• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicatus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicatus"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicatus yang berati berbagi atau menjadi milik bersama. Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, atau tanda-tanda, atau tingkah laku10. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsing. Berbicara secara tatap muka, berbicara melalui telepon, mengirim surat atau email kepada seseorang atau sekelompok organisasi adalah contoh-contoh dari tindakan komunikasi langsung. Sedangkan yang termasuk komunikasi tidak langsung adalah tindakan komunikasi yang dilakukan melalui perantara. Perantara tersebut bisa berupa media, seperti surat kabar, majalah, radia, TV dan lain-lain. Tindakan komunikasi juga dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, baik secara verbal (dalam bentuk kata-kata baik lisan dan/tulisan) ataupun nonverbal (tidak dalam bentuk kata-kata, misalnya gestura, sikap, tingkah laku, gambar, dan berbagai bentuk tanda lainnya yang mengandung arti).11 Komunikasi nonverbal sangat penting didalam komunikasi tatap muka atau hubungan antarpribadi.

10 Sasa Djuarsa Sendjaja.2010.Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta : Universitas Terbuka Hal 10 11 Ibid hal 3

(2)

Komunikasi nonverbal adalah setiap informasi atau emosi dikondisikan tanpa menggunakan kata-kata atau nonlinguistik. Komunikasi nonverbal adalah penting, sebab apa yang sering dilakukan mempunyai makna jauh lebih penting daripada apa yang sering dikatakan. Ucapan atau ungkapan klise seperti “sebuah gambar sama nilainya dengan seribukata” menujukan bahwa alat-alat indra yang digunakan untuk menangkap isyarat-isyarat nonverbal sebetulnya berbeda dari hanya kata-kata yang digunakan.12

Terdapat sejumlah bentuk komunikasi nonverbal dan bentuk-bentuk tersebut meliputi wajah terutama yang menyangkut mata, tubuh, sentuhan, suara, ruang, waktu, daya tarik fisik, pakaian, dan lingkungan. Sebagian besar dari bentuk-bentuk ini menampilkan beberapa karakteristik.13

Komunikasi nonverbal terkait pada budaya, budaya pada hakikatnya merupakan gejala nonverbal yakni kebanyakan aspek dari budaya dipelajari melalui pengamatan dan mencontoh dan bukan melalui pengajaran verbal secara eksplisit. Perilaku nonverbal mengkomunikasikan keyakinan, sikap, dan nilai-nilai budaya kepada pihak lainnya. Itulah sebabnya kebanyakan orang tidak menyadari akan perilaku nonverbalnya sendiri.14

12 Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem.2011.Teori Komunikasi Antarpribadi.Jakarta : Kencana hal 110

13 Ibid Hal 111 14 Ibid Hal 114

(3)

Setiap orang yang tidak sesuai dengan norma fisik dari suatu budaya akan mengalami kesulitan berkomunikasi didalam budaya tersebut. Kesimpulan mengenai pengaruh-pengaruh budaya pada setiap bentuk nonverbal adalah sama. Gerak isyarat dan gerakan tubuh mempunyai makna yang berbeda diantara budaya. Ekspresi wajah dan kontak mata mengkomunikasikan makna yang berbeda pada semua budaya. Perilaku vokal berbeda diantara budaya; penggunaan ruang oleh para anggota dari budaya yang berbeda mengkomunikasikan makna yang berbeda-beda. Norma sentuhan berbeda diantara budaya. Penciuman mengkomunikasikan hal-hal yang berbeda pada budaya yang berbeda, orientasi waktu berbeda pada semua budaya.15

2.2 Komunikasi Antar Budaya

Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa sansekerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran akal atau manusia.16 Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Pengertian paling tua atas kebudayaan adalah kompleks dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu

15 Ibid Hal 115

(4)

masyarakat.17 Budaya adalah segala sesuatu yang diperoleh dari hasil pemikiran manusia yang memiliki nilai guna bagi kesejahteraan manusia seperti ilmu pengetahuan. Secara terminologi (istilah), kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan simbol, pemaknaan, penggambaran, struktur aturan, kebiasaan, nilai, pemrosesan informasi, pengalihan pola-pola konvensi (kesepakatan) pikiran, perkataan dan perbuatan/tindakan yang terjadi pada suatu kelompok masyarakat.18

Komunikasi antar budaya, terjadi bila pengirim pesan adalah anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya lain. Komunikasi antar budaya, komunikasi antar orang-orang yang berbeda budaya. Komunikasi dan budaya ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana komunikasi berlangsung, tetapi budaya juga turut menentukan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku manusia sangat bergantung pada budaya tempat manusia tersebut dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi.19

17 Alo Liliweri.2003.Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Hal 107

18 Dadan Anugrah dan Winny Kresnowiati. Komunikasi Antar Budaya Konsep dan Aplikasinya.2007. Jakarta : Jala permata Hal 32

19Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat.2005. komunikasi Antar Budaya panduan

(5)

Dalam perkembangannya, komunikasi antarbudaya dipahami sebagai proses transaksional, proses simbolik yang melibatkan atribusi makna antara individu-individu dari budaya yang berbeda.

Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi. Ketika komunikasi terjadi diantara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau kominitas bahasa, komunikasi tersebut disebut komunikasi antarbudaya.

Budaya dan kebudayaan telah ada sejak manusia berpikir, berkreasi dan berkarya sekaligus menunjukkan bagaimana pola berpikir dan interpretasi manusia terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.

(6)

Pada jaman modern seperti ini budaya asli negara kita memang sudah mulai memudar, faktor dari budaya luar memang sangat mempengaruhi pertumbuhan kehidupan di negara kita ini. Contohnya saja anak muda jaman sekarang, mereka sangat antusias untuk mengetahui juga mengikuti perkembangan kehidupan budaya luar negeri. Sebenarnya bukan hanya orang-orang tua saja yang harus mengenalkan dan melestarikan kebudayaan asli negara kita tetapi juga para anak muda harus senang dan mencintai kebudayaan asli negara sendiri.

Kebudayaan memiliki dimensi yang sangat luas, bahkan dapat dikatakan seluas dan sekompleks kehidupan manusia itu sebdiri. Tetapi untuk kepentingan ilmiah, kebudayaan dikelompokan kedalam 7 unsur penting, yaitu:

1. Agama

Dalam temuan antropologi dan sosiologi komponen pokok yang terdapat dalam setiap agama meliputi adanya umat beragama, sistem keyakinan, sistem peribadatan/ritual, sistem peralatan ritus, dan emosi keagamaan. 2. Ilmu pengetahuan

Dari penelitian antropologi dan sosiplogi semua masyarakat pendukung suatu kebudayaan, memiliki sistem pengetahuan yang utuh menganggapi keberadaan alam nyata (natural) dan nirnyata (supranatural). Kondisi ini menyambung kepada pemahaman tentang kehidupan dan kematian, perbuatan dan keadilan, kefanaan dan keabadian.

(7)

3. Teknologi

Antropologi dan sosiologi juga menjumpai bahwasetiap warga masyarakat pendukung suatu kebudayaan memiliki kemampuan secara idea hingga melaksanakan kegiatan bersama melahirkan peralatan hidup yang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan pada pelbagai unsur kebutuhan budaya universal lainnya.

4. Ekonomi

Antropologi serta sosiologi juga menemukan dalam setiap masyarakat kebudayaan adanya bentuk-bentuk ekonomi (Berburu-meramu, bercocok tanam, barter;pasar/uang, foto, komunikasi). Rentangan kekuatan ekonomi (investasi, produksi, keagenan, distribusi, eceran, buruh, kegiatan pasar, dan penjabaran penghasilan).

5. Organisasi Sosial

Pada setiap masyarakat pendukung kebudayaan akan selalu terdapat variasi kelompok warga masyarakat (kemargaan, jaringan kawin mawin, kampung/kewilayahan, keetnisan, profesi, politik).

6. Bahasa dan Komunikasi

Setiap masyarakat pendukung suatu kebudayaan memiliki simbol-simbol bunyi dan intonasi serta isyarat yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu maksud kepada seseorang atau khalayak untuk dipahamu dan dilaksanakan. Ada untuk percakapan, tulisan, maupun seni. Ada kata-kata untuk umum, dari hati ke hati, anak-anak, teman sebaya, orang tua, dan tamu. Ada esensinya world view, penjelasan alam semesra, dan tata krama.

(8)

7. Kesenian

Antropologi menemukan bahwa pada setiap masyarakat kebudayaan mempunyai ungkapan seni berupa simbol pernyataan rasa senang dan susah (suka duka). Baik untuk umum maupun sendiri. Muncul pula dalam berbagai bentuk ukiran, gambar, tulisan, ungkapan, teater, pentas, dan gerak tari.20

2.3 Kelestarian

Pengertian kelestarian menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah keadaan yang tetap seperti semula; keadaan yang tidak berubah-ubah. Kelestarian budaya artinya suatu budaya memiliki keadaan yang sama dari genreasi ke generasi. Sebagai generasi muda dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya lokal dapat dilakukan dengan cara:

1. Mau mempelajari budaya tersebut, bukan hanya mengenal tetapi juga mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengajarkan kebudayaan itu pada generasi penerus sehingga generasi penerus dapat mengetahui kebudayaan yang mereka miliki.

3. Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan. Misalnya ketika ada pentas budaya yang diadakan pemerintah setempat, atau mengikuti kompetisi tentang kebudayaan misalnya pentas tarian daerah.

20 Rusmin Tumanggor, Kholis Ridho dan Nurrochim.2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta : Kencana

(9)

4. Menghilangkan perasaan gengsi dengan kebudayaan yang dimiliki

5. Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya orang lain.

6. Mempraktikkan penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-hari.

Kebudayaan manusia Indonesia dalam bebrapa tahun terakhir telah didesak oleh serbuan kebudayaan asing melalui deras arus globalisasi. Sementara kebudayaan milik daerah atau nasional sendiri sering kali sulit beradaptasidengan budaya asing. Di era tahuun 200-an misalnya, terlihat begitu mencolok perilaku atau tata cara hidup generasi muda yang dekat dengan budaya asing. Bandingkan antara kegiatan para remaja yang keluar masuk pub, diskotik, dan tempat hiburan malam lainnya terutama dikota metropolitan dengan kegiatan gotong royong, silahturahmi sanak famili, membatik, belajar pantun dan lainnya yang menjadi wujud kebudayaan leluhur masa lalu.

Proses akulturasi budaya asing dengan budaya lokal masih kental dengan nilai-nilai asing itu sendiri dibanding menjadi sebuah kebudayaan milik sendiri. Artinya, kebudayaan yang ditampilkan kebanyakan generasi muda saat ini bukan melalui proses belajar dan secara sadar mewakili kebutuhan mendasar mereka, tetapi lebih mengikuti tren kebudayaan baru dari luar (budaya global).21

21 Ibid Hal 36

(10)

Produk-produk budaya lokal mulai ditinggalkan lantaran dianggap ketinggalan zaman, tidak up to date, kuno, dan semacamnya. Oleh karenanya, generasi terkini dengan basis kulturalnya masing-masing kemudian, meski tidak semua, akhirnya lebih memilih untuk mengadopsi budaya baru atau budaya kekinian yang telah berasimilasi dengan budaya barat. Persoalannya bukan terletak pada boleh tidaknya, melainkan terletak pada sikap penafian budaya lama 9peninggalan nilai luhur nenek moyang) oleh generasi masa kini.

Ketika warisan budaya tidak lagi diindahkan, maka yang akan terjadi ialah sebuah krisis identitas. Oleh karena itu sudah sepantasnya generasi muda berupaya untuk melestarikan, menjaga, merawat, mengemas dan mempublikasikan kekayaan warisan budaya kepada dunia untuk mengukuhkan identitas sebagai bangsa yang bermartabat. Dengan memahami dan menjaga kekayaan warisan budaya dan sejarah, bangsa ini akan dihargai dan dipandang secara terhormat oleh bangsa lain.22

Generasi muda dan orang tua menjadi kunci dari kelesartian budaya lokal ini. Genersi muda menjadi penerus sedangkan para orang tua menjadi pengarah yang menunjukan budaya tersebut.

22 Ibid Hal 37

(11)

2.4 Cio Tao

Masyarakat Tionghoa memiliki tradisi turun-temurun yang hingga sekarang masih sering dilakukan. Salah satunya adalah Cio Tao, yaitu prosesi pernikahan tradisional peranakan Tionghoa di Indonesia. Cio Tao sendiri merupakan hasil akulturasi budaya antara kebudayaan Tionghoa dan Betawi. Prosesi ini dilaksanakan dengan berbagai ritual dan busana khas ala peranakan Tionghoa yang disebut dengan busana Hwa Kun. Dalam upacara Chio Tao, terdapat tradisi makan nasi melek dan ritual makan onde-onde, yang diakhiri dengan teh pay atau tuang teh. Ini adalah bentuk refleksi dari kemajemukan Tionghoa yang dilengkapi dengan kekhasan budaya Betawi.

Cio Tao atau Shang tou dalam bahasa mandarin yang berarti menata rambut. Menata rambut maksudnya menyisir rambut sang mempelai dengan menggunakan sisir yang telah disediakan sebelumnya. Cio Tao merupakan istilah umum bagi upacara pernikahan adat tradisional Tionghoa yang hingga saat ini dilaksanakan di daerah Tangerang. Setiap urutan dalam tata upacara pernikahan ini merupakan simbol yang mengandung banyak makna. Oleh sebab itu, setiap urutannya diusahakan untuk dilaksanakan agar makna-makna yang diharapkan tersebut akan terkabul.Upacara ini selain sebagai titik pelepasan tanggung jawab orang tua kepada anaknya yang telah „menjadi orang‟, juga merupakan pesan bahwa menjalani pernikahan tidak semudah apa yang dibayangkan. Cobaan yang datang seperti suka dan duka harus dijalani dan diterima dengan baik.23

23 Regiana Priscylia.2012.Upacara Makan „Duabelas mangkok‟ dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Peranakan Tionghoa di Tangerang (Cina Benteng) hal 3

(12)

Busana pengantin tradisional Tionghoa, hwa kun, yang konon sudah punah di daratan Cina namun masih digunakan disekitar Tangerang. padanan riasan kepala, daster hijau, dan kain merah bermotif dengan sulaman emas menjadi ciri khas busana pengantin perempuan Tionghoa Tangerang yang dipakai sehari menjelang pernikahan. Secara harfiah istilah kun berasal dari rok lipat yang bersulam kembang. Sebelum hari pernikahan digunakan riasan kembang kecil berupa konde di kiri dan kanan, sedangkan bajunya disebut tabur ada hiasan logam.

Di Tangerang dan Bekasi masih tersisa tradisi perkawinan tradisional, terutama di kantong komunitas peranakan yang tua. Konon di Padang dan Makasar, kalangan peranakan Tionghoa masih ada, tetapi pernikahan secara tradisional jarang dilakukan. Uniknya, jika mengikuti pakem tradisional, proses pernikahan ini mencapai 12 hari. Demikian pula di negara bagian Malaka, Malaysia masih dilakukan hingga 12 hari.

Perbedaan terletak pada jenis busana yang dipakai. Pengantin tradisional Tionghoa di Malaysia menggunakan busana ala dinasti Ming, sedangkan di Indonesia yang menjadi acuan adalah busana dinasti Ching. Ciri utama adalah penggunaan topi mandarin berupa caping pejabat bagi pengantin pria.24

24 Iwan Santosa.2012. Peranakan Tionghoa Nusantara. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara

(13)

Upacara ini sangat sakral dan hanya boleh dilakukan sekali seumur hidup, menjelang pernikahan. Seorang duda atau janda yang menikah tidak diperkenankan (lagi) melakukan ritual ini. Ini dapat dipahami, mengingat seseorang hanya mengalami masa lajang sekali seumur hidupnya.

Prosesi awal Cio Tao didahului dengan prosesi penghormatan di Meja Sam Kai untuk memohon restu dari Sang Pencipta, kemudian penghormatan kepada leluruh. Jika tidak memiliki meja abu maka dapat menggunakan kertas sebagai simbolis. Lalu diantara meja Sam Kai dan meja abu diletakan tetampah dan gantang. Pengantin menginjak tetampah tersebut dengan maksud bahwa pengantin siap memasuki kehidupan baru. Upacara dilanjutkan dengan prosesi penyisiran rambut, Pemberian Uang Pelita, Pemakaian Baju Pengantin, Pay Ciu atau orangtua memberikan arak beras kepada anaknya, Makan 12 Mangkuk, Makan Nasi Melek, Pemasangan Oto dan Kerudung.

Setelah itu upacara dilanjutkan dengan prosesi Sawer, Soja Pengantin, Suap-suapan Pengantin, dan teh pay atau kedua pengantin menyuguhkan teh kepada orangtuanya dan dibalas dengan pemberian angpao sebagai bekal hidup. Dengan ini, penikahan Cio Tao telah sah dilakukan.

(14)

a. Meja Sam Kai

Gambar 4.1 Meja Sam Kai (atas)

(15)

Meja ini berkaki tinggi dan diletakan di depan pintu utama rumah dalam posisi menghadap ke luar. Meja sembayang ini disebut meja Sam kai karena meja ini dipersembahkan kepada Sam Kai Kong yang merupakan tiga pejabat dari tiga alam. Mereka ini terdiri dari Thian Koan Tai Te (pejabat langit) yang memberikan rejeki, Te Koan Tai Te (pejabat bumi) yang mengampuni dosa dan Sui Koan tai Te (pejabat air) yang menyingkirkan malapetaka.

Meja tersebut diberi kain merah didepannya yang disebut toh ui. Kain penutup ini menjulur kebawah antara kedua kaki meja. Biasanya kain ini bermotif yang menggambarkan keberuntungan. Diatas meja diletakan sebuah pedupaan untuk mengundang para Dewa agar berkenan hadir dalam ritual tersebut, tempat menancapkan Hio (dupa), sebuah cian ap (kotak berukir berbentuk empat persegi panjang yang ditancapkan beberapa tusuk manisan buah kingkip, pepaya, dan buah atep), beberapa tangkai bunga didalam vas bunga, sebuah poci arak berisi arak putih berikut dengan cawan kecilnya, buah-buahan (pisang, jeruk, selima, apel, pear, serikaya dll), dua buah lilin merah, pelita minyak, dan sepasang pohon tebu hitam berikut dengan akarnya. Tebu ini dikaitkan dikedua sisi kiri dan kanan meja, lalu digantung kertas emas besar.

(16)

b. Meja Abu

Gambar 4.3 Meja Abu

Meja abu dipersiapkan untuk menghormati para leluhur yang telah meninggal. Jika sang mempelai tidak memiliki meja abu maka bisa diwakilkan dengan menempelkan kertas merah mertuliskan bahasa mandarin. Di atas meja abu diletakan:

1. Beberapa macam kue basah

2. Beberapa cawan teh kecil atau gelas berisi teh 3. Bebepapa pasang lilin besar

4. Bunga segar 5. Buah – buahan c. Tetampah dan Gantang

(17)

Gambar 4.4 Tetampah

(18)

Diantara meja samkai dan meja abu diletakan sebuah tetampah besar berwarna merah. Diatasnya diletakan dua buah kursi yang saling berhadapan, lalu pengantin duduk disalah satu kursi yang telah diberi kain alas dan kursi satunya lagi untuk menaruh gantang.

Tetampah ini melambangkan dunia baru yang akan dimasuki oleh kedua pengantin. Artinya kedua pengantin sudah tidak boleh bergantung kepada orang tua mereka. Sedangkan gantang di cat berwarna merah yang merupakan warna keberuntungan untuk menolak bala. Pada dindingnya terlukis Delapan Trigram Langit Awal dengan diapit dua ekor naga. Gambar ini diyakini sebagai penghalau roh jahat. Gantang di isi penuh oleh beras, maknanya suami istri harus bisa mengukur kemampuan mereka. Jangan memaksakan diri dan jangan boros. Karen apada zama dahulu, gantang digunakan untuk menakar beras. Diatas beras dialasi oleh kertas merah lalu diletakan benda-benda yang memiliki simbolis, berikut benda – benda tersebut ;

1. Almanak Tionghoa yang dibuka tengah-tengahnya. Merupakan simbol dari pengetahuan. Suami istri harus membekali anak-anak mereka dengan pengetahuan yang cukup.

2. Gunting simbol dari kerja sama maknanya dengan bekerjasama suami istri akan mampu mengatasi berbagai permasalahan. Mereka harus memiliki kesepakatan dalam memutuskan sesuatu.

3. Timbangan maknanya suami istri harus mempertimbangkan baik buruknya segala tindakan mereka dan pasangan suami istri harus berlaku adil.

(19)

4. Penggaris kayu maknanya suami istri harus mengerti batas batas dalam berperilaku dan juga harus jujur.

5. Cermin maknanya suami istri harus selalu bersedia berintrospeksi diri. 6. Benang sutra pancawarna. Ikatan pasangan suami istri juga harus seperti

benang sutra. Satu sama lain memperlihatkan sikap lembut namun memiliki ikatan emosional yang kuat. Pancawarna berati benang tersebut memiliki 5 macam warna yang mewakili alam semesta ini.

7. Pelita minyak atau sepasang lilin maknanya suami istri harus berterus terang satu sama lain.

8. Sebuah sisir. Segala percekcokan diantara suami istri harus segera diselesaikan, seperti halnya sebuah sisie yang merapikan rambut yang kusut.

9. Sebilah pedang melambangkan keberanian dan ketegasan. Suami istri harus berani dan tegas dalam memperbaiki hal-hal yang tidak benar dalam rumah tangga.

10.Sebuah kompas melambangkan pedoman. Suami istri hendaknya mempunyai pedoman dalam mengarungi biduk rumah tangga jangan sampai goyah mengahadapi rintangan dan tantangan yang ada.25

25 David Kwa Kian Hauw.2001.Ritus Pemurnian dan Inisiasi Menuju Kedewasaan. Perkumpulan

(20)

2.5 Fenomenologi

Istilah fenomenologi secara etimologis berasal dari kata fenomenadan logos. Fenomena berasal dari kata kerja Yunani “phainesthai”y ang berarti menampak, dan terbentuk dari akar kata fantasi, fantom, dan fosfor yang artinya sinar atau cahaya. Dari kata itu terbentuk kata kerja, tampak, terlihat karena bercahaya. Dalam bahasa kita berarti cahaya. Secara harfiah fenomena diartikan sebagai gejala atau sesuatu yang menampakkan. Fenomenologi juga merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman manusia. Fenomenologi bermakna metode pemikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang ada dengan langkah-langkah logis, sistematis kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak dogmatis. Fenomenologi dikenal sebagai aliran filsafat sekaligus metode berpikir yang mempelajari fenomena manusiawi (human phenomena) tanpa mempertanyakan penyebab dari fenomena tersebut serta realitas objektif dan penampakannya.

Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Untuk mengidentifikasi kualitas yang essensial dari pengalaman kesadaran dilakukan dengan mendalam dan teliti. Prinsip-prinsip penelitian fenomenologis ini pertama kali diperkenalkan oleh Husserl. Husserl mengenalkan cara mengekspos makna dengan mengeksplisitkan struktur pengalaman yang masih implisit.

(21)

Fenomenologi sebagai salah satu cabang filsafat pertama kali dikembangkan di universitas-universitas Jerman sebelum Perang Dunia I, khususnya oleh Edmund Husserl, yang kemudian dilanjutkan oleh Martin Heidegger dan yang lainnya, seperti Jean Paul Sartre. Selanjutnya Sartre memasukkan ide-ide dasar fenomenologi dalam pandangan eksistensialisme. Adapun yang menjadi fokus eksistensialisme adalah eksplorasi kehidupan dunia mahluk sadar atau jalan kehidupan subjek-subjek sadar.

Fenomenologi bagi Husserl adalah gabungan antara psikologi dan logika. Fenomenologi membangun penjelasan dan analisis psikologi tentang tipe-tipe aktivitas mental subjektif, pengalaman, dan tindakan sadar. Namun, pemikiran Husserl tersebut masih membutuhkan penjelasan yang lebih lanjut khususnya mengenai “model kesengajaan”. Pada awalnya, Husserl mencoba untuk mengembangkan filsafat radikal atau aliran filsafat yang menggali akar-akar pengetahuan dan pengalaman. Hal ini didorong oleh ketidakpercayaan terhadap aliran positivistik yang dinilai gagal memanfaatkan peluang membuat hidup lebih bermakna karena tidak mampu mempertimbangkan masalah nilai dan makna. Fenomenologi berangkat dari pola pikir subjektivisme yang tidak hanya memandang dari suatu objek yang tampak namun berusaha menggali makna di balik setiap gejala tersebut.26

26 Engkus Kuswarno.2009.Fenomenologi Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya.Bandung

(22)

Alfred Schutz mengadopsi dan mengembangkan fenomenologi ini dengan pendekatan interpretatif praktis. Teori tentang interpretative ini bermula dari teori hermeneutik. Hakekat dari metode hermeneutik adalah metode interpretasi, memahami suatu gejala dari bahasanya baik lisan maupun tulisan, dan bertujuan ingin mengetahui suatu gejala dari gejala itu sendiri yang dikaji secara mendalam. Selanjutnya dikembangkan sebagai fondasi filosofis untuk menginterpretasi secara meningkat dan meluas pada teks-teks, seperti teks sejarah dan literature kerja. Teoris-teoris hermeneutik perhatian pada apa metode dan tujuan dari interpretasi itu sendiri. Menurutnya interpretasi melibatkan apa yang disebut interpretasi grammatical dan psychological. Secara garis besar kedua filsuf Edmund Husserl dan Alfred Schutz membagi fenomenologi menjadi dua yaitu Fenomenologi transdental yang di ungkapkan Edmund Husserl dan fenomenologi sosial seperti yang diungkapkan Alfred Schutz. Fenomenologi transdental dan fenomenologi sosial menegaskan pentingnya dunia kehidupan sehari-hari sebagai sebuah objek studi. Fenomenologi sosial mempunyai sebuah pendekatan dan perbendaharaan kata untuk menginterpretasikan kehidupan dunia dan menjadi sebuah pemahaman bagaimana sikap ilmiah kehidupan sehari-hari dimainkan. 27

27 Elvinaro Ardianto dan Bambang Q Anees. 2007.Filsafat Ilmu Komunikasi.Bandung : Simbiosa Rekatama Media Hal 129

(23)

Fenomenologi sosial yang di kemukakan Alfred Schutz pada dasarnya mengkaji tiga tema utama yaitu, dunia sehari-hari, sosialitas, serta makna dan pembentukan makna. Pertama, dunia sehari-hari. Dalam dunia sehari-hari terbentuk misalnya bahasa dan makna dan terjadi juga interaksi sosial antara anggota-anggota masyarakat yang membentuk berbagai tipe harapan dan tingkah laku yang kemudian diterima bersama. Kedua, sosialitas. Tindakan yang terjadi setiap hari adalah proses dimana terbentuk berbagai makna. Tindakan sosial terjadi jika suatu perbuatan diarahkan kepada orang lain sebagai partner. Ketiga, makna dan pembentukan makna. Jika orde dasar dari masyarakat adalah dunia sehari-hari, makna dasar bagi pengertian manusia adalah akal sehat yang terbentuk dalam bahasa percakapan sehari-hari. Common sense (akal sehat) adalah pengetahuan yang ada pada setiap orang dewasa yang sadar. Pengetahuan ini sebagian besar tidak berasal dari penemuan sendiri, tetapi diturunkan secara sosial dari orang-orang sebelumnya.28

Tugas utama sosiologi fenomenologis adalah memperoleh wawasan mengenai karakter pengalaman sosial nyata yang diinterpretasikan secara konvensional. Dalam kaitan ini Schutz menerangkan bahwa baik konsep ilmiah maupun pengalaman sehari-hari terbentuk lewat kategori-kategori yang terpisah dari segala sesuatu yang serta-merta ditentukan dalam kesadaran.29

28 Alex Sobur.2013. Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Hal 63-65

Gambar

Gambar 4.2 Meja Sam Kai (depan)
Gambar 4.3 Meja Abu

Referensi

Dokumen terkait

“pengembangan perpustakaan sekolah itu pemegang utamanya adalah kepala sekolah karena dia sebagai pemegang kebijakan yang pertama itukan sarana dan prasarana dengan

Upaya diversifikasi dapat dilakukan baik dalam pemanfaatan produk buah kelapa seperti pembuatan kelapa parut kering, santan awet, juga diversifikasi dalam pemanfaatan kelapa

Luas selimut < Luas permukaan transfer panas,sehingga sistem pendingin yang digunakan adalah koil.. atau koil adalah 10 psia sehingga delta P

Untuk mengetahui karakteristik dari material beton kedap suara dengan pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit, semen PC, dan pasir sebagai bahan baku utamanya... 1.3

Hasil evaluasi atas sub komponen “Pemenuhan Evaluasi” menunjukkan nilai sebesar 1,88 dari nilai maksimal 2,00, dengan uraian sebagai berikut:. a) Dinas Pekerjaan Umum

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia- Nya saya dapat menyelesaiakan tugas akhir saya yang berjudul “Tanggapan Mahasiswa Terhap

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia serta rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Daftar Perusahaan Peserta Train The Trainer dari Service Leadership (Public dan Inhouse Training) PT Sorini Towa Berlian Corp, Departemen Keuangan, PT Holcim Indonesia, Warbis