• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 21/MWA-IPB/2003 T E N T A N G RENCANA INDUK PEMANFAATAN ASET INSTITUT PERTANIAN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 21/MWA-IPB/2003 T E N T A N G RENCANA INDUK PEMANFAATAN ASET INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KETETAPAN

MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 21/MWA-IPB/2003

T E N T A N G

RENCANA INDUK PEMANFAATAN ASET INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Menimbang : a bahwa Majelis Wali Amanat Institut Pertanian Bogor sebagai organ tertinggi Institut mempunyai tugas dan wewenang menetapkan kebijakan umum Institut dalam bidang non akademik;

b bahwa berdasarkan Pasal 109 ayat (3) Anggaran Rumah Tangga IPB (Ketetapan MWA-IPB Nomor 17/MWA-IPB/2003), Pimpinan Institut berwenang mengelola aktiva/aset Institut yang meliputi pengadaan atau perolehan, penggunaan atau pemanfaatan, pemindahan hak dan penghapusan (disposal);

c bahwa pengembangan dan inovasi program dari kegiatan pembangkitan pendapatan (income generating activity) dengan memanfaatkan aset Institut Pertanian Bogor secara optimal perlu terus dilakukan untuk mendukung upaya dalam memenuhi kebutuhan biaya dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan;

d bahwa agar dalam pemanfaatan aset Institut Pertanian Bogor khususnya untuk kegiatan pembangkitan pendapatan (income generating activity) dilakukan secara terencana, terarah dan optimal, maka diperlukan adanya suatu Rencana Induk Pemanfaatan Aset;

e bahwa Rektor IPB telah mengusulkan Rencana Induk Pemanfaatan Aset Institut Pertanian Bogor, yang disusun berdasarkan hasil kajian dari Tim Pemanfaatan Aset dengan memperhatikan berbagai masukan dari hasil jajak pendapat, diskusi terbuka, dan lokakarya pemanfaatan aset IPB; f bahwa sehubungan dengan butir d dan e tersebut diatas, maka dipandang

perlu untuk menetapkan Rencana Induk Pemanfaatan Aset Institut Pertanian Bogor, dan penetapannya perlu ditetapkan dengan suatu ketetapan.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia :

a Nomor 60 Tahun 1999; b Nomor 61 Tahun 1999; c Nomor 154 Tahun 2000;

3. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI :

a Nomor 67/MPN.A4/KP/2002 tanggal 8 April 2002; b Nomor 144/MPN/KP/2002 tanggal 7 Nopember 2002.

Memperha-tikan

: 1. Ketetapan Majelis Wali Amanat IPB Nomor : 05/MWA-IPB/2002. 2. Ketetapan Majelis Wali Amanat IPB Nomor : 17/MWA-IPB/2003. 3. Ketetapan Majelis Wali Amanat IPB Nomor : 19/MWA-IPB/2003. 4. Usulan Rektor IPB tentang Rencana Induk Pemanfaatan Aset IPB.

5. Hasil Sidang Paripurna Majelis Wali Amanat IPB yang diselenggarakan pada tanggal 23 Oktober 2003.

MEMUTUSKAN Menetapkan

Pertama : Rencana Induk Pemanfaatan Aset Institut Pertanian Bogor sebagaimana tercantum dalam Lampiran ketetapan ini;

(2)

Pertama ketetapan ini, Pimpinan Institut Pertanian Bogor harus memperhatikan Kebijakan Dasar Pelaksanaan Rencana Induk Pemanfaatan Aset yang akan ditetapkan oleh Majelis Wali Amanat Institut Pertanian Bogor; Ketiga : Ketetapan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan apabila di

kemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bogor

Pada tanggal : 23 Oktober 2003 MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR

K e t u a,

Dr.Ir. Muslimin Nasoetion, APU

Wakil Ketua, Sekretaris,

(3)

Lampiran : Ketetapan Majelis Wali Amanat IPB Nomor : 21/MWA-IPB/2003 Tanggal : 23 Oktober 2003

Tentang : Pengesahan Rencana Induk Pemanfaatan Aset IPB

---

RENCANA INDUK PEMANFAATAN ASET IPB

1. PENDAHULUAN

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 154 Tahun 2000, secara resmi sejak 1 Januari 2001 Institut Pertanian Bogor (IPB) berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Status baru ini memberikan kesempatan yang luas kepada IPB dalam mengelola dan menata organisasi secara otonom, termasuk yang berkaitan dengan penetapan anggaran berbasis kepada pendapatan/revenue dan pengeluaran. Sementara itu peningkatan kualitas penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan menjadi tuntutan utama di masa otonomi perguruan tinggi (PT), dan hal ini memerlukan kinerja staf pengajar dan penunjang yang semakin tinggi dengan reward yang memadai. Untuk memenuhi kebutuhan biaya yang semakin tinggi, IPB perlu secara kreatif mengupayakan inovasi program dalam hal income generating activities (IGA) yang dapat mendukung terpenuhinya kualitas penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan.

IPB memiliki kekayaan berupa bangunan dan hak pakai atas tanah negara yang tidak sedikit dan tersebar di berbagai lokasi. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa kekayaan tersebut saat ini masih berupa bebab (liability) (beban) karena merupakan sumber pengeluaran (cost center). Hal ini terjadi karena sebagian besar kekayaan yang ada belum dimanfaatkan secara optimal untuk menjadi sumber pendanaan (aset). Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, upaya mengoptimalkan pemanfaatan kekayaan IPB merupakan hal yang perlu segera dilakukan sebagai salah satu sumber IGA.

2. PROSES PENYUSUNAN RENCANA PEMANFAATAN ASET

Dalam penetapan pemanfaatan aset, langkah dan proses yang telah dilalui adalah sebagai berikut: 1. Pembentukan Tim Pemanfaatan Aset melalui Surat Keputusan Rektor IPB No.

165/K13.12.1/KP/2001 tertanggal 19 Oktober 2001 yang bertugas untuk: a. Mengidentifikasi alternatif pemanfaatan aset.

b. Membuat konsep dokumen pemanfaatan aset.

c. Membuat rekomendasi kepada Pimpinan IPB mengenai alternatif pemanfaatan aset IPB. 2. Jajak pendapat yang telah dilakukan dari tanggal 17 Oktober s.d. 06 November 2001. dengan

mengedarkan 1500 eksemplar kuesioner. Jajak pendapat juga dilakukan melalui mailing list

Ipbstaf@yahoogroups.com untuk menjangkau dosen IPB yang sedang bertugas di luar negeri. 3. Publikasi hasil jajak pendapat melalui edaran dan diskusi terbuka di mailing list

Ipbstaf@yahooggroups.com selama bulan November dan Desember 2001.

4. Presentasi konsep pemanfaatan aset pada rapat pimpinan IPB yang dihadiri para dekan, Senin 4 Februari 2002

5. Presentasi konsep pemanfaatan aset pada di sidang Senat Akademik IPB, Kamis 7 Februari 2002.

6. Kunjungan lapangan dan diskusi dengan pengelola kebun-kebun percobaan yang dilaksanakan pada periode Maret – Oktober 2002.

7. Diskusi terbuka pemanfaatan Kampus IPB Baranangsiang, Sabtu 30 Agustus 2003 dari aspek lingkungan.

8. Diskusi pemanfaatan aset dengan TPPU-MWA, Rabu, 27 Agustus 2003.

9. Diskusi terbuka pemanfaatan Kampus IPB Baranangsiang, Sabtul 6 September 2003 dilihat dari aspek sejarah.

10. Diskusi terbuka pemanfaatan aset IPB di mailing list Ipbstaf@yahoogroups.com, alumni-ipb@yahoogroups.com, hpt_ipb-net@yahoogroups.com, dan ipb@yahoogroups.com selama periode September dan awal Oktober 2003.

11. Lokakarya Pemanfaatan Aset IPB di Ruang Sidang Senat IPB, Senin 20 Oktober 2003. Undangan bersifat terbuka. Hadir dalam acara seluruh unsur sivitas akademika IPB.

(4)

3. PRINSIP PEMANFAATAN ASET Pemanfaatan aset IPB memperhatikan hal tersebut di bawah ini:

1. Penyelenggaraan pendidikan reguler S1, S2, dan S3 IPB dilaksanakan di Kampus IPB Darmaga.

2. Pemanfaatan kampus di luar Kampus IPB Darmaga diarahkan untuk tujuan IGA.

3. Pengembangan IPB harus memberikan warna dominan bagi pengembangan Kota Bogor sehingga Bogor dapat lebih dikenal sebagai kota pendidikan.

4. Atas dasar poin 2 dan 3, program IGA yang dikembangkan pada kampus di luar Kampus IPB Darmaga harus berbasis pendidikan atau yang mendukung penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi profit.

Prinsip ini terutama ditujukan untuk menghasilkan academic & entrepreneur excellent dengan pengelolaan yang terpisah.

4. ALOKASI PEMANFAATAN ASET IPB

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip pemanfaatan aset dan kompetensi IPB di bidang pendidikan serta dengan mendekati prinsip clustering (Gambar 1), berikut ini adalah rencana pemanfaatan lahan dan bangunan:

Gambar 1. Penyebaran aset IPB di Kota Bogor dan peruntukannnya yang didominasi oleh pengembangan pendidikan sehingga memberikan warna pada Kota Bogor sebagai kota pendidikan.

4.1. Areal Kampus yang dimiliki IPB 4.1.1. Kampus IPB Darmaga

Merujuk pada Rencana Induk IPB, Kampus Darmaga yang memiliki total luasan 250 ha dan terletak di sebelah barat Kota Bogor sejauh ± 12 Km. Kampus IPB Darmaga diperuntukkan bagi pusat administasi, pendidikan reguler dari berbagai strata (S1, S2, dan S3), penelitian, perumahan dan seluruh aktivitas keseharian kampus. Selain fungsi tersebut, Kampus IPB Darmaga sangat

Kampus IPB Darmaga, pusat penyelenggaraan pendidikan S1, S2, dan S3 reguler IPB

Kampus IPB Gn Gede dan Cilibende, pusat pendidikan bisnis dilengkapi dengan

agrotechnopark

Kampus IPB Taman Kencana, pusat pendidikan kedokteran dan farmasi dilengkapi dengan rumah sakit

Kampus IPB Baranangsiang, pusat pelatihan dan kantor pusat studi dilengkapi dengan convention hall dan perhotelan Asrama Sukasari,

pusat pendidikan profesional perhotelan dan tata boga

Ekalokasari Palza, pusat bisnis komersial

Wisma Kartini dan Veteran, pusat pendidikan vocational

Kampus IPB Darmaga, pusat penyelenggaraan pendidikan S1, S2, dan S3 reguler IPB

Kampus IPB Gn Gede dan Cilibende, pusat pendidikan bisnis dilengkapi dengan

agrotechnopark

Kampus IPB Taman Kencana, pusat pendidikan kedokteran dan farmasi dilengkapi dengan rumah sakit

Kampus IPB Baranangsiang, pusat pelatihan dan kantor pusat studi dilengkapi dengan convention hall dan perhotelan Asrama Sukasari,

pusat pendidikan profesional perhotelan dan tata boga

Ekalokasari Palza, pusat bisnis komersial

Wisma Kartini dan Veteran, pusat pendidikan vocational

(5)

potensial untuk dikembangkan menjadi areal agrowisata. Ini bisa dilakukan dengan melengkapi atau menata kembali seluruh ruang terbuka dengan tanaman yang tidak terbatas pada upaya koleksi dan keindahan, melainkan juga dengan berbagai tanaman buahan-buahan sehingga setiap orang yang datang ke Kampus Darmaga akan melihat bagaimana IPB mengembangkan pertanian dengan cukup baik. Pengembangan areal Kampus IPB Darmaga untuk menjadi kawasan agrowisata akan sangat mendukung fungsi pendidikan pertanian tropika yang menjadi kompetensi utama IPB. Pemanfaatan ruang terbuka ini dapat dimulai dari pintu masuk utama IPB sampai ke Cikarawang, termasuk danau, kolam ikan, kandang ternak, pengolahan kompos Cikabayan dan beberapa industri kecil baik yang tergabung dalam pusat inkubator agribisnis dan agroindustri, maupun yang dikelola oleh proyek lain.

Salah satu masalah utama yang sering dijumpai di Kampus IPB Darmaga adalah gangguan keamanan. Gangguan ini kalau tidak diatasi dengan baik akan sangat merugikan IPB. Faktor utama yang mendukung seringnya terjadi gangguang keamanan adalah terbukanya areal kampus yang dapat diakses dengan mudah oleh pihak-pihak yang beritikad tidak baik dan kelemahan pertahanan keamanan yang dikelola oleh IPB saat ini. Oleh karena itu, IPB perlu menetapkan kembali pintu-pintu masuk yang resmi dengan menempatkan pos pengamanan di setiap pintu dan sedapat mungkin menutup seluruh pintu masuk yang tidak resmi, serta memperlengkapi petugas keamanan dengan alat bantu pertahanan yang memadai.

4.1.2. Kampus IPB Baranangsiang

Lahan dan bangunan Kampus IPB memiliki luasan 117 540 m2 dan terletak di pinggir Jalan Jagorawi (Gambar 1) sehingga sangat strategis untuk menjadi pusat pelayanan terdepan terhadap masyarakat. Posisi yang demikian sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai pusat pelatihan atau continuing education center yang dilengkapi dengan convention hall dan perhotelan serta kantor seluruh pusat studi IPB. Pertimbangan Kampus Baranangsiang dijadikan Pusat Pelatihan diantaranya yaitu :

(1) Kurangnya sarana yang memadai bagi pelaksanaan pelatihan yang memusatkan lokasi untuk kelas pelatihan, akomodasi, dan rekreasi peserta pelatihan (sarana olahraga), sementara jumlah pelatihan yang dilaksanakan oleh Pusat dan Jurusan di lingkungan IPB cukup besar jumlahnya.

(2) Belum adanya ruangan yang memadai di Wilayah Bogor untuk dipergunakan sebagai ruang pertemuan yang lebih dari 1000 orang, dengan akustik yang memadai, ruangan nyaman dapat dipergunakan untuk seminar, rapat akbar, atau bahkan pertemuan sosial seperti pernikahan dan lain-lain yang memiliki tempat parkir yang memadai.

Lahan dan gedung yang dapat digunakan untuk seluruh kantor pusat studi IPB adalah mulai dari gedung utama termasuk lapangan rumput di depan sampai dengan eks Aula Agronomi. Dalam pemanfaatan gedung, bentuk asli dari bangunan di bagian depan dapat dipertahankan, sementara gedung-gedung lainnya dapat direnovasi sesuai dengan kebutuhan dan dengan tetap memperhatikan tata ruang, kenyamanan dan ketertiban dengan lingkungan sekeliling. Hal ini penting dilakukan agar bangunan tersebut tetap menjadi ciri khas IPB. Sementara untuk pusat pelatihan beserta convention hall dan perhotelan dapat menggunakan mulai dari lapangan, eks bangunan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) sampai dengan gedung eks Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) IPB.

Pemanfaatan Kampus Baranangsiang untuk dua jenis kegiatan tersebut di atas tetap berkaitan dengan dunia pendidikan. Hal ini akan tetap mempertahankan citra kampus sebagai cikal bakal berkembangnya dunia pendidikan berkualitas di Bogor khususnya dan Indonesia pada umumnya. Selain itu, dengan tetapnya Kampus Baranangsiang sebagai kampus pendidikan, tidak akan mengubah ciri khas Kota Bogor di lokasi tersebut, yaitu Kampus Pendidikan, Tugu Kujang, dan Kebun Raya Bogor.

Fasilitas olah raga yang selama ini ada di depan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Bogor direlokasi ke lahan percobaan di belakang gedung eks LPM sampai dengan lahan yang langsung berbatasan dengan pemukiman penduduk.

(6)

4.1.3. Kampus IPB Taman Kencana, termasuk Asrama Ekasari dan Felicia

Kampus Taman Kencana memiliki luasan 34 578 m2 dan terletak diantara Jalan Pajajaran dan Jalan Jalak Harupat (Gambar 1). Kampus menempati areal dengan suasana yang tenang, disekitar pemukiman penduduk golongan menengah ke atas dengan akses ke Jalan Jagorawi yang tidak telalu jauh. Suasana yang tenang dan akses jalan yang baik sangat cocok bagi pembangunan Rumah Sakit Terlengkap di Bogor. Selain pertimbangan di atas, dua alasan lain yang mendasari perlunya didirikan rumah sakit adalah:

a. Rumah sakit yang lengkap dan baik belum ada di Bogor, sementara Bogor telah berkembang menjadi wilayah pemukiman untuk sebagian warga yang bekerja di Jakarta dengan tingkat pendapatan yang baik. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, mereka selalu memanfaatkan fasilitas rumah sakit di Jakarta. Khusus bagi warga IPB, rumah sakit tersebut diharapkan akan menjadi pusat pelayanan kesehatan yang memadai.

b. Rumah sakit akan mendorong perkembangan ilmu biomedis dan juga ilmu kesehatan masyarakat yang selama ini telah menjadi salah satu kekuatan IPB. Selain itu, Rumah sakit yang dibangun juga akan memiliki ciri khas yang berkaitan dengan dunia pertanian, baik berupa pengembangan ilmu penyebab penyakit pada manusia sebagai akibat dikembangkannya lingkungan pertanian maupun pengobatan penyakit yang berasal dari unsur tumbuhan (herbal medicine). Dengan berkembangannya pengobatan berbasis tumbuhan, maka ini juga akan mendorong semakin intensifnya penelitian terhadap berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang sekaligus juga akan mendorong pada pengembangan aspek budidayanya. Dengan demikian IPB akan memiliki unit pemasaran tersendiri bagi produk-produk pertaniannya.

Pengembangan Kampus Taman Kencana sebagai pusat pendidikan kedokteran juga akan diarahkan untuk membangun jejaring internasional dengan perguruan tinggi di luar negeri, baik di Australia, Asia, maupun Eropa yang memiliki perhatian yang sama dalam mengembangkan pengobatan penyakit manusia berbasis bahan dasar tumbuhan. Untuk itu, pengembangan Kampus Taman Kencana juga dikaitkan dengan pengembangan Asrama Ekasari dan Asrama Felicia. Kedua asrama dapat diwujudkan menjadi asrama mahasiswa asing yang akan terlibat dalam jejaring internasional yang dibangun.

4.1.4. Kampus IPB Gunung Gede

Kampus IPB Gunung Gede memiliki luas lahan 79 815 m2 dan terletak di Jalan Pajajaran yang juga tidak jauh dari Jalan Jagorawi (Gambar 1). Di kampus ini telah berkembang Program Magister Manajemen Agribisnis (MMA) yang telah menjadi unit pendidikan berorientasi profit. Program MMA dapat menjadi cikal bakal dikembangkannya Busines School. Atas dasar itu, Kampus Gunung Gede cocok untuk menjadi pusat pendidikan bisnis dan pendidikan eksekutif lainnya. Pendidikan bisnis akan sangat ideal bila dilengkapi dengan unit komersial yang dapat menunjang pengembangan kelimuan sekaligus sebagai income generating unit. Agro-techno Park atau Trading center dan Entertainment Park perlu dikembangkan di lokasi ini.

4.1.5. Kampus IPB Cilibende

Kampus IPB Cilibende memiliki luas areal 32 815 m2 dan terletak berdampingan dengan Kampus IPB Gunung Gede. Areal ini dapat dimanfaatkan bagi kombinasi kegiatan di bawah ini:

1. Pusat Politeknik 2. Pusat-pusat Studi IPB

3. Pelayanan Masyarakat melalui Laboratorium Terpadu

Alokasi ini didasarkan pada pemikiran bahwa penyelenggaraan Pendidikan Diploma perlu dipisahkan dari Pendidikan Reguler S1, S2, dan S3 di Darmaga. Kampus Cilibende selama ini telah

dimanfaatkan untuk penyelenggaraan pendidikan tersebut. Pendidikan politeknik berbasis teknologi informasi sangat cocok untuk dikembangkan di lokasi ini.

Pusat Studi Satwa Primata dan Laboratorium Terpadu direkomendasikan tetap menempati lokasi Cilibende karena keduanya telah menjadi bagian sukses IPB. Pusat Studi Satwa Primata merupakan satu-satunya pusat studi di Indonesia dan telah mendapat pengakuan internasional,

(7)

sementara Laboratorium Terpadu telah mendapat International Standard Operation (ISO). Kinerja keduanya perlu terus ditingkatkan sehingga menjadi income generating bagi IPB.

4.2. Gedung dan Tanah IPB di Luar Areal Kampus

Gedung dan Tanah IPB yang berada di luar areal kampus meliputi:

1. Asrama Ekasari (luas tanah : 1 892 m2 ) dan Felicia (luas tanah : 2 903 m2). 2. Asrama Sukasari (luas tanah : 4 023 m2).

3. Rumah Dinas di Jl. Veteran (luas tanah : 2 399 m2) dan Jl. Kartini (luas tanah : 3 150 m2). 4. Wisma Tamu di Jl. Malabar (luas tanah : 1 134 m2 ).

4.2.1. Asrama Ekasari dan Felicia

Asrama Ekasari dan Felicia berlokasi di Daerah Sempur dan dekat dengan Kampus Taman Kencana. Kedua asrama ini dapat dimanfaatkan sebagai asrama mahasiswa asing bila Kampus Taman Kencana direalisasikan menjadi Rumah Sakit Terlengkap di Kota Bogor. Bila rencana tersebut tidak terlaksana, kedua asrama tersebut dapat tetap dimanfaatkan untuk asrama mahasiswa karena lokasinya yang masih sangat strategis untuk semua mahasiswa yang kuliah di Kampus Taman Kencana, Gunung Gede, dan Baranangsiang. Namun demikian, pengelolaan kedua asrama tersebut harus diperbaiki dengan manajemen yang lebih profesional sehingga dapat menjadi salah satu sumber pemasukan bagi IPB.

4.2.2. Asrama Sukasari

Areal Asrama Sukasari berlokasi di Jalan Siliwangi, antara Daerah Suryakencana dan Sukasari. Lokasi ini cukup jauh dari areal kampus dan memiliki alur transportasi yang selalu harus berganti kendaraan untuk mencapai kampus. Tidak mengherankan bila tingkat hunian asrama ini menurun dari tahun ke tahun, terutama setelah sebagian besar aktivitas pendidikan diselenggarakan di Kampus IPB Darmaga. Atas dasar ini, penggunaan lahan dan bangunan asrama yang memiliki luasan 4 023 m2 perlu dikaji ulang. Alternatif pemanfaatan dapat mengikuti hasil jajak pendapat sebagai berikut:

1. Hotel & Convention Hall 2. Training Center

3. Pusat Bisnis

Asrama Sukasari cocok dikembangkan menjadi pusat pendidikan profesional perhotelan dan tata boga yang dilengkapi juga dengan convention hall. Di areal tersebut telah berkembang program pendidikan umum menengah dan menjadi tujuan wisata, khususnya warga Jakarta. Pengembangan program ini akan sekaligus memperkuat program studi yang selama ini telah dikembangkan di Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga (GMSK).

4.2.3. Rumah Dinas di Jl. Veteran dan Jl. Kartini

Rumah dinas di Jl. Veteran dan Jl. Kartini memiliki luasan masing-masing 2 399 m2 dan 3 150 m2 saat ini dimanfaatkan sebagai tempat tinggal dosen IPB. Keduanya berlokasi di sekitar Daerah Jembatan Merah (Gambar 1) yang merupakan salah satu pusat kegiatan perdagangan dan bisnis di Kota Bogor. Alternatif pemanfaatan antara lain, untuk :

1. Wisma Tamu 2. Hotel 3. Pertokoan

4. Gedung penyelenggaraan pendidikan praktis (kursus)

Peruntukan untuk pertokoan dan hotel perlu mempertimbangkan peraturan terdahulu yang mengaturnya agar tidak ada kesalahan dalam alih fungsi dan alih guna. Kemungkinan besar peruntukkan bagi penyelenggaraan pendidikan praktis atau Community College akan lebih tepat ketimbang untuk pertokoan dan hotel.

(8)

4.2.4. Wisma Tamu di Jl. Malabar

Wisma tamu di Jalan Malabar memiliki lokasi yang berdekatan dengan Kampus IPB dan saat ini digunakan untuk kantor Lembaga Manajemen Agribisnis dan Agroindustri (LMAA) IPB. Wisma tamu ini memiliki lokasi yang strategis karena akses ke jalan tol tidak terlalu jauh. Oleh karena itu, peruntukan wisma tamu untuk dijadikan kantor berorientasi bisnis akan sangat menguntungkan, misalnya untuk dijadikan kantor Holding Company IPB.

4.3. Lahan Percobaan

Kebun percobaan yang dimiliki IPB sangat luas dan tersebar di berbagai daerah serta berada pada ketinggian yang berbeda. Luas total lahan percobaan yang dimiliki IPB adalah 410,9 ha tersebar di Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi (Tabel 1). Selain itu IPB mengelola Hutan Pendidikan di Gunung Walat dan Hutan Tri Dharma di Jambi.

Lahan percobaan IPB berada pada ketinggian yang beragam mulai dari 0 m di atas permukaan air laut (dpl), yaitu lahan percobaan laut di Pelabuhan Ratu sampai pada ketinggian sekitar 1000 m dpl, yaitu lahan percobaan Pasir Sarongge. Ketinggian lahan yang berbeda memberikan keuntungan yang besar bagi kepentingan pendidikan karena IPB dapat memberikan pembelajaran kepada mahasiswa dengan berbagai komoditas yang sesuai dengan kondisi lingkungan.

Tabel 1 Lokasi, luas dan peruntukan lahan percobaan IPB

No. Lahan Lokasi Luas (ha) Peruntukan

1. Darmaga Babakan Darmaga, Darmaga Bogor

33 Arboretum, pertanaman

karet, buah-buahan dan tanaman langka 2. Cikarawang Cikarawang,

darmaga Bogor

10 Tanaman pangan lahan kering

3. Babakan dan Kolam

Babakan darmaga, Darmaga Bogor

11 Tanaman pangan lahan kering dan kolam 4. Sindangbarang Sindangbaranag,

Ciomas Bogor

10.9 Tanaman pangan lahan kering

5. Pasir Kuda Pasir Kuda, Ciomas Bogor

1.9 Buah-buahan 6. Sukamantri Ciomas, Bogor 39.2 Tanaman tahunan,

buah-buahan, dan hortikultura 7. Tajur Tajur, Ciawi Bogor 20.4 Hortikultura dan

buah-buahan 8. Jonggol A Singasari, Jonggol,

Bogor

138 Tanaman buah-buahan dan petak percobaan

9. Jonggol B Singasari, Jonggol Bogor

135 Hijauan dan kandang untuk ternak

10. Pasir Sarongge Pasir Sarongge, Cugenang, Cianjur

7.1 Sayuran dataran tinggi dan tanaman hias

11. Pelabuhan Ratu Pelabuhan Ratu, Sukabumi

4.4 Laboratorium laut

12. Ancol Jakarta 0.2 Laboratorium laut dan

kampus IPB di Jakarta 13. Gunung Walat Cibadak, Sukabumi 359 Hutan pendidikan 14. Hutan Tri

Dharma IPB

Dusun Aro Kelompo Hutan Pasir Mayang-Danau Bangko Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi jambi

25.425 Hutan penelitian, dan pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan (SK menteri Kehutanan No, 9577/KPTS-II/2002

(9)

Dari sekian banyak lahan percobaan yang dimiliki IPB yang intensif digunakan untuk praktikum dan penelitian adalah Lahan Babakan di Babakan Darmaga, Bogor. Aktivitas praktikum dan penelitian (khususnya S1) mencapai 60 % dilaksanakan di lahan percobaan ini dengan luas efektif hanya sebesar 5 ha. Sementara itu, kondisi dan pemanfaatan lahan percobaan lainnya berada pada taraf yang memprihatinkan dan sampai sekarang berstatus sebagai liability.

Pengoptimuman lahan-lahan percobaan IPB yang demikian luas perlu dilakukan dengan mempertimbangan 3 (tiga) aspek penting, yaitu:

1. Pemanfaatan lahan untuk pendidikan, baik untuk lahan praktikum lapang, maupun untuk penelitian harus mendapat prioritas utama. Kebutuhan untuk kegiatan pendidikan, baik luasan maupun kelengkapan fasilitas, perlu dihitung terlebih dahulu secara cermat sehingga kegiatan pendidikan dapat berjalan dengan optimum.

2. Bila kebutuhan untuk pendidikan sudah diketahui dan lahan ingin dijadikan sebagai sumber pemasukan bagi IPB, pengelolaan lahan harus tetap ditangan IPB dan tidak disewakan kepada pihak manapun. Adalah merupakan hal yang sangat ironis bila lahan yang dimiliki IPB dikelola dan dioptimumkan oleh pihak lain, sementara IPB memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk itu.

3. Seluruh lahan percobaan harus dikelola oleh suatu badan yang memiliki otoritas penuh dan menerapkan sistem manajemen profesional. Pengelolaan Lahan percobaan sebaiknya terpusat dan tidak dipecah-pecah kepada lembaga di bawahnya seperti yang berlaku sekarang ini yang mana beberapa lahan percobaan seperti Jonggal B dikelola oleh Fakultas Peternakan, Sukamantri dan Pasir Sarongge dikelola oleh Fakultas Pertanian.

Mengingat lokasi dan kondisi lingkungan setempat, beberapa lahan percobaan memberikan prospek yang sangat baik bila dikelola dengan manajemen yang profesional, misalnya:

a. Lahan di Pasir Sarongge dapat dimanfaatkan untuk usaha agribisnis tanaman hias dan sayuran dataran tinggi yang dipadukan dengan usaha agrowisata dilengkapi dengan fasilitas penginapan dengan kualitas yang baik.

b. Lahan di Pelabuhan Ratu yang memang ada di daerah wisata dapat dimanfaatkan sebagai laboratorium laut yang dipadukan dengan wisata bahari.

c. Lahan di Jonggol (A dan B) dengan luas lahan yang terbilang besar dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman buah-buahan yang diintegrasikan dengan pengembangan peternakan. Namun demikian, pengembangan Jonggol harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat mengingat gangguan keamanannya yang rawan.

Alternatif lain penggunaan lahan luas di luar Kampus IPB yaitu untuk Agro-techno park yang dapat dikelola untuk menghasilkan pendapatan. Apabila dijadikan Agro-techno park, maka akan menunjang auxiliary enterprises IPB, tempat magang mahasiswa dan tempat kerja paruh waktu mahasiswa Diploma, S1, S2, atau S3. Pengelolaannya tidak diserahkan kepada staf pengajar, melainkan perlu dibentuk manajemen khusus yang tidak melibatkan staf pengajar. Dalam hal ini perlu sumberdaya manusia yang profesional untuk mengelolanya.

5. PENUTUP

Rencana Induk Makro pemanfaatan aset IPB ini merupakan bagian dari Rencana Induk IPB 2025 yang akan dibuat secara kompresehensif untuk menjadi acuan pengembangan IPB 20 tahun ke depan. Rencana induk makro tersebut di atas masih harus disempurnakan dan dilengkapi dengan

(10)

studi kelayakan oleh pihak yang kompeten dan profesional agar pemanfaatannya di kemudian hari tidak menjadi sumber permasalahan di Kota Bogor. Keterbukaan dan keseriusan serta kepedulian masyarakat IPB akan menjadi salah satu faktor keberhasilan pemanfaatan kekayaan IPB.

Ditetapkan di : Bogor

Pada tanggal : 23 Oktober 2003 MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR

K e t u a,

Dr.Ir. Muslimin Nasoetion, APU

Wakil Ketua, Sekretaris,

(11)

Gambar

Gambar 1. Penyebaran aset IPB di Kota Bogor dan peruntukannnya yang didominasi oleh  pengembangan pendidikan sehingga memberikan warna pada Kota Bogor sebagai kota  pendidikan
Tabel 1  Lokasi, luas dan peruntukan lahan percobaan IPB

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan mengenai Keselamatan dan kesehatan kerja, Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran, keadaan darurat bencana, cara melakukan evakuasi, penanganan limbah dan B3 terlaksana 100

Produksi BK yang tertinggi pada J1P2 dan J1P3 ini disebabkan oleh pada jarak tanam arbila 120 cm, nitrogen yang ditambat oleh bakteri rizobium yang ditambahkan pada tanaman

 pada pemeriksaan jebakan nervus medianus, melakukan hiperfleksi  pada pergelangan tangan dengan mempertemukan kedua punggung tangan. Pada paseien yang menderita

Dalam rangkaian kegiatan penyusunan model untuk pembuatan tabel volume pohon, berdasarkan sebuah set data sebaiknya dilanjutkan dengan tahap validasi model dengan

Berdasarkan hal inilah peneliti tertarik guna melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi di Lingkungan Keluarga Terhadap Motivasi Melanjutkan

Hasil regresi hubungan antara peubah bebas diameter dan tinggi pohon dengan peubah tidak bebas volume pohon menunjukkan bahwa ke-enam persamaan memiliki nilai R lebih dari 92%;

Pada gambar 16 dan 17 diatas merupakan konstruksi sambungan lubang dan pen dimana pada teknik sambungan ini dibutuhkan purus pada kayu untuk menyambungkan

Tarif untuk usaha bunuh diri dihitung dengan menggunakan sampel lengkap episode pengobatan baru. Karena data mortalitas yang tersedia hanya sampai 31 Desember 2002, tingkat