiri.

Kontras ini sekaligus menerangkan bahwa perhatian Timotius kepada jemaat Filipi (ayat 20) merupakan wujud perhatiannya terhadap kepentingan Kristus (ayat 21). Kristuslah yang menjadi dorongan, bukan sekadar kedekatan personal dengan jemaat Filipi. Kecintaan kepada Kristus menjadi landasan bagi kecintaan terhadap tubuh Kristus. Sangat aneh jika seseorang mengaku mencintai Kristus tetapi tidak mempedulikan tubuh Kristus.

(9)

24 Januari 2021

Kedua, dia memiliki integritas yang sudah teruji (ayat 22). Terjemahan LAI:TB “kesetiaannya yang teruji” (dokimē) mengandung tambahan penafsiran. Kata dokimē hanya merujuk pada sesuatu yang teruji. Jika yang dimaksud dengan “kesetiaan” di LAI:TB hanya masalah durasi waktu yang panjang, terjemahan ini pasti keliru. Ayat 22b lebih mengarah pada “bagaimana” daripada “berapa lama” Timotius melayani (dia seperti anak bagi Paulus, bapa rohaninya). Bagaimana selalu lebih penting daripada berapa lama. Hidup Yesus adalah buktinya. Singkat tapi hebat.

Jadi, apa yang teruji dalam diri Timotius? Bisa apa saja. Kata dokimē bisa merujuk pada karakter seseorang yang terbentuk sesudah dia tahan dalam penderitaan (Rm. 5:4, LAI:TB “tahan uji”). Kata ini juga bisa dikaitkan dengan ketaatan dalam sesuatu (2Kor. 9:2). Di tempat lain kata ini digunakan untuk kesetiaan sekaligus kemurahhatian (2Kor. 9:13; LAI:TB “tahan uji”). Secara umum istilah “integritas” mungkin cukup luas dan tepat untuk mengungkapkan makna dokimē.

Tentang integritas Timotius ini jemaat Filipi sudah mengetahuinya (ayat 22a “kamu tahu bahwa…”). Mereka sudah saling mengenal sejak perintisan gereja dari awal. Sampai sekarang hal itu tidak berubah dalam diri Timotius. Situasi dan tempat pelayanan boleh berbeda, tetapi integritas diri

(10)

harus tetap sama. Integritas diri harus dibarengi dengan konsistensi.

Timotius ibarat seorang anak bagi Paulus. Ada beragam makna di balik relasi bapa – anak. Makna mana yang dimaksud harus ditentukan dari konteks. Berdasarkan ayat 22b kita sebaiknya melihat relasi ini dalam kaitan dengan kedekatan dan keteladanan. Paulus dan Timotius memiliki kesatuan jiwa (ayat 20). Mereka juga terlibat dalam pelayanan Injil bersama (ayat 22). Terjemahan LAI:TB “ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya” (ayat 22b) kurang sempurna mengungkapkan arti sesuai kalimat Yunani. Terjemahan ini menimbulkan kesan bahwa Timotius hanyalah asisten atau penolong Paulus.

Secara hurufiah bagian ini seharusnya diterjemahkan: “seperti seorang anak bersama ayah, dia telah melayani Injil.” Kata “ayah” (patri) di sini bukan sebagai objek, tetapi agen penyerta (anak bersama dengan ayahnya). Yang ditekankan di sini bukan Timotius melayani Paulus (walaupun dalam banyak konteks hal itu secara praktis memang benar demikian), tetapi melayani Injil (dia dan Paulus bersama-sama melayani Injil).

Poin di atas juga sesuai dengan pendahuluan surat (1:1). Paulus menyebut dirinya dan Timotius

(11)

24 Januari 2021

sebagai hamba-hamba Allah. Bukan rasul dan asistennya.

Berdasarkan terjemahan hurufiah tersebut, sekarang kita bisa memahami relasi bapa – anak di ayat 22b dengan lebih jelas. Relasi ini berbicara tentang kedekatan dan keteladanan. Timotius bukan hanya bersama, tetapi menjadi sama, dengan Paulus. Kebersamaan (bersama-sama) dimaksudkan untuk keteladanan (menjadi sama).

Dengan kesatuan jiwa yang peduli terhadap kepentingan jemaat Filipi dan konsistensi integritas yang seperti Paulus, Timotius benar-benar menjadi utusan yang tepat bagi jemaat Filipi. Kebutuhan dan kerinduan jemaat terhadap sosok Paulus akan sedikit terobati dengan kehadiran Timotius.

Walaupun demikian, Paulus tetap mengupayakan untuk bisa hadir sendiri (ayat 24). Tambahan kata “sendiripun” (autos) menegaskan pernyataan tersebut. Namun, ini bukan sekadar kerinduan, tetapi keyakinan. Paulus meyakini bahwa di dalam Tuhan dia akan dibebaskan dan beroleh kesempatan untuk mengunjungi jemaat Filipi. Soli Deo Gloria.

(12)

Katekismus

Westminster

Pertanyaan 114:

Apa hukum yang keempat?

• Hukum yang keempat ialah, ‘Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu: maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu, atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.’

(13)

24 Januari 2021

Pokok Doa

Syafaat

1. Berdoa untuk Indonesia. Kiranya Tuhan

memberikan hikmat kepada pemerintah dalam menangani bencana alam yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Kiranya Tuhan mencukupkan dana yang dibutuhkan Negara dalam mengevakuasi korban, memenuhi kebutuhan hidup korban, membangun kembali infrastruktur yang rusak. Kiranya Tuhan juga menggerakkan hati orang-orang untuk ikut ambil bagian dalam membantu korban bencana alam. Kiranya Tuhan memberikan penghiburan dan kekuatan kepada korban bencana alam. Kiranya Tuhan juga menjagai para korban bencana alam dari virus Covid-19. 2. Berdoa untuk pendistribusian vaksin Covid-19

kepada seluruh tenaga medis dapat berjalan dengan lancar sampai di pelosok Negeri Indonesia. Berdoa juga untuk produksi vaksin dapat juga selesai segera sehingga masyarakat juga dapat divaksin secara bertahap.

3. Berdoa supaya masyarakat tetap menjaga kesehatan di tengah musim penghujan ini. Berdoa juga supaya masyarakat tetap patuh dalam mengikuti protokol kesehatan guna menghindari persebaran virus Covid-19.

(14)

Dusta yang Diyakini

oleh Kaum Wanita

Tentang Dosa

16. “SAYA TIDAK SEPENUHNYA BERTANGGUNG JAWAB ATAS TINDAKAN DAN REAKSI SAYA.”

“Lagu rakyat” Anna Russell mengekspresikan kecenderungan kita untuk menyalahkan orang lain atas perilaku kita:

Pada pukul tiga saya memiliki perasaan yang bercabang terhadap saudara-saudara laki-laki saya

Jadi wajar saja jika saya meracuni semua

(15)

24 Januari 2021

kekasih-kekasih saya.

Tetapi saya bahagia; sekarang saya memetik pelajaran dari semua ini.

Bahwa segala perbuatan saya yang salah adalah kesalahan orang lain.

Jika kita mengingat kembali apa yang terjadi di Taman Eden, maka jelas bahwa ini adalah salah satu bentuk dusta yang paling tua.

Setelah Adam dan Hawa makan buah pohon itu, Allah datang untuk meminta pertanggungjawaban mereka. (Ini adalah tema yang selalu berulang dalam seluruh Kitab Suci – kita bertanggung jawab kepada Allah untuk setiap perbuatan yang kita lakukan). Perhatikan, Ia tidak bertanya, “Apa yang telah kalian (bentuk jamak) lakukan?” Ia juga tidak meminta Adam dan Hawa saling menjelaskan perilaku satu sama lain.

Pertanyaan Allah kepada Adam itu langsung pada masalahnya dan spesifik, “Apakah engkau telah makan buah dari pohon, yang Kularang engkau untuk makan itu?” (Kejadian 3:11). Demikian pula, Allah bertanya kepada Hawa, “Apakah yang telah kau perbuat ini?” (ayat 13). Allah sedang menuntut Kebenarannya.

(16)

bahwa Adam dan Hawa saling menyalahkan, bukannya memikul tanggung jawab atas perbuatan mereka masing-masing. “Apakah engkau makan buah dari pohon itu?” Allah menuntut Adam. Jawab Adam, “Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku – dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan” (ayat 12).

“Hawa, apa yang telah kau lakukan?” Jawabnya, “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan” (ayat 13).

Dalam kedua kasus ini, respon mereka tepat. Hawa adalah wanita yang diberikan Allah kepada Adam. Dan ia telah memberikan buah itu kepada suaminya. Ular memang telah menipu Hawa. Namun, dengan menyalahkan orang lain, Adam dan Hawa mencoba untuk mengalihkan tanggung jawab mereka.

Allah tidak bertanya apakah seseorang menyebabkan mereka berdosa: Ia meminta mereka untuk bertanggung jawab atas perilaku mereka sendiri. Tidak peduli apa yang telah mempengaruhi mereka untuk membuat pilihan itu, tetap pilihan itu adalah pilihan mereka.

Adam dan Hawa mungkin yang pertama, namun pasti mereka bukanlah yang terakhir dari deretan

(17)

24 Januari 2021

orang-orang yang suka menyalahkan orang lain. “Permainan” yang dimulai di Taman Eden dimainkan oleh kita semua. Kenyataannya, secara alamiah kita adalah pemain-pemain yang handal, seperti yang diilustrasikan oleh kisah-kisah berikut ini:

Dengan selalu menyalahkan orang lain, situasi, dan menyalahkan Allah, saya mendapati diri saya sepenuhnya tidak bertanggung jawab atas hidup saya, dosa-dosa dan pilihan-pilihan saya – sehingga saya lalu terjebak dan merasa tidak berdaya dan tidak dapat mengendalikan diri.

Saya terbiasa percaya bahwa saya mudah merasa tertekan karena saya adalah korban. Perasaan tertekan itu tidak saya anggap sebagai suatu kesalahan. Ketika saya mulai menyadari bahwa depresi disebabkan karena saya memilih untuk marah, maka saya mulai untuk memikul tanggung jawab atas dosa-dosa saya dan menemukan kebebasan. Saya menjalin hubungan gelap dengan rekan kerja saya. Saya mengandalkan dia untuk mendapatkan dukungan emosional dan perhatian karena suami saya sering merahasiakan sesuatu dari saya, terlibat dalam pornografi, dan tidak mau mendukung saya. Di mata saya, tingkah laku suami

(18)

saya telah mendorong saya untuk menjalin hubungan ini. Saya mencari-cari alasan untuk membenarkan diri dan mencari-cari dalih bahwa “hubungan saya tidak seburuk yang telah ia (suami saya) lakukan.”

Pada saat kita merasa marah, tertekan, penuh kepahitan, jengkel, tidak sabar, atau dipenuhi rasa takut, respon kita yang wajar adalah untuk mengalihkan tanggung jawab kita kepada orang-orang atau situasi yang “membuat” kita bertindak demikian.

Saya telah mendengarkan, mungkin lebih dari seratus wanita yang menceritakan tentang kehancuran perkawinan mereka. Pada umumnya mereka menggambarkan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan suami-suami mereka yang menghancurkan perkawinan itu. Seingat saya, tidak pernah saya mendengar ada wanita yang mengatakan, “Retaknya perkawinan saya ini disebabkan karena perilaku dan respon-respon saya yang tidak benar,” atau “saya bersalah karena telah menceraikan suami saya.” Tidak terhitung banyaknya wanita yang menjelaskan keadaan yang “menyebabkan” mereka terbelit hutang, mengalami gangguan pola makan, tingkah laku mereka yang tidak bermoral, atau hubungan yang renggang

(19)

24 Januari 2021

dengan orangtua. Jarang sekali saya mendengar ada wanita yang berani bertanggung jawab atas pilihan-pilihan mereka yang menciptakan masalah-masalah ini dalam kehidupan mereka. Saya tidak akan pernah melupakan hari ketika seorang wanita separuh baya maju ke mimbar untuk memberikan kesaksian pada salah satu acara kebangunan rohani bagi para wanita. Ia memperkenalkan diri dengan mengatakan bahwa ia telah menjadi seorang ahli terapi selama 22 tahun. Kata-kata yang menyusul begitu tepat pada sasaran dan merasuk dalam hati kami semua. Dengan terpatah-patah ia berkata, “Saya ingin bertobat kepada-Mu, Tuhanku, dan di hadapan kalian semua, saudari-saudariku, karena telah menyesatkan kalian dengan mengucapkan dusta kepada kalian semua – karena saya tidak mengatakan, “Anda-lah yang bertanggung jawab atas perilaku Anda, tidak peduli apa yang dilakukan orang lain. Saya menyesal!”

Lawan mengatakan bahwa jika kita memikul tanggung jawab penuh atas pilihan-pilihan kita, maka kita akan terbebani dengan rasa bersalah yang tidak perlu.

Kebenarannya adalah bahwa hanya dengan menerima tanggung jawab atas

(20)

tindakan-tindakan dan sikap kita, maka kita dapat sepenuhnya bebas dari rasa bersalah itu. Seperti yang dikatakan oleh seorang penulis:

“Dosa adalah berita baik, berita terbaik dalam keadaan sulit. Karena jika ada dosa, berarti ada jalan keluar. Ada kemungkinan seseorang bertobat. Anda tidak mungkin bertobat karena merasa bingung atau dikarenakan luka psikologis yang disebabkan orangtua Anda – Anda berhenti di tempat. Namun Anda dapat bertobat karena dosa. Dosa dan pertobatan adalah satu-satunya landasan bagi pengharapan dan sukacita.”

---Cuplikan Bab 4 – bagian II

(21)

24 Januari 2021

Apakah Orang-orang di

Sorga Memiliki Ingatan

Tentang Dunia?

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Alkitab secara jelas mengajarkan bahwa setiap orang percaya yang meninggal dunia akan langsung bertemu dan bersekutu dengan Tuhan di sorga. Tidak ada tempat penantian sementara. Paulus menggambarkan kematian sebagai “pergi dan diam bersama dengan Tuhan” (Flp. 1:23). Kepada salah satu penyamun di sebelahnya, Yesus Kristus berjanji: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada

T E AC H I N G

(22)

bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk. 23:43). Istilah “Firdaus” di sini merupakan sinonim untuk sorga (2Kor. 12:2, 4).

Yang tidak terlalu jelas adalah keadaan mereka di sorga. Ada banyak pertanyaan dan spekulasi tentang bagaimana mereka menjalani kehidupan kekal di sorga. Salah satunya adalah tentang ingatan. Apakah mereka masih mengingat segala sesuatu yang telah terjadi di dunia pada waktu mereka masih hidup?

Sebagian orang Kristen berpendapat bahwa orang-orang percaya di sorga tidak akan mengingat apapun yang telah terjadi di bumi. Beberapa orang membatasi jangkauan kelupaan ini pada hal-hal yang buruk saja. Beberapa alasan dipaparkan sebagai dukungan.

Pertama, sorga sebagai tempat kebahagiaan yang sempurna dan kekal. Mengingat hal-hal buruk dan jahat akan mengurangi sukacita. Bagaimana seseorang bisa tetap bahagia jika dia mengingat pengkhianatan yang dia terima dari sahabat atau perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangannya? Mengingat semua itu pasti akan menimbulkan kesedihan, padahal di sorga tidak ada penderitaan atau air mata lagi (Why. 21:4).

(23)

24 Januari 2021

dengan poin sebelumnya, mengingat kejahatan orang lain dianggap bisa menimbulkan kemarahan atau kebencian bagi orang-orang di sorga. Bagaimana seorang wanita bisa tidak membenci laki-laki yang memperkosa dia? Kemarahan dan kebencian tidak cocok dengan situasi sorga yang kudus (Why. 21:8; 22:3).

Ketiga, teks Alkitab secara eksplisit mengajarkannya. Alkitab bukan hanya mengatakan akan ada yang baru, tetapi sekaligus juga yang lama akan dilupakan. Salah satu teks yang paling sering dikutip adalah Yesaya 65:17 “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.”

Sekilas alasan-alasan di atas cukup meyakinkan. Ada ayat yang dikutip. Dua poin pertama bahkan memberi sentuhan emosi yang terlihat masuk akal.

Walaupun demikian, data Alkitab yang lebih memadai mengarahkan kita pada pandangan sebaliknya. Kita memiliki alasan yang cukup untuk meyakini bahwa orang-orang kudus di sorga masih mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya di sorga.

Pertama, perumpamaan tentang Lazarus dan orang kaya (Luk. 16:19-31). Walaupun jenis sastra

(24)

bagian ini adalah sebuah perumpamaan dan kita perlu berhati-hati dalam menarik poin doktrinal dari dalamnya, sukar untuk dibantah bahwa perumpamaan ini mengasumsikan Lazarus dan orang kaya masih mengingat hubungan mereka. Orang kaya yang berada di neraka bahkan masih mengingat keadaan keluarganya yang belum bertobat.

Kedua, tuntutan keadilan dari para martir di sorga. Kitab Wahyu memberi gambaran tentang orang-orang percaya yang mati karena iman mereka sedang meminta Allah yang adil untuk menjalankan keadilan-Nya di bumi: “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?” (6:10). Ucapan ini tidak mungkin keluar dari mulut mereka jika mereka lupa tentang penyebab kematian mereka.

Ketiga, keadilan Allah merupakan salah satu topik pujian di sorga. Wahyu 18:20 mengatakan: “Bersukacitalah atas dia, hai sorga, dan kamu, hai orang-orang kudus, rasul-rasul dan nabi-nabi, karena Allah telah menjatuhkan hukuman atas dia karena kamu.” Penghakiman ini selanjutnya dijadikan salah satu alasan untuk memuji Allah: “Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita, sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, karena Ialah

(25)

24 Januari 2021

yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu” (Why. 19:12).

Keempat, pujian kepada Anak Domba. Sebutan untuk Yesus Kristus ini muncul 36 kali di Kitab Wahyu. Beberapa sebutan itu diberi tambahan “yang disembelih” (5:6, 12; 13:8). Dalam beberapa pemunculan ini Anak Domba dijadikan objek pujian dan penyembahan (5:12-13; 7:10; 15:3). Sebutan dan pujian ini paling tidak membuktikan bahwa ada yang masih diingat oleh orang-orang kudus di sorga, yaitu kematian Yesus di atas kayu salib. Jika mereka mampu mengingat pokok keselamatan mereka, sukar dipahami jika mereka melupakan proses keselamatan mereka. Jika mereka mengingat prosesnya, mereka juga akan mengingat semua orang dan peristiwa yang telah terjadi dan membawa mereka kepada keselamatan.

Kelima, penghiburan berkaitan dengan kerabat dan sahabat yang meninggalkan kita. Di 1 Tesalonika 4:13 Paulus melarang jemaat untuk berduka seperti orang-orang dunia yang tidak memiliki pengharapan. Lalu dia menegaskan bahwa kelak yang sudah mendahului atau yang mati kemudian akan bersama-sama Tuhan (4:16-17). Jika mereka tidak saling kenal di sorga, bagaimana perkataan Paulus di sini bisa

(26)

menghibur mereka (4:18)? Bukankah kesedihan mereka disebabkan oleh perpisahan sementara di bumi dan bukan ketakutan bahwa kerabat dan sahabat mereka akan masuk neraka?

Setelah mengetahui alasan-alasan yang lebih kuat bahwa orang-orang kudus di sorga masih memiliki ingatan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya di bumi, kita sekarang akan menanggapi alasan-alasan dari pihak yang bersebarangan yang sudah disinggung di awal artikel ini.

Sehubungan dengan kesedihan dan dosa yang dikuatirkan bisa muncul di sorga jika masih ada ingatan tentang peristiwa buruk di bumi, tuntutan keadilan dari para martir di sorga (6:9-11) bisa menjadi jawaban yang tepat. Tuntutan ini tidak muncul dari kebencian atau kemarahan. Yang diperjuangkan di sini adalah kekudusan dan keadilan Allah: “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?” (6:10). Tidak heran, pujian kepada Allah atas penghakiman orang-orang dunia dilandaskan pada satu hal: “sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya” (19:12). Tidak ada pembalasan pribadi atau pemenuhan ambisi personal lainnya. Mengingat peristiwa yang buruk atau jahat tidak membuat orang-orang kudus berdosa.

(27)

24 Januari 2021

Kunci untuk memahami ini mungkin adalah perspektif penebusan yang lebih jelas dan luas. Mereka yang sudah berada di sorga pasti memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang cara kerja Allah dalam segala sesuatu. Mereka semakin memahami bagaimana segala sesuatu dikendalikan dan diarahkan untuk kemuliaan-Nya. Mereka semakin bisa meyakini bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka (Rm. 8:28). Mereka dimampukan untuk berpikir secara teosentris (berpusat pada Allah). Pendeknya, mereka memiliki pembaruan akal budi yang lebih sempurna daripada kita yang masih berada di dunia. Dengan tingkat pembaruan seperti itu, mereka lebih mudah memahami kehendak Allah (Rm. 12:2).

Sehubungan dengan Yesaya 65:17, kita sebaiknya tidak memahami ini secara hurufiah. Jika dipaksakan secara hurufiah, kita akan mengalami kesulitan untuk memahami ayat 16b yang mengaitkan kelupaan ini dengan diri Allah: “sebab kesesakan-kesesakan yang dahulu sudah terlupa, dan sudah tersembunyi dari mata-Ku.” Allah jelas tidak mungkin melupakan sesuatu (secara hurufiah).

Yang dimaksud di sini adalah kontras yang begitu besar antara keadaan sekarang dan nanti. Begitu besarnya kontras tersebut sampai-sampai kita

(28)

“lupa” dengan apa yang telah terjadi pada kita. Sama seperti seorang anak kecil di siang hari yang asyik bermain dengan teman-teman tanpa mengingat mimpi buruknya atau ketakutannya di malam hari, demikian pula dengan keadaan kita kelak. Soli Deo Gloria.

(29)

24 Januari 2021

Makna Kedaulatan Allah

Sumber : Sovereignity of God (Kedaulatan Allah) Penulis Arthur W. Pink

(Lanjutan tgl 17 Januari 2021)

Renungkan tentang para malaikat. Kita tentunya akan melihat sejumlah keseragaman di sini. Namun ternyata tidak – sebagaimana halnya di tempat-tempat lain – kerelaan kehendak yang berdaulat dari Sang Pencipta juga dinyatakan di sorga. Sebagian malaikat memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada yang lain; sebagian memiliki kuasa yang lebih besar daripada yang lain; sebagian juga memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Allah daripada yang lain. Kitab Suci mengungkapkan keberagaman

T E AC H I N G

(30)

tingkatan pada malaikat ini secara jelas dan terinci. Mulai dari malaikat maut, serafim dan kerub-kerub, sehingga pada “pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa” (Ef. 3:10); mulai dari pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, hingga pada penghulu-penghulu” (Ef. 6:12); kemudian para malaikat itu sendiri, dan bahkan di antara mereka ini pun, kita melihat adanya “malaikat-malaikat pilihan” (1 Tim. 5:21). Kembali kita bertanya, “Mengapa harus ada keberagaman, perbedaaan dalam tingkatan dan kewajiban?” Dan kembali pula, satu-satunya jawaban kita adalah “Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!” (Mzm. 115:3).

Jika kita melihat kedaulatan Allah berlaku atas segenap ciptaan-Nya, mengapa harus dianggap aneh jika kita juga melihat kedaulatan itu terjadi di tengah umat manusia? Mengapa harus dianggap aneh bila Allah mengaruniakan kepada yang seorang lima talenta, sedang kepada yang lain hanya satu talenta. Mengapa harus dianggap aneh bila dari orangtua yang sama dilahirkan seorang yang sehat walafiat dan seorang lain yang sakit-sakitan? Mengapa harus dianggap aneh bila Habel berumur pendek, sementara Kain berumur panjang? Mengapa harus dianggap aneh bila yang seorang dilahirkan dengan kulit hitam, sementara yang lain dengan kulit putih; sebagian dilahirkan sebagai anak idiot,

(31)

24 Januari 2021

sementara sebagian lainnya dengan kecerdasan yang tinggi; sebagian dilahirkan sebagai anak yang lamban, sementara sebagian lainnya sangat energik; sebagian dilahirkan dengan watak egois, mudah marah, dan sombong, sementara yang lain lemah lembut, rela berkorban, dan patuh? Mengapa harus dianggap aneh bila sebagian dilahirkan sebagai pemimpin, sementara sebagian lain lebih cenderung untuk melayani? Faktor genetika dan lingkungan sama sekali tidak memadai untuk dijadikan alasan bagi terjadinya berbagai keberagaman dan peebedaan. Tidak; Allah sendirilah menjadikan manusia berbeda satu sama lain. Mengapa demikian? Selayaknya kita menjawab, “Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu” (Mat. 11:26).

Renungkanlah kebenaran mendasar ini: Sang Pencipta itu berdaulat mutlak, melakukan kehendak-Nya sendiri, menyatakan kerelaan kehendak-Nya, dan memoertimbangkan kemuliaan-Nya semata. “TUHAN membuat segala sesuatu UNTUK DIRI-NYA SENDIRI” (Ams.16:4, KJV). Bukankah Dia memiliki hak penuh untuk berbuat demikian? Karena Allah adalah Allah, siapakah yang berani mempertanyakan hak istimewa-Nya? Berkeluh kesah kepada-Nya merupakan suatu pelanggaran besar. Mempertanyakan jalan-Nya berarti meragukan hikmat-Nya. Mengkritik-Nya merupakan salah satu dosa terbesar. Sudahkah kita melupakan siapa Dia sebenarnya? Coba

(32)

perhatikan, “Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya, mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja. Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang kamu anggap serupa dengan Dia?” (Yes. 40:17-18).

(33)

24 Januari 2021

Mengapa Tuhan Yesus

mengajarkan prinsip hidup

jangan kuatir dengan

mengambil salah satu contoh

yaitu bunga bakung

(Mat. 6:28)?

Denny Teguh Sutandio

Setiap orang yang hidup di dunia pasti mengalami kekuatiran di dalam hidup, meskipun tingkat kekuatiran masing-masing orang berbeda. Menanggapi kekuatiran tersebut, Kristus mengajar umat-Nya agar jangan kuatir

T E AC H I N G

(34)

akan seluruh hidup kita (Mat. 6:25). Salah satu wujud jangan kuatir adalah jangan kuatir akan pakaian. Kristus melanjutkan pengajaran-Nya dengan memberikan ilustrasi, “bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal” (ay. 28). Pertanyaannya, mengapa Kristus menggunakan bunga bakung di ladang sebagai ilustrasi?

Anemone coronaria

Kata “bunga bakung” dalam teks Yunaninya krina dari kata krinon yang berarti “bakung.” Kata ini mungkin mencakup bunga crocus musim gugur, bunga bakung Turki, anemon, atau gladiol (W. Arndt, F. W. Danker, dan W. Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 567). Beberapa ahli menduga bahwa bunga bakung yang dikatakan Kristus sangat mungkin merujuk pada bunga Anemone coronaria (The Eerdmans Bible Dictionary, 657

(35)

24 Januari 2021

dan Harper’s Bible Dictionary, 561). Bunga ini berwarna ungu-biru, merah tua, merah muda, atau/dan putih. Bunga yang tumbuh di ladang terbuka dan di perbukitan daerah Timur Dekat ini mulai mekar pada pertengahan atau akhir musim semi dan bertahan selama sekitar empat minggu (The Eerdmans Bible Dictionary, 657

dan https://www.gardenia.net/plant-variety/

anemone-coronaria-poppy-anemone). Bunga

yang sangat menawan ini menarik kupu-kupu, memiliki ketinggian sekitar 25-40 cm dan lebar sekitar 15-22 cm, dan mudah tumbuh di tanah yang berpasir, kelembaban sedang, dan tanah dengan drainase baik (https://www.gardenia.

net/plant-variety/anemone-coronaria-poppy-anemone).

Anthemis palrestina

Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Ha - Reubeni, professor ilmu tumbuh-tumbuhan Alkitab di Yerusalem. Ia menduga bahwa

(36)

Yesus mungkin sedang merujuk pada Anthemis palrestina, camomile, tanaman mirip bunga aster putih (Fauna and Flora in the Bible, 135). Tanaman ini berbunga pada bulan Maret, April, Mei, dan Juni. Tanaman ini merupakan tanaman utama di antara “bunga di padang” (Ibr.: tzitz ha-sadeh) yang digunakan sebagai simbol ciptaan yang berumur pendek (Mzm. 103:15; Yes. 40:6; 1Ptr. 1:24). Istilah Ibrani tzitzit (jumbai) mungkin berasal dari frase tzitz ha-sadeh (bunga di ladang). Ketika seseorang memakai dan menatap tzitzit-nya (Bil. 15:37-39), dia memahami bahwa dia seharusnya memaksimal potensinya untuk mewujudkan tujuan hidupnya (http://www.flowersinisrael.

com/ Anthemispalestina_page.htm).

Gladiolus byzantinus

Ahli lain berpendapat bahwa Yesus mungkin sedang merujuk pada Gladiolus byzantinus di mana warna ungu pada tanaman ini cocok dengan warna ungu pada jubah Salomo (Fauna

(37)

24 Januari 2021

and Flora in the Bible, 136). Namun teks tidak menjelaskan bunga spesifik apa yang Kristus maksudkan. Intinya adalah bunga tersebut termasuk bunga liar yang indah (berwarna cerah) yang mekar dengan cerah pada musim semi dan tumbuh di ladang Galilea (Kamus Gambaran Alkitab, 186, Ben Witherington III, Matthew, 152, dan Donald A. Hagner, Matthew 1-13, 164).

Bunga bakung ini dijelaskan Kristus “tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal.” “Bekerja” di sini berarti bekerja keras di ladang dan “memintal” di sini berarti “menjahit pakaian di rumah” (Craig L. Blomberg, Matthew, 125). Kedua kata kerja ini mungkin merujuk pada “karakteristik pekerjaan pria dan wanita dalam budaya pedesaan k uno” (Blomberg, Matthew, 125). Artinya bunga bakung ini tidak perlu bekerja keras menarik beberapa serat dan memutarnya menjadi satu untuk membuat benang untuk menjahit suatu pakaian (Hagner, Matthew 1-13, 164). Singkatnya, bunga bakung itu “tidak bekerja membuat kain untuk pakaian itu sendiri” (Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, A Handbook on the Gospel of Matthew, 188). Dengan kata lain, tidak seperti manusia yang harus membuat kain dan menjahitnya untuk dijadikan pakaian, bunga bakung itu tidak perlu melakukannya untuk dirinya sendiri. Mengapa? Karena Allah memelihara bunga bakung itu. Bunga bakung sebenarnya merupakan salah

(38)

satu makhluk hidup yang rapuh dan umurnya lebih pendek dari manusia. Orang-orang bahkan memetik tumbuhan dan menggunakannya sebagai bahan bakar untuk oven tempat mereka memanggang roti. Jika Allah memelihara tanaman tersebut, maka Ia juga lebih memelihara kehidupan umat pilihan-Nya (Blomberg, Matthew, 125). Oleh karena itu, orang percaya tidak perlu kuatir akan hidup mereka.

(39)

24 Januari 2021

BAB III - Apakah Dasar

yang Alkitabiah untuk

Panggilan Misi?

(Diambil dari buku “Panggilan Misi” dengan judul asli “Misionary Call: Find your Place in God’s Plan for the World, 2008, David Sills, penerbit Momentum)

(Lanjutan tgl 17 Januari 2021)

Saya ingat ketika saya mendapat lisensi untuk melakukan pelayanan Injil, dalam sebuah kebaktian. Pendeta saya memilih Yesaya 49, sebagai teks kotbahnya. Pilihannya pada perikop itu telah dan selalu berarti bagi saya, karena sesudah itu, saya mendapatkan panggilan misi.

(40)

Yesaya 49 adalah sebuah pasal mengenai Hamba yang Menderita, Tuhan Yesus Kristus. Dengarkanlah apa yang Bapa katakana kepada Dia mengenai pelayananNya dalamYesaya 49:6, Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hambaKu, untuk menegakkan suku-suku Yakub, dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang daripadaKu, sampai ke ujung bumi.

Ayat ini persis yang ada di benak Simeon, ketika dia mengendong bayi Yesus di Bait Suci pada hari penyerahanNya. Simeon berkata, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dengan damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjai penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan kemuliaan bagi umatMu, Israel,” (Lukas 2:29-32). Dalam Yoh 12:23, “Yesus berkata, “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.” Konteks dari ayat itu menunjukkan bahwa Yesus adalah sang Juruselamat yang diutus kepada segala suku bangsa, bukan hanya bangsa Yahudi. Sejak Firman Allah yang tertulis mengajarkan

(41)

24 Januari 2021

tentang Dia dan hasratNya, agar suku-suku bangsa memuliakan Dia, maka kita akan secara alamiah berharap, untuk menemukan sejumlah pedoman pasti untuk memahami panggilan misi di dalam FirmanNya – Apa yang disebut dengan panggilan misi yang alkitabiah? Ingatlah selalu bahwa kita tidak dapat mengambil istilah kontemporer dan memaksakannya pada cerita-cerita Alkitab. Sama tidak akuratnya berbicara mengenai keselamatan, sebagai yang kita pahami saat ini, ketika menggambarkan hubungan Allah dengan umatNya, dalam Perjanjian Lama, begitu jugalah sebuah panggilan dari Allah akan dipahami dan diekspresikan dalam cara-cara unik di sepanjang Alkitab.

PANGGILAN ALLAH

Perjanjian Lama menyediakan banyak sekali contoh tentang panggilan Allah. Pada suatu saat, Dia memanggil beberapa orang tanpa sebuah tugas seketika, sementara yang lain, dia dengan jelas memanggil seseorang untuk datang kepadaNya, dengan pelayanan yang spesifik. Sebagai contoh, Dia awalnya memanggil Abram, tanpa sebuah pelayanan spesifik, yang disematkan pada panggilan itu, melainkan hanya panggilan untuk pergi ke mana Ia akan memimpin, dan berjanji akan memberkati dengan luar biasa. Di sisi lain, kita melihat Musa, yang Allah panggil untuk pergi dan memimpin anak-anak Israel untuk keluar dari perbudakan

(42)

Mesir, atau para nabi-nabi dan hakim-hakim, dan raja-raja yang dipanggil dan disisihkan bagi pelayananNya.

Perjanjian Baru juga mencatat contoh-contoh tentang panggilan Allah, terutama panggilan kepada keselamatan dan pelayanan. Panggilan dari Allah dapat berupa panggilan keselamatan, kepada pelayanan misi, atau pelayanan yang spesifik, panggilan kepada kekudusan, panggilan untuk hidup damai dengan semua orang, dan lainnya. Yesus memanggil beberapa dari murid-muridNya hanya dengan berkata, “Mari, ikutlah Aku.” Pada kesempatan lain, Yesus memanggil sejumlah orang, namun panggilan tersebut tidak ditaati. Markus 10:21-22, menceritakan satu dari kesempatan itu, dalam perjumpaan Yesus dengan seorang penguasa yang masih muda dan kaya, yang menolak kesempatan itu karena orang tersebut lebih mengasihi hartanya.

(43)

24 Januari 2021

KASIH YANG KONSISTEN

Senin, 25 Januari 2021

Seorang anak muda kehilangan ayahnya. Mendengar tragedi yang dialami oleh si anak muda ini, gereja lokal dimana dia berjemaat, langsung berbuat segala yang mereka mampu untuk menghibur dan mengasihi dia. Mereka mendoakan dia, mengundang dia untuk makan bersama, mengirim pesan-pesan yang menguatkan, mengajak dia dalam aktivitas bersama jemaat-jemaat lainnya. Setelah beberapa minggu, perhatian dari para anggota gereja mulai menurun. Hanya sedikit orang saja yang terus menanyakan kabar si anak muda ini. Setahun kemudian, di hari peringatan kematian ayahnya, seorang teman dari gereja menghubungi anak muda ini dan berkata, “Saya ingat bahwa ayahmu meninggalkan kita hari ini tepat tahun lalu. Saya tetap teringat kamu dan mendoakan kamu. Saya berdoa saat kamu mengingat ayahmu hari ini, memori ayahmu itu akan menjadi berkat.” Anak muda ini terkejut oleh perhatian yang begitu konsisten. Kasih yang dia terima mengubahkan dia.

Di tengah kegelapan dunia, yang kita paling butuhkan barangkali bukan kasih yang besar,

Bacaan : Yesaya 49:15-16

(44)

namun kasih yang konsisten. Kasih yang bentuknya mungkin sederhana, tapi bukan kasih yang sepele. Kasih yang terus menerus hadir. Kita bersyukur Tuhan selalu mengingat kita. Kita tidak pernah lepas dari perhatianNya. Manusia mudah lupa, tapi Tuhan tidak pernah lupa akan penderitaan kita. Biarlah kasih Tuhan yang konsisten menjadi pegangan dan teladan kita dalam mengasihi sesama kita. (EW)

(45)

24 Januari 2021

REKAN SEPELAYANAN

YANG MENGASIHI ALLAH

DAN JEMAAT

Selasa, 26 Januari 2021

Setiap orang pasti senang mendapat rekan entah rekan bisnis, rekan ngafe, rekan pelayanan, dll, namun kita percaya bahwa tidak semua rekan itu benar-benar rekan. Ada rekan yang memanfaatkan kita untuk mendapatkan keuntungan. Rekan model ini yang Paulus sebutkan di ayat 21 bahwa rekan-rekan pelayanan Paulus “mencari kepentingannya sendiri.” Namun Paulus menyebutkan Timotius sebagai rekan pelayanannya yang unik. Paulus ingin mengirim Timotius untuk mendapat kabar tentang jemaat Filipi (ay. 19). Sosok Timotius dijelaskan Paulus sebagai “sehati dan sepikir” dengan Paulus. Artinya Timotius adalah “orang yang dapat dia andalkan untuk membagikan kepeduliannya sendiri kepada orang-orang Kristen di Filipi” (I-Jin Loh dan Eugene A. Nida, A Handbook on Paul’s Letter to the Philippians, 79). Dengan kata lain, Timotius rekan satu visi dengan Paulus. Karakteristik kedua tentang Timotius dijelaskan Paulus, “begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu.” Timotius begitu mengasihi jemaat Filipi. Karakteristik terakhir Timotius adalah ia mencari kepentingan Kristus (ay.

Bacaan : Filipi 2:19-21

(46)

21).

Di sini, kita belajar tentang pentingnya rekan pelayanan yang mengasihi Allah sekaligus jemaat. Sebagaimana Paulus mengasihi Allah dengan memberitakan Injil kepada semua orang, maka Timotius pun juga melakukan hal yang sama termasuk melayani jemaat Filipi. Sebagaimana Paulus mengasihi dan begitu peduli dengan jemaat-jemaat yang ia kirimi surat, termasuk jemaat-jemaat Filipi, maka Timotius pun juga demikian. Rekan pelayanan sejati tidak seharusnya menggelisahkan kita untuk kita berlomba-lomba melampauinya agar kita tampak lebih baik dari rekan tersebut, tetapi yang mendorong kita untuk makin bertumbuh ke arah Kristus yaitu mengasihi Allah dan jemaat. Rekan pelayanan penting bagi kita yang melayani karena sejujurnya kita yang melayani pasti mengalami kelemahan atau kemunduran rohani. Dengan hadirnya rekan pelayanan, kita yang sempat mengalami kemunduran rohani dapat kembali bangkit untuk hidup bagi Allah.

Di dalam gereja pun, kita juga memiliki rekan pelayanan yang bukan hanya mengasihi Allah dan jemaat, tetapi juga mengasah dan mendorong kita untuk makin giat mengasihi Allah dan jemaat juga. Maukah kita menjadi rekan pelayanan bagi rekan pelayanan kita agar rekan kita juga bertumbuh? Maukah kita juga menjalin relasi dengan rekan pelayanan lagi demi pertumbuhan kita pribadi juga? Amin. Soli Deo Gloria. (DTS)

(47)

24 Januari 2021

HIDUP UNTUK

PERTUMBUHAN BERSAMA

Rabu, 27 Januari 2021

Hidup di zaman super canggih saat ini memberikan kita banyak kemudahan. Hal itu membuat kita bergerak semakin cepat dan produktif. Apa yang dulu sulit dicapai sekarang dapat dicapai hanya sejauh jarak antara ibu jari dan layar handphone. Hal ini juga meningkatkan tingkat konsumtif dan egoisme diri kita. Kita bisa memilih hal-hal apa saja yang memuaskan kita. Seperti contoh kita sekarang bisa memilih nonton film apa yang kita suka dan apabila kita tidak suka kita bisa menggantinya dengan mudah. Apalagi sekarang lebih canggih lagi, dimana handphone kita bisa mempelajari apa yang kita suka, sehingga setiap kali kita membuka media social maka kita langsung disuguhkan dengan apa yang kita suka. Akibatnya ini membuat kita cenderung lebih mengedepankan apa yang kita suka dan menggiring kita kepada egosentris Bagian yang kita baca hari ini merupakan sebuah nasehat dari Paulus kepada jemaat Korintus tentang bagaimana menggunakan karunia rohani. Dalam bagian ini Paulus menjelaskan bahwa segala karunia yang dimiliki oleh jemaat

Bacaan : 1 Korintus 12:7

(48)

Korintus merupaka pemberian dari Allah. Pemberian tersebut bukan digunakan untuk menunjukkan kehebatan diri sendiri. Melainkan karunia itu harus digunakan untuk kepentingan bersama. Sebab karunia tersebut berasal dari Allah dan digunakan untuk saling membangun dan menguatkan sebagai satu tubuh Kristus. Kehidupan super mudah saat ini membuat kita sulit untuk hidup bagi pertumbuhan bersama. Kita lebih sering untuk melihat dan mencari apa yang menjadi kesenangan pribadi. Marilah kita hari ini mengkoreksi diri kita, untuk mencoba kebutuhan melihat orang lain dan berkontribusi dalam pembangunan jemaat. Mencoba untuk saling membangun menggunakan karunia yang telah Allah berikan kepada kita. (EG)

(49)

24 Januari 2021

KUASAI DIRI DAN SABAR

Kamis, 28 Januari 2021

John Calvin adalah salah satu anak muda yang lari dari penganiayaan kepada orang Protestan di Perancis menuju Geneva. Calvin sendiri di dalam bukunya mengatakan dia pergi ke Geneva sebab dia tahu di situ dia bisa belajar firman Tuhan dengan baik dan teliti karena banyak tokoh Reformator yang tinggal di Geneva. Ia mau mendapatkan ketenangan dan boleh hidup dengan damai dan belajar firman Tuhan bagi dirinya sendiri supaya hidup rohaninya bisa bertumbuh maju. Itu adalah keinginan John Calvin. Di Geneva, dia bertemu dengan William Farrel yang waktu itu berumur 23 tahun sedang berkhotbah. William Farrel melihat dia dan berkata, keinginanmu itu tidak cukup, saya percaya Tuhan panggil engkau menjadi seorang pengkhotbah. Calvin menolak dan mau pergi sebab dia adalah seorang anak muda yang pemalu adanya. Farrel mengeluarkan kalimat yang akhirnya membuat Calvin tidak jadi pergi, “Kalau kamu pergi, terkutuklah engkau! Tuhan panggil engkau untuk menjadi pengkhotbah. Engkau tidak boleh hanya belajar demi untuk dirimu sendiri.” Panggilan Tuhan akhirnya membuat Calvin yang pemalu dan tidak fasih lidah akhirnya takluk dan taat. Sejak itu kita tahu Calvin mewariskan begitu banyak commentary. Ada kemiripan karakter

Bacaan : 2 Timotius 4:5

(50)

Calvin dan Timotius. Timotius sendiri adalah seorang yang pemalu dan tidak berani.

Karena panggilan Tuhan dan pembentukan Tuhan melalui Paulus, Timotius diubahkan. Dalam ayat 1-4 Paulus menubuatkan akan datangnya kemerosotan rohani di mana orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat tetapi menyukai ajaran yang memuaskan keinginan telinga mereka saja dengan dongeng, itu sebabnya ia memberikan perintah kepada Timotius sebagai seorang hamba Tuhan untuk memberitakan Injil, nyatakan apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah mereka dengan segala kesabaran.

Paulus juga mendorong Timotius untuk memiliki karakter penting yang karena itulah yang akan mendukung dia dalam mengerjakan pelayanannya. Karakter yang dimaksud dengan gamblang disampaikan Paulus di ayat 5a “kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita”. Karakter pertama adalah Kuasailah dirimu artinya milikilah pikiran yang terkontrol. Hati dan perasaan kita mudah diombang ambingkan situasi. Namun pikiran yang dikontrol firman Tuhan akan memampukan kita untuk menghadapi situasi yang ada dengan bijak. Karakter kedua adalah sabar, tahan menderita. Dua karakter inilah yang akan menolong Timotius juga kita dapat tetap pelayani dengan setia di tengah-tengah kondisi yang sulit sekalipun. (NL)

(51)

24 Januari 2021

TIGA MACAM ORANG

DALAM BERBAGI

Jumat, 29 Januari 2021

Ada tiga jenis orang dalam memberi. Pertama, seperti batu api. Mengapa demikian? Batu api baru bisa mengeluarkan api jika dibentur-benturkan dengan keras. Ini menunjukan orang yang mau memberi tetapi terlebih dahulu harus dipaksa-paksa sedemikian rupa atau dengan upaya keras untuk diminta-minta. Ini adalah orang yang sangat sulit untuk bermurah hati. Kedua, seperti spons. Mengapa demikian? Spons adalah benda yang mampu dengan mudah menyerap air masuk dalam rongga-ronngga yang ada dan cara untuk mengeluarkan air itu kembali adalah dengan memeras spons itu. Ini adalah gambaran orang yang baru mau memberi kalau dia telah merasa telah menerima banyak berkat. Dalam kondisi kekurangan dia akan semakin sulit untuk berbagi.

Ketiga, seperti mata air. Mengapa demikian? Mata air akan mengeluarkan air terus menerus tanpa henti dan tidak dipengaruhi kondisi. Ini menggambarkan orang yang senantiasa memiliki dorongan kuat dalam dirinya untuk

Bacaan : Matius 6:3

(52)

berbagi dalam kondisi apapun. Banyak berkat atau sedikit berkat, hatinya penuh dengan kerelaan berbagi.

Sejauh kita sudah menikmati berbagai berkat Tuhan baik jasmani maupun rohani sedangkan di sekitar kita masih banyak orang hidup berkekurangan. Kasih harus diaplikasikan dalam sebuah tindakan konkrit yang tulus. Alkitab mengatakan bahwa: “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.” (Mat. 6:3). Memberi harus dengan hati. Memberi harus didasari rasa ucapan syukur karena Tuhan terlebih dahulu memberkati kita baik jasmani maupun rohani. Apakah kita memiliki hati seperti mata air untuk senantiasa berbagi dengan saudara kita yang membutuhkan? Seperti apakah kita dalam berbagi? Batu api, spons atau mata air. Jangan takut miskin untuk berbagi. (YDI)

(53)

24 Januari 2021

MENDUKUNG

PELAYANAN YESUS

Sabtu, 30 Januari 2021

Hari ini kita diingatkan dan akan belajar tentang aspek yang jarang dicatat dari pelayanan Yesus: beberapa wanita membantu dan mendukung pelayanan yang dikerjakan Yesus dan kedua belas murid dengan cara mereka sendiri. Para wanita tersebut membantu dengan uang sendiri, mereka membantu mengurus makanan, mungkin juga pakain, tempat, dan hal-hal yang tak terduga lainnya.

Yesus memiliki latar belakang tukang kayu, dan beberapa dari kedua belas murid adalah penjala ikan. Tetapi mereka meninggalkan pekerjaan mereka ketika mereka memulai pelayanan keliling bersama Yesus. Yesus pernah berkata, “Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” (Matius 8:20). Dia tidak memiliki tempat tetap atau rumah yang nyaman. Dia dan kedua belas muridnya membutuhkan kemurahan hati orang-orang seperti Maria Magdalena, Yohana, dan Susana.

Bacaan : Lukas 8: 1-3

(54)

Ini bukanlah pola pelayanan yang sama sekali baru. Bertahun-tahun sebelumnya, seorang janda di Sarfat menyediakan kamar atas bagi Nabi Elia di rumahnya dan makanan untuk dimakan setiap hari (1 Raja-raja 17) — dan Tuhan memenuhi semua kebutuhannya. Demikian pula, seorang wanita kaya di Syunem dan suaminya menyediakan kamar untuk Elisa di atap rumah mereka, dan mereka meletakkan tempat tidur, meja, dan kursi di dalamnya sehingga dia memiliki tempat untuk tinggal ketika dia di daerah itu (2 Raja-raja 4). Semua hal baik yang kita miliki adalah pemberian dari Tuhan (Yakobus 1:17). Apa yang dapat kita bagikan untuk membantu dalam pelayanan kerajaan Allah? Kiranya Tuhan memimpin kita untuk mengetahui panggilan pelayan yang Tuhan percayakan kepada kita.

(55)

24 Januari 2021

Agenda Minggu Ini

P E N G U M U M A N

Hari/Tgl Pukul Keterangan

Senin 25 Jan ‘21

05.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM 23.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM Selasa

26 Jan ‘21 HUT: Anak Joanna JaniceWeilin Tama Wijaya Rabu

27 Jan ‘21

18.30 Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Ev. Heri Kristanto (DILIBURKAN) 19.00 Latihan Musik KU 3

Kamis 28 Jan ‘21

18.30

Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Pdt. Yohanes Dodik Iswanto (DILIBURKAN)

19.00 Latihan Musik KU 1 dan KU 2 HUT: Bp. Rudy Hartanto Jum’at

(56)

Sabtu 30 Jan‘ 21

06.30 Doa Pemuridan (DOA DIRUMAH) 18.00 Persekutuan Pemuda REC Kutisari(IBADAH DIRUMAH) 18.00 Persekutuan Pemuda REC MERR(IBADAH DIRUMAH) 22.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Mercury, 96 FM HUT: Sdr. Repto Srisroyo HUT: Sdri. Vania Tri Cahyani Minggu

(57)

IB ADAH MINGGU 24 JANUARI 2021 ou tube Ibadah Pengkho t-bah Te m a KU 1 08.00 WIB http s:// you tu.be/rj4P mDP pGzI KU 2 10.00 WIB http s:// you tu.be/3i4hGo tlUbA KU 3 17.00 WIB http s:// you tu.be/l5 YyTt_m to0 Pdt. Yakub T ri Handok o Ekspo sisi Filipi 2:19-24 IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S COMMUNITY pk. 08.00 | 10.00 | 17.00 IB ADAH MINGGU 31 JANUARI 2021 Pe ngkho t-bah Te m a Pdt. Yakub T ri Handok o Ka sih Me ngg enapi Hukum T aur a t (R o ma 13:8-10) IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S

COMMUNITY

(58)

PANDUAN IBADAH BERSAMA KELUARGA Reformed Exodus Community (REC),

24 Januari 2021

(Bila ingin mengadakan ibadah langsung, bukan lewat live streaming)

1. 15 menit sebelum ibadah, kepala keluarga (pemimpin ibadah) mengajak semua ang-gota keluarga untuk bersiap-siap. Tampilkan teks Filipi 2:19-24 di TV (atau dicetak/lewat HP saja) sambil memutar lagu Jesus Paid It All - Kim Walker-Smith (https://youtu.be/ Ymkl0t0FOcw)

2. 5 menit sebelum ibadah, pemimpin ibadah mengajak yang lain untuk mengambil saat teduh

3. Ibadah dimulai. Pemimpin ibadah men-gajak semua anggota keluarga berdiri. langsung diikuti dengan votum

“Ibadah ini kita mulai dengan keyakinan bah-wa satu-satunya jalan menuju takhta karunia Bapa sudah dibuka yaitu melalui pengurba-nan Yesus Kristus yang sempurna di atas kayu salib dan yang telah diterapkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Turunlah atas kita semua rahmat, berkat, dan anugerah dari Allah Tritunggal dalam ibadah ini. Amin.”

(59)

24 Januari 2021

PA N D U A N I B A D A H

Jemaat dipersilakan duduk. KUASA DARAH (JPCC)

(https://youtu.be/cEzpt0j-wVU ) Verse 1:

Tuhan, kasih-Mu yang sempurna Kau berikan hidup-Mu

Mengantikanku Menanggung dosaku Verse 2:

Tuhan, Kau mampu menghapuskan Segala kesalahan

Dengan darah-Mu Yang kudus mulia Chorus:

Kuat kuasa darah-Mu Membasuh seg’nap hatiku Engkau menghidupkan aku Sungguh mulia kuasa darah-Mu Pengakuan Dosa Pribadi – Duduk Yakobus 4:8

Mendekatlah kepada Allah dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tangan-mu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!

(60)

OLEH KUASA DARAH-MU (Nikita) (https://youtu.be/qBbA9sd2bHE) Chorus:

Oleh kuasa darah-Mu Kau t’lah tebus dosaku Kekudusan-Mu melingkupiku Kasih-Mu mengalir

Memulihkan hidupku

Sungguh besar anug’ra-Mu Kau s’lamatkan hidupku

‘Ku menjadi ciptaan yang baru Oleh kuasa darah-Mu

Doa Pengakuan dosa dan Pembukaan 4. Pengakuan Iman Rasuli

(jemaat dipersilahkan berdiri) Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.

Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita.

Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.

Yang menderita sengsara di bawah pe-merintahan Pontius Pilatus,

disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga bangkit pula

(61)

24 Januari 2021

PA N D U A N I B A D A H

dari antara orang mati.

Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa.

Dan dari sana Ia akan datang

untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Ku-dus, Gereja yang kudus dan am, perseku-tuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan tubuh, dan hidup yang kekal. Amin.

(Jemaat dipersilakan duduk) 5. Petunjuk hidup baru

Yesaya 44:22 “Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diter-bangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!”

Nyanyian jemaat

FOREVER YOURS (Sydney Mohede) (https://youtu.be/G-z_9fAodvY) Verse 1:

We will sing unto God with joyful voice (Kami ‘kan bernyanyi untuk Tuhandengan sukacita) Every heart in our house sings and adore (Setiap hati bernyanyi dan memuji)

(62)

songs

(Kami ‘kan berdiri di gerbang-Mu dengan nyanyian syukur)

You are good and Your faithfulness is sure (Engkau baik dan kesetiaan-Mu pasti)

Chorus:

Enter Your gates with praise Let all the nations sing (Masuk gerbang-Mu dengan pujian Biar semua bangsa bernyanyi) Great is our God

Your Name it shall endure (Agunglah Tuhan kita

Nama-Mu untuk selama-lamanya) We are forever Yours

We fill Your courts with praise (Selamanya kami milik-Mu

Kami memenuhi pelataran-Mu dengan pujian) Great is our God

Your Love it shall endure (Agunglah Tuhan kita

Kasih-Mu untuk selama-lamanya) Verse 2:

Nations rise and attend before His throne (Bangsa-bangsa bangkit dan datang

di hadapan takhta-Nya)

Sovereign Christ is our Lord and God alone (Kristus yang berdaulat adalah Tuhan

dan satu-satunya Tuhan kita)

(63)

24 Januari 2021

PA N D U A N I B A D A H

songs

(Kami ‘kan berdiri di gerbang-Mu dengan nyanyian syukur)

In Your grace our Lord Jesus we’re secure (Kami aman di dalam kasih karunia Tuhan Yesus Kristus) 6. Pujian Firman:

MENGENALMU (Sydney Mohede) (https://youtu.be/k1GSBhVWZdY ) Verse:

Bila kubuka mataku dan lihat wajah-Mu Kuterkagum

Bila kulihat hidupku dan karya tangan-Mu Kutersanjung

Pre Chorus:

Karena semua yang baik dalam hidupku Itulah karya-Mu

Kau beri kesempatan yang baru Chorus:

Dan ku ingin mengenal-Mu Tuhan Lebih dalam dari semua yang kukenal Tiada kasih yang melebihi-Mu

(64)

7. Khotbah

Lampiran halaman 03.

8. Persembahan.

No. Rekening BCA REC

---REC Pusat: 0882-8257-77 REC Nginden: 0882-8888-50 REC Merr: 0882-8888-09 REC Batam: 0887-8888-29 REC Kutisari: 0887-8888-61 REC Darmo: 0889-8888-75 Diakonia REC: 0889-8888-16 Misi REC: 0887-8888-96

*Semua Rekening Lokal REC atas nama: GKRI Exodus

STANDING ON THE PROMISES (https://youtu.be/jWZxL-2_Ydk) Verse:

Standing on the promises of Christ my King Through eternal ages let his praises ring Glory in the highest, I will shout and sing Standing on the promises of God

CHORUS :

Standing, standing

Standing on the promises of God my Savior Standing, standing

(65)

24 Januari 2021 PA N D U A N I B A D A H 10. Doa syafaat Lampiran halaman 12 11. Pengumuman 12. Doxology

Puji Allah Bapa Putera Puji Allah Rohul Kudus Ketiganya Yang Esa

(66)
(67)

24 Januari 2021

Referensi

Dokumen terkait