• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI TAHUN 2016"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI

TAHUN 2016

DIREKTORAT PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

(2)

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI

TAHUN 2016

DIREKTORAT PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAK

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

(3)
(4)

i

-i

KATA PENGANTAR

Pembangunan sub sektor peternakan sebagai bagian dari upaya-upaya operasionalisasi keberpihakan Pemerintah kepada masyarakat peternak diwujudkan dengan penerapan Pengembangan Aneka Ternak khususnya daging kelinci dalam rangka promosi substitusi daging sapi. Pedoman Pengembangan Budidaya Kelinci yang difailitasi oleh Ditjen PKH menggunakan Dana APBN Dekonsentrasi dengan akun Belanja Barang. Proses pengadaan barang & jasa melalui mekanisme lelang yang mengacu pada Perpres 70 Tahun 2012. Pada dasarnya penerapan pola bantuan ini adalah untuk memberdayakan kelompok peternak dalam mengembangkan budidaya kelinci.

Untuk mendukung terlaksananya kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Kelinci perlu dilakukan penataan sistem budidaya yang mencakup penataan sistem kandang, manajemen pengelolaan, pembinaan, pengawasan dan pelaporan. Dengan demikian perlu disusun Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Kelinci. yang dapat dijadikan acuan oleh daerah.

Semoga pedoman pelaksana ini dapat membantu dalam melaksanakan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan & Keswan Provinsi dan Kab/Kota serta Kelompok Peternak kelinci.

Jakarta, 2016

Direktur Jenderal Peternakan & Keswan

Dr.Ir. Muladno, MSA NIP. 196108241986031001

(5)

ii -ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……… i iii DAFTAR ISI……….. ii iii DAFTAR TABEL……….. iii

iii DAFTAR LAMPIRAN ……….. iv iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran………....……… 2

C. Ruang lingkup………. 3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan………. 3

E. Pengertian………. 3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A. Persiapan ...…. 5

B. Pelaksanaan... 6

III. PENGADAAN SARANA PRODUKSI 8

A. Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kelinci... 8

5 B. Proses Pengadaan...……….. 9

C. Serah terima/Distribusi Sapronak... ………. 9

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI 10

A. Penentuan Bibit... ………... 10 B. Pakan... ……… 11 ... C. Tatalaksana Kandang... 11 D. Kesehatan Hewan... 12 E. Kesejahteraan Hewan... 13 V. ORGANISASI PELAKSANA 15

A. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan... 15

B. Tim Pembina Provinsi... ……… 15 ...

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota... 16

16 D. Kelompok... 16

VI. PEMBINAAN 18

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN 19

A. Output...………..……… 19

12122 3 B Outcome.……….. 19

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 20

25555 55 A. Monitoring... 27 27 20 22222 555 55 5 5v c6dfs5 641ds g+98g ds+54 6 B. Evaluasi ... 20 C. Pelaporan... 20 44444 44455 555 IX. PENUTUP... 22 LAMPIRAN... 23 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……… i iii DAFTAR ISI……….. ii iii DAFTAR TABEL……….. iii

iii DAFTAR LAMPIRAN ……….. iv iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran………....……… 2

C. Ruang lingkup………. 3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan………. 3

E. Pengertian………. 3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A. Persiapan ...…. 5

B. Pelaksanaan... 6

III. PENGADAAN SARANA PRODUKSI 8

A. Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kelinci... 8

5 B. Proses Pengadaan...……….. 9

C. Serah terima/Distribusi Sapronak... ………. 9

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI 10

A. Penentuan Bibit... ………... 10 B. Pakan... ……… 11 ... C. Tatalaksana Kandang... 11 D. Kesehatan Hewan... 12 E. Kesejahteraan Hewan... 13 V. ORGANISASI PELAKSANA 15

A. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan... 15

B. Tim Pembina Provinsi... ……… 15 ...

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota... 16

16 D. Kelompok... 16

VI. PEMBINAAN 18

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN 19

A. Output...………..……… 19

12122 3 B Outcome.……….. 19

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 20

25555 55 A. Monitoring... 27 27 20 22222 555 55 5 5v c6dfs5 641ds g+98g ds+54 6 27777 B. Evaluasi ... 20 C. Pelaporan... 20 44444 44455 555 IX. PENUTUP... 22 LAMPIRAN... 23 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……… i iii DAFTAR ISI……….. ii iii DAFTAR TABEL……….. iii

iii DAFTAR LAMPIRAN ……….. iv iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran………....……… 2

C. Ruang lingkup………. 3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan………. 3

E. Pengertian………. 3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A. Persiapan ...…. 5

B. Pelaksanaan... 6

III. PENGADAAN SARANA PRODUKSI 8

A. Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kelinci... 8

5 B. Proses Pengadaan...……….. 9

C. Serah terima/Distribusi Sapronak... ………. 9

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI 10

A. Penentuan Bibit... ………... 10 B. Pakan... ……… 11 ... C. Tatalaksana Kandang... 11 D. Kesehatan Hewan... 12 E. Kesejahteraan Hewan... 13 V. ORGANISASI PELAKSANA 15

A. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan... 15

B. Tim Pembina Provinsi... ……… 15 ...

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota... 16

16 D. Kelompok... 16

VI. PEMBINAAN 18

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN 19

A. Output...………..……… 19

12122 3 B Outcome.……….. 19

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 20

25555 55 A. Monitoring... 27 27 20 22222 555 55 5 5v c6dfs5 641ds g+98g ds+54 6 27777 7777 B. Evaluasi ... 20 C. Pelaporan... 20 44444 44455 555 IX. PENUTUP... 22 LAMPIRAN... 23 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……… i iii DAFTAR ISI……….. ii iii DAFTAR TABEL……….. iii

iii DAFTAR LAMPIRAN ……….. iv iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran………....……… 2

C. Ruang lingkup………. 3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan………. 3

E. Pengertian………. 3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A. Persiapan ...…. 5

B. Pelaksanaan... 6

III. PENGADAAN SARANA PRODUKSI 8

A. Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kelinci... 8

5 B. Proses Pengadaan...……….. 9

C. Serah terima/Distribusi Sapronak... ………. 9

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI 10

A. Penentuan Bibit... ………... 10 B. Pakan... ……… 11 ... C. Tatalaksana Kandang... 11 D. Kesehatan Hewan... 12 E. Kesejahteraan Hewan... 13 V. ORGANISASI PELAKSANA 15

A. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan... 15

B. Tim Pembina Provinsi... ……… 15 ...

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota... 16

16 D. Kelompok... 16

VI. PEMBINAAN 18

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN 19

A. Output...………..……… 19

12122 3 B Outcome.……….. 19

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 20

25555 55 A. Monitoring... 27 27 20 22222 555 55 5 5v c6dfs5 641ds g+98g ds+54 6 27777 7777 B. Evaluasi ... 20 C. Pelaporan... 20 44444 44455 555 IX. PENUTUP... 22 LAMPIRAN... 23 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……… i iii DAFTAR ISI……….. ii iii DAFTAR TABEL……….. iii

iii DAFTAR LAMPIRAN ……….. iv iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran………....……… 2

C. Ruang lingkup………. 3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan………. 3

E. Pengertian………. 3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A. Persiapan ...…. 5

B. Pelaksanaan... 6

III. PENGADAAN SARANA PRODUKSI 8

A. Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kelinci... 8

5 B. Proses Pengadaan...……….. 9

C. Serah terima/Distribusi Sapronak... ………. 9

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI 10

A. Penentuan Bibit... ………... 10 B. Pakan... ……… 11 ... C. Tatalaksana Kandang... 11 D. Kesehatan Hewan... 12 E. Kesejahteraan Hewan... 13 V. ORGANISASI PELAKSANA 15

A. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan... 15

B. Tim Pembina Provinsi... ……… 15 ...

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota... 16

16 D. Kelompok... 16

VI. PEMBINAAN 18

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN 19

A. Output...………..……… 19

12122 3 B Outcome.……….. 19

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 20

25555 55 A. Monitoring... 27 27 20 22222 555 55 5 5v c6dfs5 641ds g+98g ds+54 6 27777 7777 B. Evaluasi ... 20 C. Pelaporan... 20 44444 44455 555 IX. PENUTUP... 22 LAMPIRAN... 23 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……… i iii DAFTAR ISI……….. ii iii DAFTAR TABEL……….. iii

iii DAFTAR LAMPIRAN ……….. iv iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran………....……… 2

C. Ruang lingkup………. 3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan………. 3

E. Pengertian………. 3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A. Persiapan ...…. 5

B. Pelaksanaan... 6

III. PENGADAAN SARANA PRODUKSI 8

A. Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kelinci... 8

5 B. Proses Pengadaan...……….. 9

C. Serah terima/Distribusi Sapronak... ………. 9

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI 10

A. Penentuan Bibit... ………... 10 B. Pakan... ……… 11 ... C. Tatalaksana Kandang... 11 D. Kesehatan Hewan... 12 E. Kesejahteraan Hewan... 13 V. ORGANISASI PELAKSANA 15

A. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan... 15

B. Tim Pembina Provinsi... ……… 15 ...

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota... 16

16 D. Kelompok... 16

VI. PEMBINAAN 18

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN 19

A. Output...………..……… 19

12122 3 B Outcome.……….. 19

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 20

25555 55 A. Monitoring... 27 27 20 22222 555 55 5 5v c6dfs5 641ds g+98g ds+54 6 27777 7777 B. Evaluasi ... 20 C. Pelaporan... 20 44444 44455 555 IX. PENUTUP... 22 LAMPIRAN... 23 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……… i iii DAFTAR ISI……….. ii iii DAFTAR TABEL……….. iii

iii DAFTAR LAMPIRAN ……….. iv iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran………....……… 2

C. Ruang lingkup………. 3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan………. 3

E. Pengertian………. 3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A. Persiapan ...…. 5

B. Pelaksanaan... 6

III. PENGADAAN SARANA PRODUKSI 8

A. Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kelinci... 8

5 B. Proses Pengadaan...……….. 9

C. Serah terima/Distribusi Sapronak... ………. 9

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI 10

A. Penentuan Bibit... ………... 10 B. Pakan... ……… 11 ... C. Tatalaksana Kandang... 11 D. Kesehatan Hewan... 12 E. Kesejahteraan Hewan... 13 V. ORGANISASI PELAKSANA 15

A. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan... 15

B. Tim Pembina Provinsi... ……… 15 ...

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota... 16

16 D. Kelompok... 16

VI. PEMBINAAN 18

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN 19

A. Output...………..……… 19

12122 3 B Outcome.……….. 19

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 20

25555 55 A. Monitoring... 27 27 20 22222 555 55 5 5v c6dfs5 641ds g+98g ds+54 6 27777 7777 B. Evaluasi ... 20 C. Pelaporan... 20 44444 44455 555 IX. PENUTUP... 22 LAMPIRAN... 23 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……… i iii DAFTAR ISI……….. ii iii DAFTAR TABEL……….. iii

iii DAFTAR LAMPIRAN ……….. iv iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran………....……… 2

C. Ruang lingkup………. 3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan………. 3

E. Pengertian………. 3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A. Persiapan ...…. 5

B. Pelaksanaan... 6

III. PENGADAAN SARANA PRODUKSI 8

A. Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kelinci... 8

5 B. Proses Pengadaan...……….. 9

C. Serah terima/Distribusi Sapronak... ………. 9

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI 10

A. Penentuan Bibit... ………... 10 B. Pakan... ……… 11 ... C. Tatalaksana Kandang... 11 D. Kesehatan Hewan... 12 E. Kesejahteraan Hewan... 13 V. ORGANISASI PELAKSANA 15

A. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan... 15

B. Tim Pembina Provinsi... ……… 15 ...

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota... 16

16 D. Kelompok... 16

VI. PEMBINAAN 18

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN 19

A. Output...………..……… 19

12122 3 B Outcome.……….. 19

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 20

25555 55 A. Monitoring... 27 27 20 22222 555 55 5 5v c6dfs5 641ds g+98g ds+54 6 27777 7777 B. Evaluasi ... 20 C. Pelaporan... 20 44444 44455 555 IX. PENUTUP... 22 LAMPIRAN... 23 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……… i iii DAFTAR ISI……….. ii iii DAFTAR TABEL……….. iii

iii DAFTAR LAMPIRAN ……….. iv iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran………....……… 2

C. Ruang lingkup………. 3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan………. 3

E. Pengertian………. 3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A. Persiapan ...…. 5

B. Pelaksanaan... 6

III. PENGADAAN SARANA PRODUKSI 8

A. Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kelinci... 8

5 B. Proses Pengadaan...……….. 9

C. Serah terima/Distribusi Sapronak... ………. 9

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI 10

A. Penentuan Bibit... ………... 10 B. Pakan... ……… 11 ... C. Tatalaksana Kandang... 11 D. Kesehatan Hewan... 12 E. Kesejahteraan Hewan... 13 V. ORGANISASI PELAKSANA 15

A. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan... 15

B. Tim Pembina Provinsi... ……… 15 ...

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota... 16

16 D. Kelompok... 16

VI. PEMBINAAN 18

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN 19

A. Output...………..……… 19

12122 3 B Outcome.……….. 19

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 20

25555 55 A. Monitoring... 27 27 20 22222 555 55 5 5v c6dfs5 641ds g+98g ds+54 6 27777 7777 B. Evaluasi ... 20 C. Pelaporan... 20 44444 44455 555 IX. PENUTUP... 22 LAMPIRAN... 23 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……… i iii DAFTAR ISI……….. ii iii DAFTAR TABEL……….. iii

iii DAFTAR LAMPIRAN ……….. iv iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran………....……… 2

C. Ruang lingkup………. 3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan………. 3

E. Pengertian………. 3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A. Persiapan ...…. 5

B. Pelaksanaan... 6

III. PENGADAAN SARANA PRODUKSI 8

A. Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kelinci... 8

5 B. Proses Pengadaan...……….. 9

C. Serah terima/Distribusi Sapronak... ………. 9

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI 10

A. Penentuan Bibit... ………... 10 B. Pakan... ……… 11 ... C. Tatalaksana Kandang... 11 D. Kesehatan Hewan... 12 E. Kesejahteraan Hewan... 13 V. ORGANISASI PELAKSANA 15

A. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan... 15

B. Tim Pembina Provinsi... ……… 15 ...

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota... 16

16 D. Kelompok... 16

VI. PEMBINAAN 18

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN 19

A. Output...………..……… 19

12122 3 B Outcome.……….. 19

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 20

25555 55 A. Monitoring... 27 27 20 22222 555 55 5 5v c6dfs5 641ds g+98g ds+54 6 B. Evaluasi ... 20 C. Pelaporan... 20 44444 44455 555 IX. PENUTUP... 22 LAMPIRAN... 23 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……… i iii DAFTAR ISI……….. ii iii DAFTAR TABEL……….. iii

iii DAFTAR LAMPIRAN ……….. iv iii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran………....……… 2

C. Ruang lingkup………. 3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan………. 3

E. Pengertian………. 3

II. PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A. Persiapan ...…. 5

B. Pelaksanaan... 6

III. PENGADAAN SARANA PRODUKSI 8

A. Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kelinci... 8

5 B. Proses Pengadaan...……….. 9

C. Serah terima/Distribusi Sapronak... ………. 9

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI 10

A. Penentuan Bibit... ………... 10 B. Pakan... ……… 11 ... C. Tatalaksana Kandang... 11 D. Kesehatan Hewan... 12 E. Kesejahteraan Hewan... 13 V. ORGANISASI PELAKSANA 15

A. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan... 15

B. Tim Pembina Provinsi... ……… 15 ...

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota... 16

16 D. Kelompok... 16

VI. PEMBINAAN 18

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN 19

A. Output...………..……… 19

12122 3 B Outcome.……….. 19

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 20

25555 55 A. Monitoring... 27 27 20 22222 555 55 5 5v c6dfs5 641ds g+98g ds+54 B. Evaluasi ... 20 C. Pelaporan... 20 44444 44455 555 IX. PENUTUP... 22 LAMPIRAN... 23

(6)

iii

-DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jadwal pelaksanaan kegiatan... 6 Tabel 2

Tabel 3

Proporsi penggunaan dana Pengembangan Budidaya Kelinci……….. Ukuran Kandang Sangkar...

8 12

(7)

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4

Surat Perjanjian Kerjasama... Berita Acara Serah Terima Sementara...

Berita Acara Serah Terima ... Laporan Perkembangan Kegiatan...………

23 26 27 29 Lampiran 5 Surat Kesanggupan Kelompok...……… 30 Lampiran 6 Surat Pernyataan Kelompok ... 31 Lampiran 7 Lokasi Kegiatan Pengembangan kelinci... 32

(8)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016 1 -DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4

Surat Perjanjian Kerjasama... Berita Acara Serah Terima Sementara...

Berita Acara Serah Terima ... Laporan Perkembangan Kegiatan...………

23 26 27 29 Lampiran 5 Surat Kesanggupan Kelompok...……… 30 Lampiran 6 Surat Pernyataan Kelompok ... 31 Lampiran 7 Lokasi Kegiatan Pengembangan kelinci... 32

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari suatu totalitas kinerja agribisnis, khususnya subsistem usaha tani ternak dengan keluaran berupa produksi primer ternak.

Pengembangan ketahanan pangan dalam arti luas harus terus diperkokoh, bukan saja pada swasembada beras, namun juga penyediaan protein asal hewan sebagai salah satu unsur penting bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Guna mendukung penyediaan protein hewani, ternak kelinci merupakan salah satu alternatif penyedia daging namun sampai saat ini masih menemui banyak kendala, karena daging dari ternak ini belum populer dan belum diterima oleh sebagian masyarakat. Disamping itu dalam pengembangan budidaya kelinci di lapangan permasalahan yang terjadi adalah tidak tersedianya bibit yang berkualitas, kurangnya suplai untuk bibit terutama untuk kelinci pedaging, pemeliharaan masih bersifat individu, pengetahuan teknologi produksi dan pemasaran kurang memadai.

Peran para pelaku yang meliputi Peneliti, Akademisi, Peternak/Swasta dan Pemerintah harus lebih bersinergi bersatu padu mencari solusi dan jalan keluar untuk mengatasi segala permasalahan. usaha promosi, telah beberapa kali diadakan seperti pameran, workshop, rabbit show dan lain-lain, tetapi masih belum banyak kemajuan.

Guna mendorong pengembangan usaha budidaya kelinci, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun 2016 memfasilitasi kegiatan Pengembangan Usaha Budidaya Kelinci pada Kelompok Peternak dengan menggunakan alokasi anggaran APBN Dekonsentrasi Tugas Pembantuan (TP) Provinsi dan TP Kab/Kota melalui akun Belanja Barang. Dalam rangka mendukung kegiatan Pengembangan Usaha Budidaya Kelinci karena ternak kelinci punya banyak keunggulan yaitu kelinci merupakan ternak yang tumbuh dan ber reproduksi cepat (bersifat prolific), produknya dapat meningkatkan nilai tambah dengan adanya pengolahan hasil dan kandungan gizi yang rendah kolesterol dan tinggi protein. Keunggulan tersebut pada sisi lain dapat meningkatkan pendapatan dan menyerap tenaga kerja di pedesaan.

(9)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016

2

-2

Selanjutnya, dalam upaya memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya aneka ternak khususnya pengembangan usaha budidaya kelinci, Direktorat Budidaya Ternak, Ditjen PKH pada tahun 2016 menyusun Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Usaha Budidaya Kelinci.

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran

1. Maksud

Maksud penyusunan Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci adalah untuk menyediakan acuan yang dapat dijadikan pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan baik di Pusat & daerah (Dinas yang membidangi fungsi Peternakan & Kesehatan Hewan di Provinsi dan Kab/Kota) serta kelompok terpilih dalam melaksanakan kegiatan Pengembangan Budidaya Kelinci.

2. Tujuan

Tujuan penyusunan Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci adalah untuk mendukung kelancaran dan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Kelinci

3. Sasaran

a. Meningkatnya populasi dan produksi ternak kelinci;

b. Meningkatnya kemampuan kelompok peternak secara manajerial dan teknis dalam mengembangkan usaha kelompoknya;

c. Meningkatnya kemandirian dan kerjasama kelompok.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci ini meliputi: Pelaksanaan Kegiatan, Pengadaan Sarana Produksi, Manajemen Pengembangan Budidaya Kelinci, Organisasi Pelaksana, Indikator Keberhasilan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

(10)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016 3

-3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan

1. Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2015 – 2019.

2. Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 jis Peraturan Presiden no. 70 tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah

3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Tahun 2016.

E. Pengertian

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:

1. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.

2. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan

3. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya.

4. Pakan adalah bahan tunggal atau campuran baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup berproduksi dan berkembang biak.

5. Kelompok Usaha adalah kumpulan beberapa orang yang mempunyai usaha sejenis untuk mencapai tujuan yang sama. 6. Pemberdayaan adalah suatu proses dimana masyarakat,

khususnya mereka yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan, didorong untuk menjadi mandiri melalui usaha-usaha yang dilakukan sendiri dengan potensi dan kemampuan sendiri dan difasilitasi pihak luar untuk menciptakan kondisi yang kondusif.

7. Pendampingan adalah salah satu bentuk fasilitasi Pemerintah atau pihak lain kepada masyarakat dalam menjalankan usaha budidaya yang lebih baik (better farming) untuk meningkatkan taraf kehidupannya (better living).

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan

1. Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2015 – 2019.

2. Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 jis Peraturan Presiden no. 70 tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah

3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Tahun 2016.

E. Pengertian

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:

1. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.

2. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan

3. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya.

4. Pakan adalah bahan tunggal atau campuran baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup berproduksi dan berkembang biak.

5. Kelompok Usaha adalah kumpulan beberapa orang yang mempunyai usaha sejenis untuk mencapai tujuan yang sama. 6. Pemberdayaan adalah suatu proses dimana masyarakat,

khususnya mereka yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan, didorong untuk menjadi mandiri melalui usaha-usaha yang dilakukan sendiri dengan potensi dan kemampuan sendiri dan difasilitasi pihak luar untuk menciptakan kondisi yang kondusif.

7. Pendampingan adalah salah satu bentuk fasilitasi Pemerintah atau pihak lain kepada masyarakat dalam menjalankan usaha budidaya yang lebih baik (better farming) untuk meningkatkan taraf kehidupannya (better living).

3

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan

1. Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2015 – 2019.

2. Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 jis Peraturan Presiden no. 70 tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah

3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Tahun 2016.

E. Pengertian

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:

1. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian.

2. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan usaha peternakan

3. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya.

4. Pakan adalah bahan tunggal atau campuran baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup berproduksi dan berkembang biak.

5. Kelompok Usaha adalah kumpulan beberapa orang yang mempunyai usaha sejenis untuk mencapai tujuan yang sama. 6. Pemberdayaan adalah suatu proses dimana masyarakat,

khususnya mereka yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan, didorong untuk menjadi mandiri melalui usaha-usaha yang dilakukan sendiri dengan potensi dan kemampuan sendiri dan difasilitasi pihak luar untuk menciptakan kondisi yang kondusif.

7. Pendampingan adalah salah satu bentuk fasilitasi Pemerintah atau pihak lain kepada masyarakat dalam menjalankan usaha budidaya yang lebih baik (better farming) untuk meningkatkan taraf kehidupannya (better living).

(11)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016

4

-4

8. Dinas Provinsi adalah Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan & Kesehatan Hewan di Provinsi.

9. Dinas Kab/Kota adalah Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan & Kesehatan Hewan di Kab/Kota.

10. Tim Pusat adalah tim yang berasal dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang di tugaskan dalam kegiatan berdasdarkan surat keputusan Direktur Jenderal Peternakan/Direktur Budidaya Ternak

11. Tim Pembina adalah tim yang berasal dari Dinas Provinsi yang di tugaskan dalam kegiatan berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan & Keswan di Provinsi 12. Tim Teknis adalah tim yang berasal dari Dinas Kabupaten/kota

yang di tugaskan dalam kegiatan berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan & Keswan di Kab./Kota.

13. Kelompok Sasaran adalah kelompok yang telah ada dan menjalankan usaha agribisnis dan/atau ketahan pangan dengan prioritas pada kelompok yang memiliki kendala modal karena terbatasnya akses terhadap sumber permodalan antara lain kelompok ternak/tani, gabungan kelompok ternak/tani, koperasi yang bergerak di bidang peternakan/pertanian.

14. Petani Sasaran sebagai penerima dana penguatan usaha adalah Anggota kelompok sasaran yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dari Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan & Keswan di Provinsi atau Kab/Kota.

15. Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah yang dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit;

16. Pengendalian dan Penanggulangan Zoonosis adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan Zoonosis prioritas, manajemen risiko, kesiagaan darurat, Pemberantasan Zoonosis, dan partisipasi masyarakat dengan memperhatikan kesehatan lingkungan dan Kesejahteraan Hewan.

Peternakan dan Kesehatan Hewan / Direktur Perbibitan dan

Produksi Ternak.

8. Dinas Provinsi adalah Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan & Kesehatan Hewan di Provinsi.

9. Dinas Kab/Kota adalah Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan & Kesehatan Hewan di Kab/Kota.

10. Tim Pusat adalah tim yang berasal dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang di tugaskan dalam kegiatan berdasdarkan surat keputusan Direktur Jenderal Peternakan/Direktur Budidaya Ternak

11. Tim Pembina adalah tim yang berasal dari Dinas Provinsi yang di tugaskan dalam kegiatan berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan & Keswan di Provinsi 12. Tim Teknis adalah tim yang berasal dari Dinas Kabupaten/kota

yang di tugaskan dalam kegiatan berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan & Keswan di Kab./Kota.

13. Kelompok Sasaran adalah kelompok yang telah ada dan menjalankan usaha agribisnis dan/atau ketahan pangan dengan prioritas pada kelompok yang memiliki kendala modal karena terbatasnya akses terhadap sumber permodalan antara lain kelompok ternak/tani, gabungan kelompok ternak/tani, koperasi yang bergerak di bidang peternakan/pertanian.

14. Petani Sasaran sebagai penerima dana penguatan usaha adalah Anggota kelompok sasaran yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dari Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan & Keswan di Provinsi atau Kab/Kota.

15. Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah yang dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit;

16. Pengendalian dan Penanggulangan Zoonosis adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan Zoonosis prioritas, manajemen risiko, kesiagaan darurat, Pemberantasan Zoonosis, dan partisipasi masyarakat dengan memperhatikan kesehatan lingkungan dan Kesejahteraan Hewan.

(12)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016 5

-BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Persiapan

Untuk mengoptimalkan kegiatan pengembangan budidaya kelinci diperlukan persiapan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sebagai berikut :

1. Perencanaan Operasional

Kegiatan operasional pengembagan budidaya kelinci tahun 2016 dituangkan dalam pedoman pelaksanaan yang disusun oleh tim pusat yang ditandatangani oleh Dirjen PKH sedangkan petunjuk pelaksanaan atau juklak disusun oleh tim pembina provinsi & petunjuk teknis disusun oleh tim teknis kabupaten/kota yang ditandatangani oleh Kepala Dinas yang membidangi Fungsi Peternakan & Keswan Provinsi dan Kab/Kota dengan mengacu pada pedoman pelaksanaan. Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini dituangkan lebih lanjut didalam petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan petunjuk teknis (Juknis) dengan memperhatikan potensi dan kondisi masing-masing wilayah.

2. Sosialisasi Kegiatan

Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh Tim pembina di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota kepada kelompok yang menjadi sasaran dan stakeholder dilaksanakan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sosialisasi secara langsung dilaksanakan melalui koordinasi dan pembinaan dalam rangka memberikan pemahaman yang sama yang dilakukan dari Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dan berjenjang sampai tingkat lapangan secara intensif sedangkan Sosialisasi secara tidak langsung dilaksanakan melalui bahan publikasi (Leafled, Brosur dll).

Sosialisasi ini diharapkan terjadi peningkatan pemanfaatan tentang tugas, fungsi, hak dan kewajiban masing-masing termasuk sanksi bagi pihak yang melanggar ketentuan dan aturan yang berlaku. 3. Kriteria Lokasi

a. Kondisi agroekosistem, sesuai untuk pengembangan ternak kelinci; b. Tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) daerah yang bersangkutan; c. Merupakan lokasi yang diarahkan untuk pengembangan sentra

produksi ternak kelinci;

d. Mempunyai potensi daya dukung pakan lokal;

e. Mempunyai potensi untuk dikembangkan, dilihat dari aspek teknis, sosial dan ekonomi masyarakat setempat .

(13)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016

6

-6

4. Kriteria Kelompok

a. Mempunyai struktur organisasi yang jelas (Identitas kelompok, pengurus dan anggota) yang dikukuhkan minimal oleh kepala desa; b. Pengurus dan anggota kelompok berprofesi sebagai petani peternak; c. Beranggotakan minimal 10 orang.

d. Kelompok telah mengajuan proposal dan direkomendasikan oleh Dinas yang membidangi fungsi peternakan di tingkat Kabupaten/Kota e. Tidak mendapatkan penguatan modal atau fasilitas lain dari

pemerintah pada tahun yang sama kecuali kegiatan yang diprogramkan secara terpadu dan diprioritaskan kepada kelompok yang dinilai baik pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan tahun sebelumnya.

f. Kelompok telah mengembangkan usaha budidaya kelinci yang memiliki sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) untuk pengembangan budidaya kelinci.

g. Mempunyai lahan/sarana untuk pengembangan usaha budidaya kelinci sesuai dengan kriteria lokasi;

h. Kandang yang digunakan untuk usaha budidaya kelinci dalam bentuk koloni atau individu.

B. Pelaksanaan

1. Jadwal Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Kelinci tahun anggaran 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel -1: Jadwal pelaksanaan kegiatan

NO KEGIATAN

BULAN

J F M A M J J A S O N D

1 Persiapan

2 Koordinasi dan Sosialisai 3 Pelaksanaan CP/CL 4 Penetapan Kelompok

Terpilih

5 Pengadaan Barang 6 Monitoring, Pembinaan dan

Pendampingan

(14)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016 7

-2. Seleksi, Verifikasi dan Penetapan Kelompok

Kelompok Tani Ternak yang mengajukan proposal dan mendapat rekomendasi dari kepala dinas kabupaten/kota dan memenuhi persyaratan lokasi dan kelompok dapat diproses untuk mengikuti seleksi lebih lanjut. Tahap penetapan kelompok yang difasilitasi dari APBN tahun 2016 melalui dana dekonsentrasi/TP Provinsi dan TP Kabupaten/Kota sebagai berikut : a. Dana Dekonsentrasi/TP Provinsi

1) Berdasarkan proposal yang sudah diusulkan dalam e-proposal selanjutnya dilakukan seleksi CP/CL oleh tim teknis Kabupaten/Kota.

2) Hasil seleksi tim teknis Kabupaten/Kota diusulkan oleh kepala dinas Kabupaten/Kota ke dinas Provinsi sebagai calon kelompok pelaksana kegiatan pengembangan budidaya kelinci

3) Berdasarkan usulan dari Kabupaten/Kota selanjutnya dinas provinsi melakukan penilaian dan verifikasi oleh tim pembina.

4) Hasil verifikasi oleh tim pembina selanjutnya diusulkan kepada Kepala Dinas Provinsi sebagai bahan pertimbangan penetapan kelompok pelaksana kegiatan.

5) Penetapan kelompok dilakukan oleh kepala dinas Provinsi dalam bentuk Surat Keputusan.

b. Dana TP Kabupaten/Kota

1) Berdasarkan proposal yang sudah diusulkan dalam e-proposal selanjutnya dilakukan seleksi CP/CL oleh tim teknis Kabupaten/Kota.

2) Hasil seleksi tim teknis Kabupaten/Kota diusulkan kepada kepala dinas Kabupaten/Kota sebagai bahan pertimbangan penetapan kelompok pelaksana kegiatan pengembangan budidaya kelinci. 3) Penetapan kelompok dilakukan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota

(15)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016

8

-8

BAB III

PENGADAAN SARANA PRODUKSI

Pada tahun 2016 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengalokasikan kegiatan melalui APBN untuk pengembangan budidaya kelinci. Anggaran Tersebut dialokasikan melalui dana dekonsentrasi/tugas pembantuan (TP) di dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan ditingkat Provinsi/Kabupaten/Kota.

A. Sarana Produksi Pengembangan Budi Daya Kelinci

Dalam rangka pengembangan usaha budidaya ternak kelinci, Ditjen PKH mengalokasikan anggaran melalui dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Anggaran tersebut digunakan untuk penyediaan agroinput dan sarana pendukung pengembangan budidaya ternak kelinci. Untuk alokasi anggaran dalam bentuk paket kegiatan (kelompok) pemanfaatan dana tersebut sesuai dengan tabel berikut :

Tabel – 2. Proporsi penggunaan dana pengembangan budi daya ternak kelinci

No. Komponen Kegiatan Proporsi (%)

1 2 3

1 Pengadaan Bibit Indukan 35,9

2 Pengadaan Kandang 24,5

3 Pengadaan Pakan Konsentrat 9,8

4 Peralatan Pengolah pakan 16,3

5 Peralatan kandang 13,6

T O T A L 100,0

Sedangkan untuk alokasi anggaran yang sudah dirinci dalam POK untuk pengadaan agroinput dan sarana pendukung, maka pengadaannya harus sesuai dengan POK tersebut.

B. Proses Pengadaan

Proses pengadaan sarana produksi dilakukan melalui proses lelang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 juncto Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.

B. Serah Terima/Distribusi Sapronak

Pemberdayaan terhadap kelompok peternak terpilih dilakukan melalui fasilitasi dalam bentuk natura/barang (sarana produksi peternakan) yang diserahkan kepada kelompok untuk selanjutnya dikembangkan. Sarana produksi sebelum diserahkan kepada kelompok harus sudah diterima oleh tim penerima barang sesuai dengan spesifikasi yang dibuktikan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST).

Penyerahan barang dalam rangka pengembangan ternak kelinci dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atas nama pemerintah kepada kelompok peternak terpilih sebagai pelaksana kegiatan yang dituangkan dalam bentuk Surat Perjanjian Kerjasama (SPK). Di dalam SPK di jelaskan tentang : para pihak yang melakukan perjanjian, waktu dan tempat, dasar pelaksanaan, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan, jumlah dan jenis barang, pengembangan usaha, sanksi, perselisihan, force major, dan lain-lain.

Setelah penyerahan barang/sarana produksi peternakan, dalam waktu sesegera mungkin atau selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak BAST harus dilakukan penghibahan dari Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota kepada kelompok penerima bantuan. Mekanisme penyerahan BMN kepada pemda/masyarakat (526) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan serta Surat Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan Kementerian Pertanian Nomor

8

BAB III

PENGADAAN SARANA PRODUKSI

Pada tahun 2016 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengalokasikan kegiatan melalui APBN untuk pengembangan budidaya kelinci. Anggaran Tersebut dialokasikan melalui dana dekonsentrasi/tugas pembantuan (TP) di dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan ditingkat Provinsi/Kabupaten/Kota.

A. Sarana Produksi Pengembangan Budi Daya Kelinci

Dalam rangka pengembangan usaha budidaya ternak kelinci, Ditjen PKH mengalokasikan anggaran melalui dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Anggaran tersebut digunakan untuk penyediaan agroinput dan sarana pendukung pengembangan budidaya ternak kelinci. Untuk alokasi anggaran dalam bentuk paket kegiatan (kelompok) pemanfaatan dana tersebut sesuai dengan tabel berikut :

Tabel – 2. Proporsi penggunaan dana pengembangan budi daya ternak kelinci

No. Komponen Kegiatan Proporsi (%)

1 2 3

1 Pengadaan Bibit Indukan 35,9

2 Pengadaan Kandang 24,5

3 Pengadaan Pakan Konsentrat 9,8

4 Peralatan Pengolah pakan 16,3

5 Peralatan kandang 13,6

(16)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016 9

-9

Sedangkan untuk alokasi anggaran yang sudah dirinci dalam POK untuk pengadaan agroinput dan sarana pendukung, maka pengadaannya harus sesuai dengan POK tersebut.

B. Proses Pengadaan

Proses pengadaan sarana produksi dilakukan melalui proses lelang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 juncto Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.

B. Serah Terima/Distribusi Sapronak

Pemberdayaan terhadap kelompok peternak terpilih dilakukan melalui fasilitasi dalam bentuk natura/barang (sarana produksi peternakan) yang diserahkan kepada kelompok untuk selanjutnya dikembangkan. Sarana produksi sebelum diserahkan kepada kelompok harus sudah diterima oleh tim penerima barang sesuai dengan spesifikasi yang dibuktikan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST).

Penyerahan barang dalam rangka pengembangan ternak kelinci dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atas nama pemerintah kepada kelompok peternak terpilih sebagai pelaksana kegiatan yang dituangkan dalam bentuk Surat Perjanjian Kerjasama (SPK). Di dalam SPK di jelaskan tentang : para pihak yang melakukan perjanjian, waktu dan tempat, dasar pelaksanaan, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan, jumlah dan jenis barang, pengembangan usaha, sanksi, perselisihan, force major, dan lain-lain.

Setelah penyerahan barang/sarana produksi peternakan, dalam waktu sesegera mungkin atau selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak BAST harus dilakukan penghibahan dari Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota kepada kelompok penerima bantuan. Mekanisme penyerahan BMN kepada pemda/masyarakat (526) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan serta Surat Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan Kementerian Pertanian Nomor

9

Sedangkan untuk alokasi anggaran yang sudah dirinci dalam POK untuk pengadaan agroinput dan sarana pendukung, maka pengadaannya harus sesuai dengan POK tersebut.

B. Proses Pengadaan

Proses pengadaan sarana produksi dilakukan melalui proses lelang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 juncto Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.

B. Serah Terima/Distribusi Sapronak

Pemberdayaan terhadap kelompok peternak terpilih dilakukan melalui fasilitasi dalam bentuk natura/barang (sarana produksi peternakan) yang diserahkan kepada kelompok untuk selanjutnya dikembangkan. Sarana produksi sebelum diserahkan kepada kelompok harus sudah diterima oleh tim penerima barang sesuai dengan spesifikasi yang dibuktikan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST).

Penyerahan barang dalam rangka pengembangan ternak kelinci dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atas nama pemerintah kepada kelompok peternak terpilih sebagai pelaksana kegiatan yang dituangkan dalam bentuk Surat Perjanjian Kerjasama (SPK). Di dalam SPK di jelaskan tentang : para pihak yang melakukan perjanjian, waktu dan tempat, dasar pelaksanaan, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan, jumlah dan jenis barang, pengembangan usaha, sanksi, perselisihan, force major, dan lain-lain.

Setelah penyerahan barang/sarana produksi peternakan, dalam waktu sesegera mungkin atau selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak BAST harus dilakukan penghibahan dari Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota kepada kelompok penerima bantuan. Mekanisme penyerahan BMN kepada pemda/masyarakat (526) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan serta Surat Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan Kementerian Pertanian Nomor

, juncto Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015

C.

3042/TU.220/A4/11/2012 tentang Tata Cara Penatausahaan Barang yang diperoleh dari mata anggaran kegiatan 5261.

(17)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016

10

-11

BAB IV

MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI

Pengembangan budidaya kelinci yang dilaksanakan oleh kelompok-kelompok peternak diarahkan untuk menjadi unit usaha dalam rangka meningkatkan kesejahteraan peternak, disamping menumbuhkan dan memperkuat sentra-sentra kelinci. Sejalan dengan tujuan kegiatan pengembangan budidaya kelinci dilakukan dalam bentuk usaha budidaya yang produktif seperti pembesaran untuk menghasilkan produksi daging. Disamping itu kelompok juga harus mulai mempersiapkan sumber input khususnya ternak yaitu dengan melakukan pengembangbiakan kelinci yang berkualitas seperti kelinci Flamish Giant, New

Zealand, Rex, Sati, Dutch dll.

Untuk mendukung kegiatan tersebut diatas perlu difasilitasi berupa pengadaan ternak bibit atau pengadaan anakan lepas sapih untuk pembesaran, pengadaan peralatan kandang, pakan, obat-obatan, bahan dan peralatan biosekuriti.

Usaha pengembangbiakan dalam rangka meningkatkan populasi ternak milik kelompok dan menjadikan kelompok mandiri dari ketergantungan kepada pihak lain dalam pengadaan ternak disamping itu kegiatan ini nantinya akan menghasilkan

replacement stock ternak kelinci unggul.

Agar usaha budidaya kelinci yang dilaksanakan oleh kelompok dapat berjalan dengan lancar serta terbangunnya dinamika kelompok perlu diatur proporsi usaha budidaya pengembangbiakan dan usaha produktif. Besaran proporsi usaha budidaya pengembangbiakan dan usaha produktif dapat diatur dan disepakati dalam mekanisme kelompok.

Manajemen pengembangan budidaya kelinci terdiri dari :

A. Penentuan Bibit

Bibit ternak harus sesuai dengan standar atau persyaratan teknis minimal, dan bebas dari penyakit menular, sebagai berikut:

1. Persyaratan Umum

a. Sehat, bebas penyakit menular dan cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), kaki (pincang atau lumpuh), gigi dan kuku abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya; b. Kelinci betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing,

sifat kanibal, gejala kemandulan dan mempunyai puting susu berjumlah minimal 8 (delapan) buah;

c. Kelinci jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya dan mempunyai libido yang tinggi;

(18)

11

-2. Persyaratan Khusus

Persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk beberapa rumpun kelinci adalah sebagai berikut:

a. Penghasil wool, dengan menggunakan kelinci penghasil wool (Anggora);

b. Penghasil daging, dengan menggunakan kelinci penghasil daging (New Zealand White, Californian, Flemish Giant);

c. Penghasil kulit rambut, dengan menggunakan kelinci penghasil kulit rambut (Satin, Rex dan Reza).

B. Pakan

1. Pakan kelinci berupa hijauan dan konsentrat harus terjamin jumlah dan mutunya;

2. Sisa pakan yang telah digunakan, dilarang digunakan kembali untuk pencegahan penyebaran penyakit.

C. Tatalaksana Kandang 1. Jenis Kandang

Jenis kandang yang digunakan dalam budidaya kelinci, antara lain: a. kandang postal digunakan untuk anak dan diletakkan di dalam

ruangan;

b. kandang sistem battery untuk 1 (satu) ekor dengan konstruksi

battery;

c. (berjajar), tier battery (bertingkat) dan piramida battery (susun piramid);

d. kandang kotak digunakan untuk induk beranak dan anak yang baru lahir.

11

BAB IV

MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDIDAYA KELINCI

Pengembangan budidaya kelinci yang dilaksanakan oleh kelompok-kelompok peternak diarahkan untuk menjadi unit usaha dalam rangka meningkatkan kesejahteraan peternak, disamping menumbuhkan dan memperkuat sentra-sentra kelinci. Sejalan dengan tujuan kegiatan pengembangan budidaya kelinci dilakukan dalam bentuk usaha budidaya yang produktif seperti pembesaran untuk menghasilkan produksi daging. Disamping itu kelompok juga harus mulai mempersiapkan sumber input khususnya ternak yaitu dengan melakukan pengembangbiakan kelinci yang berkualitas seperti kelinci Flamish Giant, New

Zealand, Rex, Sati, Dutch dll.

Untuk mendukung kegiatan tersebut diatas perlu difasilitasi berupa pengadaan ternak bibit atau pengadaan anakan lepas sapih untuk pembesaran, pengadaan peralatan kandang, pakan, obat-obatan, bahan dan peralatan biosekuriti.

Usaha pengembangbiakan dalam rangka meningkatkan populasi ternak milik kelompok dan menjadikan kelompok mandiri dari ketergantungan kepada pihak lain dalam pengadaan ternak disamping itu kegiatan ini nantinya akan menghasilkan

replacement stock ternak kelinci unggul.

Agar usaha budidaya kelinci yang dilaksanakan oleh kelompok dapat berjalan dengan lancar serta terbangunnya dinamika kelompok perlu diatur proporsi usaha budidaya pengembangbiakan dan usaha produktif. Besaran proporsi usaha budidaya pengembangbiakan dan usaha produktif dapat diatur dan disepakati dalam mekanisme kelompok.

Manajemen pengembangan budidaya kelinci terdiri dari :

A. Penentuan Bibit

Bibit ternak harus sesuai dengan standar atau persyaratan teknis minimal, dan bebas dari penyakit menular, sebagai berikut:

1. Persyaratan Umum

a. Sehat, bebas penyakit menular dan cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), kaki (pincang atau lumpuh), gigi dan kuku abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya; b. Kelinci betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing,

sifat kanibal, gejala kemandulan dan mempunyai puting susu berjumlah minimal 8 (delapan) buah;

c. Kelinci jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya dan mempunyai libido yang tinggi;

(19)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016

12

-13

2. Daya tampung disesuaikan dengan tipe dan umur kelinci, dianjurkan sebagai berikut:

Tabel - 3. Ukuran kandang sangkar (panjang x lebar x tinggi) cm

Tipe kelinci

Umur kelinci Pejantan Induk Anak

(6-12 mgg)

Dara (12-24 mgg) Jumlah/kandang individu individu 5-6 ekor/klp Individu Ringan (<2.5 kg) 75x60x40 75x60x40 75x60x40 75x35x40 Sedang (2.5-4.5 kg) 80x75x45 80x75x45 80x75x45 75x50x40 Berat (>4.5 kg) 90x80x50 90x80x50 90x80x50 80x60x50

D. Kesehatan Hewan 1. Penyakit Kelinci

Usaha budidaya kelinci harus bebas dari penyakit hewan: Kudis

(Mange)/Scabies, koksidiosis, conjunctivitis (radang mata),

pilek/influenza, mencret/diare, radang paru-paru, berak darah, cacingan, kapang, Dermatofita (ring worm), Pasteurellosis, Mucoid

enteristis, Tyzzer, Sifilis, Mastitis (radang ambing), dan penyakit

hewan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan hewan.

2. Pengamanan terhadap kemungkinan penularan penyakit

a. setiap ternak yang masuk dari luar wilayah (dalam negeri/luar negeri) ke dalam usaha budidaya harus bebas dari penyakit hewan menular sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b. setiap ternak yang masuk ke dalam lingkungan budi daya

harus dilakukan isolasi di kandang isolasi/karantina yang disesuaikan dengan jenis penyakit dari daerah asal;

c. lokasi budidaya di pagar untuk memudahkan kontrol keluar masuknya individu, kendaraan, barang dan hewan lain yang berpotensi membawa penyakit hewan;

d. melakukan desinfeksi secara berkala terhadap kandang, peralatan, lingkungan/bangunan dengan penyemprotan dan pembasmian terhadap hama-hama lainnya dengan menggunakan desinfektan yang ramah lingkungan atau terintegrasi;

13

2. Daya tampung disesuaikan dengan tipe dan umur kelinci, dianjurkan sebagai berikut:

Tabel - 3. Ukuran kandang sangkar (panjang x lebar x tinggi) cm

Tipe kelinci

Umur kelinci Pejantan Induk Anak

(6-12 mgg)

Dara (12-24 mgg) Jumlah/kandang individu individu 5-6 ekor/klp Individu Ringan (<2.5 kg) 75x60x40 75x60x40 75x60x40 75x35x40 Sedang (2.5-4.5 kg) 80x75x45 80x75x45 80x75x45 75x50x40 Berat (>4.5 kg) 90x80x50 90x80x50 90x80x50 80x60x50

D. Kesehatan Hewan 1. Penyakit Kelinci

Usaha budidaya kelinci harus bebas dari penyakit hewan: Kudis

(Mange)/Scabies, koksidiosis, conjunctivitis (radang mata),

pilek/influenza, mencret/diare, radang paru-paru, berak darah, cacingan, kapang, Dermatofita (ring worm), Pasteurellosis, Mucoid

enteristis, Tyzzer, Sifilis, Mastitis (radang ambing), dan penyakit

hewan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan hewan.

2. Pengamanan terhadap kemungkinan penularan penyakit

a. setiap ternak yang masuk dari luar wilayah (dalam negeri/luar negeri) ke dalam usaha budidaya harus bebas dari penyakit hewan menular sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b. setiap ternak yang masuk ke dalam lingkungan budi daya

harus dilakukan isolasi di kandang isolasi/karantina yang disesuaikan dengan jenis penyakit dari daerah asal;

c. lokasi budidaya di pagar untuk memudahkan kontrol keluar masuknya individu, kendaraan, barang dan hewan lain yang berpotensi membawa penyakit hewan;

d. melakukan desinfeksi secara berkala terhadap kandang, peralatan, lingkungan/bangunan dengan penyemprotan dan pembasmian terhadap hama-hama lainnya dengan menggunakan desinfektan yang ramah lingkungan atau terintegrasi;

13

2. Daya tampung disesuaikan dengan tipe dan umur kelinci, dianjurkan sebagai berikut:

Tabel - 3. Ukuran kandang sangkar (panjang x lebar x tinggi) cm

Tipe kelinci

Umur kelinci Pejantan Induk Anak

(6-12 mgg)

Dara (12-24 mgg) Jumlah/kandang individu individu 5-6 ekor/klp Individu Ringan (<2.5 kg) 75x60x40 75x60x40 75x60x40 75x35x40 Sedang (2.5-4.5 kg) 80x75x45 80x75x45 80x75x45 75x50x40 Berat (>4.5 kg) 90x80x50 90x80x50 90x80x50 80x60x50

D. Kesehatan Hewan 1. Penyakit Kelinci

Usaha budidaya kelinci harus bebas dari penyakit hewan: Kudis

(Mange)/Scabies, koksidiosis, conjunctivitis (radang mata),

pilek/influenza, mencret/diare, radang paru-paru, berak darah, cacingan, kapang, Dermatofita (ring worm), Pasteurellosis, Mucoid

enteristis, Tyzzer, Sifilis, Mastitis (radang ambing), dan penyakit

hewan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan hewan.

2. Pengamanan terhadap kemungkinan penularan penyakit

a. setiap ternak yang masuk dari luar wilayah (dalam negeri/luar negeri) ke dalam usaha budidaya harus bebas dari penyakit hewan menular sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b. setiap ternak yang masuk ke dalam lingkungan budi daya

harus dilakukan isolasi di kandang isolasi/karantina yang disesuaikan dengan jenis penyakit dari daerah asal;

c. lokasi budidaya di pagar untuk memudahkan kontrol keluar masuknya individu, kendaraan, barang dan hewan lain yang berpotensi membawa penyakit hewan;

d. melakukan desinfeksi secara berkala terhadap kandang, peralatan, lingkungan/bangunan dengan penyemprotan dan pembasmian terhadap hama-hama lainnya dengan menggunakan desinfektan yang ramah lingkungan atau terintegrasi;

(20)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016 13

-14

e. mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas kendaraan, orang dan peralatan yang keluar masuk komplek peternakan maupun pintu-pintu masuk kandang, gudang pakan dan lain-lain;

f. karyawan dilarang melakukan tindakan yang menimbulkan

penularan penyakit hewan dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak yang lain;

g. setiap terjadi kasus penyakit terutama yang dianggap/diduga penyakit hewan menular, segera melaporkan kepada instansi/dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan;

h. peralatan dalam kandang isolasi tidak boleh digunakan dalam kandang lain sebelum disucihamakan;

i. kelinci yang menderita penyakit hewan menular atau bangkai

kelinci dan bahan-bahan yang berasal dari hewan bersangkutan harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur;

j. sanitasi air dilakukan pemberian klorin dengan konsentrasi

efektif 1-3 ppm. E. Kesejahteraan Hewan

Penerapan Kesejahteraan Hewan pada kelinci dimaksudkan sebagai tindakan terhadap ternak yang kelangsungan hidupnya tergantung pada

manusia dengan menerapkan prinsip kebebasan, yaitu :

1) Bebas dari kelaparan dan kehausan, dilakukan dengan cara menyediakan/memberikan air bersih dan pakan yang sesuai untuk mempertahankan kesehatan dan semangat hewan (kekuatan)

2) Bebas dari ketidaknyamanan, menyediakan lingkungan yang sesuai mulai dari kandang dan tempat istirahat yang nyaman (gunakan kandang yang bersih dan memungkinkan hewan leluasa bergerak, dapat melindungi hewan dari

predator dan hewan pengganggu serta melindungi dari

panas matahari dan hujan)

3) Bebas dari rasa sakit, luka atau penyakit, melalui pencegahan atau diognosa cepat dan perawatan/pengobatan

4) Bebas berekspresi, dengan menyediakan tempat yang

cukup, fasilitas yang tepat, dan ada teman untuk bermain

14

e. mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas kendaraan, orang dan peralatan yang keluar masuk komplek peternakan maupun pintu-pintu masuk kandang, gudang pakan dan lain-lain;

f. karyawan dilarang melakukan tindakan yang menimbulkan

penularan penyakit hewan dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak yang lain;

g. setiap terjadi kasus penyakit terutama yang dianggap/diduga penyakit hewan menular, segera melaporkan kepada instansi/dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan;

h. peralatan dalam kandang isolasi tidak boleh digunakan dalam kandang lain sebelum disucihamakan;

i. kelinci yang menderita penyakit hewan menular atau bangkai

kelinci dan bahan-bahan yang berasal dari hewan bersangkutan harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur;

j. sanitasi air dilakukan pemberian klorin dengan konsentrasi

efektif 1-3 ppm. E. Kesejahteraan Hewan

Penerapan Kesejahteraan Hewan pada kelinci dimaksudkan sebagai tindakan terhadap ternak yang kelangsungan hidupnya tergantung pada

manusia dengan menerapkan prinsip kebebasan, yaitu :

1) Bebas dari kelaparan dan kehausan, dilakukan dengan cara menyediakan/memberikan air bersih dan pakan yang sesuai untuk mempertahankan kesehatan dan semangat hewan (kekuatan)

2) Bebas dari ketidaknyamanan, menyediakan lingkungan yang sesuai mulai dari kandang dan tempat istirahat yang nyaman (gunakan kandang yang bersih dan memungkinkan hewan leluasa bergerak, dapat melindungi hewan dari

predator dan hewan pengganggu serta melindungi dari

panas matahari dan hujan)

3) Bebas dari rasa sakit, luka atau penyakit, melalui pencegahan atau diognosa cepat dan perawatan/pengobatan

4) Bebas berekspresi, dengan menyediakan tempat yang cukup, fasilitas yang tepat, dan ada teman untuk bermain

14

e. mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas kendaraan, orang dan peralatan yang keluar masuk komplek peternakan maupun pintu-pintu masuk kandang, gudang pakan dan lain-lain;

f. karyawan dilarang melakukan tindakan yang menimbulkan

penularan penyakit hewan dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak yang lain;

g. setiap terjadi kasus penyakit terutama yang dianggap/diduga penyakit hewan menular, segera melaporkan kepada instansi/dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan;

h. peralatan dalam kandang isolasi tidak boleh digunakan dalam kandang lain sebelum disucihamakan;

i. kelinci yang menderita penyakit hewan menular atau bangkai

kelinci dan bahan-bahan yang berasal dari hewan bersangkutan harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur;

j. sanitasi air dilakukan pemberian klorin dengan konsentrasi

efektif 1-3 ppm. E. Kesejahteraan Hewan

Penerapan Kesejahteraan Hewan pada kelinci dimaksudkan sebagai tindakan terhadap ternak yang kelangsungan hidupnya tergantung pada

manusia dengan menerapkan prinsip kebebasan, yaitu :

1) Bebas dari kelaparan dan kehausan, dilakukan dengan cara menyediakan/memberikan air bersih dan pakan yang sesuai untuk mempertahankan kesehatan dan semangat hewan (kekuatan)

2) Bebas dari ketidaknyamanan, menyediakan lingkungan yang sesuai mulai dari kandang dan tempat istirahat yang nyaman (gunakan kandang yang bersih dan memungkinkan hewan leluasa bergerak, dapat melindungi hewan dari

predator dan hewan pengganggu serta melindungi dari

panas matahari dan hujan)

3) Bebas dari rasa sakit, luka atau penyakit, melalui pencegahan atau diognosa cepat dan perawatan/pengobatan

4) Bebas berekspresi, dengan menyediakan tempat yang cukup, fasilitas yang tepat, dan ada teman untuk bermain

(21)

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Kelinci Tahun 2016

14

-15

bersama dengan jenis yang sama ((pisahkan hewan yang bersifat superior dari yang inferior)

5) Bebas dari rasa takut dan stress,memastikan kondisi dan perawatan dengan menghindari kekerasan mental (tidak menyakiti, melukai; tidak menyeret, menarik kepala, kaki atau ekor; tidak menggunakan alat listrik untuk menghandle, tidak menggunakant ongkat atau benda tajam)

Adapun tujuan penerapan kesejahteraan hewan pada kelinci adalah meningkatkan produktivitas ternak, apabila dipotong menghasilkan daging berkualitas baik, aman dan layak serta berdaya saing.

Gambar

Tabel - 3. Ukuran kandang sangkar (panjang x lebar x tinggi) cm  Tipe kelinci

Referensi

Dokumen terkait

 Kepala Bagian Humas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Asisten Administrasi dalam merencanakan teknis operasional, merumuskan kebijakan dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula dan waktu pengukusan terhadap sifat fisikokimiawi dan organoleptik dendeng giling ayam petelur afkir

Bertolak dari latar diatas kemudian keinginan penulis untuk mengolaborasi lebih jauh mengenai pemberdayaan masyarakat dan dinas kebudayaan dan pariwisata terutama

Hal ini juga didukung oleh penelitian terdahulu dari Genda Widayati (2013) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang menunjukkan

Ribbed smoked sheet (RSS) adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik. White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang

Dalam hal ini keberadaannya menjadi sangat penting dan mampu mempengaruhi jalan hidup orang lain di sekitarnya sehingga dari diri seorang Sudarso yang meyakini dan

Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan/melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan *) sejak tanggal diterima surat keputusan yang dibanding;.. Banding diajukan

Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan pernikahan usia muda di tahun 2015 dengan perbandingan tahun 2011, tingginya pernikahan usia muda sebagian besar