LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR PARU
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR PARU
II..
K
KO
ON
NS
SE
EP
P D
DA
AS
SA
AR
R
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma,
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma,
hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Karena pert
Karena pertimbang
imbangan klinis maka yang
an klinis maka yang dibahas adal
dibahas adalah kanker paru atau karsinom
ah kanker paru atau karsinomaa
bronkogenik.
bronkogenik.
II..
P
Peen
ng
geerrttiiaan
n
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru
primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June
primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June
Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari
Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari
sel anaplastik dalam paru.
IIV
V..
P
Paatth
hw
waay
y
-Asap rokok
-Asap rokok
-Polusi Udara
-Polusi Udara
-Pemajanan Okupasi
-Pemajanan Okupasi
Iritasi mukosa Bronkus
Iritasi mukosa Bronkus
Peradangan Kronik
Peradangan Kronik
Pembelahan sel yang tidak terkendali
Pembelahan sel yang tidak terkendali
Karsinoma paru
Karsinoma paru
VI.
Klasifikasi/Pentahapan Klinik (Clinical staging)
Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.
1. T : T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun
berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.
T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat
karina dan atau disetai efusi pleura.
2. N : N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KANKER PARU
I.
Pengkajian
a.
Riwayat
:
Perokok berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan karsinogen, penyakit paru
kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan
fibrosis pada jaringan paru.
b.
Pemeriksaan fisik pada pernapasan
Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea, hemoptisis karena erosi kapiler
di jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak sedap akibat akumulasi sel yang
nekrosis di daerah obstruksi akibat tumor, infeksi saluran pernapasan berulang, nyeri
dada karena penekanan saraf pleural oleh tumor, efusi pleura bila tumor mengganggu
dinding par, disfagia, edema daerah muka, leher dan lengan.
III.
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan P e r e n c a n a a n
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional 1. Tidak efektif bersihan
jalan napas berhubungan dengan
obstruksi bronkial sekunder karena invasi tumor.
Bersihan jalan napas akan paten dengan kriteria batuk hilang, suara napas bersih, x –ray bersih.
1. Auskultasi paru akan ronkii, rales atau mengi.
2. Monotr ABGs
3. Monitor hasil sputum sitologi
4. Beri posisi optimal kepala tempat tidru ditinggikan.
5. Atur humifier oksigen
6. bantu pasien dengan ambulasi atau ubah posisi
7. anjurkan intake 1,5 – 2 L/hari kecuali kontraindikasi
8. Bantu pasien yang batuk
Lihat adekuatnya pertukaran gas dan luasnya obstruksi jalan napas karena skeret.
Melihat keseimbangan asam dan basa dan kebutuhan untuk terapi oksigen
Melihat adanya sel kanker
Sekret bergerak sesuai gravitasi sesuai perubaha posisi. Meninggikan kepala
tempat tidur memungkinkan diafragma untuk brkontraksi
Mensuplay oksigen dan mengurangi kerja pernapasan
Sekret bergerak sesuai perubahan tubuh terhadap gravitasi
Mengencerkan sekret
Batuk mengeluarkan sekret yang menunmpuk
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru.
Mendemonstrasikan bebas nyeri dengan kriteria ekspresi wajah rileks, pengembangan paru optimal, menyatakan nyeri hilang
1. Beri analgesik dan evaluasi keefektifannya
2. Untuk meminimalkan nyeri dada pleural :
Rasa nyaman merupakan prioritas dalam pemberian perawatan pasien demgam
tumor. Kontrol rasa nyeri butuh narkotik dosis tinggi.
anjurkan untuk menahan dada dengan kedua tangan atau dengan bantal saat batuk, dorong pasien untuk berhenti
merokok, dan berikan pelembab udara sesuai order dan obat antitusif
3. Untuk meminimalkan nyeri tulang : mmembalik hati - hati dan berikan dukungan, hindari menarik ekstremitas, berikan matras yang lembut, ubah posisi
tiap 2 jam.
Napas dalam dan batuk kuat meregangkan membran pleura dan menimbulkan nyeri dada pleuritik. Nikotin dari tembakau bisa menyebabkan konstriksi bronkial dan menuruhkan gerakan silia yang melapisi saluran pernapasan. Anti batuk menekan pusat batuk di otak
Metastase ke tulang menyebabkan nyeri hebat. Pada banyak pasien bahkan sentuhan ringan dapat menimbjlkan rasa
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan dan dyspnea
Status nutrisi ditingkatkan dengan kriteria BB bertambah, makan sesuai diet seimbanmg, albumin, limfosit normal, lingkar lengan normal
1. Kaji diet harian dan kebutuhannya 2. Timbang BB tiap minggu 3. Kaji faktor psikologi
4. Moniitor albumin dan limfosit
5. Beri oksigen selama makan sesuai keperluan
6. Anjurkan oral care sebelum makan
7. Atur anti emetik sebelum makan 8. Berikan diet TKTP
9. Atur pemberian vitamin sesuai order
Bantu menentukan diet individu Sesuai penngkatan nutrisi.
Mengidentifikasi efek psikologis yang mempengaruhi menurunnya makan dan minum
Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun
Mengurangi dyspnea denan mengurangi kerja paru
Menghilangkan rasa sputum yang bisa mengurangi napsu makan pasien
Mengurangi mual yang bisa mempengaruhi napsu makan
Mendukung sistem imun
4. Aktivitas intolerans berhubungan dengan
kelemahan secara umum.
Pasien mampu melakukan akvitas tanpa keleahan atau dyspnea dengan kriteria hasil mampu melakukan aktivitas hariannya.
1. Observasi respon terhadap aktivitas 2. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
intolerans seperti stres, efek samping obat 3. rencanakan periode istirahat di antara
waktu bekerja
4. anjurkan untuk lakukan aktivitas sesuai kemampuan pasien
5. berikan program latihan aktivitas sesuai toleransi
6. Rencanakan bersama keluarga mengurangi energi yang berlebihan saat melakukan aktivitas harian
Melihat kemapuan beraktivitas
Intevensi dilaksanakan sesuai faktor yang mempengaruhi
Mengurangi kelelahan melalui isitirahat yang cukup
Menemukan pasien kebutuhannya ttanpa menyebabkan kelelahan
Meningkatkan independensi pasien sendiri Identifikasi menyimpan energi .
DAFTAR PUSTAKA
Phipps, Wilma. et al, (1991),
Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice,
4
thedition, Mosby Year Book, Toronto
Smeltzer, Suzanne C. 2002
. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2
.
Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000),
Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
edisi 3, alih bahasa : I
Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Engram, Barbara, (1999),
Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,
alih bahasa
Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN TN. MOCH. ZEN DENGAN TUMOR PARU
DI RUANG PARU LAKI RSDS SURABAYA
TANGGAL 12 – 16 NOPEMBER 2001
II. PENGKAJIAN
I.
Biodata
A. Identitas pasien
Tgl. MRS : 12 – 11 – 2001
No. Register : 10103611
A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
Pasien tidak pernah menderita penyakit apapun. Pasien merupakan penggemar dalam
hal merokok, sehari bisa 2-3 bungkus. Hal ini dijalani selama 30 tahun. Pasien tidak
pernah dirawat di rumah sakit dan sekarang ini merupakan hal yang bagi pasien.
Tidak ada alergi makanan ataupun obat.
B. Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien mengatakan bahwa sejak 1 dada kanan atas terasa sakit sekali.
Kadang-kadang batuk Berusaha minum jamu tetapi tidak membantu. Membeli obat (pasien
lupa nama) kurangi nyeri tetapi bersifat sementara saja. Karena nyeri tidak bisa
ditahan lagi akhirnya oleh keluarga dianjurkan untuk dibawa ke IRD dan oleh dokter
dianjurkan untuk opname.
C. Riwayat kesehatan keluarga :
Kakek, nenek, saudara kandung pasien tidak ada yang sakit.
Genogram :
2. Minum
napsu makan menurun sejak
1
bulan
yang
lalu.
Mengatakan berat badannya
turun.
Pasien minum air putih 6 – 8
gelas/hari kadang - kadang
minum jamu
menghabiskan
porsi
yang
disiapkan.
Pasien suka minum susu yang
disiapkan oleh rumah sakit.
B.
Eliminasi
1. BAB
2. BAK
3
Keringat
1 kali sehari, tidak konstipasi,
warna dan jumlah normal
serta tidak ada kelainan dan
bau
BAK 2 kali/hari, tidak ada
kelainan
Berkeringat terutama pada
Sejak masuk BAB normal dan
tidak ada kelainan.
BAK 2 kali perhari, jumlah tidak
tentu, warna kuning dan tidak
ada kelainan
Pasien mengatakan belum mengetahui proses penyakit yang diderita sekarang ini.
Sebab dokter mengatakan pengobatan sekarang ini adalah untuk mengurangi nyeri.
2. Konsep diri :
Pasien mengatakan sebagai kepala keluarga perannya terganggu.
3. Keadaan emosi :
Pasien nampak pasrah saja terhadap apa yang dialaminya, mengatakan apa saja yang
dilakukan terhadapnya akan diterima dengan senang hati.
4. Kemampuan adaptasi :
Pasien mampu beradaptasi terhadap apa yang dialaminya sekarang.
5. Mekanisme pertahanan diri :
Pasien pasrah pada keadaannya, dan berdoa.
B. Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan keluarga lain harmonis, dimana anak-anaknya
scara bergantian menunggu dan membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
5. Telinga (pendengaran).
Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal : simetris kiri dan kanan, fungsi
pendengaran baik, tidak ada serumen dan cairan, serta alat bantu tidak ada.
6. Mulut dan gigi.
Bentuk bibir normal, bau mulut tidak holitosis. Tidak ada perdarahan dan peradangan
pada mulut. Jumlah gigi seri atas tanggal dua, ada karang/caries, tepi lidah tidak
hiperemik, tidak ada benda asing atau gigi palsu. Sedangkan fungsi pengecapan baik,
bentuk dan ukuran tonsil normal serta tidak ada peradangan pada faring.
7. Leher
Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran, leher membesar, tidak ada kaku
kuduk.
8. Thoraks (fungsi pernapasan)
Inspeksi : asimetris dimana dada kanan tertinggal, pengembangan dada kurang
optimal. Palpasi : hangat, ada vokal fremitus ekspirasi maksimal. Perkusi : ada bunyi
ANALISA DATA
Data
Etiologi
Masalah
Subyektif :
Pasien mengatakan belum mengerti proses
penyakitnya,
menanyakan
penyebab
sakitnya.
Obyektif :
Pendidikan SD, belum pernah mendengar
penyakit tumor paru, tidak bisa menjawab
saat ditanyakan mengenai proses dan
penyebab penyakit serta pengobatan yang
akan dijalani.
Kurang terpapar
terhadap informasi
Kurang
pengetahuan
Subyektif :
Mengatakan sebelum MRS napsu makan
menurun, mengatakan baju dam celana
III. RENCANA PERAWATAN
No
Diagnosa keperawatan P e r e n c a n a a n
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf
oleh tumor paru.
Setelah diberikan tindakan k ep er aw at an , p asi en menunjukkan
/demonstrasikan bebas nyeri dengan kriteria ekspresi wajah rileks, pe ng em ba ng an p ar u
optimal, menyatakan nyeri hilang (skala 1 atau 0)
1. Tanyakan pasien tentang nyeri dan tentukan karakteristiknya.
2. Kaji pengetahuan verbal dan non verbal
3. Dorong penggunaan teknik relaksasi 4. Beri analgesik dan evaluasi keefektifannya
5 . U nt uk me mi ni ma lk an n ye ri d ad a p l eu ra l : anjurkan untuk menahan dada dengan kedua tangan atau dengan bantal saat batuk, dorong pasien untuk berhenti merokok.
Evaluasi gejala nyeri karena kanker
Ketidaksesuaian antara pernunjuk verbal-non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, keefektifan intervensi.
Mengurangi nyeri
Rasa nyaman merupakan prioritas dalam pemberian perawatan pasien demgam tumor. Kontrol rasa nyeri butuh narkotik dosis tinggi. Napas dalam dan batuk kuat meregangkan
membran pleura dan menimbulkan nyeri dada pleuritik. Nikotin dari tembakau bisa
menyebabkan konstriksi bronkial dan menuruhkan gerakan silia yang melapisi saluran pernapasan. Anti batuk menekan pusat batuk di
otak .
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan dan dyspnea
Setelah 1 minggu perawatan status nutrisi
d it in gk at ka n d en ga n kriteria BB bertambah 1-2 Kg, makan sesuai diet
1 . Ka ji di et ha ri an da n k eb ut uh an ny a 2. Timbang BB tiap 3 hari
3. Kaji faktor psikologi
Bantu menentukan diet individu Sesuai penngkatan nutrisi.
Mengidentifikasi efek psikologis yang mempengaruhi menurunnya makan dan minum Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun
seimbanmg, menghabiskan porsi yang disiapkan
4 . M on ii to r a lb umi n d an l im fo si t
5. Beri oksigen selama makan sesuai keperluan 6 . An ju rk an or al ca re se be lu m ma ka n
7 . At ur a nt i e me ti k s eb el um m ak an
8. Berikan diet TKTP
9. Atur pemberian vitamin sesuai order
Mengurangi dyspnea denan mengurangi kerja paru
Menghilangkan rasa sputum yang bisa mengurangi napsu makan pasien
Mengurangi mual yang bisa mempengaruhi napsu makan
Mendukung sistem imun
Sebagai diet suplemen atau tambahan
Kurang pengetahuan tentang proses pen yakit , dan peny ebabnya berhubungan dengan kurang terpapar
akan informasi
Setelah 3 kali pertemuan pengetahun akan meningkat dengan kriteria m am pu me nj el as ka n penyebab, proses penyakit
dan penanganannya.
1. Jelaskan tentang penyebab tumor paru dihubungkan dengan riwayat hidup pasien.
2. Jelaska n kepada pasie n proses p enyaki t tumor paru
3. Jelaskan kepada pasien tentang pengobatan tumor paru.
4 . Ev al ua si t in gk at p en ge ta hu an p as ie n d an keluarga
Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien
Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien Evaluasi efektifnya pendidikan kesehatan
IV. PELAKSANAAN DAN EVALUASI Dx.
kep Hari/tgl Implementasi Evaluasi
1
Selasa, 13–11 – 2001
15.00
19.00
1. Memberi codein 1 tablet peroral
2. Meganjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi : tarik napas dalam dan memeluk bantal.
1. Memberi minum codein 1 tablet
2. Menganjurkan pasien untuk melakukan posisi yang dikehendakinya untuk kenyamanannya.
Jam 20.30
S : pasien mengatakan nyeri berkurang, skala 2
O : rileks, menghabiskan ¾ prosi yang disiapkan, minum tablet vitamin
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi dipertahankan
2. 10.00 1. Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas 2. Menanyakan siapa saja yang merawat/menemani pasie selama MRS
3. Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain
4. Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan pasien
5. Memberitahukan kepada pasien bila diagnosis pasti sudah ditegakkan
Jam 13.30
S : pasien dan keluarga mengatakan dokter belum mengatakan diagnosa pasti, menanyakan apa yang harus dilakukan.
O : napsu makan menurun, kontak mata kurang, mengekspresikan perasaannya, kadang menarik diri
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi dipertahankan, kecuali tindakan nomor 2
Rabu, 07– 11 – 2001
08. 00 1. Menganjurkan untuk oral hygiene sebelum makan seperti
Jam 13.30
1 kumur – kumur dan sikat gigi
2. Membantu menyiapkan makanan tinggi kalori dan tinggi protein kepada pasien
3. Memberi minum Roborantia 1 tablet. 4. Menganjurkan untuk duduk setelah makan
5. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering seperti roti atau biskuit
6. Menimbang berat badan pasien
bisa menghabiskan porsi yang disiapkan dari rumah sakit. O : Hb 9 g/dl, konjungtiva anemis, pucat, lemak subkutis berkurang,
BB 42 Kg, nampak lemah, A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi dipertahankan
2 10.00 1. Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas 2. Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain
3. Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan pasien
4. Memberitahukan kepada pasien bila diagnosis pasti sudah ditegakkan
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan meningkat, mengatakan memahami keadaan penyakitnya yang membutuhkan waktu untuk menegakkan diagnosis pasti.
O : istirahat cukup, menerima keadaannya, lebih banyak berdiam diri A : masalah belum teratasi
P : tindakan keperawatan dipertahankan sampai diagnosis ditegakkan
1
Jumat, 08 – 11 – 2001
08.00 1. Mengingatkan pasien untuk oral hygiene sebelum makan seperti kumur – kumur dan sikat gigi
2. Membantu menyiapkan makanan tinggi kalori dan tinggi protein kepada pasien
3. Memberi minum Roborantia 1 tablet.
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan mulai meningkat, mengatakan bisa menghabiskan porsi yang disiapkan dari rumah sakit, tidak
merasa cepat penuh.
O : konjungtiva anemis, pucat, lemak subkutis berkurang, nampak masih lemah, jalan pelan - pelan
4. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering seperti roti atau biskuit
A : masalah belum teratasi
P : rencana intervensi dipertahankan
2 11.00 1. Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas 2. Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain
3. Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan pasien
4. Memberitahukan kepada pasien tentang diagnosis pasti berdasarkan hasil biopsi PA
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan meningkat, mengatakan memahami keadaan penyakitnya, mengatakan sudah mendengarkan dari dokter sakit yang sedang dideritanya.
O : tenang, rileks, menerima keadaannya, bercerita dengan pasien di samping tempat tidurnya.
A : masalah teratasi
P : tindakan keperawatan dihentikan
1
Sabtu, 10 -11 – 2001
08. 30 1. Menganjurkan untuk oral hygiene sebelum makan seperti kumur – kumur dan sikat gigi
2. Membantu menyiapkan makanan tinggi kalori dan tinggi protein kepada pasien
3. Memberi minum Roborantia 1 tablet.
4. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering seperti roti atau biskuit
5. Menimbang berat badan
Jam 13.30
S : pasien mengatakan napsu makan mulai meningkat, mengatakan bisa menghabiskan porsi yang disiapkan dari rumah sakit. O : Hb 9 g/dl, konjungtiva anemis, pucat, lemak subkutis berkurang,
BB 42 Kg
A : masalah belum teratasi
1. PELAKSANAAN DAN EVALUASI