• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematis Bangun Ruang Sisi Datar (Studi Kasus di SMP Islam Diponegoro Surakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematis Bangun Ruang Sisi Datar (Studi Kasus di SMP Islam Diponegoro Surakarta)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM MEMECAHKAN

MASALAH MATEMATIS BANGUN RUANG SISI DATAR

(STUDI KASUS DI SMP ISLAM DIPONEGORO SURAKARTA)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

HAKEEM ADEIL ROMZY A410160095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

HALAMAN

PERSETUJUAN

BERPIKIR REFLEKTIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIS BANGUN RUANG SISI DATAR

(STUDI KASUS DI SMP ISLAM DIPONEGORO SURAKARTA)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

HAKEEM ADEIL ROMZY A410160095

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Pembimbing,

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Berfikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematis Bangun Ruang Sisi Datar (Studi Kasus di SMP Islam Diponegoro Surakarta)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Hakeem Adeil Romzy A410160095

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada hari …….., ….….….... 2020 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

1. M. Noor Kholid, S.Pd., M.Pd. (………..)

2. Dr. Sumardi, M.Si. (...) 3. Dra. Sri Sutarni, M.Pd. (...)

Surakarta,………..2020 Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dekan,

Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M. Hum NIP. 1965042819930300

Ketua Dewan Penguji

Anggota I Dewan Penguji

Anggota II Dewan Penguji

HALAMAN PENGESAHAN

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila tidak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 20 Oktober 2020 Penulis

(5)

BERPIKIR REFLEKTIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIS BANGUN RUANG SISI DATAR (STUDI KASUS DI SMP

ISLAM DIPONEGORO SURAKARTA). Abstract

Reflective thinking is a thinking process with doubts about the efforts made to solve a problem with the desire to solve the problem until it is finished. This study will describe the reflective thinking of students with high, medium, and low mathematical abilities in the content of flat-sided shapes. This research is a qualitative research with descriptive method. The subjects of this study were 3 students from SMP Islam Diponegoro Surakarta, each of whom was in accordance with high, medium, and low mathematical abilities. The research data were obtained using the method of documentation, written tests, interviews, and field notes. From the research, the results obtained: (1) subjects with high mathematical abilities experienced doubts and completed the test in a different way than they should be, (2) subjects with moderate mathematical abilities experienced doubts and completed the test using the appropriate way, (3) subjects with Low mathematical skills experience doubts and complete the test using the way they should but there are errors in their work.

Keywords: reflective thinking, mathematical ability, build flat side space Abstrak

Berpikir Reflektif merupakan proses berpikir dengan ditandai adanya keraguan atas usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan keinginan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sampai selesai. Penelitian ini akan mendeskripsikan tentang berpikir reflektif siswa dengan kemampuan matematis tinggi, sedang, dan rendah dalam konten bangun ruang sisi datar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Subjek penelitian ini yaitu 3 siswa dari SMP Islam Diponegoro Surakarta yang masing-masing sudah sesuai dengan kemampuan matematis tinggi, sedang, dan rendah. Data penelitian ini diperoleh menggunakan metode dokumentasi, tes tertulis, wawancara, dan catatan lapangan. Dari penelitian itu diperoleh hasil: (1) subjek dengan kemampuan matematis tinggi mengalami keraguan dan menyelesaikan tes dengan cara yang berbeda dari yang seharusnya, (2) subjek dengan kemampuan matematis sedang, mengalami keraguan dan menyelesaikan tes menggunakan cara yang seharusnya, (3) subjek dengan kemampuan matematis rendah mengalami keraguan dan menyelesaikan tes menggunakan cara yang seharusnya tetapi terdapat kesalahan dalam pekerjaannya.

(6)

1. PENDAHULUAN

Matematika merupakan pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu. Matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathemata yang memiliki arti “segala hal yang dipelajari”. Suherman (2003 : 16) menjelaskan, Matematika adalah disiplin pemikiran dan langkah dalam pengolahan logika secara kuantitatif maupun kualitatif. Hendriana (2014: 53) berpendapat, mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar individu adalah Matematika. Hal itu disebabkan karena dalam proses penyelesaian masalah matematis masing-masing individu menggunakan cara yang berbeda menurut pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya. Tinggih (Erman Suherman, 2001) mengatakan matematika berarti suatu ilmu pengetahuan yang didapat dengan cara bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperiment disamping penalaran.

Faktor yang dapat memengaruhi hasil belajar dalam diri siswa antara lain yaitu motivasi, sikap belajar, minat dan kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar siswa merupakan salah satu factor penting dalam pencapaian hasil belajar yang baik. Untuk pembentukan kemandirian berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. Ruswan (dalam Rosyidah. 2010) mengatakan “kecerdasan para peserta didik sedikit demi sedikit akan berkurang apabila mengalami tekanan dalam hidupnya”. Sebaiknya anak diberikan kebebasan yang bersifat bertanggung jawab dalam bertindak supaya kemandirian mereka berkembang. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur yang tepat, jelas dan menarik. Prestasi belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain tujuan dari belajar adalah mendapat prestasi.

(7)

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menghasilkan berbagai informasi yang baru kemudian diolah untuk menyelesaikan suatu masalah. Sehingga berpikir sangat bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah. Menurut Khodijah ( 2006:117 ) berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa. Sedangkan menurut Drever dalam Khodijah (2006:117) berpikir adalah dimulai dengan adanya masalah dan melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama. Dalyono (2007: 224) mengemukakan berpikir termasuk aktivitas belajar, dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu. Dalam pembelajaran matematika siswa dilatih untuk berpikir dan memecahkan masalah dengan baik. Untuk itu, peserta didik dilatih untuk memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir reflektif. Berpikir reflektif merupakan berpikir yang bermakna, yang didasarkan pada alasan dan tujuan. Dengan melakukan refleksi, siswa dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan berpikir dengan menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya serta pemahaman mereka terdahulu untuk menyelesaikan permasalahan yang baru. Menurut Dewey (dalam Rodgers, 2002:37) berpikir reflektif adalah berpikir yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah dengan aktif terus-menerus, gigih dan mempertimbangkan dengan seksama tentang segala sesuatu yang dipercaya kebenarannya. Berdasarkan Mezirow’s theorical framework, Leung dan kember (2008:578) menggolongkan berpikir reflektif ke dalam 4 tahapan, yaitu: (1) habitual action, adalah kegiatan yang dilakukan individu secara otomatis dan sedikit pemikiran, (2) understanding, penyelesaian tanpa dihubungkan dengan keadaan lain, (3) reflection, pertimbangan aktif, gigih, dan hati-hati dari setiap asumsi yang berdasar pada kesadaran individu, (4) critical thinking, melibatkan kesadaran tentang bagaimana melihat, merasakan, bertindak dan melakukan penyelesaian masalah.

Bangun Ruang Sisi Datar adalah salah satu cabang materi Bangun Ruang yang harus ditempuh para peserta didik kelas VIII SMP Islam Diponegoro

(8)

Surakarta. Beberapa peserta didik di sekolah tersebut masih banyak yang kesulitan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Mutia (2017) peserta didik mengalami kesulitan saat menguasai konsep, menemukan rumus luas permukaan dan volume, dan menggunakan rumus luas permukaan dan volume dari berbagai macam bangun ruang sisi datar. Sedangkan menurut Yuberta,dkk (2011) peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami pengukuran luas. Peserta didik hanya memahami penerapan rumus untuk menentukan luas tanpa mengerti tentang definisi luas dan kenapa rumus tersebut bisa digunakan.

2. METODE

2.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumentasi dengan jenis penelitian kualitatif dan desainnya deskriptif. Sugiyono (2015 : 329) mengemukakan dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Sutama (2019 : 96) menyatakan penelitian kualitatif bertujuan untuk menampakkan beserta memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Nazir (2014) mengemukakan metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.

2.2 Instrumen

Instrument pada penelitian ini berupa soal tes tentang bangun ruang sisi datar, pedoman wawancara yang berguna untuk mengkonfirmasi berpikir refletif dan kategori kemampuan matematis, dan catatan lapangan untuk mengetahui berpikir reflektif siswa dalam menyelesaikan masalah.

2.3 Data Collection Method

(9)

kemampuan matematis pada berpikir reflektifnya peserta didik. Wawancara digunakan untuk pembuktian terkait informasi yang telah diperoleh. Sedangkan catatan lapangan digunakan peneliti untuk mengetahui apa yang dirasakan peserta didik saat penelitian.

2.4 Data Analysis

Pada proses analisis data terdapat 3 proses yaitu: reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih data pokok, memfokuskan hal-hal yang akan digunakan serta menyissihkan data yang tidak diperlukan. Penyajian data merupakan penyajian kumpulan data/ informasi yang didapat melalui proses reduksi data sehingga menghasilkan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan yaitu peneliti menyimpulkan berdasarkan data-data yang telah diperoleh saat penelitian.

3.HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Subjek dengan Kemampuan Matematis Tinggi (S1)

S1 mampu mengidentifikasi informasi yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal tersebut. S1 merasa kesulitan mengerjakan soal tersebut tetapi S1 mau mengerjakan sampai selesai. S1 menuliskan yang diketahui yaitu perbandingan ukuran panjang, lebar, dan tinggi dari balok adalah 3 : 2 : 1 dan luas permukaan baloknya 352 cm2. S1 juga menuliskan yang ditanyakan yaitu volume.

S1 menggunakan cara memasukkan sembarang angka ke rumus luas permukaan balok dengan menuliskan ukuran luas permukaan baloknya dan perbandingan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. S1 membagi dua dulu luas

permukaannya, sehingga rumus luas permukaan balok menjadi

( ) ( ) ( ), sehingga didapat

( ) ( ) ( ) setelah itu mencoba berbagai angka untuk dikalikan dengan perbandingan ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok. substitusikan ke rumus agar diperoleh ukuran asli balok. Setelah itu S1

(10)

menemukan angka yang jika dimasukkan bersamaan dengan perbandingan ukuran ke ( ) ( ) ( ) hasilnya akan sama dengan 176 yaitu angka 4.

S1 menemukan ukuran asli dari balok tersebut yaitu panjangnya 12 cm, lebarnya 8 cm, dan tingginya 4 cm. Lalu S1 dengan menggunakan ukuran asli balok tersebut langsung menghitung volume balok V = P x L x T , ganti P, L, T dengan ukuran aslinya V = 12 x 8 x 4 maka didapat hasilnya V = 384 cm3. Hasil jawaban S1 bisa dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Hasil Penyelesaian Subjek S1 3.2 Subjek dengan Kemampuan Matematis Sedang (S2)

S2 mampu mengidentifikasi informasi yang diketahui dan S2 juga mampu mengetahui apa saja yang ditanyakan dari soal tersebut. S2 merasa kesulitan mengerjakan soal tersebut tetapi S1 mau mengerjakan sampai selesai. Tetapi S2 tidak menuliskan yang diketahui yaitu perbandingan ukuran panjang, lebar, dan tinggi dari balok adalah 3 : 2 : 1 dan luas permukaan baloknya 352cm2 pada lembar jawab. S2 juga tidak menuliskan yang ditanyakan yaitu volume.

(11)

S2 menggunakan cara memisalkan perbandingan ukuran panjang, lebar, dan tinggi seperti untuk panjang 3a, lebarnya 2a, dan tingginya a.

Rencana selanjutnya yang S2 lakukan adalah mensubstitusi permisalan perbandingan ukuran tadi ke rumus luas permukaan balok dengan memasukkan ukuran luas permukaan baloknya untuk menemukan berapa nilai dari variabel a. 352 = 2 x ((3a x 2a) + (3a x a) + (2a x a)) sehingga didapat 352 = 2 x (6a2 + 3a2 + 2a2), lalu dioperasikan menjadi 352 = 22a2, dan terakhir adalah menghitung a

yaitu

. Setelah didapat nilai a, selanjutnya

disubstitusi ke permisalan perbandingan ukuran balok tadi agar didapat ukuran asli dari balok dan menghitung volume balok. Panjang 3a menjadi 12 cm, lebar 2a menjadi 8 cm, dan tinggi a menjadi 4 cm.

Setelah itu S2 menghitung volume dengan menuliskan volume balok = P x L x T = 12 x 8 x 4 = 384 cm3. Hasil jawaban S2 bisa dilihat pada gambar 2.

(12)

3.3 Subjek dengan Kemampuan Matematis Rendah (S3)

S3 mampu mengidentifikasi informasi yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal tersebut. S3 merasa kesulitan mengerjakan soal tersebut tetapi S3 mau mengerjakan sampai selesai. S3 menuliskan yang diketahui yaitu perbandingan ukuran panjang, lebar, dan tinggi dari balok adalah 3 : 2 : 1 dan luas permukaan baloknya 352 cm2. Tetapi S3 tidak menuliskan yang ditanyakan yaitu volume.

S3 menggunakan cara yang sama seperti S2 yaitu memisalkan perbandingan ukuran panjang, lebar, dan tinggi menggunakan variable sehingga Panjang menjadi 3a, lebar menjadi 2a, dan tinggi menjadi a. Tetapi S3 tidak menuliskan varibel pada permisalan perbandingan ukuran panjang, lebar, dan tingginya. Jadi S3 hanya menulis Panjang 3, lebar 2, tinggi 1. Lalu ia substitusi ke rumus luas permukaannya, (( ) ( ) ( )). Dari situ S3 menemukan nilai a nya yaitu 4. Nilai 4 ini S3 gunakan untuk mencari ukuran asli dari panjang, lebar, dan tinggi balok. Sehingga panjangnya 3 x 4 = 12 cm, lebarnya 2 x 4 = 8 cm, dan tingginya 1 x 4 = 4 cm.

S3 menemukan ukuran asli dari balok tersebut yaitu panjangnya 12 cm, lebarnya 8 cm, dan tingginya 4 cm. Lalu S3 dengan menggunakan ukuran asli balok tersebut langsung menghitung volume balok V = P x L x T , mengganti P, L, T dengan ukuran aslinya V = 12 x 8 x 4 maka didapat hasilnya V = 384 cm3. Hasil penyelesaiannya bisa dilihat di gambar 3.

(13)

Gambar 3. Hasil Penyelesaian S3 3.4 Pembahasan

Peserta didik dengan kemampuan matematis tinggi (S1) mampu memahami dan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal. Peserta didik dengan kemampuan matematis sedang (S2) mampu memahami apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui, tetapi S2 tidak menuliskan keduanya pada lembar jawabnya. Sedangkan peserta didik dengan kemampuan matematis rendah (S3) mampu memahami dan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal.

Peserta didik dengan kemampuan matematis tinggi (S1), sedang (S2), rendah (S3) mengalami keraguan saat menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh peneliti, tetapi mereka mampu mengatasinya dengan mengecek kembali hasil pekerjaannya.

Peserta didik dengan kemampuan matematis tinggi (S1), sedang (S2), dan rendah (S3) memiliki keinginan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberian oleh peneliti, mereka juga mau memperbaiki kesalahan saat proses penyelesaian masing-masing.

(14)

Peserta didik dengan kemampuan matematis tinggi (S1) dalam penyelesaian masalahnya mengalami kesulitan dan juga mengalami keraguan. S1 menggunakan cara yang berbeda dari peneliti, tetapi S1 hanya kepikiran menggunakan cara yang ia pakai. Peserta didik dengan kemampuan matematis sedang (S2) dalam penyelesaian masalahnya mengalami kesulitan dan juga mengalami keraguan. S2 menggunakan cara yang sama dengan cara peneliti yaitu cara yang biasasnya digunakan untuk menyelesaikan permasalahan seperti pada soal tes tanpa terpikir untuk menggunakan cara selain itu. Peserta didik dengan kemampuan matematis rendah (S3) dalam penyelesaian masalahnya mengalami kesulitan dan juga mengalami keraguan. S3 juga menggunakan cara yang sama dengan cara S2 dan cara peneliti yaitu cara yang biasanya digunakan untuk menyelesaikan permasalahan seperti pada soal tes tanpa terpikir untuk menggunakan cara selain itu.

4. PENUTUP

4.1 Berpikir Reflektif dengan kemampuan matematis tinggi (S1)

Pada aspek techniques subjek S1 memahami apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui dari soal yang diberikan. S1 juga tahu cara mendapatkan informasi yang tidak terdapat di soal dan tahu cara menyelesaikan soal tersebut dengan benar walaupun cara yang S1 gunakan berbeda dengan cara dari peneliti.

Pada aspek monitoring, S1 menyusun rencana untuk menyelesaikan soal, tetapi S1 tidak mempertimbangkan rencana yang S1 buat. S1 melakukan pengecekan kembali terhadap langkah-langkah rencana yang S1 buat dan juga mengecek kembali hasil pekerjaannya. Itu bisa dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan S1.

Pada aspek Insight, S1 memiliki keinginan untuk memperbaiki kesalahan dalam pekerjaannya jika ada. S1 merasa kesulitan saat mengerjakan soal tes,

(15)

namun ia mampu menghadapi kesulitan tersebut sehingga S1 dapat mengerjakannya dengan benar.

Pada aspek conceptualization, S1 tidak berfikir untuk menggunakan cara selain cara yang S1 gunakan.

4.2 Berpikir Reflektif dengan kemampuan matematis sedang (S2)

Pada aspek techniques, subjek S2 memahami apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui dari soal yang diberikan, hanya saja S2 tidak menuliskan apa yang diketahui pada lembar jawab. S2 juga tahu cara mendapatkan informasi yang tidak terdapat di soal dan tahu cara menyelesaikan soal tersebut dengan benar.

Pada aspek monitoring, S2 menyusun rencana untuk menyelesaikan soal, tetapi S2 juga tidak mempertimbangkan rencana yang S2 buat. S2 melakukan pengecekan kembali terhadap langkah-langkah rencana yang S2 buat dan juga mengecek kembali hasil pekerjaannya. Itu bisa dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan S2.

Pada aspek Insight, S2 juga memiliki keinginan untuk memperbaiki kesalahan dalam pekerjaannya. S2 merasa kesulitan saat mengerjakan soal tes, namun ia mampu menghadapi kesulitan tersebut sehingga S1 dapat mengerjakannya dengan benar.

Pada aspek conceptualization, S2 juga tidak berfikir untuk menggunakan cara selain cara yang S2 gunakan.

4.3 Berpikir Reflektif dengan kemampuan matematis rendah (S3)

Pada aspek techniques, subjek S3 sama seperti S1 dan S2 yaitu mampu memahami apa yang diketahui dari soal yang diberikan dan apa yang ditanyakan, hanya saja S3 menuliskan apa yang diketahui pada lembar jawab, sedangkan untuk apa yang ditanyakan S3 tidak menuliskannya. S3 juga tahu cara mendapatkan informasi yang tidak terdapat di soal dan tahu cara menyelesaikan soal tersebut dengan benar.

(16)

Pada aspek monitoring, S3 menyusun rencana untuk menyelesaikan soal, tetapi S3 tidak mempertimbangkan rencana yang S3 buat. S3 melakukan pengecekan kembali terhadap langkah-langkah rencana yang S3 buat dan juga mengecek kembali hasil pekerjaannya. Itu bisa dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan S3.

Pada aspek Insight, S3 juga sama seperti S1 dan S2 yaitu memiliki keinginan untuk memperbaiki kesalahan dalam pekerjaannya. S3 merasa kesulitan saat mengerjakan soal tes, namun ia mampu menghadapi kesulitan tersebut sehingga S3 dapat mengerjakannya dengan benar.

Pada aspek conceptualization, S3 juga sama seperti S1 dan S2 yaitu tidak berfikir untuk menggunakan cara selain cara yang S1 gunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Argarini, D. F. (2018). Analisis pemecahan masalah berbasis Polya pada materi perkalian vektor ditinjau dari gaya belajar. Matematika Dan Pembelajaran, 6(1), 91-100.

Ariestyan, Y., Sunardi, S., & Kurniati, D. (2016). Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. KadikmA, 7(1), 94-104.

Barbosa, Flavia, Rampazzo, Priscilla C. Berbert., Yamakami, Akebo., & camanho, Ana S. 2019. The use of frontier techniques to identify efficient solutions for the berth allocation problem solved with a hybrid evolutionary algorithm. Computers and Operations Research 107 (2019) 43-60

Dalyono, M. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gurol, A. (2011). Determining the Reflective Thinking Skills of Pre-service Teachers in Learning and Teaching Process. Energy Education Science and Technology Part B: Social and Educational Studies 2011. 3(3). 387-402

Hendriana, H., & Soemarmo, U. (2014). Penilaian pembelajaran matematika. Bandung: Refika Aditama.

Huda, M., & Mutia, M. (2017). Mengenal matematika dalam perspektif islam. FOKUS Jurnal Kajian Keislaman Dan Kemasyarakatan, 2(2), 182.

(17)

Idrus, Y., & Yasnidawati, Y. (2007). Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi Mata Diklat Program Produktif Bidang Keahlian Tata Busana Di SMKN-6 Padang.

Ihsan, F. (2005). Konsep Dasar Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta.

Jahedizadeh, S., Ghanizadeh, A., & Ghonsooly, B. (2016). The role of EFL learners’ demotivation, perceptions of classroom activities, and mastery goal in predicting their language achievement and burnout. Asian-Pacific Journal of Second and Foreign Language Education, 1(1), 1-17.

Kurt, M. (2018). Quality in reflective thinking: elicitation and classification of reflective acts. Quality & Quantity, 52(1), 247-259.

Khodijah, N. (2006). Psikologi Belajar.

Lee, H. (2005). Uderstanding and Assesing Preservice Teacher’s Reflective Thinking. Teaxhing and Teacher Education. New York.21 (699-715).

Lesh, R., & Zawojewski, J. (2007). Problem solving and modeling. En F. Lester (Ed.), S econd Handbook of research on mathematics teaching and learning (pp. 763-802). Reston, Estados Unidos: National Council Teachers of Mathematics. Leung, D.Y.P., & Kember, D. (2003) The Relationship Between Approaches to

Learning and Reflection Upon Practice. Educational Psychology:

AnInternational Journal of Experimental Educational Psychology. 3(1). 61-71. Listyarti, R. (2012). Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif.

Jakarta: Erlangga, 4, 1.

Lutfiananda, I. M. A. (2016). Analisis proses berpikir reflektif siswa dalam memecahkan masalah matematika non rutin di kelas viii smp islamic international school pesantren sabilil muttaqien (iis psm) magetan ditinjau dari kemampuan awal (Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret University)). Maman, K., Aballea, S., Nazir, J., Desroziers, K., Neine, M. E., Siddiqui, E., ... &

Hakimi, Z. (2014). Comparative efficacy and safety of medical treatments for the management of overactive bladder: a systematic literature review and mixed treatment comparison. European urology, 65(4), 755-765.

Miles, M. B., & Huberman, A. M. (2007). Qualitative Data Analysis (terjemahan). NUR JANNAH, R. I. R. I. N., & Rahaju, E. B. (2018). Kemampuan Berpikir

Reflektif dalam Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Kemampuana Matematika Siswa. MATHEdunesa, 7(2), 398-405.

Önen, A. S., & Koçak, C. (2014). Analysis on reflective thinking tendencies of student teachers according to their individual innovativeness and sociotropic-autonomic personality characteristics. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 143, 788-793.

(18)

Rahman, R., & Maarif, S. (2014). Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Terhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK Al-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Infinity Journal, 3(1), 33-58.

Rodgers, C. (2002). Defining reflection: Another look at John Dewey and reflective thinking. Teachers college record, 104(4), 842-866.

Rosyidah, I. (2010). Pengembangan KBK melalui strategi pembelajaran kontekstual. Solichin, M. (2017). Analisis Daya Beda Soal, Taraf Kesukaran, Validitas Butir Tes,

Interpretasi Hasil Tes dan Validitas Ramalan dalam Evaluasi Pendidikan. Dir? s? t: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam, 2(2), 192-213.

Sugiyono, P. D. (2015). Metode penelitian dan pengembangan. Res. Dev. D, 2015, 39-41.

Suharna, H. (2015). Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. DISERTASI dan TESIS Program Pascasarjana UM.

Suherman, E. (2003). Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung: Jica. Suherman, E. (2001). Strategi Belajar Mengajar Kontemporer.

Widiawati, R. (2016). Kemampuan Berpikir reflektif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) Berdasarkan Gender Kelas VIII Di MTs Negeri Tanjunganom. Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Zehavi, N., & Mann, G. (2005). Instrumented Techniques and Reflective Thinking in Analytic Geometry.The Mathematics Enthusiast. 2(2), 82-92.

Gambar

Gambar 1. Hasil Penyelesaian Subjek S1  3.2   Subjek dengan Kemampuan Matematis Sedang (S2)
Gambar 2. Hasil Penyelesaian S2
Gambar 3. Hasil Penyelesaian S3  3.4   Pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian Auvaria (2017), perencanaan pewadahan dapat dihitung dari hasil sampling timbulan sampah sebesar 1,27 liter/jiwa/hari yang dikalikan dengan jumlah

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal, mengenai pengaruh penggunaan kuning telur ayam kampung, ayam negri dan bebek terhadap

Yet in the past twenty years a growing number of critics have drawn attention to Clough’s modernity: John R.A.Yeoman finds an affinity of tone between MacNeice’s Autumn Journal and

a) Merupakan Bank-Bank Umum Swast Nasional. b) Merupakan bank-bank yang go public pada tahun 2006. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian terdahulu yang kedua..

Dari ketiga hal di atas, maka aspek perilaku dari masyarakat sebagai bagian dari yang akan dilayani oleh desain ini sangat dibutuhkan. Salah satu yang dapat dilakukan dalam

Dari analisis data dan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa baik pemerintah maupun masyarakat penyewa kios akan mendapatkan manfaat lebih besar jika

Pozzolan merupakan bahan yang mengandung senyawa silica dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen akan tetapi dalam bentuknya yang halus

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama waktu penyimpanan dengan kualitas semen segar secara mikroskopis (motilitas, gerak massa,