• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN ARAHAN PENGEMBANGAN LAHAN UNTUK MENCAPAI SWASEMBADA PANGAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAN ARAHAN PENGEMBANGAN LAHAN UNTUK MENCAPAI SWASEMBADA PANGAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAN ARAHAN PENGEMBANGAN LAHAN UNTUK MENCAPAI

SWASEMBADA PANGAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI,

PROVINSI JAMBI

(Land Development Analysis and Direction to Achieve Food Self-Sufficiency

in Muaro Jambi Regency, Jambi Province)

Agus Kurniawan1, Muhammad Ardiansyah2 dan Untung Sudadi3

1 PS Magister Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana, IPB 2,3 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB

, Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. E-mail: aguskurniawan.iwan@gmail.com

Diterima (received): 11 November 2013; Direvisi (revised): 19 November 2013; Disetujui dipublikasikan (accepted): 21 November 2013 ABSTRAK

Sebagai wilayah “hinterland”, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi memiliki potensi sumberdaya lahan yang perlu dikembangkan dan diarahkan untuk mendukung penyediaan pangan di tingkat lokal maupun regional. Penelitian ini bertujuan menyusun arahan pengembangan lahan untuk mencapai swasembada pangan di Kabupaten Muaro Jambi. Hasil analisis menunjukkan potensi ketersediaan lahan prioritas untuk pengembangan padi sawah seluas 55.899 ha dengan kelas kesesuaian S3 (sesuai marginal) dan 100.870 ha lahan lainnya diarahkan untuk pertanian pangan lahan kering. Untuk mencapai swasembada pangan pada tahun 2031, Kabupaten Muaro Jambi membutuhkan sawah dan lahan kering masing-masing seluas 30.545 ha dan 1.064 ha, sehingga potensi lahan yang tersedia masih dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pangan Kabupaten Muaro Jambi maupun untuk penggunaan lain. Di sisi lain, dalam Rencana Pola Ruang Kabupaten Muaro Jambi dialokasikan lahan untuk sawah dan pertanian lahan kering masing-masing seluas 6.271 ha dan 65.972 ha. Dari pola ruang lahan pangan tersebut, seluas 1.962 ha sawah dan 18.807 ha pertanian lahan kering tidak sesuai dengan kondisi eksisting. Oleh karena itu, Rencana Pola Ruang ini perlu direvisi.

Kata Kunci: arahan pengembangan, swasembada pangan, kesesuaian lahan, ketersediaan lahan, pola ruang ABSTRACT

As an hinterland, Muaro Jambi Regency, Jambi Province has potential land resource needs to be developed to support the provision of food both at local as well as regional levels. This research aimed to formulate a land development direction to achieve food self-sufficiency in Muaro Jambi Regency. Results of analyses showed the availability of prioritized land for rice fields development amounted to 55,899 ha with suitability class of S3 (marginally suitable), while another 100,870 ha of the land could be directed for dryland food-crop farming. To achieve the food self-sufficiency in the year 2031, Muaro Jambi Regency needs rice fields and drylands of 30,545 ha and 1,064 ha, respectively. Thus, the potentially available lands still can be developed to meet the food needs in Jambi City or allocated for other land uses as well. On the other hand, in the Spatial Regional Plan of Muaro Jambi Regency, lands allocated for rice field and dryland food-crop farming are 6,271 ha and 65,972 ha, respectively. Of this food-crop spatial pattern, area of 1.962 ha and 18,807 ha that are allocated for rice field and dryland food-crop farming do not match with the existing condition. Therefore, this Spatial Pattern Plan needs to be revised.

Keywords: development direction, food self-sufficiency, land availability, land suitability, spatial pattern

PENDAHULUAN Latar Belakang

Upaya peningkatan produksi pangan memerlukan sumberdaya lahan dengan kondisi biofisik yang spesifik. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cenderung meningkat, lahan pertanian pangan eksisting perlu dipertahankan dan bahkan diperluas. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 yang mengamanatkan setiap kabupaten untuk menyusun perencanaan dan menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan agar kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan dapat terwujud.

Muaro Jambi merupakan kabupaten baru di Provinsi Jambi hasil pemekaran pada tahun 1999 dari Kabupaten Batanghari. Letak geografisnya yang strategis sebagai wilayah hinterland, membentuk hubungan ketergantungan dan keterkaitan yang erat dengan ibukota provinsi yaitu Kota Jambi. Semakin dekat jarak antar dua wilayah maka kemungkinan terjadinya interaksi akan semakin besar (Ardila, 2012). Oleh karena itu, Kabupaten Muaro Jambi dapat berperan sebagai pemasok (produsen) pangan bagi Kota Jambi yang merupakan wilayah inti dan pasar. Pengembangan pertanian pangan yang prospektif tersebut perlu didukung hasil analisis kesesuaian dan arahan alokasi sumberdaya lahan untuk tanaman pangan

(2)

121

agar sinkron dengan kebutuhan lahan untuk sektor-sektor pembangunan lainnya.

Salah satu kendala utama pengembangan pertanian pangan adalah kondisi biofisik lahan. Informasi kesesuaian kondisi biofisik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman sangat membantu penataan lahan sesuai dengan peruntukannya (Noor dan Pribadi, 2007; Wang, et al., 2011). Rekomendasi terkait lahan yang akan dikembangkan ditentukan oleh ketersediaan dan kelas kesesuaiannya. Potensi lahan tersedia perlu dikategorisasikan secara spasial ke dalam kelas-kelas kesesuaian lahan. Teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG) dapat diterapkan untuk mendeteksi dan mendelineasi distribusi spasial lahan potensial tersebut (Al-Mashreki, et al., 2011; Hazain, et al., 2012).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis penggunaan dan ketersediaan lahan, (2) menganalisis kesesuaian lahan yang tersedia, (3) menganalisis kebutuhan lahan pangan dan menyusun arahan pengembangannya, dan (4) menganalisis konsistensi rencana pola ruang lahan pertanian pangan sebagai dasar penetapan atau revisi pola ruang pertanian pangan dalam RTRW Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi Tahun 2031.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi dari November 2012 hingga Juli 2013. Bahan yang digunakan meliputi Citra Landsat 7 ETM path 125, row 06, akuisisi tahun 2013 dan hasil verifikasi lapangan serta data sekunder seperti luas dan produksi tanaman pangan (BPS, 2000; BPS, 2011), konsumsi pangan daerah, curah hujan, suhu rata-rata dan kelembaban rata-rata bulanan (Tahun 2000-2011), sifat tanah dan fisik lahan serta peta LREP (Land

Resources Evaluation and Planning Project) tahun

1990 lembar Jambi (1014), Muaro Bungo (0914), Sarolangun (0913) dan Palembang (1013), Peta Administrasi, Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Muaro Jambi, Peta Moratorium Lahan Gambut dan Hutan, Peta Kawasan Hutan, Peta Kawasan Pertambangan dan Peta Konsesi Hak Guna Usaha (HGU). Peralatan yang digunakan meliputi GPS serta software pengolahan data penginderaan jauh dan pengolahan data spasial.

Analisis Penggunaan dan Ketersediaan Lahan Pangan

Tipe tutupan lahan diinterpretasi secara visual dari Citra Landsat 7 ETM menggunakan metode on

screen digitation. Delineasi dilakukan dengan

membatasi objek tutupan lahan dengan pembuatan

poligon menggunakan software SIG. Hasil interpretasi yang meragukan diverifikasi di lapangan menggunakan GPS. Hasil dari perpaduan peta tutupan lahan hasil interpretasi citra dengan hasil verifikasi lapangan adalah Peta Penggunaan Lahan Tahun 2013. Dengan metode tumpang-susun (overlay), kawasan moratorium lahan gambut dan hutan, kawasan pertambangan, kawasan hutan, kawasan HGU dan areal permukiman dikeluarkan dari areal arahan pengembangan lahan pangan. Areal arahan pengembangan untuk sawah tidak memasukkan sawah eksisting namun memasukkan pertanian lahan kering eksisting, sedangkan untuk pengembangan pertanian lahan kering tidak memasukkan sawah dan pertanian lahan kering eksisting. Hasilnya adalah Peta Ketersediaan Lahan untuk Tanaman Pangan Tahun 2013.

Analisis Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan dianalisis menggunakan kerangka evaluasi lahan FAO 1976 dan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian Departemen Pertanian Tahun 2003 (Deptan, 2003). Lahan dibagi menjadi dua ordo, yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai (N), kemudian dibagi lebih lanjut ke tingkatan kelas kesesuaian lahan, yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal) dan N (tidak sesuai). Analisis dilakukan terhadap 8 komoditas pangan yaitu: padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Hasilnya adalah Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Pangan Tahun 2013 (tidak ditampilkan).

Dalam peta LREP, Kabupaten Muaro Jambi terdiri atas 35 satuan lahan, dimana dua diantaranya tidak dapat dianalisis untuk pengembangan lahan pertanian pangan karena berada di dalam kawasan hutan (konservasi). Data sifat tanah dan fisik lahan yang dianalisis terdiri atas database LREP yang meliputi kedalaman tanah, salinitas, singkapan batuan dan kematangan gambut pada lima satuan lahan. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Said dan Zuhdi (2002) wilayah ini mempunyai 15 satuan lahan atau hasil ekstrapolasinya sebanyak 13 satuan lahan.

Analisis Kebutuhan Lahan Pangan dan Arahan Pengembangan

Analisis ini dilakukan berdasarkan luas lahan pangan yang tersedia, produktivitas lahan dan proyeksi konsumsi pangan hingga berakhirnya masa RTRW yang berlaku yaitu Tahun 2031, dengan asumsi konversi lahan pangan eksisting tidak terjadi. Jumlah penduduk diproyeksikan menggunakan model geometri berdasarkan data penduduk Tahun 2000 sampai dengan 2011. Data rerata produktivitas lahan untuk tanaman pangan

(3)

bersumber dari BPS dan data rerata konsumsi pangan perkapita bersumber dari Badan Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kabupaten Muaro Jambi (BPKP Kab. Muaro Jambi, 2011). Berdasarkan hasil analisis kebutuhan lahan pangan dan kesesuaian lahan ditentukan arahan pengembangan lahan pertanian pangan yang meliputi lahan sawah dan pertanian lahan kering.

Analisis Konsistensi Rencana Pola Ruang Lahan Pangan dalam RTRW

Analisis ini dilakukan berdasarkan perbandingan antara Peta ketersediaan lahan dari areal lahan pangan eksisting hasil interpretasi citra dengan Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Muaro Jambi. Hal ini bertujuan untuk mendeliniasi areal yang sesuai dan tidak sesuai dengan rencana pola ruang tanaman pangan, sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam perbaikan rencana pola ruang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Muaro Jambi yang terletak pada koordinat 1o5‟-2o20‟ Lintang Selatan dan 103o10‟

-104o 20‟ Bujur Timur, terdiri atas 11 kecamatan,

yaitu Sekernan, Sungai Bahar, Bahar Utara, Bahar Selatan, Mestong, Jambi Luar Kota, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Maro Sebo, Sungai Gelam dan Taman Rajo. Dalam kurun waktu Tahun 2000 hingga 2011, budidaya padi sawah, jagung, kedelai, kacang hijau dan ubi kayu secara umum mengalami peningkatan luas dan produksi, namun sebaliknya untuk komoditas padi ladang, kacang tanah dan ubi jalar (BPS, 2000; BPS, 2011). Peningkatan luasan pertanaman mengindikasikan bahwa komoditas tersebut semakin diminati untuk diusahakan.

Penggunaan dan Ketersediaan Lahan

Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM Tahun 2013 path/row 125/06, diperoleh 9 tipe penggunaan lahan seperti disajikan pada Tabel 1. Penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Muaro Jambi adalah perkebunan kelapa sawit dan karet seluas 317.457 ha.

Penggunaan lahan yang merupakan lahan pertanian pangan yaitu sawah dengan luas 7.061 ha dan pertanian lahan kering dengan luas 53.617 ha. Penggunaan lahan sawah umumnya berada di sekitar sungai utama yaitu Sungai Batanghari dan Sungai Kumpeh. Pertanian lahan kering hampir menyebar merata di setiap kecamatan dan berada di sekitar permukiman penduduk seperti yang disajikan pada Gambar 1.

Dari hasil tumpang-tindih didapat lahan tersedia untuk pengembangan sawah seluas 198.894 ha (37,37%) dan pengembangan pertanian lahan kering seluas 160.167 ha (30,09%) dari luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi (532.165 ha).

Lahan seluas 315.863 ha (59,35%) merupakan kawasan moratorium hutan dan lahan gambut, hutan konservasi/produksi, pertambangan dan HGU. Tabel 2 menyajikan distribusi luas lahan yang tersedia untuk pengembangan lahan pertanian pangan tiap kecamatan.

Kecamatan Sekernan memiliki lahan tersedia terluas yaitu 31.431 ha untuk sawah dan 28.773 ha untuk pertanian lahan kering. Kecamatan dengan luas lahan tersedia terkecil adalah Maro Sebo yaitu 5.040 ha untuk sawah dan 2.217 ha untuk pertanian lahan kering. Di Kecamatan Maro Sebo banyak terdapat lahan dengan status kawasan moratorium lahan gambut, kawasan konservasi (hutan produksi) dan kawasan HGU, sehingga peluang ekstensifikasi lahan pangan menjadi kecil.

Tabel 1. Luas kelas penggunaan lahan Kabupaten

Muaro Jambi Tahun 2013.

No. Tipe Penggunaan Lahan Luas

ha %

1. Hutan 138.245 25,98

2. Perkebunan 317.457 59,65

3. Kolam ikan air tawar 179 0,03

4. Pertanian lahan kering 53.617 10,08

5. Pemukiman 7.625 1,43

6. Rawa 1.064 0,20

7. Sawah 7.061 1,33

8. Sungai 5.165 0,97

9. Tanah terbuka (lahan kering) 1.753 0,33

Jumlah 532.165 100

Sumber : Hasil Analisis Citra Landsat7 ETM.

Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pangan

Untuk menghasilkan komoditas yang berkualitas, pemanfaatan lahan perlu mempertim-bangkan kesesuaian lahan (Hazain, et al., 2012). Oleh karena itu diperlukan evaluasi lahan untuk mengidentifikasi tingkatan dan pola geografis kesesuaian lahan untuk tujuan tertentu dari kendala biofisik dan penyebabnya (Al-Mashreki, et al., 2011).

Dari hasil analisis, lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian lahan kering adalah 160.167 ha (cukup sesuai dan sesuai marginal), sedangkan untuk pengembangan sawah 165.688 ha (sesuai marginal). Kelas kesesuaian lahan untuk padi ladang dan kacang tanah adalah S2 (cukup sesuai) dengan luas 18.404 ha dan tersebar di seluruh kecamatan. Untuk jagung, kedelai, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar seluruhnya termasuk ke dalam kelas S3 (sesuai marjinal). Untuk padi sawah terdapat lahan dengan kelas N (tidak sesuai) seluas 33.206 ha dengan faktor pembatas bahaya erosi (lereng >8%). Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk tanaman pangan per kecamatan telah mempertimbangkan kesesuaian lahan, seperti yang disajikan pada Tabel 3.

(4)

123

Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013.

Tabel 2. Distribusi luas ketersediaan lahan yang dapat dikembangkan untuk tanaman pangan per kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi.

Kecamatan

Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian

Padi Sawah Pertanian Lahan Kering

ha % ha %

Bahar Selatan 8.056 4,05 7.631 4,76

Bahar Utara 8.707 4,38 8.194 5,12

Jambi Luar Kota 14.729 7,41 12.194 7,61

Kumpeh 31.057 15,61 21.090 13,17 Kumpeh Ulu 19.810 9,96 8.175 5,10 Maro Sebo 5.040 2,53 2.217 1,38 Mestong 27.776 13,97 27.445 17,14 Sekernan 31.431 15,80 28.773 17,96 Sungai Bahar 13.827 6,95 12.737 7,95 Sungai Gelam 25.748 12,95 23.061 14,40 Taman Rajo 12.713 6,39 8.650 5,40 Jumlah 198.894 100 160.167 100

Sumber: Hasil Analisis.

Faktor pembatas utama lahan dengan kelas kesesuaian S3 adalah retensi hara dan ketersediaan air. Nilai pH tanah sangat masam (<5) sampai agak masam (5,6-6,5). Kadar C-organik tanah rendah (<1%) sampai sedang (2,01-3,00%). Nilai KTK dan KB tanah bervariasi, dari sangat rendah (KTK <5 cmol(+)/kg dan KB <20%) sampai tinggi (KTK 25-40 cmol(+)/kg dan KB 51-70%). Dengan demikian direkomendasikan perlunya tindakan penambahan bahan organik dan pengapuran. Rerata curah hujan selama 11 tahun sebesar 2.389,7 mm/tahun dengan kelembaban 85,8%. Untuk mengatasi ketersediaan air yang berlebih diperlukan pengelolaan tata air dan pengaturan jadwal tanam. Hal tersebut dilakukan karena pertanaman jagung,

kedelai, ubi kayu dan ubi jalar sangat rentan terhadap curah hujan atau kelembaban yang tinggi.

Kebutuhan Lahan Pangan dan Arahan Pengembangan

Jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi pada Tahun 2021 diproyeksikan menjadi 511.447 jiwa dan pada tahun 2031 menjadi 744.066 jiwa, dengan rerata laju pertumbuhan 3,82% per tahun. Berdasarkan BPKP Kabupaten Muaro Jambi (2011), menunjukkan rerata konsumsi (kg/kap/thn) sebagai berikut: beras giling 97,01, jagung pipilan 0,04, kacang kedelai 0,0915, kacang tanah 0,455, kacang hijau 0,715, ubi kayu 2,31 dan ubi jalar 2,65.

(5)

Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk, produktivitas lahan dan tingkat konsumsi pangan konstan, pada Tabel 4 disajikan proyeksi kebutuhan pangan dan lahan untuk mencapai swasembada pangan. Untuk mencapai swasembada beras pada Tahun 2021 dibutuhkan lahan sawah seluas 20.995 ha sedangkan pada Tahun 2031 dibutuhkan lahan sawah seluas 30.545 ha. Kebutuhan lahan untuk mencapai swasembada pangan tanaman pertanian lahan kering pada Tahun 2021 seluas 731 ha, sedangkan untuk Tahun 2031 seluas 1.064 ha. Lahan pangan sawah dan pertanian lahan kering eksisting masing-masing yaitu: 7.061 ha dan 53.617 ha. Agar tercapai swasembada pangan di Tahun 2031, masih dibutuhkan perluasan sawah sebesar 23.484 ha dengan asumsi lahan sawah eksisting tidak mengalami alih fungsi lahan, sedangkan pertanian lahan kering eksisting surplus 52.553 ha.

Prioritas pengembangan lahan pertanian pangan diarahkan pada lahan pada kelas kesesuaian tertinggi dan faktor pembatas paling minimal dengan luas keseluruhan 127.668 ha. Hasil analisis menunjukkan ketersediaan lahan seluas 55.899 ha dengan kelas kesesuaian S3-nr (sesuai marginal; faktor pembatas retensi hara) untuk pengembangan padi sawah. Lahan arahan pengembangan padi sawah sebagai sumber pangan pokok beras ini dapat direkomendasikan untuk ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan. Lahan prioritas untuk ektensifikasi pertanian lahan kering memiliki kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas yang beragam, yaitu seluas 100.870 ha.

Dari hasil analisis kesesuaian lahan dapat disusun 5 pewilayahan komoditas pangan seperti pada Tabel 5 dan Gambar 2. Pewilayahan komoditas pangan bertujuan untuk memberikan pilihan arahan pemanfaatan lahan agar lahan berproduksi lebih optimal dengan komoditas yang spesifik.

Sebagai hinterland Kota Jambi, pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi memiliki prospek yang baik, terutama dari segi pemasaran. Kota Jambi sebagai ibukota Provinsi Jambi memerlukan pasokan bahan pangan dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Dengan ketersediaan sumber daya lahan yang ada dan posisi geografis yang menguntungkan tersebut, menjadi satu keunggulan tersendiri bagi Kab. Muaro Jambi dibandingkan dengan daerah lainnya. Kabupaten Muaro Jambi telah mengalami surplus produksi komoditas pangan pertanian lahan kering dan dapat dipasok ke Kota Jambi, namun untuk komoditas padi sawah masih perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Implementasi Undang-undang RI Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diharapkan mampu untuk mencegah

alih fungsi lahan pangan eksisting maupun yang diarahkan pengembangannya untuk lahan pertanian pangan. Dalam pelaksanaannya, perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan disusun baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota, sehingga peranan pemerintah kabupaten sangat penting dalam mengatur dan mengelola lahan pertanian pangan yang ada. Upaya untuk mencapai swasembada pangan, baik beras maupun komoditas tanaman pangan lahan kering, dapat dipercepat dengan melakukan tindakan optimalisasi lahan atau intensifikasi.

Konsistensi Rencana Pola Ruang Lahan Pangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana Pola Ruang Lahan Pangan yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Muaro Jambi diharapkan mampu untuk mencegah terjadinya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, terutama pada kawasan pangan.

Dalam Draft RTRW Kabupaten Muaro Jambi yang berlaku hingga Tahun 2031, alokasi lahan pertanian pangan seluas 72.244 ha, terdiri atas kawasan pertanian lahan kering seluas 65.972 ha dan sawah seluas 6,271 ha. Bila mempertim-bangkan kebutuhan lahan untuk swasembada pangan pada Tahun 2031, yaitu 30.545 ha untuk sawah dan 1.064 untuk pertanian lahan kering, maka alokasi rencana pola ruang untuk lahan sawah masih kurang 24.274 ha, sedangkan pertanian lahan kering surplus 64.908 ha.

Secara ilustratif, hasil analisis konsistensi pola ruang dengan kondisi eksisting disajikan pada

Gambar 3. Dalam hal pola ruang lahan sawah, yang sesuai dengan eksisting lahan sawah seluas 1.584 ha; sesuai dengan arahan lahan pertanian pangan 1.971 ha; berada pada eksisting pertanian lahan kering 754 ha; dan yang berada di luar eksisting sawah dan arahan lahan pertanian pangan 1.962 ha. Dalam hal pola ruang pertanian lahan kering, yang sesuai dengan eksisting pertanian lahan kering seluas 15.683 ha; sesuai dengan arahan lahan pertanian pangan 29.165 ha; berada pada eksisting lahan sawah 2.316 ha; dan yang berada di luar eksisting pertanian lahan kering dan arahan lahan pertanian pangan 18.807 ha.

Hasil analisis terhadap kondisi saat ini, 20.769 ha pola ruang lahan pangan tidak sesuai dengan kondisi eksisting penggunaan lahan dan ketersediaan lahan pertanian pangan. Dengan demikian, rencana pola ruang lahan pertanian pangan (sawah dan pertanian lahan kering) dalam RTRW Kabupaten Muaro Jambi perlu direvisi.

(6)

125

Tabel 3. Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi.

Kecamatan

Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha)

Padi Sawah Padi Ladang dan Kacang Tanah Kacang Hijau/Ubi Jagung/Kedelai/ Kayu/Ubi Jalar Kelas N Kelas S3 Kelas S2 Kelas S3 Kelas S3

Bahar Selatan 4.026 4.030 878 6.753 7.631 Bahar Utara 1.975 6.732 351 7.842 8.194 JambiLuar Kota - 14.729 2.165 10.030 12.194 Kumpeh - 31.057 3.574 17.516 21.090 Kumpeh Ulu - 19.810 2.307 5.868 8.175 Maro Sebo - 5.040 447 1.770 2.217 Mestong 915 26.861 1.893 25.552 27.445 Sekernan 21.932 9.500 2.460 26.313 28.773 Sungai Bahar 4.358 9.469 515 12.223 12.737 Sungai Gelam - 25.748 195 22.865 23.061 Taman Rajo - 12.713 3.619 5.031 8.650 Jumlah 33.206 165.688 18.404 141.763 160.167

Sumber: Hasil Analisis

Tabel 4. Proyeksi kebutuhan pangan dan lahan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2021 dan 2031.

Komoditas

Luas Lahan Saat Ini

(ha)

Kebutuhan Pangan (ton) Kebutuhan Lahan untuk Swasembada (ha) Tahun 2021 Tahun2031 Tahun2021 Tahun2031

Pertanian Lahan Basah

- Padi Sawah 7.061 78.506 114.212 20.995 30.545

Pertanian Lahan Kering 53.617 731 1.064

- Jagung 20 30 5 7 - Kedelai 47 68 42 61 - Kacang Tanah 233 339 133 193 - Kacan Hijau 366 532 313 456 - Ubi Kayu 1.181 1.719 80 117 - Ubi Jalar 1.355 1.972 158 230

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 5. Arahan pengembangan lahan pangan dengan tingkat kesesuaian lahan tertinggi dan

faktor pembatas minimum dari hasil analisis.

Wilayah Komoditas Luas (ha)

A Padi sawah 26.798

B Padi sawah, jagung dan kacang hijau 10.696

C Jagung dan kacang hijau 71.770

D Padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah dan ubi kayu 6.967

E Semua komoditas pangan 11.437

(7)

Gambar 2. Peta Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi.

Gambar 3. Sketsa inkonsistensi dan konsistensi pola ruang tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi.

KESIMPULAN

Hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM, diketahui lahan sawah dan pertanian lahan kering eksisting masing-masing seluas 7.061 ha dan 53.617 ha. Penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Muaro Jambi adalah perkebunan dengan luas 317.457 ha atau 59,65% dari luas Kabupaten Muaro Jambi.

Lahan prioritas untuk pengembangan padi sawah seluas 55.899 ha dengan tingkat kesesuaian S3-nr (sesuai marjinal; faktor pembatas retensi

hara). Kecamatan Sekernan memiliki lahan tersedia terluas (31.431 ha) untuk ekstensifikasi sawah. Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian lahan kering seluas 160.167 ha dengan prioritas untuk pengembangan seluas 100.870 ha. Seluas 18.404 ha lahan kering prioritas memiliki kelas kesesuaian S2 untuk pertanaman padi ladang dan kacang tanah. Kesesuaian lahan untuk pertanaman jagung, kedelai, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar seluruhnya termasuk kelas S3 dengan faktor pembatas utama ketersediaan air dan retensi PLK : Pertanian Lahan Kering

ALPP : Arahan Lahan Pertanian Pangan a. Eksisting sawah (termasuk c dan h) b. Pola ruang lahan sawah berada di luar

eksisting sawah dan ALPP c. Pola ruang lahan sawah sesuai

dengan eksisting lahan sawah d. Pola ruang lahan sawah berada di

eksisting PLK

e. Pola ruang lahan sawah sesuai dengan ALPP

f. Eksisting PLK (termasuk d dan i) g. Pola ruang PLK berada di luar

eksisting PLK dan ALPP

h. Pola ruang PLK berada di eksisting lahan sawah

i. Pola ruang PLK berada di eksisting PLK

j. Pola ruang PLK sesuai dengan ALPP k. Lahan yang tersedia untuk pertanian

(8)

127

hara. Ketersediaan lahan untuk pengembangan padi seluas 33.206 ha tergolong dalam kelas N (tidak sesuai) dengan faktor pembatas bahaya erosi (lereng >8%).

Dengan jumlah penduduk pada tahun 2031 yang diproyeksikan mencapai 744.066 jiwa, untuk mencapai swasembada pangan dibutuhkan lahan sawah dan lahan pertanian lahan kering masing-masing seluas 30.545 ha dan 1.064 ha. Seluas 20.769 ha pola ruang lahan pangan, yang terdiri atas 1.962 ha sawah dan 18.807 ha pertanian lahan kering, tidak sesuai dengan penggunaan lahan eksisting dan lahan arahan pengembangan pertanian pangan.

Rencana pola ruang lahan pertanian pangan dalam RTRW Kabupaten Muaro Jambi perlu direvisi untuk mencapai swasembada pangan di Tahun 2031. Kebutuhan lahan untuk mencapai swasembada pangan dapat dikurangi dengan meningkatkan produktivitas lahan dan menekan laju pertumbuhan penduduk, sehingga lahan tersedia dapat dialokasikan untuk penggunaan lainnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan untuk Kabupaten Muaro Jambi, yang telah memberikan dukungan data dan informasi yang diperlukan selama penelitian ini dilaksanakan. Juga kepada Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberikan ruang dan waktu untuk melaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mashreki M.H., Akhir, JBM., Rahim, S.A., Desa, K.M., Lihan, T. and Haider, A,R. (2011). Land suitability evaluation for sorghum crop in the IBB Governorate, Republic of Yemen using Remote Sensing and GIS

techniques. Australian J Basic and Appl Sci. 5(3): 359-368.

Ardila, R. (2012). Analisis pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banjarnegara.

Economics Development Analysis J. 1(2):1-9.

BPKP Kabupaten Muaro Jambi. (2011). Data Rerata Konsumsi Pangan per Kapita Kabupaten Muaro Jambi. Badan Penyuluh dan Ketahanan Pangan (BPKP) Kabupaten Muaro Jambi. Jambi.

BPS. (2000). Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka Tahun 2000. Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. Muaro Jambi

BPS. (2011). Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka Tahun 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. Muaro Jambi.

Deptan. (2003). Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditi Pertanian. Departemen Pertanian (Deptan). Jakarta.

Hazain F.A., Harisno dan N. Legowo. (2012). Land suitability map development for Central Java and Daerah Istimewa Yogyakarta Provinces based on WebGIS. Procedia Egineering. 50:532-543.

Noor, A. dan Y. Pribadi. (2007). Potensi sumberdaya lahan untuk pengembangan pertanian di Kecamatan Padang Batung, Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Departemen Pertanian. 7-8 November 2007. Bogor.

Said, Y.M. dan M. Zuhdi. (2002). Survei Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Hortikultura di Kabupaten Muaro Jambi. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Wang D, C. Li, X. Song , J. Wang, X. Yang , W. Huang , J. Wang and J. Zhou. (2011). Assessment of land suitability potentials for selecting winter wheat cultivation areas in Beijing China using RS and GIS.

Gambar

Tabel  1. Luas kelas penggunaan lahan Kabupaten                   Muaro Jambi Tahun 2013
Tabel 2.  Distribusi luas ketersediaan lahan yang dapat dikembangkan untuk tanaman pangan per kecamatan  di Kabupaten  Muaro Jambi
Tabel  4.  Proyeksi kebutuhan pangan dan lahan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2021 dan 2031
Gambar 2. Peta Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi.

Referensi

Dokumen terkait

3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 1 ayat (1) dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan

Pada akhirnya, Lembaga Pendidikan Kesenian Perempuan berbasis seni diharapkan mampu mengakomodasikan perempuan mencipta karya seni yang cerdas, kreatif, dan merdeka,

Sehingga untuk data kejadian kanker payudara di kota Makassar tahun 2011 terhadap umur dapat diasumsikan memenuhi bentuk regresi logistik biner dengan menggunakan

 Saling tukar informasi tentang materi tujuan dan esensi karya ilmiah dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan

t hitung sebesar -1.693 dan t tabel ±1,650 t hitung &lt; t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak memoderasi pengaruh antara tekanan keuangan

Superkapasitor merupakan alat penyimpan energi yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan baterai dan kapasitor konvensional, diantaranya adalah waktu

Untuk hasil uji simultan, hipotesis menunjukkan bahwa bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, empati dan jaminan juga secara bersama-sama memiliki pengaruh

Penyejuk udara, pendingin ruangan, pengkondisi udara, penyaman udara, erkon, atau AC ( air conditioner ) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara