• Tidak ada hasil yang ditemukan

Key words: severe malnutrition, stunting, linear gmwth, adolesence, puberty PENDAHULUAN. ~rnelia', Sri ~uljati' dan Dyah Santi Puspitasari' ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Key words: severe malnutrition, stunting, linear gmwth, adolesence, puberty PENDAHULUAN. ~rnelia', Sri ~uljati' dan Dyah Santi Puspitasari' ABSTRACT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PGM 2010.33(1): 72-82 Pencapaianpedumbuhan linear dan status pubertas remaja Amelia. dkk

PENCAPAIAN PERTUMBUHAN LINEAR DAN STATUS PUBERTAS REMAJA DENGAN RIWAYAT GlZl BURUK PADA USlA DIN1

(LINEAR G R O W H ACHIEVEMENT AND PUBERTY STATUS OF

ADOLESCENCE WHO SUFFERED FROM SEVERE MALNUTRITION AT EARLY AGE)

~rnelia', Sri ~ u l j a t i ' dan Dyah Santi Puspitasari' ABSTRACT

Background: The second growth spurt of human life cycle occured during adolescence. Among malnourished children, growth spurt on linear growth could be happened if supported by a better environment and prolong of physical growth. While the failure of catch up on linear growth due to continued residence in the same environment as they malnourished. Almost all of those who diagnosed as severely malnourished were categorized as stunted too. Objectives: The aimed of the study is to analyze linear growth attaintment as well as the puberty status among adolescence who suffered from severe malnutrition at early age. Methods: A cross sectional design was implemented in the study. Subjects were adolescence aged 10 - 17 years who ever admitted to Nutrition Clinic at Center of Food and Nutrition Research and Development Bogor at the age of under-three years. Data collected including weight and height, health and puberty status as well as socioeconomic data. As the comparison, match for sex and age, healthy and wellnourished teenage were also recruted from the same home residence. The data were analyzed to determine linear growth attaintment of the subjects, and paired samples test were calculated using SPSS. Results: Catch up growth occurred among 32.3% of teenage boy and 23.4% of teenage girls. Mean Height for Age z-scor among the subjects is -2.32

*

0.8 compared to -1.18 i 0.59 among comparison group. There was a significant difference on height for age z-score among subjects at adolesence compared to at under-three of aged at all age group. No difference on linear growth attaintment at adolesence based on degree of severity of stunting at the age of under-three. There was also no difference on mother's height among teenage based on height for age category (p>0.05). Age of menarche among teenage girl subjects was 13.03

2

1.25 years while in comparison girls was 12.55

+

1.10 years (p>0.05). For teenage boy. 'wet- dream' occurred at 14.02

+

1.19 years as compared to 13.63

+

1.77 years for the comparison group. Conclusions: Catch up on linear growth only determined among some of the subjects. No difference on linear growth attaintment at adolesence based on degree severity of stunting at the age of under-three. [Penel Gizi Makan 2010, 33(1): 72-82]

Key words: severe malnutrition, stunting, linear gmwth, adolesence, puberty

PENDAHULUAN

S

umber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar

bagi suatu negara dalam

melaksanakan pembangunan dan agar dapat berkompetisi dengan negara-negara lainnya di dunia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). SDM yang berkualitas memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping menguasai IPTEK. Salah satu upaya dalam rangka peningkatan kualitas SDM di Indonesia adalah melalui program perbaikan gizi. Usia balita merupakan usia yang rentan terjadinya berbagai masalah gizi yang berimplikasi terhadap timbulnya 1 Pusliang Gizidan Makanan, Badan L'iang Kesehalan, Kemenkes RI

gangguan pertumbuhan dan

perkembangan. Oleh karena itu kelompok

' ia balita yang merupakan calon generasi

btnerus pelaksana pembangunan

merupakan salah satu prioritas dalam program perbaikan gizi.

Telah diketahui bahwa masalah gizi merupakan masalah yang sangat komplek dimana berbagai faktor ikut berkontribusi terhadap terjadinya masalah gizi. Dalam bagan yang dikembangkan oleh UNICEF, sebagai penyebab langsung adalah rendahnya asypan gizi serta adanya penyakit infeksi.

(2)

PGM 2010,33(1): 72-82 Pencapaian pe#umbuhan linear dan status pubeiias femaja Amelia, dkk

Faktor lain yang ikut berperan adalah

pengasuhan, ketersediaan pangan,

pendidikan dengan faktor ekonomi, sosial dan politik sebagai akar masalah. Oleh karena itu perbaikan gizi harus dilakukan secara menyeluruh agar dapat dicapai hasil yang optima,,

Peningkatan kasus severe

underweight atau gizi buruk sudah terlihat sejak awal krisis ekonomi di lndonesia pada sekitar pertengahan tahun 1998. Prevalensi gizi b u ~ k (BBIU<-3SD) pada tahun 1989 sebesar 6.3% meningkat menjadi 10.5% pada tahun 1998 dan selanjutnya terlihat relatif tetap tinggi yaitu 8.0% pada tahun 2002 dan 8.3% pada tahun 2003.' Menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2003 terdapat sekiiar 1.5 iuta anak gizi buruk di lndonesia.

.

lndeks vana diaunakan oleh

-

" WHO untuk kategori severe malnutrition adalah berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD yang disebut kategori severe wasting atau gizi buruk yang disertai edema pada tipe kwashiorkor. Prevalensi balita kurus sekali, yaitu bila BBiTB <-3 SD, di lndonesia adalah 5,9% dari total 15,6% kategori kurus dan kurus sekali. Proporsi tertinggi adalah pada kelompok umur 12-23 bulan dengan 8.2% untuk kategori kurus

sekali3 Data RISKESDAS 2007

menunjukkan prevalensi balita dengan masalah kurus sebesar 13.6% dimana sebanvak 6.2% termasuk kategori sanaat kurus?

- .

Prevalensi balita pendeWstunted' (Z- score TBIU <-2.0 SD) di Asia Tenaaara pada tahun 1995 3'6,8%, tahun -5000 32,1%.' Di lndonesia prevalensi balita pendek pada tahun 2001 adalah 34,1%.~

Data Riskesdas 2007 menunjukkan

prevalensi balita stunted (pendek) di lndonesia adalah 36.8% sebanyak 18,8% diantaranya termasuk sangat ~ e n d e k . ~ Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengungkapkan dampak kekurangan gizi yang diderita anak pada usia dini terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan otaknya k e m ~ d i a n . ' ~ ~ ~ ~ ~ ' ~

Remaja adalah kelompok usia 10-19 tahun." Pertumbuhan pesat atau growth spurt yang terjadi pada masa remaja merupakan fase terakhir dari 3 fase pertumbuhan

ine ear.'^

Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja biasa digunakan skala Tanner

yang didasarkan pada penilaian

kematangan sexual. lndikator yang lebih

sederhana yang menunjukkan dimulainya masa remaja adalah usia menarche untuk wanita dan perubahan suara serta 'wet dream' pada laki-laki.13

Review studi follow-up yang telah dilakukan terhadap remaja yang termasuk

kategori pendek pada usia dini

menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Tumbuh kejar (catch up growth) dari beberapa penelitian tersebut umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan yang lebih baik dan masa perturnbuhan yang lebih panjang. Sedangkan kegagalan dalam tumbuh kejar disebabkan karena tetap tinggal dilingkungan yang sama dengan lingkungan dimana anak mengalami gangguan pert~mbuhan.'~ Ukuran tubuh

pendek diketahui mempengaruhi

produktifitas kerja, dan bagi wanita merupakan salah satu faktor resiko kehamilan dan persalinan.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, menarik untuk

dipelajari bagaimana pencapaian

pertumbuhan linear serta status pubertas pada remaja dengan riwayat gizi buruk dan pendek pada usia dini melalui studi follow- up. Tujuan penulisan makalah ini adalah

untuk menganalisis pencapaian

pertumbuhan linear dan status pubertas remaja yang menderita gizi buruk dan pendek pada saat berusia di bawah tiga tahun.

METODE

Penelitian ini dilakukan di Bogor Propinsi Jawa Barat dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah remaja usia 10

-

17 tahun, terdiri dari kelompok kasus dan pembanding. Kasus yaitu remaja yang pernah datang mengikuti pemulihan gizi buruk di Klinik Gizi Puslitbang Gizi dan Makanan (KG-P3GM) Bogor dan pada usia <3 tahun. Pembanding adalah remaja yang berpasangan dengan kasus (umur dan jenis kelamin) serta tinggal di lingkungan yang sama dengan kasus.

Kasus adalah total sampel remaja yang berkunjung ke KG-P3GM pada tahun 1987 - 1994 melalui penelusuran data dan rnemenuhi kriteria. Sebanyak 93 anak usia 10 - 17 tahun dapat ditelusuri dan menjadi kasus dalam penelitian dan sebagai pembanding dipilih dua kali jumlah kasus yaitu 186 orang. Kriteria inklusi kasus adalah: 1) menderita gizi buruk sesuai kriteria pasien KG-P3GM berdasarkan indeks BBlU (severe underweight). 2)

(3)

PGM 2010, 33(1): 72-82 Penmpaianpem/rnbuhan finear dan slahrsputerlas remaja Amelia, dkk

kategori pendek pada usia c3.0 tahun. 3) orang tua dan anak bersedia ikut dalam penelitian. Kriteria inklusi pembanding adalah: 1) Tinggi badan normal. 2) sehat bersdasarkan pemeriksaan kesehatan oleh dokter. 3) mempunyai riwayat gizi baik pada usia c 3 tahun berdasarkan KMSIcatatan kesehatan. 4) Orang tua dan anak bersedia ikut dalam penelitian. Kriteria eksklusi sampel adalah menderita kelainan

Status pubertas berdasarkan tanda sederhana pubertas yaitu usia menarche untuk remaja perempuan dan usia mulai mengalami wet dream pada remaja laki-laki ditanyakan melalui wawancara. Data sosial ekonomi keluarga dan keadaan lingkungan rumah dikumpulkan melalui wawancara dengan orang tua serta pengamatan langsung di rumah.

Data berat badan dan paniana badan . kongen~tal atau kela~nan neurologis la~nnya d~konvers~kan kedalam n~lal z-score Var~abel vana dlkUmDulkan me IDU~I menaaunakan sofiware WHO 2005 untuk status gizi (ind&s ~BIU), status kesehatan. anakia~ita dan antro plus 2007 untuk usia status pubertas (usia menarche, usia rernaja. Pengolahan dan analisis data pertama wet dream), faktor genetik dilakukan secara deskriptif, analisis statistik berdasarkan (tinggi badan orang tua). menggunakan program SPSS 17" dengan karakteristik anak dan keluarga serta sosial uji beda paired sample test dan ANOVA. ekonomi keluarga. Kategori status gizi

berdasarkan indeks TBIU adalah: ~endek HASlL DAN BAHASAN bila z-score TBIU c-2.00 dan z-3.00 median

baku WHO; sangat pendek bila z-score TBIU <-3,00 median baku.

Tinggi badan diukur menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,l cm oleh tenaga yang sudah terlatih dengan metoda yang baku. Wawancara dan pengukuran tinggi badan orang tua dilakukan di rumah sarnpel. Status kesehatan ditentukan berdasarkan pemeriksaan klinis oleh dokter, yaitu terdiri dari dokter perempuan untuk subjek perempuan dan dokter laki-laki untuk subjek laki-laki.

Karakteristik sampel

Jumlah kasus yang memenuhi syarat dan dapat ditelusuri kembali dari data pasien KG-P3GM sebanyak 93 orang sehingga jumlah semua sampel penelitian

adalah 279 orang. Jumlah kasus

perempuan dalarn penelitian ini lebih banyak dibandingkan laki-laki, dengan rasio 2 : 1. Fenomena yang hampir sama selalu ditemukan pada pasien gizi buruk yang datang ke Klinik Gizi P3GM, yaitu jumlah

pasien perempuan lebih banyak

(4)

PGM 2010, 33(1): 72-82 Pencapaian petiumbuhan linear dan status p u b e

Tabel 1

Karakteristik Remaja dan Orangtua Kasus dan Pembanding

Variabel Kasus Pembanding

n O/O n Oh Gender : Laki-laki Perempuan Usia awal ke KG-P3GM : 6-11 bulan 12-17 bulan 18-23 bulan 24-29 bulan Usia remaja : c 13 tahun 13-14 tahun 15-17 tahun Jumlah anggota rt : 3-4 org 5-7 org > 7 or4

Data pada Tabel 1 menunjukkan sebanyak 20.4% kasus mengalami masalah gizi buruk severe undenveight dan pendek pada usia yang sangat dini yaitu c l tahun. Hal ini cukup memprihatinkan dan sangat menarik dipelajari faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah gizi pada usia bayi tersebut. Pemberian AS1 dan MP- AS1 yang kurang mencukupi serta pengasuhan anak yang kurang memadai diduga merupakan faktor penyebab selain kemampuan ekonomi yang terbatas. Kondisi lain yang dapat mempengaruhi status gizi anak adalah jumlah anggota rumah tangga. dimana sebagian besar remaja (85%) tinggal dalam rumah dengan jumlah penghuni 2 5 orang.

Remaja pada penelitian ini, sebagian besar adalah pada kelompok usia 15-17 tahun yaitu sebanyak 53,8% pada kelompok kasus dan 51.6% pada pembandung. Perbedaan proporsi pada kedua kelompok ini dapat terjadi meskipun berpasangan dalam umur, karena umur pembanding dapat berbeda maksimal4 bulan dari kasus.

Rerata umur sampel remaja kasus adalah 177.62

2

26.31 bulan sedangkan pada pembanding 177.43

2

25.34 bulan.

Tingkat pendidikan orang tua sampel relatif rendah yaitu sebagian besar hanya berpendidikan formal SD. Proporsi ayah yang berpendidikan SLTA atau lebih tinggi hanya 6,4% pada kasus dan 22,4% pada pembanding. Tingkat penidikan ibu juga rendah. Proporsi ibu dengan pendidikan SD 72,2% pada kasus dan 66.7% pada pembanding sedangkan yang berpendidikan SLTA atau lebih tinggi yaitu 3,3% pada kasus dan 14.5% pada pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh Madanijah menunjukkan terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi dan kesehatan." lbu yang

rnempunyai pengetahuan gizi dan

kesehatan yang baik akan berusaha untuk menyediakan makanan yang bergizi seimbang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga.

Pekerjaan utama kepala keluarga pada kelompok kasus adalah sebagai

(5)

PGM 2010. 33(1): 72-82 Pencapaian pemmbuhan linear dan st7/vs pu- Amelia, dkk

buruh atau sebagai pedagang kecil. Pada kelompok pembanding, proporsi terbesar adalah sebagai sebagi pegawai tetap dan sebagai buruh.

Status gizi

Status gizi kasus pada awal mengikuti pemulihan berdasarkan nilai Z-score indeks BBIU adalah termasuk kategori gizi buruk atau severely undenveight yang merupakan kriteria pasien yang diterima untuk dilayani di PG-P3GM. lndikator BBlU juga

merupakan indeks yang digunakan untuk menentukan status gizi anak khususnya kategori gizi buruk yaitu bila BB anak pada usia tertentu <-3.00 SD median baku yang berlaku. lndikator lain yang digunakan dalam pemilihan kasus adalah pendek berdasarkan indeks TBIU yaitu z-score TBIU <-2.00 median baku. Rerata nilai Z- score kasus pada awal mengikuti pemulihan gizi buruk di KG-P3GM disajikan pada Tabel

1.

Tabel 2

Rerata Nilai 2-score Kasus pada Awal Pemulihan

Uraian Rerata

+

SD Kisaran

Z-scor BBIU -4,422 0,71 -598

-

-3,51

Z-scor TBIU -3,922 0.98 -5.95

-

-2.15

Z-swr BBKB -3.35 + 0.82 -5.75

-

-2.41

Dari Tabel 2 terlihat bahwa selain termasuk gizi buruk berdasarkan indeks BBIU yaitu indeks yang digunakan dalam penerimaan kasus gizi buruk di KG-P3GM, kasus juga termasuk dalam kategori kurus bahkan sebagian termasuk dalam kategori sangat kurus berdasarkan indeks BBTTB. Dengan demikian semua kasus pada usia < 3 tahun sekaligus mengalami masalah gizi akut dan kronis karena juga termasuk pendek yang menyatakan mengalami masalah kurang gizi yang sudah lama atau kronis. Pada analisis berikut, remaja kasus akan dibedakan menurut tingkat keparahan masalah pendek yang diderita sewaktu usia dini untuk mengetahui pencapaian TB pada usia remaja.

Pada usia remaja, rerata z-score TBIU kasus dan pembanding berturut turut adalah

2 3 2

+

0 8 0 dan -1,18 2 0,59. Dibandingkan dengan rerata z-score TBIU pada usia dini, terjadi peningkatan rerata z-score TBIU kasus pada waktu remaja meskipun secara umum terlihat masih jauh di bawah pencapaian TB pembanding. Suplementasi zinc yang dilakukan pada penderiita stunted dapat memperbaiki pertumbuhan anak. Rivera et al mengemukakan, kenaikan panjang badan bayi stunted yang mendapat suplementasi zinc 0,75 cm lebih besar dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan suplemen."

Pada Tabel berikut disajikan proporsi kasus menurut status gizi indeks TBIU yang dibedakan menurut kelompok umur dan jenis kelamin.

(6)

PGM 2010,33(1): 72-82 Pencapaian pertumbuhan linear dan status pubeiias remaja Sngt pdk Pendek Normal L ( 4 3 th) L (13-14)th L >14 t h P (c13 th) P (13- P >14 t h 1 4 ) t h Grafik 1

Proporsi Remaja Kasus menurut Kategori TBlU dan Kelompok Umur

Pada grafik di atas terlihat bahwa proporsi remaja laki-laki yang mencapai kategori normal berdasarkan indeks TB/U lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan. Proporsi remaja laki-laki dengan riwayat severe underweight dan pendek pada usia dini yang dapat mencapai kategori nomlal sebanyak 45,2%, lebih tinggi dibandingkan yang dicapai remaja

perempuan yaitu sebanyak 32,3%.

Sebaliknya proporsi remaja dengan kategori sangat pendek ditemukan lebih banyak pada remaja perempuan dibandingkan remaja laki-laki yaitu 27.4% dan 19.4%.

Usia pubertas pada anak

perempuan biasanya terjadi lebih awal dibandingkan anak laki-laki, dimana pada anak perempuan pada usia 11-12 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia

13-14 tahun. Pada penelitian ini, proporsi

remaja dengan kategori TB normal paling rendah ditemukan pada kelompok umur >14

tahun. Banyak faktor yang bisa

menyebabkan anak tidak dapat mengejar ketertinggalan dalarn pertumbuhan linear pada usia remaja ini yang tidak dapat diperoleh dari penelitian. Hal ini disebabkan karena tidak memiliki data sebelum anak diperiksa kembali dalam penelitian. Faktor ekonomi dan status kesehatan anak juga merupakan faktor yang ikut menentukan seberapa besar perubahan dalam linear growth dapat dicapai anak pada periode growth spurt.

Pada penelitian ini secara umum terlihat perbaikan status gizi kasus berdasarkan pertumbuhan linear yang dicapai pada usia remaja, meskipun pertumbuhan masih belum berakhir. Statistik Z-skor TBlU kasus pada awal mengikuti pemulihan gizi buruk waktu usia batita dan pada follow-up waktu usia remaja disajikan pada Tabel 3 berikut.

Statistik z-skor TBlU Kasus pada Awal Pemulihan dan pada Follow-up Berdasarkan Kelompok Umur

Klp. Umur n Awal Follow-up D

<13 th 24 -3.81

+

1.09 -2.38

+

0.96 0,000

13

-

<15 th 19 -4.07

+

1.05 -2,31 +0,91 0,000

>15 th

- 50 -3,91 + 0.91 -2.35 + 0.68 0,000

Total 93 -3.92

+

0,98 -2.32

+

0.80 0,000

Catatan : Awal = awal mengikuti rehabilitasi gizi buruk di Klinik Gizi P3GM pada usia <3th Follow-up = penelltian pada usia remaja

(7)

PGM 2010,33(1): 72-82 Pencapaian pemmbuhan Itnear dan sfatus puberfas remaja Amelia, dkk

Dari tabel di atas terlihat perubahan signifikan (p=0.000) z-score TBlU remaja

yang mempunyai riwayat severe

underweight dan stunted pada semua kelompok umur. Berdasarkan gender, tidak

terdapat perbedaan pencapaian

pertumbuhan linear remaja kasus laki-laki dengan perempuan dimana rerata z-score TBIU -2,19

+

0.84 dan -2.39 ?: 0.78 masing- masing untuk laki-laki dan perempuan (p=0.265). Pada usia dini rerata z-score remaja kasus laki-iaki lebih rendah secara signifikan dibandingkan remaja perempuan yaitu -4.44

+

0.78 pada laki-laki dan -3,66

+

0,97 pada remaja perempuan (p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian pertumbuhan linear pada remaja kasus laki- laki lebih baik dibandingkan remaja kasus perempuan dengan perubahan rerata z- score yang lebih besar.

Status gizi remaja kasus berdasarkan z-score TBIU selanjutnya dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahan. Dari uji statistik tidak terdapat perbedaan nilai z- score TB/U remaja baik laki-laki maupun perempun berdasarkan pengelompokan keparahan masalah stunting pada usia dini. Secara rinci disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4

Statistik z-skor TBIU Kasus pada Saat Remaja Berdasarkan Gender dan Kategori TBIU Awal Mengikuti Rehabilitasi Gizi Bumk

Kategori TBlU awal Rerata + SD D

Laki-laki -3,OO

-

-2,Ol -4,OO

-

-3.01 4 , O O Perempuan -3,OO

-

-2,Ol -4,OO

-

-3,Ol <-4,OO -2,51

+

0,84

Catatan : Kasus = remaja dengan riwayat gizi buruk pada usia <3 th Uji Anova

Dari Tabel 4 di atas terbukti bahwa pencapaian pertumbuhan linear remaja berdasarkan z-score TBIU tidak ada hubungannya dengan tingkat keparahan masalah stunting yang mereka alami pada usia < 3 tahun. Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak tersedianya data mengenai status gizi, kesehatan dan perkembangan antara 2 waktu yang berbeda yaitu setelah kUn~Ungan awal ka KG-P3GM waktu usia < 3 tahun sampai usia remaja pada saat penelitian follow up ini dilakukan.

Dalam review studi follow-up oleh Martorell diungkapkan bahwa tumbuh kejar

(catch up growth) dari beberapa penelitian

umumnya disebabkan oleh faktor

lingkungan yang lebih baik dan masa

pertumbuhan yang lebih panjang.

Sodangkan kegagalan dalam tumbuh kejar

;ebabkan karena tetap tinggal

wingkungan yang sama dengan lingkungan

dimana anak mengalami gangguan

pertumbuhan.14

Pada bagan berikut disajikan pencapaian pertumbuhan linear remaja dengan riwayat severe underweight dan stunted ~ a d a usia dini.

(8)

PGM 2010.33(1): 72-82 Penwpaian pertumbuhan linear dan slatus pubertas remaja Amelia, dkk

Severe underweight 8 stunted pada <3 th n=93

Bagan I

Pencapaian Pertumbuhan Linear Remaja Berdasarkan Tingkat Keparahan TBlU pada Usia c3 Tahun

Dari bagan di atas terlihat bahwa

proporsi terbesar remaja dengan

pencapaian TB normal adalah dari kelompok anak dengan tingkat keparahan TBIU paling tinggi yaitu z-skor TBIU <-4,00. Meskipun demikian kelompok inipun masih menyisakan kategori sangat pendek terbesar. Sedangkan pada kelompok remaja dengan riwayat pendek paling ringan, yaitu - 3.00

-

-2,01, sebagian besar masih bertahan

pada kategori pendek. 11.1% turun menjadi sangat pendek.

Pertumbuhan linear antara lain dipengaruhi oleh faktor genetik. Pada remaja kasus, tidak terlihat perbedaan Tinggi Badan lbu maupun Ayah diantara 3 kelompok status gizi TBlU yaitu sangat pendek, pendek maupun normal. Tampak bahwa rerata tinggi badan orang tua pada ketiga kelompok remaja berdasarkan kategori TBIU tidak berbeda.

Tabel 5

Rerata Tinggi Badan lbu dan Ayah Remaja Berdasarkan Kategori TBlU

Kategori TBlU remaja TB Ibu TB Ayah

Rerata

+

SD Rerata

+

SD

Sangat pendek Pendek Normal

Status Pubertas

Pada penelitian ini dilakukan

wawancara dengan remaja untuk

mengetahui status pubertas melalui cara yang sederhana yaitu usia menarche pada remaja perempuan dan usia mulai wet dream untuk remaja laki-laki. Proporsi sampel perempuan yang sudah mengalami menstruasi pada saat penelitian lebih tinggi pada kelompok pembanding dibandingkan

kelompok kasus. Demikian pula untuk sampel laki-laki, proporsi remaja yang sudah pernah mengalami 'wet dream' lebih

tinggi pada kelompok pembanding

dibandingkan kelompok kasus. Data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang mempunyai riwayat gizi buruk pada usia dini, cenderung terlambat mengalami masa pubertas dibandingkan remaja dengan status giz~ normal.

(9)

PGM2010, 33(1): 72-82 Pencapa~an pettumbuhan linear dan stafus pubefias remala Amelia, dkk 120 1W 100 - 80 rudah ! % 60 L --.A 40 belum 20 0 K ( < I 3 t h ) K (13.14 K(>14 t h ) P I 4 3 t h ) P(13-14 P(>14 t h ) f h ) t h ) Grafik 2

Proporsi Status Pubertas Remaja Perempuan menurut Kelompok Umur

Proporsi remaja perempuan yang terlihat pada kelompok umur < I 3 tahun belum mengalami menarche lebih tinggi dimana hampir 90% remaja kasus pada kelompok remaja kasus dibandingkan perempuan belum mengalami menarche. pembanding. Perbedaan cukup besar

'Yo 80 60 40 Belum 20 0

Kasus

Pembanding

Grafik 3

Proporsi Sampel Perempuan Berdasarkan Status Menstruasi

Rerata usia mulai mengalami pembanding. Usia rerata menarche baik menstruasi pada remaja wanita kedua pada kelompok kasus maupun pembanding kelompok hampir sama yaitu 12,88

+

1.38 hampir sama dengan remaja di Eropa tahun dan 12,49

+

1.69 tahun masing- sebagaimana dikemukakan oleh Martorell masing untuk kelompok kasus dan yaitu 12.1 - 13.5 tahun.lg

Kasus

Pernhanding

Grafik 4

(10)

PGM2010,33(1): 72-82 Penwpaian pemmbuhan linear dan status pubenas remaja Amelia, dkk

Meskipun proporsi remaja laki-laki yang sudah mengalami 'wet dream' lebih tinggi pada kelompok remaja pembanding. akan tetapi rerata usia mulai mengalaminya hampir sama yaitu 13.60

+

1.98 tahun kelompok kasus dan 14.10

2

1.38 tahun untuk kelompok pembanding.

KESIMPULAN

1. Proporsi remaja dengan riwayat gizi buruk waktu usia dini yang dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhan linear hanya 32.3% pada remaja laki

laki dan 2314% pada remaja

perempuan.

2. Terdapat perbedaan significant rerata

z-score TBIU remaja menurut

kelompok umur dengan rerata z-score pada usia dini.

3. Rerata z-score TBIU remaja kasus dan pembanding berturut turut adalah -2.32 t 0 . 8 0 dan -1.18

2

0.59.

4. Tidak ada perbedaan pencapaian

pertumbuhan linear remaja

berdasarkan tingkat keparahan masalah pendek pada usia dini.

5. Rerata usia mulai mengalami

menstruasi pada remaja perempuan dan mengalami 'wet dream' pada remaja laki-laki anak dengan riwayat gizi buruk pada usia dini hampir sama dengan anak gizi baik.

6. Tidak ada perbedaan rerata TB orang tua remaja dengan riwayat severe underweight dan stunted pada usia dini dengan pencapaian pertumbuhan linear remaja.

UCAPAN TERIMA KASlH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada remaja dan orang tuanya yang telah bersedia ikut dalam penelitian ini. khususnya kepada orang tua yang mengizinkan anak-anaknya untuk diperiksa dan bersedia untuk diwawancarai sebagai sampel. Terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada para kader yang telah membantu dalam pengumpulan data khususnya pada waktu penelusuran alamat kasus dan mengumpulkan remaja untuk 'screening' pembanding.

2. Atmarita dan Tatang S Falah. Analisis

Situasi Gizi dan Kesehatan

Masyarakat. Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004, LIPI. Jakarta.

3. SKIA. Studi Kesehatan lbu dan Anak. Jakarta: Badan Litbangkes Dep Kes RI.. 2001.

4. Badan Litbang Kesehatan. Laporan RISKESDAS. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, Dep Kes RI. 2008. 5. SCN. 2004. 5th Report on the World

Nutrition Situation. Nutrition for Improved Development Outcomes. 6. SURKESNAS. Laporan SKRT 2001:

Studi Kesehatan lbu dan Anak. Jakarta: Badan Litbangkes Dep Kes

D I 7nn4

I \ , , L V V I .

7. Nwuga VC B. Effect of severe

kwashiorkor on intellectual

development among Nigerian

children. Am. J. Clin. Nutr.1977.30: 1423-1430.

8. Galler JR at all. The Influence of early

malnutrition on Subsequent

behavioral Development Ill. Learning disabilities as a sequel to malnutrition. Ped Res 1984.18(4):

9. Grantham-McGregor at all. 1999. Effects of health and nutrition on

cognitive and behavioral

development in children in the first three years of life. Part 1. Food and Nutrition Bulletin 1999. 20(1); 53-75. 10. Martorell, R. Under-nutrition during

pregnancies and early childhood: Consequences for cognitive and behavioral development. In: Early childhood development, investing in our children's future. Young M.E. ed. Elsevier Science. 1997.

11. WHO. Programming for Adolescent Health and Development. Geneva:

wun r

sss

Karlberg, J., F. Jalil. B. Lam, L Low

and C. Y. Yeung. Linear Growth

retardation in relation to the three phases of growth. Eur. J. Clin. Nutr. 1994; 48: S25-S44.

Soears B. MS. RD. Adolescent

RII.IIIKAN Growth and Development. In

. .

- - -

.

-

.

. .

Adolescent Nutrition. ~ssbssment and 1. UNICEF. The state of the World's Management. Edited by Vaughn I.

children 1998. Oxford: Oxford Rickert, Psy.D.FSAM. New York:

(11)

PGM 2010, 33(1): 72-82 Pencapaian pemmbuhan linear dan slaus pubertas remaja Amelia, dkk

14. Martorell. R, L. Keltel and D.G. Schroeder. Reversibility of stunting: epidemiological findings in children

from developing countries.

EurJCN:48;S

15. SPSS version 17. Jakarta: Badan Litbangkes Kemkes RI.

16. KG-P3GM. Data pasien KG-P3GM 1987-2005. Bogor: Puslitbang Gizi dan Makanan. 2005.

17. Madanijah S. Model Pendidikan GlPSl Sehat bagi lbu serta dampaknya terhadap perilaku lbu. lingkungan pembelajaran, konsumsi

pangan dan status gizi anak usia dini. Disertasi PPS-IPB. 2003.

18. Rivera Juan A. Marie T Ruel. Maria Claudia Santigo. Bo Lonnerdal and

Kenneth H Brown. Zinc

supplementation Improve the Growth of Stunted Rural Guatemalan Infants. J Nutr. 1998.128:558-562.

19. Simondon, KB at all. Preschool stunting, age at menarche and adolescent height: A longitudinal study in rural Senegal. Eur J Clin Nutr: 1998, 52:412-418.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Alqashan (2008), program pelatihan dipandang lebih menguntungkan dibandingkan dengan sesi konseling konvensional karena beberapa alasan, yaitu: (1)

Pada penelitian yang dilakukan di Ruang Mina RSI Ibnu Sina Pekanbaru dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, didapatkan hasil 66,7% perawat pelaksana dalam hal

Kedua, hasil akreditasi belum menunjukkan indikator akuntabilitas satuan pendidikan secara maksimal, baik kepada pemerintah, masyarakat, orang tua siswa, maupun siswa, seperti

Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I dan 8 (delapan) indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 (lima) indikator Keluarga Sejahtera

Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana bagian interne Rumah Sakit “X” antara lain, memberikan obat dengan takaran yang tepat sesuai dengan arahan dokter bagi para

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil uji pengaruh efektivitas sistem informasi akuntansi dan penggunaan teknologi informasi pada kinerja individual

berkurangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah sehingga menyebabkan kurangnya legitimasi publik; serta restrukturisasi hubungan masyarakat dengan pemerintah dalam

Adapun masalah di atas diuraikan menggunakan sub ± sub masalah, antara lain: a) Bagaimana peningkatan guru dalam merencanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam