BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Tumbuhan di TAHURA Inten Dewata
5.1.1 Kekayaan spesies tumbuhan
Berdasarkan analisis vegetasi dan wawancara dengan masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata, ditemukan spesies tumbuhan sebanyak 154 spesies termasuk dalam 59 famili. Jumlah spesies tumbuhan berdasarkan analisis vegetasi sebanyak 132 spesies dan 54 famili, dengan rincian di blok Gunung Palasari sebanyak 113 spesies dan 51 famili, serta di Blok Gunung Kunci sebanyak 27 spesies dan 26 famili. Daftar spesies tumbuhan yang ditemukan di kawasan TAHURA Inten Dewata disajikan pada Lampiran 1, sedangkan kekayaan spesies tumbuhannya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kekayaan spesies tumbuhan di kawasan TAHURA Inten Dewata
No. Blok Habitus Tingkat pertumbuhan Jumlah Kekayaan spesies (R) Spesies Famili
1 Gunung Pohon Pohon 35 22 5,94 (tinggi)
Palasari Tiang 66 32 10,95 (tinggi)
Pancang 81 37 13,03 (tinggi) Semai 22 14 4,56 (sedang) Herba 23 10 3,21 (rendah) Perdu 2 2 0,24 (rendah) Epifit 3 3 0,44 (rendah) Liana 2 2 0,22 (rendah)
2 Gunung Pohon Pohon 6 6 1,09 (rendah)
Kunci Tiang 6 5 2,08 (rendah)
Pancang 7 7 2,34 (rendah) Semai 4 4 1,25 (rendah) Herba 6 3 0,81 (rendah) Perdu 2 2 0,91 (rendah) Epifit 2 2 0,37 (rendah) Liana 2 2 0,33 (rendah)
Berdasarkan Tabel 3 kekayaan spesies tumbuhan pada tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang, pohon, serta habitus semak, epifit dan liana di Gunung Palasari cukup bervariasi. Apabila dilihat secara menyeluruh, kekayaan
spesies tumbuhan pada tingkat pertumbuhan semai memiliki nilai kekayaan sedang (4,56) jika dibandingkan dengan tingkat pancang, tiang dan pohon. Kekayaan spesies tumbuhan yang memiliki nilai paling tinggi yaitu tingkat pertumbuhan pancang (13,03) dan tiang (10,95). Tingkat pertumbuhan pancang dan tiang memiliki jumlah yang banyak jika dibandingkan dengan pohon. Hal ini disebabkan karena tingkat pohon mengalami regenerasi dimana pohon yang sudah tua mengalami kematian atau tumbang karena angin. Adapun beberapa spesies tumbuhan yang berlokasi di Gunung Palasari tingkat regenerasinya sudah tidak ada lagi untuk tingkat pertumbuhan semai, pancang, dan tiang yaitu hanya ditemukan pada tingkat pohon saja seperti bungur (Lagerstroemia speciosa), aren (Arenga pinnata) dan huru (Litsea angulata). Pada bagian habitus memiliki nilai kekayaan yang merata yaitu rendah karena spesies yang ditemukan sedikit.
Kekayaan spesies yang memiliki nilai tinggi berarti jumlah yang ditemukan banyak sedangkan kekayaan spesies yang memilki nilai rendah berarti jumlah yang ditemukan dalam kawasan tersebut sedikit. Kekayaan spesies tumbuhan yang terdapat di Gunung Kunci sebanyak 27 spesies.
Kekayaan spesies tumbuhan yang terdapat di Gunung Kunci sebanyak 27 spesies tumbuhan. Kekayaan spesies tumbuhan pada tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang, pohon, serta habitus semak, epifit dan liana memilki nilai yang sama yaitu rendah. Apabila dilihat secara menyeluruh, setiap tingkat pertumbuhan dan habitus di Gunung Kunci memiliki jumlah spesies yang sedikit. Hal ini dikarenakan di Gunung Kunci memiliki luasan yang sangat kecil dan terdapat banyaknya bangunan seperti gua Belanda, taman bermain, shelter, panggung permanen dan kantor TAHURA Inten Dewata. Tingkat pertumbuhan semai yang berlokasi di Gunung Kunci memiliki jumlah spesies tumbuhan lebih sedikit jika dibandingkan dengan tingkat pancang dan pohon. Tahapan regenerasi memerlukan tingkat yang lebih mudanya sebagai pengganti tingkat pertumbuhan yang sedang mengalami kematian atau tua. Beberapa spesies tumbuhan yang mengalami gangguan atau kurang dalam tahap regenerasinya yaitu kemuning (Murraya paniculata), ki acret (Ficus calophylla) dan ki teja (Cinnamomum iners).
Berdasarkan Magurran (1988), besar R<3,5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah. R=3,5–5,0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang, dan R>5,0 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong tinggi.
5.1.2 Keanekaragaman spesies
Berdasarkan perhitungan indeks keanekaragaman di lokasi penelitian Gunung Palasari dan Gunung Kunci diketahui bahwa tingkat keanekaragamannya dapat dikatakan beragam. Tingkat pertumbuhan pancang dan tiang di Gunung Palasari memiliki nilai indeks keanekaragaman spesies yang tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan dan habitus yang lainnya karena jumlah spesies tumbuhan pada tingkat pertumbuhan pancang dan tiang memiliki jumlah spesies yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah spesies tingkat pertumbuhan lainnya, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Keanekaragaman spesies tumbuhan di kawasan TAHURA Inten Dewata
No. Blok Habitus Tingkat pertumbuhan Keanekaragaman spesies H'
1 Gunung Pohon Pohon 3,17
Palasari Tiang 3,89 Pancang 3,78 Semai 2,82 Herba 2,57 Perdu 0,69 Epifit 1,00 Liana 0,68
2 Gunung Pohon Pohon 1,43
Kunci Tiang 1,70 Pancang 1,82 Semai 1,16 Herba 1,60 Perdu 0,64 Epifit 0,68 Liana 0,68
Menurut Barbour et al. (1987) diacu dalam Suwena (2007), apabila derajat keanekaragaman lebih kecil dari 1 berarti keanekaragaman spesies tersebut rendah, berkisar antara 1 sampai dengan 3 berarti keanekaragaman spesies tersebut sedang dan jika lebih besar dari 3 berarti keanekaragaman spesies tersebut tinggi atau melimpah.
Nilai H’ menggambarkan tingkat keanekaragaman spesies dalam suatu tegakan. Bila nilai ini makin tinggi maka makin meningkat keanekaragamannya dalam tegakan tersebut. Odum (1971) menyatakan bahwa keanekaragaman spesies cenderung tinggi di dalam komunitas yang lebih tua dan rendah di dalam komunitas yang baru terbentuk. Kemantapan habitat merupakan faktor utama yang mengatur keanekaragaman spesies.
5.1.3 Keanekaragaman famili 5.1.3.1 Blok Gunung Palasari
Keanekaragaman spesies tumbuhan berdasarkan famili di Blok Gunung Palasari berjumlah 51 famili. Dari jumlah 51 famili yang ditemukan 30 famili masing-masing berjumlah 1 spesies. Spesies yang mendominasi dari famili Fabaceae sebanyak 15 spesies (29,41%) dan Poaceae sebanyak 9 spesies (17,64%), selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4 dan Lampiran 1.
Gambar 4 Jumlah spesies tumbuhan berdasarkan famili di Blok Gunung Palasari. 5 7 2 4 2 2 8 15 2 4 2 6 7 6 2 9 4 2 4 2 3 0 5 10 15 20 Anacardiaceae Annonaceae Arecaeae Asteraceae Bombaceae Dileniaceae Euphorbiaceae Fabaceae Lamiaceae Lauraceae Malvaceae Meliaceae Moraceae Myrtaceae Oxalidaceae Poaceae Rubiaceae Sapindaceae Sapotaceae Thymelaeceae Verbenaceae Jumlah spesies Fam ili
5.1.3.2 Blok Gunung Kunci
Keanekaragaman spesies tumbuhan berdasarkan famili di Blok Gunung Kunci berjumlah 27 famili. Dari jumlah 27 famili yang ditemukan 9 famili masing-masing berjumlah 1 spesies. Famili yang ditemukan memiliki jumlah yang sama yaitu 2 spesies (7,40%), selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5 dan Lampiran.1...
Gambar 5 Jumlah spesies tumbuhan berdasarkan famili di Blok Gunung Kunci.
5.1.4 Keanekaragaman habitus 5.1.4.1 Blok Gunung Palasari
Keanekaragaman habitus di Gunung Palasari terdiri dari semak, liana, epifit, perdu, herba dan pohon. Secara rinci jumlah masing-masing habitus seperti terlihat pada Gambar 6 dan selengkapnya pada Lampiran 1.
Gambar 6 Jumlah spesies tumbuhan berdasarkan habitus di Blok Gunung Palasari.
Berdasarkan grafik tersebut jumlah habitus yang mendominasi yaitu pohon 94 spesies (74,60%) dan herba 19 spesies (15,07%) sedangkan jumlah habitus terkecil adalah palma dan perdu masing-masing 2 spesies (1,60%).
2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Fabaceae Lauraceae Moraceae Poaceae Rubiaceae Lauraceae Moraceae Poaceae Rubiaceae Jumlah spesies Fam ili 3 3 2 3 19 94 2 0 20 40 60 80 100 Semak Liana Epifit Perdu Herba Pohon Palma Jumlah spesies Kategori Habitus
5.1.4.2 Blok Gunung Kunci
Keanekaragaman habitus di Gunung Kunci terdiri dari semak, liana, epifit, herba dan pohon. Secara rinci jumlah masing-masing habitus seperti terlihat pada Gambar 7 dan selengkapnya pada Lampiran 1.
Gambar 7 Jumlah spesies tumbuhan berdasarkan habitus di Gunung Kunci.
Berdasarkan grafik tersebut jumlah habitus yang mendominasi yaitu pohon 15 spesies (55,55%) dan herba 5 spesies (18,51%) sedangkan jumlah habitus terkecil adalah semak 1 spesies (3,70%).
5.1.5 Kerapatan
Kerapatan Tumbuhan merupakan kondisi yang menunjukkan tinggi rendahnya komposisi dari spesies atau jenis tumbuhan dalam suatu kesatuan tipe ekosistem atau vegetasi tertentu. Parameter ini menjadi salah satu indikator untuk menduga kepadatan jenis sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan pada suatu komunitas. Kerapatan pada suatu areal dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan dan potensi sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan. Menurut Gardner et al. (1991) diacu dalam Ichtiarso (2008), kondisi dan keberadaan lingkungan sangat berpengaruh terhadap tingkat kerapatan tanaman secara optimum. Faktor-faktor lingkungan utama meliputi.: penyinaran tanaman, kelembaban, dan kesuburan tanah. Apabila ketiga faktor ini tidak mengalami masalah berarti kerapatan tumbuhan akan semakin tinggi. Kerapatan tertinggi tumbuhan di TAHURA Inten Dewata dapat dilihat pada Tabel 5.
1 2 2 5 15 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Semak Liana Epifit Herba Pohon Jumlah spesies Kategori Habitus
Tabel 5 Kerapatan tertinggi di kawasan TAHURA Inten Dewata
No. Blok Habitus pertumbuhan Tingkat Spesies tumbuhan (ind/ha) K
1 Gunung Pohon Pohon Pinus (Pinus merkusii) 29,58
Palasari Tiang Mahoni (Swietenia mahagoni) 38,46
Pancang Mahoni (Swietenia mahagoni) 420
Semai Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) 708,33 Herba Rumput tatamagan (Microstegium ciliatum) 13.000 Perdu Jarong lelaki (Stachytarpheta mutabilis) 1.875 Epifit Sisik naga (Drymoglossum piloselloides) 17,92
Liana Baduyut (Trichosanthes villosa) 20,42
2 Gunung Pohon Pohon Pinus (Pinus merkusii) 157,69
Kunci Tiang Mahoni (Swietenia mahagoni) 98,33
Pancang Pinus (Pinus merkusii) 123,08
Semai Pinus (Pinus merkusii) 72,73
Herba Seruni (Wedelia calendulacea) 49.807,69
Perdu Jarong lelaki (Stachytarpheta mutabilis) 384,62 Epifit Sisik naga (Drymoglossum piloselloides) 15,38
Liana Baduyut (Trichosanthes villosa) 21,15
Berdasarkan Tabel 5 kerapatan yang paling tinggi di lokasi Gunung Palasari terdapat pada tingkat pertumbuhan semai yaitu belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) sedangkan pada bagian habitus herba yaitu rumput tatamagan (Microstegium ciliatum). Kerapatan yang paling tinggi di lokasi Gunung Kunci
terdapat pada tingkat pertumbuhan pohon yaitu pinus (Pinus merkusii) sedangkan pada bagian habitus herba yaitu seruni (Wedelia calendulacea). Spesies tumbuhan tersebut memiliki jumlah yang paling besar diantara spesies lainnya oleh karena itu memiliki kerapatan tumbuhan yang tinggi.
Dalam suatu komunitas ada beberapa spesies tumbuhan yang memiliki nilai kerapatannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa spesies tersebut memiliki jumlah yang sangat sedikit dibandingkan dengan spesies tumbuhan lainnya. Suatu spesies tumbuhan yang memilki kerapatan yang tinggi atau rendah dapat ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya aktivitas manusia. Menurut Ewuise (1990) diacu dalam Ichtiarso (2008), suatu ekositem memiliki potensi yang tinggi kerapatannya berarti memiliki aktifitas manusia yang sedikit, sedangkan semakin banyak aktifitas manusia maka semakin kecil potensi kerapatannya. Pendapat inilah yang dapat dijadikan landasan untuk menduga kondisi kerapatan vegetasi
suatu areal yang akan dikaji. Spesies yang memiliki kerapatan rendah dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Kerapatan terendah di kawasan TAHURA Inten Dewata
No. Blok Habitus pertumbuhan Tingkat Spesies tumbuhan (ind/ha) K
1 Gunung Pohon Pohon Mara (Macaranga tanarius) 0,42
Palasari Tiang Nyamplung (Calophyllum inophyllum) 1,67
Pancang Angsana (Pterocarpus indicus) 6,67
Semai Hantap (Sterculia campanulata) 41,67
Herba Kukurabuan/Teki badot (Cyperus rotundus) 83.33 Perdu Sembung rambat (Mikania micrantha) 958.33 Epifit Kadaka/Paku sarang burung (Asplenium nidus) 5,42 Liana Kahitutan/Daun kentut (Paederia scandens) 15,42
2 Gunung Pohon Pohon Kemuning (Murraya paniculata) 1,92
Kunci Tiang Kiteja (Cryptocarya sp) 7,69
Pancang Mahoni (Swietenia mahagoni) 30,77
Semai Cemara gunung (Casuarina junghuniana) 192,31
Herba Kaso (Saccharum spontaneum) 769.23
Perdu Sembung rambat (Mikania micrantha) 192.31 Epifit Kadaka/Paku sarang burung (Asplenium nidus) 11,54 Liana Kahitutan/Daun kentut (Paederia scandens) 15,38
Berdasarkan Tabel 6 kerapatan yang paling rendah di lokasi Gunung Palasari terdapat pada tingkat pertumbuhan pohon, salah satu contohnya yaitu mara (Macaranga sp) sedangkan pada bagian habitus liana yaitu kahitutan/daun kentut (Paederia scandens). Kerapatan yang paling rendah di lokasi Gunung Kunci terdapat pada tingkat pertumbuhan pohon, salah satu contohnya yaitu kemuning (Murraya paniculata) sedangkan pada bagian habitus liana yaitu kahitutan/daun kentut (Paederia scandens). Spesies tumbuhan tersebut memiliki jumlah yang paling sedikit diantara spesies lainnya oleh karena itu memiliki kerapatan tumbuhan yang rendah.
5.1.6 Dominasi tumbuhan
Peranan suatu spesies dalam komuitas dapat dilihat dari besarnya INP dimana jenis yang mempunyai nilai INP tertinggi merupakan jenis dominan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut mempunyai tingkat kesesuaian
terhadap lingkungan yang lebih tinggi dari jenis lain. Indeks Nilai Penting terbesar berdasarkan tingkat pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 INP terbesar di kawasan TAHURA Inten Dewata
No. Blok Habitus pertumbuhan Tingkat Spesies tumbuhan INP (%)
1 Gunung Pohon Pohon Pinus (Pinus merkusii) 40,51
Palasari Tiang Mahoni (Swietenia mahagoni) 31,16
Pancang Mahoni (Swietenia mahagoni) 24,93
Semai Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) 29,5
Herba Rumput bulu/Lamisan bulu (Oplismenus burmanii) 37,82 Perdu Jarong lelaki (Stachytarpheta mutabilis) 110,20
Epifit Sisik naga (Drymoglossum piloselloides) 98,81
Liana Baduyut (Trichosanthes villosa) 98,81
2 Gunung Pohon Pohon Pinus (Pinus merkusii) 159,09
Kunci Tiang Mahoni (Swietenia mahagoni) 97,35
Pancang Pinus (Pinus merkusii) 58,04
Semai Pinus (Pinus merkusii) 112,73
Herba Seruni (Wedelia calendulacea) 72.23
Perdu Jarong lelaki (Stachytarpheta mutabilis) 133.56 Epifit Sisik naga (Drymoglossum piloselloides) 115,48
Liana Baduyut (Trichosanthes villosa) 114,14
Berdasarkan Tabel 7 diatas yang memiliki INP terbesar berdasarkan tingkat pertumbuhan dan habitusnya di Gunung Kunci dan Gunung Palasari dapat dilihat bahwa yang memiliki INP tertinggi merupakan spesies yang dominan. INP tertinggi di Gunung Palasari pada tingkat pertumbuhan pohon yaitu Pinus (Pinus merkusii) sedangkan pada bagian habitus semak yaitu jarong lelaki (Stachytarpheta mutabilis). INP tertinggi di Gunung Kunci pada tingkat pertumbuhan pohon pinus (Pinus merkusii) sedangkan pada tingkat habitus semak yaitu jarong lelaki (Stachytarpheta mutabilis). Spesies tumbuhan (Pinus merkusii) dan jarong lelaki (Stachytarpheta mutabilis) dapat dikatakan bahwa spesies tumbuhan tersebut yang berlokasi di Gunung Palasari dan Gunung Kunci merupakan spesies yang dominan dan berperan.
Hal ini menunjukkan bahwa spesies tersebut mempunyai tingkat kesesuaian terhadap lingkungan yang lebih tinggi dari spesies yang lain. Indeks Nilai Penting yang tinggi menunjukkan tingkat vegetasi yang mempunyai jumlah individu yang paling banyak, kerapatan yang paling tinggi dan merupakan spesies
yang mendominasi. Smith (1997) dalam Rosalia (2008) menyatakan bahwa spesies dominan adalah yang dapat memanfaatkan lingkungan yang ditempatinya secara efisien. Dominansi ini terjadi diduga karena kondisi lingkungan (tanah dan iklimnya) sesuai dengan yang dibutuhkan oleh spesies-spesies tersebut. Spesies-spesies tersebut mampu bersaing dengan Spesies-spesies lainnya dan dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
5.1.7 Kegunaan spesies Tumbuhan di TAHURA Inten Dewata
Tingkat kegunaan spesies tumbuhan oleh masyarakat di TAHURA Inten Dewata yaitu setiap spesies tumbuhan yang memiliki manfaat untuk masyarakat berdasarkan kelompok dan jumlah penggunaannya. Masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewara memanfaatkan 84 spesies tumbuhan yang masuk ke dalam 35 famili. Spesies tumbuhan yang dapat digunakan oleh masyarakat dari bagian tumbuhan mulai dari akar sampai daun. Spesies tumbuhan tersebut memiliki kegunaannya masing-masing. Ada beberapa spesies tumbuhan yang memiliki nilai kegunaan hanya untuk obat, kayu bakar, pakan dan sebagainya. Semakin tinggi jumlah kegunaan semakin banyak manfaat yang bisa digunakan oleh masyarakat. Beberapa spesies dari hutan yang memiliki kegunaan bagi masyarakat dapat dilihat pada Tabel 8 dan Lampiran 16.
Tabel 8 Tingkat kegunaan spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di TAHURA Inten Dewata
No Nama lokal Nama Spesies Kegunaan ∑ Kegunaan
1 2 Aren Kelapa Arenga pinnata Cocos nucifera
Obat, Pangan, Pupuk, Kayu bakar, Pakan, Tolak bala, Kerajinan, Ritual, kecantikan
Obat, Pangan, Kayu bakar, Tolak bala,Kerajinan,Minuman,Ritual,Hias, Bahan Bangunan
9 9 3 Mangga Mangifera indica Obat, Kayu bakar, pangan, Ritual,
Tolak Bala
5 4 Nangka Artocarpus
heterophyllus
Pangan, Pakan, Kayu bakar, Bahan
Bangunan, Kerajinan 5 5 Mahoni Swietenia
mahagoni
Bahan bangunan, Kerajinan, Kayu bakar, Obat
4 6 Bambu tali Gigantochloa apus Kayu Bakar, Bahan bangunan,
Kerajinan, Ritual 4
7 Bambu gombong
Gigantochloa verticillata
Kayu Bakar, Bahan bangunan, Kerajinan
3
Berdasarkan Tabel 8 spesies tumbuhan yang memiliki jumlah kegunaan yang paling banyak yaitu pohon aren (Arenga pinnata) dan kelapa (Cocos
nicifera). Pohon aren (Arenga pinnata) digunakan oleh masyarakat untuk obat bagian akarnya, pangan bagian buahnya, pupuk bagian kulit buahnya, kayu bakar bagian batang dan dahan, tolak bala bagian pelepahnya, kerajinan bagian daunnya, ritual bagian hasil olahannya menjadi gula, dan kecantikan bagian dahannya. Pohon kelapa (Cocos nicifera) digunakan oleh masyarakat untuk obat bagian buahnya, pangan bagian buahnya, Kayu bakar bagian batangnya, tolak bala bagian buahnya, kerajinan bagian daunnya, minuman bagian airnya, ritual bagian buahnya, hias buahnya, dan bahan bangunan bagian batangnya.
5.2. Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat
5.2.1 Karakteristik responden 5.2.1.1 Karakteristik umur
Wawancara dilakukan terhadap 90 orang di Dusun Bebedahan, Naleggong dan Sindang Palay. Karakteristik reponden wawancara umurnya terdiri dari remaja, dewasa, dan lansia. Usia mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Semakin tua usia seseorang maka semakin kurang produktif, sehingga pemanfaatan sumberdaya hutan sebagian besar berada pada usia produktif. Girsang (2006) mengemukakan bahwa usia produktif untuk bekerja di negara-negara berkembang, pada umumnya adalah 15-55 tahun dan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Karakteristik kelas umur responden
No. Karakteristik Umur Kelas umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Remaja 13-19 20 22,22
2 Dewasa 20- 59 50 55,55
3 Lansia ≥60 20 22,22
Jumlah 90 100,00
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan dari 90 responden yang diwawancarai dalam penelitian ini 55,55% berusia sedang, 22,22% berusia muda dan selebihnya berusia tua. Secara umum Tabel 9 menunjukkan bahwa responden di lokasi penelitian masih termasuk kedalam kelompok berusia produktif (usia kerja). Mayoritas responden yang diamati berusia dibawah atau sama dengan 50 tahun. Sebagian kecil berusia lanjut.
Berdasarkan hasil wawancara hubungan kelas umur dengan pemanfaatn tumbuhan dapat dilihat bahwa kelas umur remaja terutama perempuan menggunakan tumbuhan untuk kecantikan seperti dahan aren yang sudah menjadi abu melalui proses pembakaran digunakan untuk kecantikan kulit wajah sedangkan untuk laki-lakinya menggunakan daun salam untuk memberi aroma pada nasi liwet. Pemanfaatan tumbuhan untuk kelas umur dewasa lebih dominan dari pada kelas umur lainnya karena kelas umur dewasa ini banyak yang memanfaatkan tumbuhan mulai dari pangan, kayu bakar, bahan bangunan, obat, ritual, tolak bala, kerajinan, pewarna, dan pestisida nabati sedangkan untuk kelas umur lansia hanya memanfaatkan tumbuhan mulai dari pangan dan kayu bakar tetapi ada bebarapa kelas umur lansia yang masih melakukan aktifitas yang membuat sebuah kerajinan seperti asbak, dan mengelola aren menjadi gula aren dan kolang kaling.
5.2.1.2 Jenis kelamin
Jenis kelamin responden terdiri dari jenis kelamin laki-laki berjumlah 47 orang dan perempuan berjumlah 43 orang. Berdasarkan hasil wawancara hubungan jenis kelamin dengan pemanfaatan tumbuhan dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki untuk kelas umur dewasa memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan kegiatan pemanfaatan tumbuhan ke hutan sedangkan perempuannya berperan dalam proses pengelohan tumbuhan di rumah.
(a) (b)
Gambar 8 Contoh pengelolaan tumbuhan yang dilakukan oleh jenis kelamin perempuan di rumah (a) pembuatan gula aren (b) pembuatan kolang kaling.
5.2.1.3 Tingkat pendidikan
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang pernah atau telah ditempuh oleh masyarakat yang menjadi responden. Tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, penguasaan teknologi, keterampilan, dan informasi pasar yang diperoleh. Tingkat pendidikan yang rendah, penguasaan teknologi dan keterampilan yang terbatas, serta kurangnya informasi pasar menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan terutama untuk spesies-spesies komersil menjadi tidak terkendali. Hal ini tentunya akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan tersebut. Terbatasnya teknologi dan keterampilan yang dimiliki menyebabkan rendahnya kemampuan untuk menghasilkan produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Kurangnya informasi pasar yang dimiliki menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap spesies-spesies tertentu.
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kualitas manusia. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaannya, yang kemudian turut mempengaruhi tingkat pendapatan dan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Tingkat pendidikan responden wawancara di Dusun Bebedahan, Naleggong dan Sindang Palay.
Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa tingkat pendidikan yang memiliki jumlah paling besar yaitu SMP 32 orang (35,55%) sedangkan jumlah yang paling kecil yaitu tingkat perguruan tinggi 3 orang (3,33%). Responden yang tidak bersekolah berjumlah 8 orang (8,88%) biasanya responden tersebut sudah lanjut usia dan dahulunya tidak bersekolah. Berdasarkan tingkat pendidikan yang
8 30 32 17 3 0 5 10 15 20 25 30 35 Tidak bersekolah SD SMP SMA Perguruan tinggi Tingkat pendidikan Jum lah responden (orang)
memiliki pengetahuan yang lebih luas dalam pemanfaatan tumbuhan adalah responden yang tidak bersekolah. Responden yang tidak bersekolah merupakan responden yang memiliki tingkat umur lansia. Tingkat umur lansia ini memiliki pengetahuan yang turun temurun dari nenek moyangnya dan masih memanfaatkan tumbuhan jika dibandingkan kelas umur lainnya yang kurang terhadap pemanfaatan tumbuhan.
Rendahnya tingkat pendidikan, keterampilan, dan informasi yang dimiliki oleh masyarakat sekitar hutan juga menyebabkan masyarakat sulit untuk bersaing dan memasuki pasar lapangan kerja secara umum. Hal ini tentunya berdampak pada semakin sempitnya peluang mereka untuk memperoleh lapangan pekerjaan yang layak dan memadai. Pilihan pekerjaan sebagai pemanfaat sumberdaya hutan tidak mensyaratkan tingkat pendidikan maupun keterampilan tertentu, sehingga tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan menjadi sangat besar. Namun belum mampu meningkatkan nilai tambah dari sumber daya hutan.
5.2.1.4 Mata pencaharian
Mata pencaharian masyarakat sekitar lokasi penelitian yang menjadi responden di Dusun Bebedahan, Naleggong dan Sindang Palay pelajar terdiri dari pegawai negeri sipil, wiraswasta, dan ada beberapa responden yang tidak bekarja kebanyakan sebagai ibu rumah tangga selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Klasifikasi mata pencaharian responden wawancara di Dusun Bebedahan, Naleggong dan Sindang Palay.
Jenis pekerjaan yang memiliki jumlah paling besar yaitu wiraswasta 55 orang (61,11%) karena wiraswasta ini merupakan gabungan dari berbagai
20 7 6 55 2 0 10 20 30 40 50 60
Pelajar Tidak Bekerja Buruh Wiraswasta Pegawai Negeri Sipil Klasifikasi Pekerjaan
Jum
pekerjaan seperti petani, pengrajin, pedagang dan peternak, sedangkan yang paling kecil yaitu pegawai negari sipil 2 orang (2,22%). Berdasarkan mata pencaharian tersebut yang paling banyak memanfaatkan tumbuhan dari hutan adalah wiraswasta khususnya pengrajin dan peternak.
5.2.2 Keanekaragaman spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat 5.2.2.1 Keanekaragaman famili
Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata berjumlah 35 famili. Spesies yang mendominasi dari famili Poaceae sebanyak 13 spesies (37,14%) dan Fabaceae sebanyak 11 spesies (31,42%) serta masing-masing 1 spesies berjumlah 17 famili, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 11 dan Lampiran 1.
Gambar 11 Jumlah spesies tumbuhan berguna berdasarkan famili yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata.
4 3 4 2 4 2 4 11 2 2 3 5 2 13 3 2 2 0 2 4 6 8 10 12 14 Anacardiaceae Annonaceae Asteraceae Arecaceae Asteraceae Braminaceae Euphorbiaceae Fabaceae Lauraceae Meliaceae Moraceae Myrtaceae Oxalidaceae Poaceae Rubiaceae Sapindaceae Verbenaceae Jumlah spesies Fam ili
5.2.2.2 Keanekaragaman habitus
Keanekaragaman habitus yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata berjumlah 83 yang terdiri dari semak, liana, epifit, rumput, perdu, bambu, herba dan pohon. Secara rinci jumlah masing-masing habitus seperti terlihat pada Gambar 12 dan selengkapnya pada Lampiran 1.
Gambar 12 Jumlah spesies tumbuhan berguna berdasarkan habitus yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata.
Berdasarkan grafik tersebut jumlah habitus yang mendominasi yaitu pohon sebanyak 40 spesies (48,19%) sedangkan jumlah habitus terkecil adalah epifit, liana, palma dan semak masing-masing 2 spesies (2,38%).
5.2.2.3 Bagian tumbuhan yang digunakan berdasarkan jumlah spesies
Penggunaan bagian tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata yaitu mulai dari bagian akar sampai daun yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Bagian yang paling banyak digunakan oleh masyarakat yaitu bagian daun (29,84%) dan buah (26,61%) dan bagian tumbuhan yang paling sedikit digunakan yaitu umbi, akar, dan pelepah masing-masing sebasar (0,81%), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10. 2 2 2 10 5 20 40 2 0 10 20 30 40 50 Semak Liana Epifit Perdu Bambu Herba Pohon Palma Jumlah spesies Kategori H abitus (spesies)
Tabel 10 Jumlah spesies dan persentase tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata menurut bagian tumbuhan
No. Bagian yang digunakan Sub bagian tumbuhan Jumlah spesies Persentase (%)
1 Daun 37 29,84
2 Buah Biji 33 26,61
4 Batang Kulit batang 19 15,32
Getah 5 Akar 1 0,81 6 Bunga 2 1,61 7 Umbi 1 0,81 9 Semuanya 3 2,42 10 Ranting 22 17,74 11 Pelepah 1 0,81 12 Dahan 5 4,03
5.2.3 Kelompok penggunaan tumbuhan
Keberadaan tumbuhan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang ada di sekitar TAHURA Inten Dewata terutama untuk Dusun Bebedahan, Naleggong dan Sindang palay. Masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata bisa menggunakan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan yang ada disekitar TAHURA Inten Dewata sangat beragam dan cukup banyak. Masyarakat banyak memanfaatkan tumbuhan yang berasal dari Gunung Palasari dibandingkan Gunung Kunci. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki akses yang begitu mudah ke Gunung Palasari sedangkan di Gunung Kunci akses masyarakat ke dalam kawasan kurang karena adanya benteng pembatas.
Berdasarkan penelitian terhadap masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata memanfaatkan 83 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam 35 famili. Berdasarkan pengelompokan manfaat diperoleh 14 kategori spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu obat, kayu bakar, bahan bangunan, aromatik, obat, anyaman dan kerajinan, pestisida nabati, pakan ternak, adat, hias, pewarna, minuman, tolak bala dan kosmetik atau kecantikan. Tumbuhan terbanyak adalah tumbuhan penghasil kayu bakar yaitu 25 spesies dan yang paling sedikit adalah tumbuhan penghasil kecantikan yaitu 1 spesies.
Tabel 11 Kategori kegunaan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Kategori kegunaan Jumlah
Spesies Famili
1 Tumbuhan pangan 24 14
2 Tumbuhan penghasil kayu bakar 25 15
3 Tumbuhan bahan bangunan 10 7
4 Tumbuhan aromatik 5 4
5 Tumbuhan obat 21 13
6 Tumbuhan penghasil anyaman dan kerajinan 10 7 7 Tumbuhan penghasil pestisida nabati 3 3
8 Tumbuhan penghasil pakan ternak 22 12
9 Tumbuhan ritual, adat dan keagamaan 6 6
10 Tumbuhan hias 4 4
11 Tumbuhan pewarna dan tanin 6 5
12 Tumbuhan penghasil minuman 2 1
13 Tumbuhan Tolak bala 3 2
14 Tumbuhan Kosmetik atau kecantikan 1 1
Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk kayu bakar berdasarkan penelitian memiliki nilai yang paling besar yaitu sebanyak 25 spesies yang termasuk dalam 15 famili sedangkan paling besar keduanya yaitu tumbuhan penghasil pangan sebanyak 24 spesies yang termasuk dalam 14 famili. Tumbuhan penghasil kayu bakar dan bahan pangan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tumbuhan yang paling sedikit yang dimanfaatkan masyarakat yaitu tumbuhan penghasil kecantikan yaitu sebanyak 1 spesies yang termasuk dalam 1 famili. Tumbuhan penghasil kecantikan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat remaja dan dewasa khusunya perempuan dengan tujuan untuk merawat wajahnya.
5.2.3.1 Tumbuhan pangan
Disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun, dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (Jika dimakan ternak dinamakan pakan). Tumbuhan pangan yang digunakan oleh masyarakat disekitar TAHURA Inten Dewata berjumlah 24 spesies yang termasuk dalam 14 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 12.
Tabel 12 Daftar spesies tumbuhan pangan yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Nama Lokal Nama ilmiah Bagian yang Digunakan Lokasi
Jumlah responden yang
memanfaatkan (orang)
1 Aren Arenga pinnata Buah Gn.Palasari 5
2 Duwet Syzygium cumini Buah Gn.Palasari 2
3 Kelapa Cocos nucifera Buah Gn.Palasari 4
4 Kaweni/
Kuweni Mangifera odorata Buah Gn.Palasari 1
5 Limus Mangifera foetida Buah Gn.Palasari 2
6 Melinjo Gnetum gnemon Buah Gn.Palasari 2
7 Nangka Artocarpus heterophyllus Buah,
Biji Gn.Palasari 3
8 Peuteuy/
Petai Parkia speciosa Buah Gn.Palasari 3
9 Pohpohan Pilea trinervia Daun Gn. Kunci 2 10 Jambu
mede Anacardium occidentale Buah Gn.Palasari 2 11 Sarikaya/
Srikaya Annona squamosa Buah Gn.Palasari 1
12 Sirsak Annona muricata Buah Gn.Palasari 1
13 Duren/
Durian Durio zibethinus Buah Gn.Palasari 1
14 Asam
jawa Tamarindus indica Buah Gn.Palasari 1
15 Alpuket Persea americana Buah Gn.Palasari 2 16 Jengkol Pithecellobium jiringa Buah Gn.Palasari 3 17 Cempedak Artocarpus champeden Buah Gn.Palasari 1 18 Jambu air Eugenia aquea Buah Gn.Palasari 3 19 Jambu batu Psidium guajava Buah Gn.Kunci 2 20 Belimbing
manis Averrhoa carambola
Buah Gn.Palasari 2 21 Belimbing
wuluh Averrhoa bilimbi Buah Gn.Palasari 1
22 Lengkeng Dimocarpus longan Buah Gn.Palasari 1 23 Rambutan Nephelium lappaceum Buah Gn.Palasari 2 24 Mangga Mangifera indica Buah Gn.Palasari 2 Berdasarkan Tabel 12 tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat banyak berlokasi di Gunung Palasari sedangkan yang berasal dari Gunung Kunci hanya satu spesies yaitu jambu batu (Psidium guajava).
Masyarakat disekitar TAHURA Inten Dewata masih banyak yang mengkonsumsi tumbuhan pangan yang berasal dari hutan. Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat seperti mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), alpukat (Persea americana) biasanya dimanfaatkan pada musim
berbuah. Tumbuhan pangan yang banyak digunakan oleh masyarakat salah satunya yaitu kolang kaling dari buah aren (Arenga pinnata) sebanyak 5 orang.
Gambar 13 Tumbuhan pangan kolang kaling yang berasal dari buah aren.
5.2.3.2 Energi atau kayu bakar
Kayu bakar merupakan bahan energi yang sangat penting terutama bagi masyarakat pedesaan, dengan alasan ekonomi karena harga minyak tanah atau sumber bahan bakar lain yang kurang terjangkau, dan kemudian memperoleh kayu bakar tanpa harus mengeluarkan biaya, merupakan hal termudah yang dapat mereka lakukan. Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat untuk dijadikan kayu bakar berjumlah 25 spesies yang termasuk dalam 15 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 13.
Tabel 13 Daftar spesies penghasil kayu bakar yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Nama Lokal Nama ilmiah
Bagian yang digunakan Lokasi Jumlah responden yang memanfaatkan (Orang) 1 Albasia Paraserianthes falcataria Ranting Gn.Palasari 2 2 Angsana Pterocarpus indicus Ranting Gn.Palasari 2 3 Aren Arenga pinnata Dahan,
injuk dan daun
Gn.Palasari 3 4 Bambu
tali Gigantochloa apus Batang Gn.Palasari 6 5 Bambu
hawur Bambusa blumeana
Batang Gn.Palasari 3 6 Bambu
betung Dendrocalamus asper
Batang Gn.Palasari 4 7 Mangga Mangifera indica Ranting Gn.Palasari 3 8 Bambu
gombong Gigantochloa verticillata
Batang Gn.Palasari 4
Tabel 13 (lanjutan)
9 Bambu
tamiang Schizostachyum blumei
Batang, ranting
Gn.Palasari 4 10 Flamboyan Delonix regia Ranting Gn.Palasari 2 11 Gmelina/
Jati putih
Gmelina arborea Ranting Gn.Palasari 2
12 Kelapa Cocos nucifera Dahan,
dan daun Gn.Palasari 4 13 Kopi Coffea arabica Ranting Gn.Palasari 1 14 Kilandra bunga merah Calliandra callothyrus Ranting Gn.Palasari 5 15 Kilandra bunga putih
Calliandra teragona Ranting Gn.Palasari 5
16 Kayu
manis Cinnamomum burmanii
Ranting Gn.Palasari 1 17 Karet Hevea brasiliensis Ranting Gn.Palasari 2 18 Limus Mangifera foetida Ranting Gn.Palasari 1 19 Mahoni Swietenia mahagoni Ranting Gn.Palasari 3 20 Melinjo Gnetum gnemon Ranting Gn.Palasari 2 21 Nangka Artocarpus
heterophyllus
Ranting Gn.Palasari 1 22 Peuteuy/
Petai Parkia speciosa
Ranting Gn.Palasari 2 23 Sobsi Maesopsis eminii Ranting Gn.Palasari 3 24 Salam Syzygium
polyanthum
Ranting Gn.Palasari 2 25 Tisuk/
Waru gunung Hibiscus macrophyllus
Ranting Gn.Palasari 1
Berdasarkan Tabel 13 kayu bakar yang sering digunakan oleh masyarakat yaitu kaliandra bunga merah (Calliandra callothyrus) dan kaliandra bunga putih
(Calliandra teragona) masing-masing 5 orang.
Gambar 14 Contoh pohon mahoni (Swietenia mahagoni) yang dijadikan kayu bakar oleh masyarakat.
Masyarakat banyak yang menggunakan kayu bakar yang berasal dari Gunung Palasari. Masyarakat disekitar TAHURA Inten Dewata lebih memilih kayu bakar dari pada gas LPG karena kayu bakar mudah didapat dan tidak perlu memerlukan biaya untuk mendapatkannya. Tumbuhan penghasil kayu bakar ini banyak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
5.2.3.3 Bahan bangunan
Tumbuhan penghasil bahan bangunan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata untuk rumah, jembatan, pos kamling, pagar dan kandang ternak yaitu berjumlah 10 spesies yang termasuk dalam 7 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 14.
Tabel 14 Daftar spesies tumbuhan penghasil bahan bangunan yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Nama Lokal Nama ilmiah Bagian yang
digunakan Keterangan Lokasi
Jumlah reponden yang memanfaatkan
(orang) 1 Bambu
tali Gigantochloa apus
Batang Bilik/ Dinding, Reng Gn.Palasari 7 2 Bambu hawur Bambusa blumeana
Batang Reng Gn.Palasari 3 3 Bambu
betung Dendrocalamus asper
Batang Lantai rumah/ palupuh
Gn.Palasari 2 4 Bambu
gombong Gigantochloa verticillata
Batang Reng Gn.Palasari 2 5 Bambu
tamiang Schizostachyum blumei
Batang Reng Gn.Palasari 1 6 Flamboyan Delonix regia Batang Kusen Gn.Palasari 3 7 Jengkol Pithecellobium
jiringa Dahan
Kusen,
tiang Gn.Palasari 2 8 Kelapa Cocos nucifera Batang Kusen, usuk Gn.Palasari 3 9 Mahoni Swietenia mahagoni Dahan Kusen, pintu, papan lantai rumah Gn.Palasari 3 10 Nangka Artocarpus heterophyllus Batang Pintu, tiang Gn.Palasari 2
Berdasarkan Tabel 14 spesies tumbuhan yang banyak dipakai oleh masyarakat yaitu bambu tali (Gigantochloa atter) sebanyak 7 orang, flamboyan (Delonix regia), kelapa (Cocos nucifera), dan mahoni (Swietenia mahagoni) masing-masing sebanyak 3 orang. Spesies tumbuhan tersebut mudah ditemukan di
Gunung Palasari sehingga masyarakat bisa memanfaatkannya dengan mudah. Masyarakat banyak memanfaatkan tumbuhan untuk bahan bangunan yang berasal dari Gunung Palasari.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 15 Contoh bentuk bangunan (a) jembatan (b) saung (c) kandang ternak (d) rumah.
5.2.3.4 Tumbuhan aromatik
Tumbuhan aromatik dapat juga disebut tumbuhan penghasil minyak atsiri. Tumbuhan penghasil minyak atsiri memiliki ciri bau dan aroma karena fungsinya yang paling luas dan umum diminati adalah sebagai pengharum, baik sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun pada produk rumah tangga lainnya. Tumbuhan aromatik yang digunakan oleh masyarakat berjumlah 5 spesies yang termasuk dalam 4 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 15.
Tabel 15 Daftar spesies tumbuhan aromatik yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Nama Lokal ilmiah Nama Bagian Keterangan Lokasi
Jumlah responden yang memanfaatkan (orang) 1 Kenanga Cananga odorata Bunga Pengharum ruangan Gn. Palasari 3 2 Kayu
putih Melaleuca leucadendron
Daun Pewangi Gn. Palasari 2 3 Kayu
manis Cinnamomum burmannii Kulit
batang Aroma dan pelezat makanan Gn. Palasari 6 4 Salam Syzygium polyanthum Daun Aroma makanan Gn. Palasari 8 5 Kemiri Aleurites moluccana Biji Aroma makanan Gn. Palasari 3
Berdasarkan Tabel 15 tumbuhan aromatik yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu daun salam (Syzygium polyanthum) sebanyak 8 orang dan kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebanyak 6 orang. Spesies tumbuhan tersebut banyak dimanfaatkan oleh perempuan untuk dijadikan bumbu masak. Tumbuhan aromatik ini biasanya digunakan untuk pemberi aroma pada makanan. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan tersebut banyak berasal dari Gunung Palasari.
Gambar 16 Contoh Pemanfaatan (a) daun salam (Syzygium polyanthum) untuk aroma pada makanan (b) kayu manis (Cinnamomum burmannii) untuk aroma dan pelezat pada makanan.
5.2.3.5 Tumbuhan obat
Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat yang berfungsi sebagai obat berjumlah 21 spesies yang masuk kedalam 13 famili selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17. Masyarakat beranggapan bahwa tumbuhan obat itu sangat
bermanfaat untuk kehidupannya. Selain tumbuhan obat itu bersifat alami tumbuhan obat tersebut mudah didapat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat spesies tumbuhan yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit yaitu menurunkan darah tinggi. Spesies tumbuhan yang biasanya digunakan untuk menurunkan darah tinggi yaitu mindi (Melia azedarach), suji (Pleomele angustifolia), sintrong (Crassocephalum crepidioides), salam (Syzygium polyanthum), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan cecendet (Physalis angulata). Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk obat berasal dari Gunung Palasari dan Gunung Kunci hanya 1 spesies yaitu bakung (Crinum asiaticum) untuk mengobati kutil.
(a) (b)
Gambar 17 Contoh pemanfaatn spesies tumbuhan (a) bandotan (Ageratum
conyzoides) digunakan untuk mengobati luka berdarah pada kulit (b) sintrong (Crassocephalum crepidioides) digunakan untuk
menurunkan darah Tinggi.
5.2.3.6 Tumbuhan anyaman dan kerajinan
Tumbuhan penghasil anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang bisa dibuat tali, anayaman maupun kerajinan. Masyarakat yang memiliki keahlian untuk membuat anyaman dan kerajinan dari tumbuhan hanya sedikit. Masyarakat biasanya membuat anyaman dan kerajinan hanya untuk keperluan rumah tangga seperti peralatan rumah tangga (ayakan, hihid, asepan) dan hiasan rumah tangga (asbak).
Pengelolaan tumbuhan untuk anyaman dan kerajinan menggunakan peralatan yang sederhana seperti golok, gergaji, dan pisau. Responden yang memiliki keahlian untuk membuat kerajinan tersebut biasanya responden yang
sudah dewasa atau lansia. Responden yang memiliki keahlian tersebut memiliki kemampuan yang berasal dari nenek moyangnya. Keahlian tersebut diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat generasi remaja sekarang tidak memiliki keahlian tersebut. Tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk dibuat kerajinan berjumlah 10 spesies yang termasuk dalam 7 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 16.
Tabel 16 Daftar spesies tumbuhan anyaman dan kerajinan yang digunakan oleh Masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Nama Lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan Keterangan Lokasi Jumlah responden yang memanfaatkan (orang) 1 Aren Arenga pinnata Ranting Sapu lidi Gn.Palasari 2 2 Bambu
Tali Gigantochloa apus
Batang Hihid, asepan, layang- layang, dan bilik Gn.Palasari 4 3 Bambu gombong Gigantochloa verticillata
Batang Gelas Gn.Palasari 3 4 Gmelina/
Jati putih Gmelina arborea
Batang,
Dahan Asbak Gn.Palasari 2
5 Kelapa Cocos nucifera Daun, Ranting, Batok, Batang Sapu, lidi, asbak dan jembatan Gn.Palasari 4 6 Mahoni Swietenia mahagoni Batang , Dahan Pintu, lemari Gn.Palasari 2 7 Nangka Artocarpus heterophyllus Batang,
Daun Asbak, siger mainan anak kecil
Gn.Palasari 1
8 Pinus Pinus merkusii Daun Hiasan Hajatan Gn.Palasari 1 9 Bambu betung Dendrocalamus asper Batang Tempat sadapan aren Gn.Palasari 2 10 Bambu
tamiang Schizostachyum blumei
Batang Asbak, gelas Gn.Palasari 3
Berdasarkan Tabel 16 tumbuhan yang banyak digunakan untuk anyaman dan kerajinan oleh masyarakat yaitu kelapa (Cocos nucifera) dan bambu tali
(Gigantochloa atter) sebanyak 4 orang. Masyarakat banyak memanfaatkan tumbuhan untuk anyaman dan kerajinan yang berasal dari Gunung Palasari.
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar 18 Contoh pembuatan kerajinan masyarakat TAHURA Inten Dewata (a) proses pembuatan layang-layang (b) layang-layang yang sudah jadi
(c).batok kelapa yang dibuat untuk tempat minum (d) pembuatan asbak dari pohon mahoni (e) mobil-mobilan dari bambu.
5.2.3.7 Tumbuhan penghasil pestisida nabati
Sementara pestisida nabati dan racun alami merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan untuk mengendalikan organisme penganggu tumbuhan. Fungsinya sebagai penolak, penarik, pemandul, pembunuh dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 spesies yang digunakan oleh masyarakat untuk pupuk organik, pestisida nabati dan racun alami yang termasuk dalam 3 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 17.
Tabel 17 Daftar spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati dan yang digunakan oleh masyarakat sekitar di TAHURA Inten Dewata
No. Nama Lokal Nama ilmiah Bagian Lokasi
Jumlah responden yang
memanfaatkan (orang) 1 Aren Arenga pinnata Kulit buah Gn. Palasari 3 2 Gadung Dioscorea hispida Umbi Gn. Palasari 2 3 Jengkol Pithecellobium
jiringa
Berdasarkan Tabel 17 tumbuhan penghasil pupuk organik, pestisida nabati dan racun alami yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu aren (Arenga pinnata) sebanyak 3 orang. Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat spesies tumbuhan yang banyak digunakan untuk penyubur tanaman yaitu kulit buah aren (Arenga pinnata) yang ditaburkan oleh masyarakat ke sawahnya. Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk pupuk organik berasal dari Gunung Palasari.
(a) (b)
Gambar 19 Contoh penggunaan pupuk nabati dari (a) kulit buah aren (Arenga pinnata) yang akan ditaburkan ke sawah untuk pupuk padi (b) daun
jengkol (Pithecellobium jiringa) kering untuk penyubur tanaman.
5.2.3.8 Tumbuhan penghasil pakan ternak
Tumbuhan penghasil pakan ternak adalah seluruh spesies tumbuhan yang diberikan kepada hewan pemeliharaan baik langsung maupun dicampur. Menurut Manetje dan Jones (1992) dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Spesies ini bisa dibudidayakan dan mudah dijumpai misalnya di padang rumput, pematang sawah, tebing, dan tanaman penutup pada perkebunan. Salah satu spesiesnya adalah rumput pahit (Axonopus compressus).
Masyarakat banyak yang memanfaatkan tumbuhan untuk pakan ternaknya. Kegiatan pengambilan rumput di hutan ini hampir dilakukan tiap hari oleh masyarakat. Masyarakat biasanya mengambil pakan ternak tersebut pada pagi hari atau sore hari. Spesies tumbuhan yang diambil oleh masyarakat yaitu jenis
rumput-rumputan dan daun-daunan yang bisa dijadikan pakan ternak untuk satwanya.
Berdasarkan penelitian terdapat tumbuhan penghasil pakan yang ada disekitar TAHURA Inten Dewata berjumlah 22 spesies yang masuk ke dalam 12 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 18.
Tabel 18 Daftar spesies tumbuhan pakan ternak yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Nama Lokal Nama ilmiah Lokasi yang memanfaatkan Jumlah responden (orang) 1 Ilalang Imperata cylindrica Gn. Palasari 4
2 Aren Arenga pinnata Gn. Palasari 3
3 Bandotan Ageratum conyzoides Gn. Palasari 3 4 Baduyut Trichosanthes villosa Gn. Palasari 2 5 Sembung rambat/
Ki papatong Mikania micrantha Gn. Palasari 3 6 Kentangan Borreria latifolia Gn. Palasari 2 7 kahitutan/
Daun kentut Paederia scandens Gn. Palasari 1 8 Nangka Artocarpus heterophyllus Gn. Palasari 2 9 Rumput Lameta/
Lembetah Sacciolepis ladica Gn. Palasari 2 10 Rumput
palias leutik Pogonatherum crinitum
Gn. Palasari 2 11 Rumput
gagajahan Pennisetum purpureum Gn. Palasari 6 12 Rumput
putri malu Mimosa pudica Gn. Palasari 4 13 Rumput Bulu/
Lamisan bulu Oplismenus burmanii Gn. Palasari 5 14 Rumput
Mumundingan/ Bebek
Echiochloa colomun Gn. Palasari 3
15 Rumput pait Paspalum conjugatum Gn. Palasari 3 16 Rumput bayondah Microstegium ciliatum Gn. Palasari 4 17 Sobsi Maesopsis eminii Gn. Palasari 3 18 Sintrong Crassocephalum crepidioides Gn. Palasari 4 19 teki badot/
Kukurabuan Cyperus rotundus Gn. Palasari 3 20 tembelekan/
Tahi ayam Lantana camara Gn. Palasari 2 21 Batata/
Gadung Tikus
Tacca palmata Gn. Palasari 2
22 Seruni Wedelia calendulacea Gn. Palasari 2 Berdasarkan Tabel 18 tumbuhan pakan ternak yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu rumput gagajahan (Pennisetum purpureum) sebanyak 6
orang dan lamisan bulu (Oplismenus burmanii) sebanyak 5 orang. Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk pakan ternak berasal dari Gunung Palasari. Berikut adalah beberapa contoh spesies tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat disekitar TAHURA Inten Dewata yang digunakan untuk pakan sapi, domba, kelinci, dan marmut.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 20 Contoh pakan satwa yang digunakan oleh masyarakat disekitar TAHURA Inten Dewata (a) Pakan domba dari buah aren langari (b) pakan domba berbagai spesies rumput-rumputan (c) domba yang sedang memakan pakannya (d) marmut yang sedang makan pakannya.
5.2.3.9 Tumbuhan ritual, adat, dan keagamaan
Tumbuhan dalam masyarakat adat memegang peranan yang penting dalam hal ritual dan keagamaan. Seperti keberadaan tepung ketan yang sangat istimewa pada masyarakat Dayak Meratus dalam kehidupannya. Sifat ketan yang
butir-butirnya saling merekat erat bila ditanak dan tahan lama menempatkannya sebagai sesajen yang harus selalu ada dalam setiap ritual adat (Kartikawati, 2004).
Acara akikah biasanya menggunakan air yang berisi bunga dimana acara tersebut merupakan ritual yang ada dilakukan secara turun temurun. Acara syukuran kehamilan biasanya menggunakan bunga untuk dimandikan kepada orang yang lagi hamil. Tempat yang berisi air dan bunga tersebut biasanya diberi doa dulu setelah itu wanita yang sedang hamil diharuskan mandi menggunakan wadah yang berisi bunga tersebut. Tumbuhan yang dipakai untuk ritual, adat dan keagamaan ada 6 spesies yang termasuk ke dalam 6 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 19.
Tabel 19 Daftar Tumbuhan ritual, adat dan keagaman yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Nama Lokal ilmiah Nama Bagian Keterangan Lokasi memanfaatkan Jumlah yang (orang) 1 Bambu tali Gigantochloa apus Batang, Daun Pernikahan, Khitanan, Syukuran kehamilan dan kelahiran Gn.Palasari 15 2 Mangga Mangifera indica Buah Sesajen waktu mengadakan ritual hajatan rumah Gn.Palasari 5
3 Kelapa Cocos nucifera Daun Pernikahan,
Khitanan Gn.Palasari 23 4 Kenanga Cananga odorata Bunga Syukuran kehamilan, kelahiran , dan untuk nyekar ke orang meninggal Gn.Palasari 2 5 Rumput palias leutik Pogonatherum crinitum Semuanya Untuk disimpan di punggung orang yang mau meninggal Gn.Palasari 2 6 Saga Abrus precatorius Daun Acara 7 bulanan untuk syukuran kehamilan Gn.Palasari 1 7 Kembang
sepatu Hibiscus rosa-sinensis
Bunga Syukuran kehamilan, kelahiran
Berdasarkan Tabel 19 tumbuhan ritual, adat dan keagamaan yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu kelapa (Cocos nucifera) sebanyak 23 orang dan bambu tali (Gigantochloa apus) sebanyak 15 orang. Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk ritual, adat dan keagamaan berasal dari Gunung Palasari. Masyarakat disekitar TAHURA Inten Dewata masih mempercayai bahwa tumbuhan dapat digunakan untuk kebutuhan ritual, adat dan keagamaan. Masyarakat yang melakukan kegiatan seperti syukuran nikahan, syukuran akikah, kelahiran dan kehamilan biasanya menggunakan tumbuhan seperti bunga, daun, beras dan bambu. Kegiatan sawer dan ngeyek sereh dalam pernikahan juga biasanya menggunakan tumbuhan untuk kegiatan ritual dan adat masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata. Untuk acara sawer biasanya diawali dulu dengan nyanyian atau tembang yang bertujuan untuk memberi nasihat kedua mempelai setelah tembang selesai salah satu pihak keluarga menyawerkan uang, beras, kunyit dan daun sirih ke dua mempelai dan masyarakat yang menonton kegiatan tersebut mengambil hasil saweran tersebut. Untuk kegiatan selanjutnya yaitu pengantin harus memecahkan guci yang berisi air yang ditutup daun pisang dan ada bambu tali yang ukuran kecil dimana bambu tali ini untuk di injak oleh mempelai laki-laki.
Gambar 21 Contoh pemanfaatan bambu tali (Gigantochloaapus) yang digunakan oleh masyarakat dalam adat pernikahan sunda.
5.2.3.10..Tumbuhan hias
Tumbuhan hias merupakan salah satu komoditi holtikultura non pangan yang digolongkan sebagai holtikultur. Kehidupan sehari-hari komoditas ini
dibudidayakan untuk menikmati keindahannya. Tumbuhan hias merupakan komoditi holtikultura non-pangan yang digolongkan ke dalam holtikultur, dalam kehidupan sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan dalam dan luar rumah (Arafah, 2005). Tumbuhan hias yang dipakai atau dipelihara oleh masyarakat berjumlah 4 spesies yang termasuk ke dalam 4 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 20. Tabel 20 Daftar spesies tumbuhan hias yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No Nama lokal Nama famili Lokasi yang memanfaatkan Jumlah reponden (orang) 1 Anggrek merpati Dendrobium
crumenatum
Gn. Palasari 4 2 Kelapa Cocos nucifera Gn. Palasari 6 3 Kadaka/Paku sarang
burung Asplenium nidus Gn. Palasari 3 4 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis Gn. Palasari 1
Berdasarkan Tabel 20 tumbuhan hias yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu kelapa (Cocos nucifera) sebanyak 6 dan anggrek merpati (Dendrobium crumenatum) sebanyak 4 orang. Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk dijadikan hiasan berasal dari Gunung Palasari.
(a) (b)
Gambar 22 Contoh tumbuhan hias yang digunakan oleh masyrakat (a) anggrek merpati (Dendrobium crumenatum) (b) kadaka (Asplenium nidus).
5.2.3.11..Tumbuhan pewarna dan tanin
Tumbuhan pewarna adalah spesies tumbuhan yang dapat memberikan pengaruh warna terhadap benda baik makanan, minuman atau benda lain setelah diolah sebelumnya. Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali berupa ekstrak dari pepangan atau bagian lain terutama daun,
buah dan puru. Hasil dari penyamakan kulit dengan tanin berupa kulit samak yang banyak manfaatnya, selain samak kulit juga dapat menyamak jala, tali dan layar. Tanin juga digunakan sebagai perekat, pewarna dan mordan (Lemmens & Soetjipto, 1999). Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk bahan pewarna dan tanin hanya sedikit. Berdasarkan hasil penelitian hanya menemukan tumbuhan pewarna dan tanin ada 6 spesies yang termasuk dalam 5 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 21.
Tabel 21 Daftar spesies tumbuhan pewarna dan tanin yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Nama Lokal ilmiah Nama Bagian Warna Keterangan Lokasi
Jumlah responden yang memanfaatkan (orang) 1 Angsana Pterocarpu s indicus
Getah Merah Dipanaskan Gn.Palasari 2 2 Jati Tectona
grandis
Daun Merah Direbus Gn.Palasari 4 3 Karet Hevea
brasiliensis
Getah - Perekat Gn.Palasari 1 4 Katusba/
Kastuba Euphorbia pulcherrim a
Getah - Perekat Gn.Palasari 1 5 Suji Pleomele
angustifolia
Daun Hijau Direbus Gn.Palasari 3 6 teureup/
Benda Artocarpus elastica
Getah - Perekat Gn.Palasari 2
Berdasarkan Tabel 21 tumbuhan pewarna yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu jati sebanyak 4 orang sedangkan tumbuhan penghasil tanin yaitu teureup sebanyak 2 orang. Daun jati (Tectona grandis) biasanya digunakan oleh para laki-laki remaja untuk mewarnai layang-layang. Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk dijadikan bahan pewarna berasal dari Gunung Palasari.
5.2.3.12 Tumbuhan penghasil minuman
Tumbuhan penghasil minuman, dicirikan dengan kandungan air pada salah satu bagian tumbuhan. Air kelapa biasanya masyarakat meminum yang masih muda dikarenkan air kelapa yang masih muda sangat enak sedangkan untuk air lahang ini diperoleh dari hasil sadapan aren. Tumbuhan penghasil minuman tidak banyak ditemukan di lokasi penelitian, hanya ditemukan 2 spesies yaitu kelapa dan aren yang masuk ke dalam 1 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 22.
Tabel 22 Daftar spesies tumbuhan penghasil minuman yang digunakan oleh Masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Nama Lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan Lokasi yang memanfaatkan Jumlah responden (orang) 1 Aren Arenga pinnata Air sadapannya Gn. Palasari 12 2 Kelapa Cocos nucifera Air buah Gn. Palasari 18
Berdasarkan Tabel 22 tumbuhan penghasil minuman yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu kelapa (Cocos nucifera) sebanyak 18 orang sedangkan untuk air lahang masyarakat yang mengkonsumsi sebanyak 12 orang. Pohon kelapa ini sangat mudah oleh masyarakat untuk peroleh. Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk dijadikan bahan minuman berasal dari Gunung Palasari.
5.2.3.13 Tumbuhan tolak bala
Tumbuhan tolak bala adalah suatu spesies tumbuhan yang digunakan untuk penolak bahaya. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 spesies yang termasuk dalam 2 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 23.
Tabel 23 Daftar spesies tumbuhan tolak bala yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Nama Lokal ilmiah Nama Bagian Keterangan Lokasi
Jumlah responden yang memanfaatkan (orang) 1 Aren Arenga pinnata Harupat/ Pelepah Syukuran kampung Gn.Palasari 8 2 Mangga Mangifera indica
Buah Sasajen waktu
tolak bala Gn.Palasari 6 3 Kelapa Cocos nucifera Buah Buah untuk
sasajen Gn.Palasari 19
Berdasarkan Tabel 23 tumbuhan tolak bala yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu kelapa (Cocos nucifera) sebanyak 19 orang. Masyarakat masih meyakini hal tersebut karena banyak masyarakat yang memakai tumbuhan tolak bala ini untuk dipasang di atas pintu rumah mereka. Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk dijadikan tolak bala berasal dari Gunung Palasari.
Gambar 25 Contoh tumbuhan yang digunakan untuk tolak bala yang dipasang di atas pintu.
5.2.3.14 Tumbuhan kosmetik atau kecantikan
Masyarakat disekitar TAHURA Inten Dewata sebagian anak mudanya cukup banyak yang memanfaatkan tumbuhan untuk kecantikan wajahnya. Berdasarkan hasil penelitian ada 1 spesies yang termasuk kedalam 1 famili yang digunakan oleh masyarakat untuk kosmetik atau kecantikan.
Dahan aren (Arenga pinnata) yang biasanya digunakan oleh para remaja dan dewasa putri untuk kecantikan sebanyak 9 orang. Dahan aren (Arenga pinnata) tersebut dijadikan kayu bakar terlebih dahulu setelah itu diambil abunya untuk dijadikan kecantikan pada kulit wajah. Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk dijadikan bahan kecantikan berasal dari Gunung Palasari.
Gambar 26 Contoh dahan aren (Arenga pinnata) yang digunakan untuk bahan kecantikan.
5.2.3.15 Persentase potensi tumbuhan berguna di TAHURA Inten Dewata
Berdasarkan pengelompokan tumbuhan diperoleh 14 kategori spesies tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat yaitu obat, kayu bakar, bahan bangunan, aromatik, obat, anyaman dan kerajinan, pestisida nabati, pakan ternak, adat, hias, pewarna, minuman, tolak bala dan kosmetik atau kecantikan. Jumlah tumbuhan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yaitu 154 spesies yang masuk ke dalam 59 famili. Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat berjumlah 83 spesies (53,89%) dan tumbuhan yang belum dimanfaatkan berjumlah 71 spesies (46,10%).
5.3 Interaksi Masyarakat dengan Kawasan TAHURA Inten Dewata
5.3.1 Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di TAHURA Inten Dewata
Masyarakat memanfaatkan tumbuhan yang ada di TAHURA Inten Dewata sebanyak 83 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam 35 famili, dengan rincian spesies tumbuhan yang dimanfaatkan di Gunung Palasari sebanyak 18 spesies sedangkan di Gunung Kunci sebanyak 2 spesies. Interaksi masyarakat lebih banyak memanfaatkan tumbuhan yang berada di Gunung Palasari dikarenakan
aksesnya sangat mudah jika dibandingkan dengan Gunung Kunci yang kondisinya dibenteng oleh tembok pembatas.
Berdasarkan pengelompokan manfaat diperoleh 14 kategori spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Gunung Palasari yaitu obat, kayu bakar, bahan bangunan, aromatik, obat, anyaman dan kerajinan, pestisida nabati, pakan ternak, adat, hias, pewarna, minuman, tolak bala dan kosmetik atau kecantikan sedangkan di Gunung Kunci hanya 2 kategori yaitu pangan dan obat.
Spesies tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat antara lain aren (Arenga Pinnata), kelapa (Cocos nucifera), mangga (Mangifera odorata), nangka (Artocapus heterophyllus) dan mahoni (Swietenia mahagoni) yang dimanfaatkan untuk keprluan sehari-hari dan selengkapnya dapat dilihat pada lampirn 16.
5.3.2 Kearifan tradisional berdasarkan tipologi masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan
Masyarakat di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda dimana setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Tipologi masyarakat adalah karakteristik masyarakat yang berdasarkan kriteria yang kompleks yaitu gabungan pola adaptasi ekologi dan sistem dasar kemasyarakatan (Koentjaraningrat, 1979).
Tipologi masyarakat yang berada di Dusun Bebedahan, Naleggong dan Sindang Palay salah satu contohnya yaitu dalam hal pemanfaatan pohon Aren (Arenga pinnata). Kegiatan dalam pemanfaatan pohon aren (Arenga pinnata) ini terdapat sistem kelompok pembuatan kolang kaling dan gula aren.
(a) (b)
Gambar 27 Contoh kegiatan dalam pemanfaatan pohon aren (a) pembuatan kolang kaling (b) pembuatan gula aren.
Proses pengelolaan kolang kaling dan gula aren menggunakan alat dan bahan yang sederhana, misalnya dalam mengolah kolang kaling dan gula aren masih menggunakan tungku dan kayu bakar.
(a) (b)
Gambar 28 Contoh pengelolaan (a) kolang kaling (b) gula aren yang masih menggunakan alat dan bahan yang masih sederhana.
Pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan aren (Arenga pinnata) menjadi bahan makanan kolang kaling dan gula aren salah satunya dengan menggunakan satu batang bambu tali (Gigantochloa apus) dimana terdapat perbedaan untuk naik ke pohon aren.
(a) (b)
Gambar 29 Contoh pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan pohon aren untuk (a) gula aren (b) kolang kaling.
Sistem kelompok lainnya seperti kelompok pengambil kayu bakar, kelompok pengrajin dan anyamanan serta kelompok pengambil pakan untuk ternak. Pada
setiap kelompok tersebut tidak pernah terjadi konflik karena diantara kelompok tersebut saling mendukung satu sama lainnya.
5.3.3 Praktek konservasi oleh masyarakat di kawasan TAHURA Inten Dewata Kegiatan konservasi yang dilakukan oleh masyarakat dan pihak pengelola TAHURA Inten Dewata yaitu dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti patroli, pembibitan, dan penanaman. Kegiatan patroli ini dilakukan oleh pegawai TAHURA Inten Dewata dan tokoh masyarakat dengan tujuan untuk memantau kondisi dan menjaga kawasan TAHURA Inten Dewata ini. Kegiatan penanaman dilakukan oleh Pegawai DISHUTBUN (Dinas Kehutanan dan Perkebunan), TAHURA Inten Dewata dan masyarakat setempat. Adapun beberapa spesies tumbuhan yang ditanam contohnya mahoni (Swietenia mahagoni), jambu lilin (Eugenia jambos), buah nona (Annona reticulata), namnam (Cynometra cauliflora) dan sebagainya. Kegiatan pembibitan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu berupa pembibitan spesies tumbuhan seperti mahoni (Swietenia mahagoni) dan sengon (Paraserianthes falcataria) yang bijinya diperoleh dari hutan. Spesies tumbuhan yang telah dibibitkan oleh masyarakat tersebut lalu ditanam di kebunnya masing-masing.
Kegiatan tersebut merupakan rasa kecintaan masyarakat dan pengelola TAHURA Inten Dewata untuk menjaga dan merawat hutan. Masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata beranggapan bahwa dengan menjaga hutan berarti hutan tersebut akan memberikan timbal balik kepada mereka.
5.4 Analisis antara Fungsi Kawasan TAHURA dan Praktek di Lapangan
Kawasan TAHURA memiliki beberapa fungsi yang dapat dimanfaatkan dan dilaksanakan oleh pemerintah serta masyarakat setempat. Analisis fungsi TAHURA dengan pelaksanaannya oleh masyarakat dan pemerintah di sekitar TAHURA Inten Dewata dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Analisis fungsi TAHURA dengan pelaksanaanya oleh pemerintah dan masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata
No. Peraturan perundangan Fungsi TAHURA Praktek di Lapangan
1 Menurut.SK.
Dirjen.PHPA No.129/Kpts/ DJ-VI/1996
Terjaminnya Kelestarian.kawasan
taman hutan raya Pemerintah dan masyarakat setempat melakukan pelestarian dimana masyarakat membantu dalam merawat sumberdaya alam di TAHURA Inten Dewata contohnya melakukan patroli yang dilakukan oleh pegawai DISHUTBUN (Dinas Kehutanan dan Perkebunan) dan masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata. Selain itu, masyarakat juga membantu pegawai TAHURA Inten Dewata jika di kawasan ini terjadi kebakaran hutan.
Pihak DISHUTBUN dan TAHURA Inten Dewata masih kurang tegas dalam memberikan sangsi kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran di dalam kawasan misalnya orang yang menebang pohon dan mengambil sumberdaya alam lainnya.
Terbinanya.koleksi tumbuhan dan satwa serta potensi kawasan taman hutan raya DISHUTBUN dan masyarakat setempat telah melakukan penanaman spesies tumbuhan pada tahun 2006 yang berlokasi di Gunung Palasari contohnya jenis jambu.lilin (Eugenia jambos), buah nona (Annona reticulata), namnam (Cynometra cauliflora) dimana hal ini dilakukan untuk koleksi spesies tumbuhan di TAHURA Inten Dewata.
Untuk koleksi satwa, pihak Dishutbun dan TAHURA Inten Dewata belum optimal untuk melakukan kegiatan ini karena sebelumnya sudah melakukan koleksi satwa berupa jenis-jenis burung yang ada di Gunung Kunci tapi pelaksanaanya belum optimal.
Optimalnya manfaat taman hutan raya untuk wisata alam, penelitian, pendidikan,.ilmu.pengetahuan,
budaya,.menunjang budidaya.dan.bagi kesejahteraan masyarakat
Gunung Kunci dan Gunung Palasari merupakan salah satu tempat wisata alam yang berada di Kabupaten Sumedang. Masyarakat di sekitar Kabupaten Sumedang banyak memanfaatkan objek wisata ini sebagai tempat rekreasi karena hal tersebut masyarakat disekitar TAHURA Inten Dewata banyak yang berdagang di tempat ini. Adanya pekerjaan sebagai pedagang di sekitar TAHURA Inten Dewata secara tidak langsung memberikan kesejahtraan kepada masyarakat. Selain itu ada beberapa masyarakat yang mendapatkan penghasilan dengan memanfaatkan pohon aren (Arenga pinnata) untuk dijadikan kolang kaling dan gula aren.
Gunung Kunci dan Gunung Palasari digunakan oleh pelajar atau mahasiswa untuk melakukan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan.