• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI JENIS PESTISIDA NABATI DALAM PENGENDALIAN HAMA KUTU DAUN PERSIK (Myzus persicae Sulz.) PADA BEBERAPA KULTIVAR CABAI (Capsicum annum L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI JENIS PESTISIDA NABATI DALAM PENGENDALIAN HAMA KUTU DAUN PERSIK (Myzus persicae Sulz.) PADA BEBERAPA KULTIVAR CABAI (Capsicum annum L)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

APLIKASI JENIS PESTISIDA NABATI DALAM PENGENDALIAN HAMAKUTU DAUN PERSIK (Myzus persicae Sulz.)

PADA BEBERAPA KULTIVAR CABAI (Capsicum annum L) Silvia Fauziah1)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi silvigunawan26@yahoo.co.id

Elya Hartini2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi elya_tea@yahoo.com

Dedi Natawijaya3)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dedinatawijaya@yahoo.com

Jln. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya46115 Tlp: (0265) 330634 Fax: (0265) 325812

Website: www.unsil.ac.id E-mail: info@unsil.ac.id

ABSTRAK

The objective was to find out the interaction between biopesticides and cultivars in intregated pest control and to determined type of biopesticides which effective to control

green peach aphid (Myzus persicae Sulz).

The experiment was conducted in Laboratory Agricucultur Faculty University of Siliwangi Tasikmalaya with height place 358 above sea level. Since April until September 2015.

The experiment method used was randomized block design (RBD) with 2 factors and 3

replications.

The first factor was biopesticide (P), consisted of P1 ; biopesticide from Tinospora

rumphii, P2 ; biopesticide from Annona muricata L, P3 ; biopesticide from Chromolaena odorata, P4 biopesticide from Toona sureni. The second factor was chilli cultivar (K)

consisted of K1 ; pilar cultivar, K2 ; hot chilli cultivar, K3 ; TM999 cultivars.

The result of the experiment showed that there was no interaction between type of

biopesticides and chilli kultivar on green peach apid (Myzus persicae Sulz.) pest control but

effective biopesticides in reducing the number of green peach apid (Myzus persicae Sulz) and

type biopesticides Tinospora rumphii, Annona muricata L and Chromolaena odorata, give

higher weight of fruit than other of Toona sureni.

Keywoord : Biopestisides, Chilli Kultivar, Myzus perpicae Sulz.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara jenis pestisida nabati dan jenis kultivar yang dapat dipadukan dalam pengendalian hama dan penyakit terpadu pada tanaman cabai dan menentukan jenis pestisida nabati dan kultivar tanaman cabai yang

(2)

2

memberikan hasil yang paling efektif untuk pengendalian hama kutu daun persik (Myzus

persicae Sulz.).

Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya dengan ketinggian tempat 358 m dpl. Mulai bulan April –September 2015.

Metode percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor dan diulang tiga kali.

Faktor pertama adalah jenis pestisida nabati (P), yang terdiri dari empat taraf, yaitu : p1

; pestisida nabati berbahan baku tanaman Brotowali, p2 ; pestisida nabati berbahan baku

tanaman Sirsak, p3 ; pestisida nabati berbahan baku tanaman Kirinyu, p4 ; pestisida nabati

berbahan baku suren. Faktor kedua adalah kultivar cabai merah besar (K) yang terdiri dari

tiga taraf, yaitu : k1 ; kultivar Pilar, k2 ; kultivar Hot Chilli, k3 ; kultivar TM999.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara jenis pestisida

nabati dengan kultivar cabai terhadap pengendalian kutu daun persik (Myzus persicae Sulz.)

tetapi pestisida nabati efektif dalam menurunkan jumlah kutu daun persik (Myzus persicae

Sulz.) serta jenis pestisida nabati batrwali, sirsak dan kirinyuh memberikan bobot buah per

tanaman lebih tinggi dibandingkan jenis pestisida suren.

Kata Kunci : Pestisida Nabati, Kultivar Cabai, Myzus persicae Sulz.

PENDAHULUAN

Seiring bertambahnya populasi penduduk Indonesia, kebutuhan konsumsi cabai setiap tahun terus meningkat dan hingga saat ini tanaman cabai merah termasuk salah satu tanaman yang dianggap potensial untuk dikembangkan serta keberadaan cabai belum dapat disubstitusi dengan komoditas hortikultur lainnya. Semakin bervariasi jenis makanan yang menggunakan cabai, kebutuhan cabai per hari akan terus meningkat. Menurut Pusat Informasi Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur setiap hari dipasok cabai sebanyak 122-156 ton ke pasar tersebut, diantaranya cabai merah besar, cabai merah keriting, cabai hijau, dan cabai rawit. Tidak diherankan jika cabai menjadi komoditas hortikultur dengan nilai ekonomi yang tinggi. (Muhamad Syukur, 2012).

Namun, permintaan yang stabil tidak dibarengi dengan pasokan yang stabil juga. Populasi cabai di Indonesia hanya 18.000 – 20.000 tanaman per hektar menghasilkan produktivitas sebesar 15 – 20 ton per hektar, sehingga produksi dari sentra penanaman cabai belum mampu memenuhi permintaan untuk skala nasional, pemerintah Indonesia akhirnya mengimpor cabai segar dari produsen cabai terbesar dunia,yaitu dari China (Muhamad Syukur,2012), seperti terlihat dari Tabel 1 yang menyajikan produksi cabai dari beberapa produsen cabai.

Tabel.1 Produsen Cabai Dunia tahun 2010

No. Negara Produksi (ton)

1 China 13.189.303

2 Meksiko 2.335.560

3 Turky 1.986.700

4 Indonesia 1.332.360

5 India 1.227.800

(3)

3

Dari Tabel 1 di atas, dapat dilihat produksi cabai di Indonesia masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan China, meskipun Indonesia adalah negara Agraris. Potensi genetik hasil tanaman cabai merah mampu menghasilkan sekitar 12-20 ton/ha dan mempunyai toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan, sehingga tanaman ini dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi serta dapat tumbuh dan berproduksi di musim hujan maupun musim kemarau (Sumarni dan Muharam, 2005). Dengan potensi hasilnya yang dapat mencapai 20 ton/ha, berarti masih terdapat kesenjangan produktivitas riil di tingkat petani dengan potensi yang dapat dicapai, dan hal ini menunjukkan besarnya peluang bagi upaya peningkatan produksi melalui pemanfaatan teknologi spesifik lokasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman cabai adalah dengan menerapkan teknis budidaya cabai sesuai dengan daya dukung agroekosistemnya.

Bertanam cabai sering dihadapkan pada berbagai masalah atau resiko, diantaranya adalah teknis budidaya, kekahatan unsur hara dalam tanah, serangan hama dan penyebab penyakit tanaman. Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya serangan hama. Seperti kita ketahui bersama bahwa tingginya serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai telah mendorong petani cabai menggunakan pestisida sintetis kimiawi melebihi dosis atau takaran dan frekuensi anjuran, padahal penggunaan pestisida kimiawi dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, sehingga upaya pengendalian OPT pada tanaman Cabai perlu dialihkan ke penggunaan pestisida nabati yang aman dan ramah lingkungan.

Upaya pengendalian hama pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, selama ini adalah dengan penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan bahwa 80% petani sayuran menggunakan pestisida sintetis kimiawi untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman, akan tetapi penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan residu yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak lainnya yang dapat ditimbulkan dari adanya residu insektisida sintetik misalnya dalam bidang ekonomi adalah penolakan ekspor oleh banyak negara tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu pestisida.

Beberapa kultivar yang mempunyai ketahanan terhadap hama dan penyakit serta umur panennya pendek telah banyak dibudidayakan misalnya kultivar TM999, Hot Chilli, dan Pilar. Jenis pestisida nabati juga sudah mulai diaplikasikan dalam sistem pertanian organik di berbagai jenis budidaya tanaman, namun demikian efikasi setiap jenis pestisida tersebut terhadap jenis OPT masih memerlukan kajian yang mendalam untuk mendapatkan hasil pengendalian yang efektif dan efisien.

METODE PENELITIAN

Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya dengan ketinggian tempat 358 m dpl. Mulai bulan April –September 2015. Bahan dan Alat Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades, bahan perekat, kapas,

hama (Myzus persicae),empat jenis tanaman bahan pestisida seperti : Brotowali (Tinospora

rumphii), Sirsak (Annona muricata), Kirinyuh (Chromolaena odorata) dan suren (Toona sureni), pupuk organik, pupuk anorganik NPK, urea, benih Cabai kultivar Pilar, Hot Chilli dan TM 999 dan polybag kecil dan polybag besar ( 40 cmx 50cm).

(4)

4

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah seperangkat alat untuk uji pendahuluan dilaboraturium, seperangkat alat untuk membuat pestisida nabati, sprayer, timbangan, alat tulis dan seperangkat alat-alat untuk budidaya tanaman cabai merah.

Metode Percobaan

Pengujian dilakukan dalam dua tahap. Pengujian tahap pertama yakni uji pendahuluan, yang bertujuan untuk menentukan pengaruh daya racun pestisida nabati terhadap mortalitas kutu daun persik. Pengujian tahap kedua yakni uji lapangan, yang bertujuan untuk menentukan pengaruh daya racun pestisida nabati terhadap mortalitas hama kutu daun persik pada beberapa kultivar tanaman cabai. Pengaruh daya racun pestisida nabati yang diuji terhadap hama tanaman cabai tersebut dihitung dengan cara menetapkan nilai menggunakan metode uji film kering.

Metode percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor dan diulang tiga

kali, sehingga diperoleh 36 petak percobaan. Setiap petak terdiri dari 10 tanaman sehingga

jumlah tanaman cabai seluruhnya adalah 360 tanaman cabai.

Faktor pertama adalah jenis pestisida nabati (P), yang terdiri dari empat taraf, yaitu: p1 = pestisida nabati berbahan baku tanaman Brotowali

p2 = pestisida nabati berbahan baku tanaman Sirsak p3 = pestisida nabati berbahan baku tanaman Kirinyuh p4 = pestisida nabati berbahan baku suren

Faktor kedua adalah kultivar cabai merah besar (K) yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: k1 = kultivar Pilar

k2 = kultivar Hot Chilli k3 = kultivar TM 999 Pengamatan Utama

1. Tinggi tanaman

2. Jumlah daun

3. Jumlah buah per tanaman.

4. Bobot buah per tanaman

5. Populasi hama

(5)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Utama

Tinggi Tanaman

Tabel 2. Pengaruh Bahan Pestisida Nabati Terhadap Tinggi Tanaman Umur 3, 5 dan 7 MST (cm) Umur tanaman (MST) Pestisida Kultivar Rata-Rata

Pilar Hot Chilli TM999

3 Batrawali 10,04 10,39 8,91 9,78 a Sirsak 11,19 10,90 9,80 10,63 a Kirinyuh 10,04 10,50 9,76 10,10 a Suren 9,40 10,03 11,09 10,18 a Rata-Rata 10,17 A 10,46 A 9,89 A 5 Batrawali 19,50 23,22 16,72 19,81 a Sirsak 23,25 58,60 16,58 19,79 a Kirinyuh 56,02 21,84 17,45 19,32 a Suren 16,71 16,17 20,80 17,90 a Rata-Rata 19,54 A 20,19 A 17,89 A 7 Batrawali 36,45 42,37 32,61 37,14 a Sirsak 43,02 33,92 32,41 36,45 a Kirinyuh 32,08 41,52 34,89 36,16 a Suren 34,62 32,12 35,55 34,10 a Rata-Rata 36,54 A 37,48 A 33,87 A

Keterangan : angka rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada setiap umur pengamatan menunjukan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%.

Dari Tabel 2. menunjukkan bahwa perlakuan jenis pestisida nabati tidak berpengaruh terhadap tinggi beberapa kultivar tanaman cabai pada umur pengamatan. Hal ini dikarenakan faktor genetik yang dimiliki pada setiap kultivar berbeda-beda dan apabila dilihat dari deskripsi beberapa kultivar tersebut tinggi tanaman tidak jauh berbeda. Kultivar TM999 mempunyai tinggi 110-140 cm dan Hot Chilli mempunyai tinggi 120 cm. Pemberian pestisida nabati ini hanya mampu untuk mengendalikan hama kutu daun persik tanaman cabai merah.

(6)

6

Jumlah Daun

Tabel 3. Pengaruh Bahan Pestisida Nabati Terhadap Jumlah Daun Umur 3, 5 dan 7 MST (Helai) Umur tanaman (MST) Pestisida Kultivar Rata-Rata

Pilar Hot Chilli TM999

3 Batrawali 16,33 14,20 14,07 14,87 a Sirsak 14,53 15,53 16,07 15,38 a Kirinyuh 12,27 15,27 14,60 14,04 a Suren 11,20 12,07 18,47 13,91 a Rata-Rata 13,58 A 14,27 A 15,80 A 5 Batrawali 35,80 39,60 29,13 34,84 a Sirsak 37,80 39,40 42,60 39,93 a Kirinyuh 25,53 32,53 32,07 30,04 a Suren 22,73 23,93 48,93 31,87 a Rata-Rata 30,47 A 33,87 A 38,18 A 7 Batrawali 98,40 128,73 81,87 103,00 a Sirsak 120,00 110,33 110,47 113,60 a Kirinyuh 76,67 111,20 87,27 91,71 a Suren 75,40 73,67 112,53 87,20 a Rata-Rata 92,62 A 105,98 A 98,03 A

Keterangan : angka rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada setiap umur pengamatan menunjukan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%.

Dari Tabel 3. menunjukan bahwa perlakuan jenis pestisida nabati tidak berpengaruh terhadap jumlah daun beberapa kultivar tanaman cabai pada umur pengamatan. Faktor yang menyebabkan jumlah daun tidak berbeda nyata karena pada setiap media tanaman diberi unsur hara yang sama, sehingga tanaman dapat memperoleh nutrisi yang sama untuk pembentukan daun sehingga tidak menimbulkan perbedaan yang signifikan pada jumlah daun untuk ketiga kultivar tanaman cabai tersebut.

(7)

7 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 3 mst 5 mst 7 mst Ju m lah k u tu d au n

Hubungan antara jumlah kutu daun dengan waktu pengamatan pada

pestisida sirsak p2 k1 p2 k2 p2 k3 0.00 100.00 200.00 300.00 3 mst 5 mst 7 mst Ju m lah k u tu d au n

Hubungan antara jumlah kutu daun dengan waktu pengamatan pada

pestisida batrawali

p1 k1 p1 k2 p1 k3

Jumlah Kutu Daun Persik

Tabel 4. Pengaruh Bahan Pestisida Nabati Terhadap Parameter Jumlah Kutu Daun Umur 3, 5 dan 7 MST (Ekor) Umur tanaman (MST) Pestisida Kultivar Rata-rata

Pilar Hot Chilli TM999

3 Batrawali 275,67 276,00 195,89 249,19 a Sirsak 268,56 379,00 324,78 324,11 a Kirinyuh 275,56 333,22 149,67 252,81 a Suren 230,89 203,78 1345,33 294,37 a Rata-rata 262,67 A 298,00 A 279,69 A 5 Batrawali 99,00 66,67 91,56 85,74 a Sirsak 18,22 63,33 69,56 50,37 a Kirinyuh 16,67 98,22 71,77 62,22 a Suren 61,78 116,70 186,30 54,26 a Rata-rata 48,92 A 66,78 A 73,74 A 7 Batrawali 4,89 11,33 11,78 9,33 a Sirsak 9,56 19,22 10,67 13,15 a Kirinyuh 14,22 11,78 13,00 13,00 a Suren 15,11 24,33 25,00 21,48 a Rata-rata 10,94 A 16,67 A 15,11 A

Keterangan : angka rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada setiap umur pengamatan menunjukan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 4. pengaruh bahan pestisida nabati terhadap parameter jumlah kutu daun persik untuk 3, 5 dan 7 MST, memperlihatkan perbedaan yang tidak nyata pada setiap perlakuannya. Cara kerja dari keempat jenis pestisida nabati tersebut adalah sistemik (tidak terlihat efeknya pada waktu aplikasi) yaitu seperti merusak perkembangan telur, larva, dan pupa, menghambat pergantian kulit, mengganggu komunikasi serangga, menghambat reproduksi serangga betina, mengurangi nafsu makan, dan memblokir kemampuan makan serangga, serta pemberian pestisida nabati tersebut dapat memutus siklus hidup kutu daun, sehingga kutu daun tersebut tidak bisa berkembang biak seperti biasanya.

Hubungan antara jumlah kutu daun dengan waktu pengamatan pada masing masing pestisida nabati.

(8)

8 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 3 mst 5 mst 7 mst Ju m lah k u tu d au n

Hubungan antara jumlah kutu daun dengan waktu pengamatan pada

pestisida kirinyuh p3 k1 p3 k2 p3 k3 0.00 200.00 400.00 600.00 3 mst 5 mst 7 mst Ju m lah k u tu d au n

Hubungan antara jumlah kutu daun dengan waktu pengamatan

pada pestisida suren

p4 k1 p4 k2 p4 k3

Dari gambar yang menyatakan hubungan antara jumlah kutu daun dengan waktu pengamatan pada masing - masing pestisida nabati diketahui bahwa aplikasi pestisida nabati untuk parameter jumlah kutu daun mengalami penurunan yang sangat tinggi antara 3 MST dengan 5 MST dan 7 MST. Hasil pengamatan 3 MST, tanaman cabai baru diberi perlakuan (disemprot pestisida nabati) 1 kali yakni pada saat 2 MST. Hasil pengamatan ke 5 dan ke 7 MST sudah diberi perlakuan (disemprot pestisida nabati) beberapa kali.

Ini berarti pestisida nabati efektif dalam menurunkan populasi hama kutu daun persik, dikarenakan adanya zat racun yang dapat merusak sistem syaraf dan menghambat proses metamorfosis serangga, misalnya perkembangan telur, larva, dan pupa menjadi tidak sempurna, sehingga kutu daun persik tidak mampu berkembangbiak seperti biasanya.

Senyawa penting yang terkandung dalam pestisida batrawali ialah racun alkaloid (berberina dan kolumbina) yang dapat menyebabkan kematian sel hama, sehingga hama tidak bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya (Arif bayu, 2014). Menurut Septerina

(2002), pada pestisida sirsak mengandung senyawa acetogenin, yang dapat menyebabkan

serangga tidak lagi bergairah untuk melahap makanannya. Pada pestisida kirinyuh

mengandung senyawa alkaloid Pyrolizidine Alkaloids (PAs) yang berfungsi sebagai

penghambat makan dan insektisidal (Sugianto, 2013), sedangkan pestisida suren mengandung

bahan aktif surenin dan surenolakton yang dapat mempengaruhi aktifitas makan dan

gangguan pada sistem reproduksi, akibatnya serangga betina kutu daun tidak bisa berreproduksi seperti biasanya yang dapat menghasilkan keturunan 50 ekor (Subiyakto, 2002).

(9)

9

Luas Serangan

Tabel 5. Pengaruh Bahan Pestisida Nabati Terhadap Parameter Luas Serangan Kutu Daun Umur 4, 6 dan 8 MST (%) Umur Tanaman (MST) Jenis Pestisida Kultivar Rata-Rata

Pilar Hot Chilli TM999

4 Batrawali 70,00 80,00 83,33 77,78 a Sirsak 83,33 83,33 73,33 80,00 a Kirinyuh 80,00 80,00 83,33 81,11 a Suren 73,33 220,00 90,00 78,89 a Rata-Rata 76,67 A 79,17 A 82,50 A 6 Batrawali 43,33 33,33 46,67 41,11 a Sirsak 46,67 43,33 63,33 51,11 a Kirinyuh 50,00 30,00 43,33 41,11 a Suren 43,33 33,33 46,67 41,11 a Rata-Rata 45,83 A 35,00 A 50,00 A 8 Batrawali 46,67 40,00 40,00 42,22 a Sirsak 46,67 43,33 40,00 43,33 a Kirinyuh 30,00 30,00 33,33 31,11 a Suren 53,33 43,33 40,00 45,56 a Rata-Rata 44,17 A 39,17 A 38,33 A

Keterangan : angka rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada setiap umur pengamatan menunjukan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 5. luas serangan pada 4 MST sangat tinggi, hampir seluruh tanaman dari daun, pucuk dan batang terkena serangan kutu daun persik namun pada pengamatan 6 dan 8 MST setelah diberi pestisida nabati beberapa kali, luas serangan menjadi berkurang dan pertumbuhan kutu daun persik terhambat sehingga kutu daun persik tidak dapat tumbuh dengan sempurna. Telur menetas menjadi larva tidak mampu berkembang lagi sampai berubah menjadi imago, karena racun pestisida nabati sudah menyerang larva tersebut yaitu dengan menyerang sistem saraf, pencernaan, lambung dan sistem pernapasan kutu daun tersebut.

Jumlah Buah Pertanaman

Tabel 6. Pengaruh Bahan Pestisida Nabati dan Kultivar Terhadap Jumlah Buah Pertanaman (Buah)

Pestisida Kultivar Rata-Rata

Pilar Hot Chilli TM999

Batrawali 12,40 16,55 21,27 16,74 a Sirsak 12,33 13,93 34,47 20,24 a Kirinyuh 9,47 11,40 23,00 14,62 a Suren 11,13 7,80 29,27 16,07 a Rata-Rata 11,33 A 12,42 A 27,00 B

Keterangan : angka rata-rata yang ditandai dengan huruf kecil pada kolom yang sama dan huruf besar pada baris yang sama, pengamatan tidak berbeda nyata menurut Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%

(10)

10

Pada parameter jumlah buah per tanaman aplikasi pestisida nabati memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata antara setiap perlakuan pestisida nabati, tetapi berbeda nyata antara perlakuan kultivar.

Jumlah buah yang paling tinggi terdapat pada kultivar TM999 yaitu rata rata 27,00 buah pertanaman dan jumlah buah yang paling rendah terdapat pada kultivar Pilar dengan jumlah buah rata-rata 11,33 buah pertanaman.

Setiap kultivar memiliki perbedaan genetik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil serta kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Kultivar TM999 adalah jenis cabai keriting yang mempunyai karakteristik terus berbunga sehingga jumlah buah terus bertambah sedangakan kultivar Pilar adalah jenis cabai besar.

Menurut Andoko (2004, dalam Ainun, 2011), kultivar TM999 mempunyai akar dan

cabang sangat kuat sehingga tahan terhadap kekeringan, tahan terhadap cendawan

Phytophthora sp. dan antraknose (Colletotrichum sp.) sehingga dapat ditanam pada musim hujan maupun kemarau.

Bobot Buah Pertanaman

Tabel 7. Pengaruh Bahan Pestisida Nabati dan Kultivar Kerhadap Bobot Buah Pertanaman.(Gram)

Perlakuan Kultivar Rata-Rata

Pilar Hot Chilli TM999

Batrawali 89,46 117,80 53,40 86,89 b Sirsak 102,44 103,94 71,13 92,50 b Kirinyuh 76,16 90,80 49,94 72,30 ab Suren 71,97 45,55 57,26 58,26 a Rata-Rata 85,01 B 89,52 B 57,93 A

Keterangan : angka rata-rata yang ditandai dengan huruf kecil pada kolom yang sama dan huruf besar pada baris yang sama, pengamatan tidak berbeda nyata menurut Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%

Pada parameter bobot buah per tanaman aplikasi pestisida nabati memberikan pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan pestisida batrawali dengan pestisida suren, tetapi perlakuan pestisida batrawali dengan pestisida sirsak dan pestisida kirinyuh tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan oleh jumah buah yang terserang hama kutu daun pada perlakuan pestisida suren lebih banyak, bila dibandingkan dengan perlakuan pestisida yang lain.

Serangan kutu daun persik menghisap cairan daun muda dan mengeluarkan cairan yang mengandung madu sehingga menimbulkan cendawan embun jelaga yang mengakibatakn proses fotosintesis terhambat, sehingga energi untuk pembentukan buah dan bobot buah menjadi terganggu.

Pada perlakuan kultivar diketahui bahwa kultivar Pilar dan Hot Chili berbeda nyata dengan TM999, tetapi antara Pilar dengan Hot Chili tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena perbedaan antara cabai besar kultivar Pilar dan Hot Chili dan cabai keriting kultivar TM999.

(11)

11

Berdasarkan analisis tanah yang terlampir, tanah penelitian pada kali ini mempunyai pH tanah awal tanam yang tinggi yaitu 7,9 sedangkan syarat tumbuh cabai secara umum ialah mempunyai pH 6,0 – 7,0 dan mempunyai curah hujan 600- 1.250 mm/tahun.

Kondisi ini mengakibatkan potensi hasil tanaman cabai (jumlah buah dan bobot buah) sangat jauh dengan potensi hasil tanaman cabai yang ada di deskripsi, yang tertulis pada Lampiran 1.

Pengaruh penting dalam perolehan hasil tanaman adalah ketergantungan tanaman terhadap ketersediaan unsur hara pada media tanam dan proses pembentukan buah, sedangkan pestisida nabati lebih mengarah pada upaya untuk menahan dan mengendalikan serangan hama yang dapat berakibat pada penurunan hasil tanaman (Ida Hodiyah dan Elya Hartini, 2014).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat keterkaitan antara jenis pestisida nabati dengan kultivar cabai terhadap

pengendalian kutu daun persik (Myzus persicae Sulz.)

2. Pestisida nabati efektif dalam menurunkan jumlah kutu daun persik (Myzus persicae Sulz.)

3. Jenis pestisida nabati batrwali, sirsak dan kirinyuh memberikan bobot buah per tanaman

lebih tinggi dibandingkan jenis pestisida suren. Saran

Untuk budidaya tanaman cabai merah agar bebas dari serangan hama kutu daun persik disarankan menggunakan pestisida nabati yang berasal dari tanaman batrawali, sirsak, kirinyuh dan suren, karena dapat menekan populasi hama kutu daun persik, ramah lingkungan dan produk tersebut aman bagi kesehatan manusia serta lebih ekonomis sehingga

bisa menekan biaya produksi. Terutama tanaman kirinyuh (Chromolaena odorata) yang

merupakan tanaman gulma, maka dengan pemanfaatan gulma sebagai pestisida akan berdampak positif atau terjadi multiplier effect terhadap pengendalian gulma.

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, Witono. dan Soetiarso, T.A. 1999. Strategi Petani dalam pengelolaan resiko pada usahatani Cabai. J. Hort. Vol. 8 No.4l. Jakarta

Ainun Marliah , 2011.Pertumbuhan dan hasil beberapa varietas cabai merah pada media tumbuh yang berbeda. https://jurnalfloratek.wordpress.com/2011/11/01/pertumbuhan-dan-hasil beberapa-varietas-cabai-merah-pada-media-tumbuh-yang-berbeda-2/. Diakses pada tanggal 23/10/2015 jam 09.00 WIB

Arif Bayu Satria, 2014. Pengembangan potensi daun dan batang brotowali (Tinospora crispa

L.) sebagai insektisida alami untuk pengen dalian hama wereng coklat (Nilaparvata

(12)

12

http://arifbayusatria.blogspot.co.id/2014/04/pengembangan-potensi-daun-dan-batang_136.html. Diakses pada tanggal 23/10/2015 jam 10.00 WIB

Ida Hodiyah dan Elya Hartini. 2014. Efikasi Beberapa Bahan Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama Tanaman Cabai. Jurnal Agroekoteknologi Vol.6, No.2. Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Serang Hlm 95-104.

Septerina, N. 2002. Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak sebagai Insektisida Rasional Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Paprika Varietas Bell Boy. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang

Subiyakto. 2002. Aplikas Pestisida Nabati untuk Pertanian Organik. Balittas.

Sugianto, Y. (2013). Studi analisis residu klorpirifos dalam minyak sawit (Elaeis guineensis Jacq) menggunakan kromatografi gas dengan detektor penangkap elektron. Retrieved from USU Library Official Web: http://repository.usu.ac.id/. Diakses Tanggal 18/05/2014 jam 21:21:09 WIB

Sumarni, N dan Agus Muharam. 2005. Budidaya tanaman cabe merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang

Gambar

Tabel 2. Pengaruh Bahan Pestisida Nabati Terhadap Tinggi Tanaman Umur 3, 5 dan 7 MST  (cm)  Umur  tanaman  (MST)  Pestisida  Kultivar  Rata-Rata Pilar Hot Chilli TM999
Tabel  3.  Pengaruh  Bahan  Pestisida  Nabati  Terhadap  Jumlah  Daun  Umur  3,  5  dan  7  MST  (Helai)  Umur  tanaman  (MST)  Pestisida  Kultivar   Rata-Rata Pilar Hot Chilli TM999
Tabel 4. Pengaruh Bahan Pestisida Nabati Terhadap Parameter Jumlah Kutu Daun Umur 3, 5  dan 7 MST (Ekor)  Umur  tanaman  (MST)  Pestisida  Kultivar  Rata-rata Pilar Hot Chilli TM999
Tabel  6. Pengaruh Bahan Pestisida Nabati  dan  Kultivar Terhadap Jumlah Buah Pertanaman  (Buah)
+2

Referensi

Dokumen terkait

UUI harus menyediakan banyak kertas yang dikeluarkan dan dari segi waktu membutuhkan beberapa hari untuk pengecekan hasil ujian dari calon mahasiswa baru, ini

Dengan melihat hadits yang diriwayatkan Abdullâh bin ‘Umar dan beberapa riwayat lain serta melihat proses turunnya syariat yang tanpa diawali sebab-sebab tertentu serta beberapa

Besar PanjangJiwo dan Okina Randi Hananto yang telah banyak memberikan bantuan moral, spiritual dan material dalam menyelesaikan pendidikan Strata-1 di Fakultas

1 Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari No. 5594 2 Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim No. 4691 3 Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim No.. seluruh pihak saling membantu

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan awal sambung samping tanaman jambu kristal pada berbagai taraf konsentrasi IAA dan BAP yang berbeda, serta

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nyoman Subratha pada bulan juni-oktober 2006 menyimpulkan bahwa strategi pemecahan masalah

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh rumah sakit adalah bagaimana meningkatkan kenyamanan staf rumah sakit melalui studi desain tata letak dapur yang ergonomis..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari pemberian reward dan reinforcement negatif terhadap motivasi belajar siswa.. Kata kunci: