• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Tata Letak One Man Controlled Bridge Berdasarkan Aplikasi Maritime Ergonomics

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Tata Letak One Man Controlled Bridge Berdasarkan Aplikasi Maritime Ergonomics"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Bridge Deck merupakan pusat dari semua navigasi di atas kapal.Dengan dasar itulah maka diperlukan adanya suatu penanganan dan keahlian khusus untuk penataan dan pengaturan komponen-komponen di dalamnya.Penatan dan pengaturan komponen-komponen tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan pemakaian bridge deck dengan menempatkan setiap peralatan yang diperlukan sesuai dengan aturan ergonomic.Desain Bridge Deck yang tidak memperhatikan factor ergonomic akan memberikan akibat yang fatal untuk keamanan kapal, sehingga mengakibatkan naiknya jumlah human error saat pengoperasian kapal. Kenaikan jumlah human error tersebut akan membuat angka kecelakaan di dalam industri perkapalan naik. Permasalahan yang timbul dalam hal ini adalah bagaimana cara untuk menganalisa kapal Indonesia berdasarkan aturan ergonomics.

Dari permasalahan diatas maka diperlukan perangkat lunak yang membantu menganalisa suatu kapal untuk memenuhi aturan ergonomic yang mengacu pada rules agar awak kapal maupun pihak galangan lebih mudah untuk menganalisa peletakkan peralatan dan komponen pada bridge deck saat reparasi maupun pembuatan kapal baru. Yaitu dengan mengembangkan sebuah program yang berbasis computer, untuk selanjutnya digunakan sebagai simulator proses analisa ergonomic.

Kata Kunci— Ergonomics, Bridge deck, Microsoft Visual Basic

I. PENDAHULUAN

DA banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan ABK dalam mengoperasikan kapal dan memastikan keamanan “life at sea” selama pengoperasian kapal. Kapal yang mempunyai desain yang tidak sesuai dengan kaidah ergonomic akan menyebabkan kegagalan peralatan, kelelahan, stress dan kebosanan bagi ABK. Desain peralatan yang berbeda dan kurangnya pelatihan yang tepat dalam operasi peralatan, akan mempengaruhi cara di mana sebuah kapal tersebut dioperasikan. Unsur manusia merupakan fitur penting dari semua aspek desain kapal atau sistem dan operasi. Bridge Deck merupakan pusat dari semua navigasi di atas kapal. Dengan dasar itulah maka diperlukan adanya suatu penanganan dan keahlian khusus untuk penataan dan pengaturan komponen-komponen di dalamnya.Penatan dan pengaturan komponen-komponen tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan pemakaian bridge deck dengan menempatkan setiap peralatan yang diperlukan sesuai dengan aturan

ergonomic. Desain Bridge Deck yang tidak memperhatikan factor ergonomic akan memberikan akibat yang fatal untuk keamanan kapal, sehingga mengakibatkan naiknya jumlah human error saat pengoperasian kapal. Kenaikan jumlah human error tersebut akan membuat angka kecelakaan di dalam industri perkapalan naik. Setiap kapal atau sistem harus dirancang agar dapat beroperasi dengan aman dan efektif, untuk mendukung orang - orang yang mengoperasikannya tanpa merugikan keselamatan, kesehatan dan pertimbangan performance. Permasalahan yang timbul dalam hal ini adalah belum banyak data yang menyatakan bahwa kapal – kapal di Indonesia telah mematuhi aturan ergonomic. Sehingga diperlukan perangkat untuk mempermudah menganalisa, apakah peletakan peralatan pada bridge deck tersebut sudah memenuhi aturan ergonomics. Apabila kapal yang di analisa belum memenuhi aturan ergonomics, maka dapat diberikan rekomendasi perbaikan untuk memenuhi aturan tersebut. Hasil analisa juga dapat digunakan untuk acuan dalam pembuatan kapal baru. Dari permasalahan diatas maka diperlukan perangkat lunak yang membantu menganalisa suatu kapal untuk memenuhi aturan ergonomic yang mengacu pada rules agar awak kapal maupun pihak galangan lebih mudah untuk menganalisa peletakkan peralatan dan komponen pada bridge deck saat reparasi maupun pembuatan kapal baru. Yaitu dengan mengembangkan sebuah program yang berbasis computer, untuk selanjutnya digunakan sebagai simulator proses analisa ergonomic.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ergonomi sering disebut Human Factor Engineering, suatu ilmu yang mengatur bagaimana manusia bekerja. Menurut rules ABS tentang “ERGONOMIC DESIGN OF NAVIGATION BRIDGES ABS,2003, ergonomi merupakan disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman tentang interaksi antara manusia dengan elemen - elemen lain didalam suatu system.

Perhatian utama ergonomi adalah pada efisiensi yang diukur berdasarkan pada kecepatan dan ketelitian performance manusia dalam penggunaan alat.Faktor keamanan dan kenyamanan bagi pekerja telah tercakup di dalam pengertian efisiensi tersebut. (Wesley E Woodson). Panduan ABS untuk Desain Bridge dan Navigasi Peralatan atau Sistem menyajikan persyaratan yang "Berlaku untuk kapal yang memiliki

Perancangan Tata Letak One Man Controlled

Bridge Berdasarkan Aplikasi Maritime

Ergonomics

Venta Kevara Aprilia, DR. Ir. A.A. Masroeri, M.Eng, Indra Ranu Kusuma, ST., M.ScCeng. CmarEng JurusanTeknikSistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: masroeri@.its.ac.id

(2)

sertifikat SOLAS dan dirancang untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi navigasi. "

Panduan ini juga merekomendasikan bahwa desain bridge harus didasarkan pada prinsip-prinsip ergonomis.Aturan yang tertulis dalam dokumen ini konsisten dengan principal international statutory and discretionary guidance yaitu aturan yang membahas desain system dalam bridge deck (seperti: Standar IACS untuk Desain Bridge, equipment dan Layout; SOLAS V; dan IMO Pedoman Kriteria Ergonomi untuk bridge,equipment dan Layout).

A. Overall arrangement

Sketsa di bawah ini menunjukkan Peralatan yang harus diinstal pada workstations untuk route monitoring, manoeuvring, traffic surveillance and monitoring harus ditempatkan dalam posisi yang mudah dioperasikan dalam standing position. Sedangkan untuk traffic surveillance, heading and speed adjustments, internal and external communication harus ditempatkan dalam posisi yang mudah pula saat dioperasikan dalam keadaan seated position.

Pada center consoledan general layout dari consoles disetiapworkstation mempunyai tugas dalam kegiatan monitoring, termasuk conning yang digunakan pada saat navigating dan manoeuvring.

Gambar 2.1 Bridge Arrangement dan Working Environment  Workstations

Workstation merupakan sebuah tempat kerja di mana satu atau beberapa tugas akan membentuk aktivitas tertentu yang nantinya akan dilaksanakan, dirancang, dan diatur untuk memberikan informasi, system dan peralatan yang diperlukan untuk keamanan dan efisien kinerja, tugas khusus serta kerjasama bridge tim.

Dimensi dari workstation berdasarkan rules ABS adalah sebagai berikut :

a) Tinggi :

Ketinggian workstation tidak boleh mengganggu jendela anjungan. Dapat dilihat pada bagian 3-6-1/1.3.4 dan 1.3.5 dari Peraturan Baja Kapal atau “ Steel Vessel Rules “.

b) Lebar :

Berdasarkan sound ergonomic principles, lebar workstation dirancang untuk operasi satu orang tidak lebih dari 1,6 m (5 ft 3 in).

B. Instruments and Equipment at Navigating and

Maneuvering Workstation.

Sesuai dengan peraturan International SOLAS 1974 dan Colreg (collison regulation 1972) seluruh kapal harus dilengkapi dengan peralatan Navigasi sebagai berikut :

a) Navigation Workstation

The navigation workstation should include the following:  Navigation radar display

 Position-fixing systems  Depth indicator

 Chart table with instruments. b) Maneuvering Workstation

The maneuvering workstation, used for collision avoidance/docking, should include the following:

 Radar display

 Automatic radar plotting aid (ARPA)  Engine and thruster controls or telegraphs  Rudder angle indicator

 Propeller revolution indicator(s)  Pitch indicator

 Speed and distance indicator. c) Manual Steering Workstation

The manual steering workstation should include the following: • Manual steering device • Gyro repeater

• Rudder angle indicator • Rate of turn indicator • Magnetic compass display • Course indicator • Talkback to bridge wings

d) Bridge Wing Workstations

The bridge wing workstations should include the following: • Engine control • Thruster control

• Rudder control • Rudder angle indicator • Gyro repeater • Rate of turn indicator • Sea bottom tracking speed indicator • Whistle control • Communication (external and internal) • Morse light keys

e) Monitoring Workstation

The monitoring workstation should include the following: • Radar • VHF radiotelephone • Intercommunication Systems • Gyro repeater

• Speed and distance indicator • Rudder angle indicator • Propeller revolution indicator(s) • Alarms

• Emergency stop controls • Monitoring systems • Rate of turn indicator

C. Man Machine Interface

Man Machine Interface adalah sarana yang operatornya menerima informasi mengenai status mesin atau sistem dan dapat mengirim kembali perintah dan pengaturan dari operator yang berjaga, Sehingga memudahkan dalam pengendalian dan control, Contoh di kapal adalah peletakan indicator-indicator engine di bridge deck misalnya indicator RPM suhu dari engine , indicator ballast , indicator bilge hingga tombol emergency untuk shutdown suatu system yang berada di kamar mesin, indicator penggerakan kemudi yang bisa di lihat di navigation deck berapa derajat telah berbelok, hal ini pastinya harus sama dengan pergerakkan kemudinya sendiri dalam air di sumbu poros kemudi.

(3)

III. METODOLOGI

Dalam proses sebuah penelitian pastinya memiliki sebuah alur dalam mengerjakan penelitian tersebut sehingga di hasilkan sebuah hasil yang sesuai dengan yang di harapkan. Dalam pembahasan berikut ini akan dijelaskan bagaimana proses pengerjaan tugas akhir ini dari awal hingga akhir.

IV. HASILDANPEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil dan pembahasan penelitian mulai dari kegiatan pengumpulan data yang relevan hingga penelitian dapat berjalan sesuai yang diharapkan sampai dilakukan pengolahan data dan analisa serta pembahasannya secara detail yang disesuaikan dengan metodologi penelitian yang akan dilaksanakan.

A. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang diperlukan untuk penulisan tugas akhir ini adalah rules yang mengatur tentang ergonomic di bridge Deck. Rules ergonomic yang digunakan adalah ERGONOMIC DESIGN OF NAVIGATION BRIDGES ABS, 2003. Rules ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan apakah peralatan yang dianalisa sudah memenuhi aturan ergonomic. Selain data dari rules, pengambilan data dilapangan juga dilakukan seperti, spesifikasi dan dimensi peralatan serta Bridge Arrangement pada kapal Chemical Tanker 24000 DWT dan kapal Container MV.MERATUS BORNEO 368 TEUs. Data kapal ini diambil di dua tempat yang berbeda yaitu di PT. PAL dan PT.MERATUS Line. Data – data yang diambil akan diolah menjadi database ergonomic Dalam software ini database akan berperan aktif dalam interfacing software database dan interfacing software ergonomic.

Gambar 4.1 Pembuatan Database

B. Running Program

Program yang telah selesai dibuat selanjutnya siap untuk di running.Running program dilakukan dengan cara meng entry data – data kapal dan peralatannya untuk dianalisa. Berikut ini adalah data kapal yang di gunakan untuk running program :

General specifications:

- Name of vessel : MT.PRIME ROYAL

- Length [LOA] : 170.00 meters

- Length [Lpp] : 162.00 meters

- Breadth [B] : 27.40 meters

- Depth [D] : 13.00 meters

- Draft [Designed] : 7.50

- Draft [Scantling] : 8.50

- Dead weight [At design draft] : 20,000 M. T

- Dead weight [At scantling draft]: 24,000 M. T

- Service Speed [ at 85% MCR,15% SM] :15.50 knots Gambar 2.2 Man Machine Interface

(4)

Data yang Dianalisa:  Angle of View

 Bridge Wing and Working Clearances  Console and workspace Design  External Visibility

 Internal Visibility  Navigational Equipment  Routes and working Clearances

C. Validasi Program

Validasi program dilakukan dengan cara meng entry data peralatan yang telah sesuai dengan aturan ergonomic dan mengentry data yang belum sesuai dengan aturan ergonomic Berikut ini adalah satu dari beberapa data item yang akan dianalisa nilai dan tingkat keergonomikannya. Dimana nantinya akan didapatkan hasil mana item yang sudah ergonomic dan yang belum.Untuk selanjutnya akan diberikan rekomendasi nilai ergonomik dari masing-masing item yang dianalisa.

Item yang akan di analisa yaitu „‟Console and Workspace Design‟‟, dimana item tersebut mempunyai component sebanyak 2 buah yaitu :

1) Single Watchstander Console 2) Chart Table Dimensions

COMPONEN : Single Watchstander Console Width : 1560 mm

Height : 1200 mm

Length upper legroom : 285 mm Length lower legroom : 510 mm

Gambar 4.2 Validasi program yang belum memenuhi nilai ergonomic Dari tampilan main interface tersebut terlihat bahwa masih ada beberapa komponen dari item tersebut yang belum memenuhi nilai ergonomic sesuai rules.sehingga akan muncul rekomendasi agar komponen tersebut mampu memenuhi nilai ergonomic yang diinginkan.

Berikut ini adalah data komponen Chart Table Dimensions yang dianalisa :

COMPONEN : Chart Table Dimensions Width : 2000 mm

Depth : 940 mm Height : 900 mm

Gambar 4.3 Validasi program yang sudah memenuhi nilai ergonomic Dari tampilan main interface tersebut terlihat bahwa semua komponen dari item sudah memenuhi nilai ergonomic sesuai rules.sehingga tidak ada rekomendasi nilai yang di laporkan agar komponen tersebut mencapai nilai ergonomic sesuai rules.

D. Hasil Analisa

Berdasarkan validasi program yang telah di lakukan akan didapatkan hasil nilai dan rekomendasi keergonomikan dari bridge kapal yang dianalisa. Dari validasi data Bridge Deck arrangement kapal MT. PPRIME ROYAL CHEMICAL TANKER 24000 DWT, di dapatkan ítem dan peralatan yang sudah memenuhi nilai ergonomik dan yang belum memenuhi nilai ergonomik. Untuk masing-masing dari ítem yang dianalisa akan diberikan rekomendasi nilai sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Rules. Penjelasan dari Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :

1) Nama Item : ‘’Console and Workspace Design’’,

Nama COMPONEN : Single Watchstander Console Width : 1560 mm

Height : 1200 mm Length upper legroom : 285 mm Length lower legroom : 510 mm

Sehingga ketika dianalisa menggunakan software Ergonomics for marine application hasilnya adalah

Gambar 4.4 Hasil analisa Single Watchstander Console Kapal CHEMICAL TANKER 24000 DWT

(5)

Single Watchstander ConsoleMT. PPRIME ROYAL CHEMICAL TANKER 24000 DW belum memenuhi aturan ergonomic. Sehingga hasil rekomendasi yang muncul adalah:

Nama peralatan : Single Watchstander Console Rekomendasi:

Poin[A] Width : Sudah memenuhi aturan ergonomic

The console should be designed so that from the normal working position, can use all instruments and controls necessary for navigating and maneuvering. The Width of consoles designed for single person operation should not exceed 1600 mm (63 inches). Poin[B] Height : Sudah memenuhi aturan ergonomic

The console should be designed so that from the normal working position, can use all instruments and controls necessary for navigating and maneuvering. The Width of consoles designed for single person operation should not exceed 1600 mm (63 inches). Poin[C] Lengt upper leg room : Terlalu pendek, sehingga operator atau watchstanding kurang nyaman dalam mengoperasikan dan memonitor peralatan di console karena jarak pandang dan jangkauan peralatan di console dengan operator yang terlalu dekat. ,sebaiknya ditambah hingga mencapai antara 450-800mm dan Ditambah sekitar 215 mm akan lebih ergonomis.

The upper leg room of the console should have a minimum of 450 mm (18 inches) in depth and the lower leg room a minimum of 600 mm (25 inches) in depth.

Poin[D] Length Lower leg room : Terlalu pendek, sehingga operator atau watchstanding kurang nyaman dalam mengoperasikan dan memonitor peralatan di console karena jarak pandang dan jangkauan peralatan di console dengan operator yang terlalu dekat. ,sebaiknya ditambah hingga mencapai antara 600-1000mm dan ditambah sekitar 190 mm akan lebih ergonomis.

The upper leg room of the console should have a minimum of 450 mm (18 inches) in depth and the lower leg room a minimum of 600 mm (25 inches) in depth.

 COMPONEN : Chart Table Dimensions Width : 2000 mm

Depth : 940 mm Height : 900 mm

Gambar 4.5 Hasil analisa Chart Table Dimensions Kapal CHEMICAL TANKER 24000 DWT

Chart Table Dimensions MT. PPRIME ROYAL CHEMICAL TANKER 24000 DW sudah memenuhi aturan ergonomic. Sehingga hasil rekomendasi yang muncul adalah:

Nama peralatan : Chart Table Dimensions Rekomendasi:

Poin[A] Width : Sudah memenuhi aturan ergonomic

The chart table is to be large enough to accommodate all chart sizes normally used internationally for marine traffic. The dimensions of the chart table are to be as follows : width, not less than 1.2 m (3 ft 11 in)

Poin[B] Depth : Sudah memenuhi aturan ergonomic

The chart table is to be large enough to accommodate all chart sizes normally used internationally for marine traffic. The dimensions of the chart table are to be as follows : depth, not less than 0.85 m (2 ft 9 in.)

Poin[C] Height : Sudah memenuhi aturan ergonomic

The chart table is to be large enough to accommodate all chart sizes normally used internationally for marine traffic. height,not less than 0.9 m (2 ft 11 in)and not more than 1m.

2) Navigational Equipment sesuai Workstation.

Peralatan yang di pilih untuk dianalisa akan disediakan input box untuk di centang (check) sesuai dengan letak peralatan di Workstation kapal yang dianalisa. ketika letak peralatan BCC yang dianalisa sesuai dengan rekomendasi Workstation berdasarkan Rules ABS maka nama dari peralatan tersebut akan direkomendasikan dengan diberi warna hijau. Apabila sebaliknya tidak sesuai dengan rekomendasi dari ABS maka akan diberikan rekomendasi dengan warna merah pada nama peralatannya.

Nama Peralatan : AIS

Letak peralatan : Traffic surfeillence

Gambar 4.6 Validasi Navigational Equipment sesuai rekomendasi rules AIS Navigational Equipment MT. PPRIME ROYAL CHEMICAL TANKER 24000 DWT sudah memenuhi aturan ergonomic.

Sehingga hasil rekomendasi yang muncul adalah:

Nama peralatan :AIS

Rekomendasi:

Peralatan AIS : sudah memenuhi aturan ergonomic. Karena peletakan yang sesuai di Traffic surveillance.

Peralatan ini digunakan untuk kegiatan Traffic surveillance – Collision avoidance

(6)

Peralatan Yang wajib Di install bagi kapal dengan GT 24000 :

 ECDIS backup

 ECDIS_all size

 GNSS_GPS

 Heading ctrl. System

 Magnetic compass_all size

 Paper chart table

 Pelorus_gyro repeater

 Radar_ARPA

 Sound reception system_all size

3) Equipment applicable for ships of various sizes Nama Peralatan : GNSS_GPS

Letak peralatan :Manoeuvring

GNSS_GPS Equipment applicable for ships of various sizes MT. PPRIME ROYAL CHEMICAL TANKER 24000 DWT belum memenuhi aturan ergonomic.

Sehingga hasil rekomendasi yang muncul adalah:

Nama peralatan :GNSS_GPS

Gambar 4.7GNSS_GPS Equipment applicable for ships of various sizes

Rekomendasi:

Peralatan GNSS_GPS : Belum memenuhi aturan ergonomic. Karena peletakan yang kurang bagus di Manoeuvring Yang semestinya di letakkan pada bagian Navigation

Peralatan ini digunakan untuk kegiatan Traffic surveillance – Collision avoidance dan juga Navigation – Grounding avoidance Peralatan Yang wajib Di install bagi kapal dengan GT 24000 :

 ECDIS backup

 ECDIS_all size

 GNSS_GPS

 Heading ctrl. System

 Magnetic compass_all size

 Paper chart table

 Pelorus_gyro repeater

 Radar_ARPA

 Sound reception system_all size

Hasil rekomendasi dapat disimpan atau ditambahkan pada form report dengan cara menekan tombol add to report.Untuk menampilkan form report,dapat dilakukan dengan cara menekan tombol Show report.

Gambar 4.8 Form Report V. KESIMPULAN

1. Pembuatan software Ergonomics for marine application ini memberikan hasil yang cukup signifikan untuk menganalisa suatu peralatan atau item di bridge deck, apakah sudah memenuhi aturan ergonomic atau belum. 2. Terdapat rekomendasi yang muncul ketika suatu

peralatan yang dianalisa belum memenuhi aturan ergonomic dan yang telah memenuhi aturan ergonomic. Masing – masing dari rekomendasi tersebut memuat nilai ergonomic yang sesuai untuk tiap item yang dianalisa, sehingga dapat diketahui berapa nilai egonomik yang harus dimiliki oleh masing – masing item agar sesuai dengan ergonomic rules.

3. Rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai acuan perbaikan pengaturan tata letak item dan peralatan di bridge deck maupun untuk perancangan kapal baru sehingga didapatkan nilai ergonomic yang sesuai dengan rules.

DAFTAR PUSTAKA

[1] ABS Technical Papers. Human Factors and Ergonomics in Safe Shipping: the ABS Approach. London , 2002.

[2] Albatrosa , Guson . Analisa Perancangan Penempatan Peralatan pada Engine Room di Kapal Berbasis Aturan Ergonomic untuk Aplikasi Marine. Surabaya : 2010.

[3] American Bureau of Shipping. Bridge Desain and Navigational equipment/system .Januari , 2010.

[4] American Bureau of Shipping. Ergonomic Desain Of Navigation Bridges. 2003.

[5] American Bureau of Shipping. (2003). Guidance Notes on the Application of Ergonomics to Marine Systems. Houston, TX: Author. [6] Consolidated Edition, IMO .International Convention for the Safety of

Life at Sea, 1974, and 1988 Protocol relating there to , London : 2001. [7] International Maritime Organization. GuideLines on Ergonomic Criteria

Referensi

Dokumen terkait

Namun dapat dilihat pula bahwa sistem yang menggunakan kontroler PSS-PID mampu mengembalikan sudut rotor jauh lebih cepat dan dengan overshoot yang lebih rendah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor kemampuan, motivasi, kepemimpinan, pelatihan, dan sumber daya terhadap kinerja sanitarian dalam melaksanakan

H300 - Berbahaya jika tertelan, H315 - Menyebabkan iritasi kulit, H334 - Bisa menyebabkan gejala alergi atau asma atau kesulitan bernapas jika terhirup, H335 - Bisa menyebabkan

Di berbagai hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya dapat diambil asumsi bahwa keberadaan dari komite audit dan eksternal auditor yang bekerja independen, dan dapat ditarik

Berdasarkan temuan-temuan penelitian di atas yang menunjukkan bahwa model PT-PKJL memiliki relevansi dengan karakteristik anak usia dini, dapat diterapkan oleh

Untuk analisis pada struktur padeye secara lokal dilakukan dengan bantuan software, guna mengetahui tegangan yang terjadi padeye pada saat proses lifting.. Validasi Tegangan

Orang tua yang mempunyai pola asuh otoriter sebagian besar memiliki balita yang tingkat konsumsi makanan dalam kategori difisit, tapi sebagian besar juga balita terdapat

Berdasarkan hasil validasi dari dosen Tata Boga Unesa dan guru Tata Boga SMK dapat dilihat pada gambar grafik diperoleh data bahwa hand out yang dikembangkan telah