• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : Kompensasi, Risiko Murni, Analisis Jabatan, Penilaian Risiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : Kompensasi, Risiko Murni, Analisis Jabatan, Penilaian Risiko"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN SISTEM KOMPENSASI BERDASARKAN ANALISIS RISIKO

BAGI PETUGAS OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH DI TPS DAN TPA

SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SURABAYA

Hendra Sidharta, Maria Anityasari, Naning Aranti Wessiani

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: hendra_sidharta@yahoo.com ; maria@ie.its.ac.id ; wessiani@ie.its.ac.id ABSTRAK

Proses distribusi dan pengolahan sampah yang berada di bawah penanganan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya hingga saat ini masih mengandalkan tenaga manusia. Padahal, pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan distribusi dan pengelolaan sampah tersebut memiliki risiko murni yang sangat membahayakan bagi operator yang melakukannya. Risiko murni ini sendiri merupakan bentuk risiko yang muncul dari pekerjaan yang dilakukan oleh operator, meskipun proses pelaksanaannya telah memenuhi standar prosedur dan keselamatan kerja yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu sistem kompensasi atas dampak negatif dari risiko murni yang selama ini diterima oleh para operator tersebut ketika menjalankan tugasnya.

Obyek dalam penelitian ini adalah para pegawai operasional yang ada di tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Surabaya. Tahap awal penelitian ini diawali dengan analisis jabatan untuk memperoleh informasi mengenai deskripsi pekerjaan. Selanjutnya, informasi mengenai deskripsi pekerjaan ini digunakan untuk menjabarkan risiko-risiko kerja yang mungkin terjadi. Hasil penjabaran risiko-risiko kerja ini kemudian digunakan dalam penilaian risiko. Setelah melalui proses tersebut, pada tahap selanjutnya dilakukan perhitungan besar kompensasi selama periode pengamatan (10 tahun). Nilai kompensasi yang didapatkan tersebut akan dihitung nilai tahunannya dengan mempertimbangkan time value of money hingga didapatkan nilai kompensasi per pekerjaan yang diamati. Kompensasi per tahun ini akan diberikan dalam periode bulanan sesuai dengan sistem pemberian gaji saat ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi yang diterima oleh setiap pekerjaan berbeda-beda sesuai dengan profil risiko yang dimilikinya. Hasil justifikasi responden sangat mempengaruhi penilaian risiko maupun hasil akhir perhitungan kompensasi yang dilakukan. Kata kunci : Kompensasi, Risiko Murni, Analisis Jabatan, Penilaian Risiko

ABSTRACT

Waste treatment and distribution in Surabaya handled by Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya has been done manually by human as operator up to now. In fact, this kind of job could danger its operators because of the risks which is intrinsictly tied on it (theoritically, we called it as pure risk of job). This kind of risks are the type of risk which still pop-up although the operators are protected by SOP (standard operational procedure) or any kind of work self-protector facilities. Thus, there must be exist a system which could compensate them from any negative impact of those pure risks which has been received up to now.

Objects in this research are the operational staff which are placed at either temporary or final disposal site in Surabaya. This research is begin with job anlysis activity to get informations about deskripsi pekerjaans. Then, this kind of informations are used to generate any possible pure risk that may occur. The result of this risk generation activity will be used in risk assessment process. When this process is completely conducted, in the next step, compensation based on risk analysis will be designed and computed in the next time windows of 10 years. The compensation result will be calculated it annual equivalent value by considering time value of money for each object observed. This annual compensation will be given in every month period based on existing salary payment system.

Research result showed that compensation which is received for each object is different each other based on its own risk profile. Respondent justification affect risk assessment and final compensation calculating result significantly.

(2)

Keywords: Compensation, Pure Risk, Job Analysis, Risk Assessment

1. Pendahuluan

Sebagai salah satu kota besar yang ada di Indonesia, sampah merupakan salah satu permasalahan yang sudah tidak asing lagi. Sampah yang ada di kota besar memiliki volume tahunan yang lebih besar karena dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang dimilikinya. Belum lagi adanya pengaruh budaya konsumtif yang semakin memperbesar volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dari kota tersebut.

Saat ini, masyarakat Surabaya sendiri masih mengandalkan tenaga manusia dalam porsi yang cukup besar untuk melakukan penanganan sampahnya, seperti pendistribusian maupun pengelolaan sampah. Masih belum ada fasilitas khusus yang mampu menggantikan peranan tenaga manusia dalam melakukan penanganan sampah yang ada di Surabaya. Padahal, hasil dekomposisi sampah menunjukkan beberapa kandungan kimia, baik yang tercampur dalam gas, tanah, maupun air yang berada di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang berbahaya bila mengalami kontak langsung dengan manusia. Sebagai contohnya, gas metana (CH4) hasil dekomposisi sampah yang berbaur dengan udara sekitar dapat menggantikan fungsi oksigen yang ada di dalam tubuh ketika dihirup oleh manusia secara terus-menerus. Apabila hal ini terjadi, maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan berupa sakit kepala yang parah, dehidrasi yang sangat cepat, bahkan kematian. Beberapa gejala ringan yang dapat dialami oleh orang yang menghirup gas metana hasil dekomposisi sampah dalam porsi sedikit namun sering adalah meningkatnya frekuensi detak jantung yang dapat menyebabkan sensasi tidak nyaman, flu, kegelisahan pikiran, hingga kelesuan pada badan. Sedangkan dalam kondisi yang ekstrim, apabila orang tersebut menghirup gas metana (CH4) terlalu banyak, maka dapat mengganggu sistem pernafasannya. Ketika hal ini terjadi, maka orang tersebut akan membutuhkan bantuan suplai oksigen khusus dan juga harus memanfaatkan infus agar tubuh tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut. Apabila hal ini dibiarkan, maka orang tersebut akan berpeluang besar mengalami kematian. Satu-satunya cara agar korban dapat lolos dari

kematian setelah mengalami keracunan gas metana adalah dengan dilarikan ke rumah sakit demi mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin (Satalkar, n.d.). Sedangkan keberadaan fasilitas-fasilitas pendukung kerja yang terkait dengan alat pelindung diri (APD) yang ada saat ini masih belum mampu untuk melindungi para pegawai operasional pengelolaan sampah tersebut dari risiko-risiko muni atas pekerjaan yang dilakukannya. Berdasarkan fakta tersebut, maka dapat dibayangkan seberapa buruk dan berisikokah kondisi medan kerja dari para pegawai operasional yang setiap hari terpaksa harus menghirup gas metana (CH4) hasil dekomposisi sampah sebagai bentuk risiko murni dari pekerjaan yang harus dijalaninya.

Sayangnya, hingga saat ini masih belum ada bentuk kompensasi atas risiko pekerjaan yang dialami oleh para pegawai operasional pengelolaan sampah di TPS maupun TPA sampah Surabaya tersebut. Adanya kompensasi atas risiko murni ini merupakan hal yang sangat penting demi mengganti dampak negatif yang selama ini telah diterima mereka sebagai risiko-risiko murni dari pekerjaannya. Selain itu, dengan merancang sebuah sistem kompensasi yang berbasis pada pertimbangan risiko ini juga akan meningkatkan semangat kerja dari para pegawai tersebut, sehingga dapat berdampak positif pada kualitas kinerja yang dihasilkannya. 2. Metodologi Penelitian

Pada tahap identifikasi dan perumusan masalah ini terdiri atas tahap identifikasi permasalahan, perumusan masalah, penetapan tujuan dan manfaat penelitian, serta observasi atau survey langsung di lapangan dan studi bahan pustaka/literatur. Pada identifikasi permasalahan dilakukan peninjauan awal terhadap kondisi obyek penelitian serta pengidentifikasian permasalahan yang ada pada obyek penelitian. Identifikasi permasalahan merupakan tahap awal yang menjadi dasar pelaksanaan penelitian. Dari tahap ini, nantinya dapat diidentifikasikan sebab-sebab munculnya permasalahan yang dihadapi oleh user (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya). Setelah dilakukan pengidentifikasian permasalahan, kemudian dilakukan penetapan rumusan masalah atas apa yang dihadapi oleh obyek penelitian dan juga dilakukan penetapan

(3)

tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan. Untuk survey lapan

literatur, dilakukan observasi ke lokasi user dan juga obyek penelitian, kemudian dilakukan analisis kondisi dari obyek penelitian. Sedangkan studi literatur dilakukan sebagai bekal dalam perancangan kuesioner yang sesuai serta pelaksanaan analisis lebih lanjut.

Pada tahap pengumpulan dan pengolahan data, dijelaskan mengenai teknik

mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh user. Data-data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh d

obyek amatan secara langsung, dimana dalam penelitian ini dipergunakan metode pengamatan langsung (etnografi) serta kuesioner terbuka. Pada tahap awal akan dilakukan penyebaran kuesioner yang terkait dengan deskripsi pekerjaan, kemudian kuesioner

dengan severity dampak dari risiko murni pekerjaan, dan yang terakhir adalah kuesioner untuk penentuan probabilitas (rasio hari kerja hilang dan hari kerja available). Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapatkan dari pihak lain, dimana dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang berasal dari laporan-laporan yang dimiliki oleh dinas dan instansi yang terkait dengan obyek penelitian, serta hasil penelusuran di media elektronik.

Tahap analisis dilakukan untuk menguraikan hasil yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Hasil dari analisis

dimasukkan dalam simpulan penelitian dan saran untuk penelitian lanjutan.

3. Hasil dan Pembahasan

Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya sendiri merupakan bagian kecil dari struktur pemerintahan kota Surabaya

misi Dinas Kebersihan dan Pertaman Kota Surabaya tahun 2010, adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri berbasis komunitas.

2. Meningkatkan kualitas pelay kebersihan kota.

3. Meningkatkan peran serta swasta dalam pengelolaan kebersihan.

4. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan kebersihan.

tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan. Untuk survey lapangan dan studi literatur, dilakukan observasi ke lokasi user dan juga obyek penelitian, kemudian dilakukan analisis kondisi dari obyek penelitian. Sedangkan studi literatur dilakukan sebagai bekal dalam perancangan kuesioner yang sesuai

alisis lebih lanjut.

pengumpulan dan pengolahan dijelaskan mengenai teknik-teknik dalam data yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil obyek amatan secara langsung, dimana dalam penelitian ini dipergunakan metode pengamatan langsung (etnografi) serta kuesioner terbuka. Pada tahap awal akan dilakukan penyebaran kuesioner yang terkait dengan deskripsi pekerjaan, kemudian kuesioner yang terkait dampak dari risiko murni pekerjaan, dan yang terakhir adalah kuesioner untuk penentuan probabilitas (rasio hari kerja ). Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapatkan dari mana dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang berasal dari laporan yang dimiliki oleh dinas-dinas dan instansi yang terkait dengan obyek penelitian, serta hasil penelusuran di media dilakukan untuk sil yang diperoleh dari tahap analisis kemudian dimasukkan dalam simpulan penelitian dan

Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya sendiri merupakan bagian kecil dari pemerintahan kota Surabaya. Adapun misi Dinas Kebersihan dan Pertaman Kota Surabaya tahun 2010, adalah sebagai berikut :

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri Meningkatkan kualitas pelayanan Meningkatkan peran serta swasta dalam Meningkatkan sarana dan prasarana

5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas taman kota, jalur hijau, lapangan olahraga, dekorasi kota, penghijauan, dan permakaman.

6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penerangan jalan umum dan taman.

7. Meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam penghijauan, pengembangan pertamanan, keindahan kota, dan penerangan jalan umum.

8. Meningkatkan kualitas

pelayanan di bidang kebersihan dan pertamanan Adapun tugas pokok dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya adalah melaksanakan kewenangan daerah di bidang kebersihan dan pertamanan serta melaksanakan tugas pemantauan yang diberikan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Provinsi.

.

3.1 Pemetaan Proses Bisnis

berikut ini akan ditampilkan gambaran proses bisnis dari sistem distribusi dan penanganan sampah yang ada di Surabaya

Gambar 3.1 Proses bisnis terkait obyek penelitian Tabel 3.1 Penjelasan kode petugas yang merupakan

obyek amatan penelitian

Kode

Petugas Penjelasan Kode

1 Supir/pengemudi truk pengangkut sampah

2 Pembantu supir/pengemudi truk pengangkut sampah

3 Petugas penjaga DEPO 4 Petugas penjaga portal 5 Petugas timbang 6 Operator alat berat (

shovel)

7 Petugas penyapuan di TPA 8 Petugas saluran

9 Petugas IPAL 10 Petugas lapangan 11 Petugas komposting

Meningkatkan kualitas dan kuantitas taman kota, jalur hijau, lapangan olahraga,

n, dan permakaman. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penerangan jalan umum dan taman.

Meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam penghijauan, pengembangan pertamanan, keindahan kota, dan Meningkatkan kualitas SDM dan pelayanan di bidang kebersihan dan pertamanan.

Adapun tugas pokok dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya adalah melaksanakan kewenangan daerah di bidang kebersihan dan pertamanan serta melaksanakan tugas pemantauan yang diberikan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Provinsi.

Bisnis

berikut ini akan ditampilkan gambaran proses bisnis dari sistem distribusi dan penanganan sampah yang ada di Surabaya:

Proses bisnis terkait obyek penelitian Penjelasan kode petugas yang merupakan

obyek amatan penelitian

Penjelasan Kode

Supir/pengemudi truk pengangkut Pembantu supir/pengemudi truk pengangkut sampah

Petugas penjaga DEPO penjaga portal

Operator alat berat (escavator dan Petugas penyapuan di TPA

(4)

3.2 Identifikasi Risiko Murni Melalui Analisis Pekerjaan

Proses identifikasi risiko murni pada penelitian ini memanfaatkan hasil observasi lapangan secara langsung dan juga kuesioner sebagai betuk verifikasi dan validasi. Hasil observasi lapangan ini didokumentasikan secara visual melalui video dan juga foto. Berikut ini adalah salah satu contoh hasil penjabaran risiko murni pekerjaan dari salah satu obyek amatan dalam penelitian :

Tabel 3.2 Estimasi jenis paparan risiko murni pekerjaan yang mungkin dialami oleh supir/pengemudi truk pengangkut sampah

No. Jenis Paparan Risiko Murni Pekerjaan

1 Terpapar CO (Karbon Monoksida) 2 Terpapar H2S

3 Terpapar SO2

4 Terpapar Pb (Timbal) 5 Terpapar CH4 (Metana) 6 Terpapar Debu (Silica Bebas)

7 Terpapar Vibrasi/getaran seluruh tubuh akibat penggunaan fasilitas kerja 8 Terpapar Golongan Bakteri 9 Terpapar Golongan Parasit 10 Terpapar Golongan Virus 11 Terpapar Golongan Cacing

Masing-masing risiko murni pekerjaan tersebut kemudian dijabarkan dampak negatifnya bagi kesehatan petugas. Setelah mengetahui dampak-dampak yang diakibatkan, selanjutnya dilakukan peniulaian severity dampak melalui penilaian pure severity dan pure likelihood dari paparan risiko murni yang terjadi. Berikut ini adalah deskripsi operasional dan diagram yang digunakan untuk mengkonversikan nilai pure severity dan pure likelihood menjadi severity dampak :

Tabel 3.3 Deskripsi operasional (DO) pure severity risiko murni pekerjaan

Level

Interpretasi Level Bahaya

(Severity)

Penjelasan Bahaya (Severity) secara teknis

1

Paparan risiko dapat diabaikan

Dampak paparan risiko hampir tidak terasa/dapat diabaikan dan tidak muncul gejala

2

Tingkat paparan risiko rendah

Dampak paparan risiko hampir tidak terasa terasa, namun muncul gejala ringan 3

Tingkat paparan risiko sedang

Dampak paparan risiko cukup terasa dan muncul gejala ringan

Level

Interpretasi Level Bahaya

(Severity)

Penjelasan Bahaya (Severity) secara teknis

4

Tingkat paparan risiko tinggi

Dampak paparan risiko cukup terasa dan muncul gejala berat

5

Tingkat paparan risiko ekstrim (sangat tinggi)

Dampak paparan risiko sangat terasa dan muncul gejala sangat berat

Tabel 3.4 Deskripsi operasional (DO) pure likelihood risiko murni pekerjaan

Level Interpretasi Level Keseringan (Likelihood) Penjelasan Keseringan (Likelihood) secara teknis

1

Paparan sangat jarang terjadi

Dampak paparan hampir tidak muncul dalam 1 minggu 2 Paparan

jarang terjadi

Dampak paparan muncul 1 - 2 hari dalam 1 minggu

3

Paparan mungkin terjadi

Dampak paparan muncul 3 - 4 hari dalam 1 minggu 4

Paparan mungkin sekali terjadi

Dampak paparan muncul 5 - 6 hari dalam 1 minggu 5

Paparan hampir pasti terjadi

Dampak paparan muncul/terjadi setiap hari dalam 1 minggu

Gambar 3.2 Diagram hubungan antara pure severity dan pure likelihood

Sumber : Sulaksmono (2011) Tabel 3.5 Deskripsi operasional (DO) severity

dampak risiko murni pekerjaan Sumber : Sulaksmono (2011) Level Severity Dampak Warna Daerah dalam Diagram Interpretasi Level Severity Dampak 1 Hijau Acceptable risk

2 Kuning Intermediate risk (analysis

may be required)

(5)

Berikut ini adalah salah satu contoh hasil pengkonversian untuk obyek amatan supir/pengemudi ttruk pengangkut sampah :

Tabel 3.6 Hasil justifikasi pure severity dan pure

likelihood untuk pekerjaan supir/pengemudi truk

pengangkut sampah

Selanjutnya, dampak-dampak yang sama akan dikelompokkan menjadi satu untuk penentuan bobot dampak tertinggi yang akan dikompensasikan sebagai berikut :

Kemudian, setelah didapatkan bobot “severity” untuk semua dampak per pekerjaan, maka selanjutnya dilakukan pe-ranking-an untuk mendapatkan dampak-dampak yang akan dihitung nilai kompensasinya. Dampak-dampak yang menghasilkan nilai akumulasi (bobot “severity”) sebesar 6 atau lebih akan dimasukkan ke dalam perhitungan kompensasi pada subbab selanjutnya (akumulasi severety dampak yang tergolong ke dalam kategori high dan very high severity impact). Sedangkan dampak-dampak atau penyakit yang menghasilkan nilai 5 atau kurang dari 5 tidak akan diikutsertakan dalam perhitungan kompensasi (akumulasi severety dampak yang tergolong ke dalam kategori low dan mwdium severity impact). Berikut ini adalah peta penentuan batas penerimaan dampak atau penyakit yang akan dikompensasikan :

Gambar 3.3 Batas penerimaan dampak yang akan dikompensasikan

Berikut ini adalah contoh hasil penentuan dampak dengan bobot “severity tertinggi yang akan dikompensasikan :

Tabel 3.7 Dampak atau penyakit dengan bobot “severity” terbesar untuk pekerjaan supir/pengemudi

truk pengangkut sampah

No. Gejala Fisik atau Dampak Negatif Bagi Pekerja

1 Sakit Kepala 2 Diare (diarrhoea)

3.3 Perhitungan Probabilitas (Rasio Jumlah Hari Hilang dan Available)

Setelah dilakukan pengkonversian tingkat severity dampak, selanjutnya dilakukan perhitungan rasio jumlah hari hilang dengan hari available. Hari hilang merupakan jumlah hari kerja yang hilang akibat satu atau lebih petugas atau operator yang diamati tidak masuk kerja dalam periode 10 tahun. Sebagai contoh, apabila pekerjaan petugas penjaga portal ditangani oleh 10 orang, sedangkan selama 10 tahun terakhir, 7 orang diantaranya mengalami dampak berupa sesak nafas hingga menyebabkan masing-masingnya tidak masuk kerja setiap 2 hari dalam sebulan, maka total hari (7 orang x 2 hari/orang = 14 hari) inilah yang disebut dengan jumlah hari hilang. Rasio jumlah hari hilang sendiri merupakan perbandingan antara jumlah hari hilang dengan jumlah hari available. Jumlah hari available merupakan hasil perkalian antara jumlah petugas keseluruhan dikali dengan hari kerja nyata per tahun. Sebagai contohnya, untuk pekerjaan yang sama, apabila jumlah hari kerja per tahunnya adalah 365 hari/tahun dan pengamatan dilakukan dalam periode 10 tahun, maka jumlah hari available dapat dihitung sebagai berikut :

Sehingga, rasio jumlah hari hilang dan available (R) untuk dampak berupa penyakit sesak nafas adalah :

0

3

6

9

12

Dikompensasikan Tidak

Dikompensasikan

Akumulasi Nilai Severity Dampak

Low Severity Impact Medium Severity Impact High Severity Impact Very High Severity Impact

10 orang x 365 hari/orang/tahun x 10 tahun = 36.500 hari

14

(6)

Sebagai tambahan, dampak-dampak atau penyakit yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja akan menyebabkan nilai probabilitasnya menjadi nol. Dengan kata lain, dampak-dampak atau penyakit tersebut tidak akan dikompensasikan.

3.4 Penentuan Frekuensi Maksimal

Kejadian Dampak dan Kategori Biaya Rawat

Tabel INA DRG yang digunakan sebagai acuan dalam penetapan biaya perawatan terdiri atas dua jenis, yaitu rawat inap dan rawat jalan.

Beberapa dampak dihitung dengan

menggunakan tabel INA DRG untuk rawat jalan, sedangkan yang lainnya menggunakan Tabel INA DRG untuk rawat inap. Penentuan ini didasarkan pada frekuensi rata-rata munculnya setiap dampak atau penyakit yang diamati. Selain itu, untuk keperluan perhitungan kompensasi, diperlukan juga penetapan frekuensi maksimal terjadinya suatu dampak. Nilai ini nantinya akan menjadi salah satu faktor pengali dalam persamaan untuk menghitung nilai kompensasi. Berikut ini adalah hasil pembagiannya :

Tabel 3.8 Pengkategorian jenis dampak Sumber : Sulaksmono, 2011 No. Gejala Fisik atau Dampak Negatif Bagi Pekerja Frekuensi Maksimal Kejadian (per pekerja per periode tertentu) Frekuensi Maksimal Kejadian dalam 10 Tahun (per pekerja)

1 Sakit kepala 1 kali dalam 1 bulan 120 2 Diare

(diarrhoea) 1 kali dalam 1 bulan 120

3 Mual 1 kali dalam 1 bulan 120

4 Dada terasa

sakit 1 kali dalam 6 bulan 20

5 Kehilangan kesadaran disertai kejang-kejang

1 kali dalam 6 bulan 20

6 Pingsan atau

collapse 1 kali dalam 6 bulan 20

7 Demam 1 kali dalam 3 bulan 40

8 Kelumpuhan syaraf pembau (kadar tinggi)

1 kali dalam 1 tahun 10

9 Radang

paru-paru 1 kali dalam 1 tahun 10 10 Kelelahan 1 kali dalam 1 bulan 120

No. Gejala Fisik atau Dampak Negatif Bagi Pekerja Frekuensi Maksimal Kejadian (per pekerja per periode tertentu) Frekuensi Maksimal Kejadian dalam 10 Tahun (per pekerja)

11 Batuk 1 kali dalam 1 bulan 120 12 Sesak napas 1 kali dalam 6 bulan 20

3.5 Penentuan Besar Biaya Perawatan per Kategori Dampak

Tabel INA DRG yang digunakan sebagai acuan dalam penetapan biaya perawatan terdiri atas dua jenis, yaitu rawat inap dan rawat jalan. Tabel INA DRG berisi konfirmasi mengenai pengelompokan penyakit/diagnosis versi Indonesia (Rivany, 2008). Berikut ini adalah besarnya biaya perawatan untuk semua jenis dampak :

Tabel 3.9 Biaya rawat inap Sumber : Thinni, Tabel INA DRG, n.d.

No Gejala Fisik atau Dampak Negatif Bagi Pekerja ALOS (hari) Tarif Pengobatan per ALOS (Rawat Inap) Total Biaya Pengobatan 1 Sakit kepala 4 Rp761,944.00 Rp3,047,776.00 2 Diare (diarrhoea) 6 Rp1,273,328.00 Rp7,639,968.00 3 Mual 4 Rp770,876.00 Rp3,083,504.00 4 Dada terasa sakit 4 Rp761,944.00 Rp3,047,776.00 5 Kehilangan kesadaran disertai kejang-kejang 4 Rp761,944.00 Rp3,047,776.00 6 Pingsan atau collapse 4 Rp761,944.00 Rp3,047,776.00 7 Demam 4 Rp761,944.00 Rp3,047,776.00 8 Kelumpuha n syaraf pembau (kadar tinggi) 4 Rp761,944.00 Rp3,047,776.00 9 Radang paru-paru 6 Rp1,228,034.00 Rp7,368,204.00 10 Kelelahan 4 Rp761,944.00 Rp3,047,776.00 11 Batuk 4 Rp761,944.00 Rp3,047,776.00 12 Sesak napas 4 Rp761,944.00 Rp3,047,776.00

(7)

Tabel 3.10 Biaya rawat jalan Sumber : Thinni, Tabel INA DRG, n.d.

No Gejala Fisik atau Dampak Negatif Bagi Pekerja ALOS (hari) Tarif Pengobatan per ALOS (Rawat Jalan) Total Biaya Pengobatan 1 Sakit Kepala 1 Rp65,245.00 Rp65,245.00 2 Diare (diarrhoea) 1 Rp62,061.00 Rp62,061.00 3 Mual 1 Rp65,245.00 Rp65,245.00 4 Dada terasa sakit 1 Rp65,245.00 Rp65,245.00 5 Kehilangan kesadaran disertai kejang-kejang 1 Rp65,245.00 Rp65,245.00 6 Pingsan atau collapse 1 Rp65,245.00 Rp65,245.00 7 Demam 1 Rp65,245.00 Rp65,245.00 8 Kelumpuhan syaraf pembau (kadar tinggi) 1 Rp65,245.00 Rp65,245.00 9 Radang paru-paru 1 Rp62,061.00 Rp62,061.00 10 Kelelahan 1 Rp65,245.00 Rp65,245.00 11 Batuk 1 Rp65,245.00 Rp65,245.00 12 Sesak napas 1 Rp65,245.00 Rp65,245.00 3.6 Perhitungan Kompensasi per Pekerjaan

Perhitungan kompensasi dilakukan dengan mengikuti persamaan berikut :

Dimana :

C = Probabilitas atau rasio antara jumlah hari kerja yang hilang (hari hilang) dengan jumlah hari kerja yang available (hari available)

D = Biaya perawatan per sekali terjadinya dampak per orang sesuai kategori dampak (Rp/orang)

E = Frekuensi maksimal kejadian dalam 10 Tahun

F = ALOS (Average Length of Stay), menunjukkan rata-rata lamanya seseorang menjalani rawat inap. Apabila bernilai 1, maka nilai ini menunjukkan bahwa dampak yang diamati termasuk ke dalam kategori dampak yang membutuhkan rawat jalan (Hari)

G = Biaya rawat inap untuk penyakit yang membutuhkan rawat jalan dan rawat inap dalam periode 10 tahun (Rp/hari)

H = Nilai kompensasi per dampak per pekerjaan yang terjadi (Rp/orang/10 tahun)

Biaya rawat inap untuk penyakit yang hanya membutuhkan rawat jalan menunjukkan bahwa penyakit-penyakit atau dampak yang memiliki frekuensi maksimal kemunculan lebihm dari 1 kali dalam satu tahun sekali, maka setiap 10 tahun sekali akan menjalani rawat inap (ditunjukkan oleh kolom G pada Tabel 5.58 hingga 5.66). Sehingga, biaya rawat inap ini ditambahkan pada hasil akhir perkalian antara faktor C, D, E, dan F. Hasil penjumlahan akhir dari setiap dampak yang ada akan menjadi nilai kompensasi yang diberikan untuk setiap pekerja dalam periode 10 tahun (kolom H).

Nilai kompensasi yang didapatkan ini merupakan nilai sekarang (present value atau PV). Oleh karena sistem penggajian yang berlaku adalah per bulan, maka PV ini perlu diekivalensikan ke dalam nilai kompensasi tahunan (annual equivalent atau AE). Adapun contoh hasil perhitungan dari setiap dampak untuk pekerjaan supir/pengemudi truk pengangkut sampah adalah sebagai berikut :

Tabel 3.11 Besar kompensasi risiko murni pekerjaan yang diberikan kepada supir/pengemudi truk

pengangkut sampah

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui besarnya kompensasi berdasarkan analisis risiko murni untuk masing-masing pekerjaan sebagai berikut :

Tabel 3.12 Besar kompensasi risiko murni pekerjaan yang diberikan kepada setiap pekerja atau operator

per pekerjaan per bulan

No. Jenis Pekerjaan

Besarnya kompensasi yang Diterima per pekerja per bulan 1 Supir/pengemudi truk pengangkut sampah Rp126,837.96 H = (C x D x E x F) + G

(8)

No. Jenis Pekerjaan Besarnya kompensasi yang Diterima per pekerja per bulan 2 Pembantu supir/pengemudi

truk pengangkut sampah Rp167,202.68 3 Petugas penjaga portal Rp363,340.29 4 Operator alat berat Rp423,110.49 5 Petugas penyapuan di TPA Rp318,642.52

6 Petugas saluran Rp319,913.51

7 Petugas IPAL Rp289,541.70

8 Petugas lapangan Rp395,395.03

9 Petugas komposting Rp283,415.69 3.7 Analisis Profil Risiko Murni

Dari hasil penjabaran risiko pada Subbab 5.1, dapat diketahui bahwa setiap jenis pekerjaan yang diamati memiliki profil risiko yang berbeda-beda. Terdapat jenis pekerjaan yang memiliki bentuk risiko murni yang banyak di dalam profilnya (9 hingga 13 paparan risiko murni), ada pula yang hanya memiliki sedikit risiko murni dalam profilnya (hanya 6 paparan risiko murni). Namun, ada pula pekerjaan yang tidak memiliki risiko murni sama sekali di dalam profil risiko pekerjaannya, yaitu petugas timbang. Pekerjaan ini tidak memiliki profil risiko murni pekerjaan sama sekali karena secara keseluruhan, pekerjaan ini telah dilakukan di dalam kondisi lingkungan kerja yang secara signifikan lebih nyaman dan higienis, sehingga dapat melindungi pekerja dari bentuk paparan yang terkait dengan aspek biologi dan fisik. Selain itu, pekerjaan ini dilakukan di dalam ruangan tertutup (kantor), sehingga dapat pula mengurangi risiko-risiko yang sifatnya berupa paparan gas dan bau (aspek kimia), seperti CO, H2S, CH4, dan juga debu (silica bebas) secara signifikan.

Berbanding terbalik dengan kondisi yang dialami oleh petugas timbang, jenis pekerjaan yang lainnya memiliki profil risiko murni pekerjaan dengan jenis paparan risiko murni yang relatif banyak karena semuanya dilakukan di lingkungan terbuka. Pada dasarnya, profil risiko dari pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di lingkungan terbuka memiliki kemiripan satu sama lain. Hal yang membedakan antara profil risiko murni pekerjaan yang satu dengan yang lainnya untuk pekerjaan yang dilakukan dilakukan di lapangan terbuka adalah lebih kepada sumber munculnya risiko murni. Sebagai contoh, jenis pekerjaan yang dilakukan

menggunakan ataupun dekat dengan fasilitas bermotor yang mengeluarkan gas buang, maka pada profil risikonya akan memunculkan paparan logam Pb. Sedangkan bila fasilitas bermotor tersebut menggunakan bahan bakar berupa solar, maka akan muncul pula risiko untuk terapar gas SO2. Selain paparan risiko yang terkait dengan aspek kimia, paparan yang bersifat fisik juga lebih dipengaruhi oleh penggunaan fasilitas kerja yang ada. Sebagai contohnya, pekerjaan yang menggunakan fasilitas berupa kendaraan bermotor (dalam penelitian ini, fasilitas yang dimaksud adalah kendaraan bermotor, baik truk pengangkut sampah, escavator, maupun shovel), maka pekerja yang dimaksud akan berisiko untuk terpapar vibrasi atau getaran yang berasal dari fasilitas tersebut. Apabila fasilitas tersebut juga mengeluarkan bunyi yang relatif keras dan konstan, maka ada kemungkinan pula bahwa pekerja yang menggunakan ataupun dekat dengan fasilitas kerja yang dimaksud untuk mengalami paparan noise (bunyi).

Hasil observasi secara langsung di lapangan juga menunjukkan sebuah behavior obyek amatan yang kurang baik. Hampir semua obyek amatan, dalam hal ini adalah para petugas yang terkait dengan proses pendistribusian dan pengelolaan sampah di TPS dan TPA Surabaya tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) yang dimilikinya selama bekerja. Pada saat dilakukannya observasi secara langsung, peneliti juga melakukan wawancara singkat terkait dengan behavior dari para petugas tersebut terkait dengan alasan mengapa mereka tidak menggunakan APD yang telah diberikan. Salah satu alasan yang paling banyak diutarakan oleh para petugas tersebut adalah tidak praktisnya APD yang ada. Para petugas merasa bahwa keberadaan APD justru memberikan rasa yang tidak nyaman bagi para petugas tersebut selama melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Sebagai contohnya, APD berupa sepatu boot seharusnya digunakan selama para petugas tersebut melaksanakan pekerjaannya dengan tujuan melindungi dan meminimalisir terjadinya risiko yang dapat muncul akibat terjadinya kontak langsung antara kaki petugas yang bersangkutan dengan sampah maupun air lindi. Namun, akibat hampir seluruh pekerjaannya dilakukan di lapangan terbuka, para petugas tersebut merasa bahwa penggunaan sepatu boot justru memberikan rasa gerah dan panas pada kaki mereka. Hal ini kemudian

(9)

memicu para petugas lapangan tersebut untuk tidak menggunakan APD yang diberikan kepadanya. Contoh lainnya adalah penggunaan masker. Para petugas, terutama yang menghabiskan hampir seluruh waktu kerjanya di lapangan TPA menganggap bahwa bau sampah sudah terlalu kuat, sedangkan penggunaan masker tidak dapat mengurangi bau yang dirasakan oleh para petugas secara signifikan. Penggunaan masker justru menghalangi petugas dalam hal bernafas secara lebih leluasa. Oleh karena itu, akhirnya para petugas tersebut tidak menggunakan maskernya. Padahal, perilaku-perilaku seperti inilah yang justru menyebabkan para petugas tersebut terpapar risiko dalam porsi yang terburuk.

.

3.8 Analisis Penilaian Tingkat Severity Dampak

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Subbab 5.2, didapatkan hasil berupa nilai severity dari masing-masing dampak yang ditimbulkan oleh paparan risiko per pekerjaan. Dari hasil penilaian tersebut, diketahui bahwa pekerjaaan petugas penjaga DEPO dijustifikasi sebagai jenis pekerjaan yang tidak memiliki nilai severity sama sekali (terbebas dari risiko murni pekerjaan) oleh responden. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ketidakpahaman responden terhadap dampak-dampak risiko murni pekerjaan yang dapat dialami oleh penjaga DEPO, sehingga responden sama sekali tidak memberikan nilai severity maupun likelihood atas risiko murninya. Hal inilah yang kemudian menyebabkan jenis pekerjaan penjaga DEPO tidak memiliki severity dampak, sehingga tidak dapat diproses lebih lanjut akibat tidak memiliki nilai risiko.

Selain itu, hasil rekapitulasi data kuesioner pure severity dan pure likelihood menunjukkan pola pengisian yang secara signifikan berbeda. Salah satunya dapat dilihat dari nilai pure likelihood yang diberikan untuk dampak-dampak yang dialami oleh jenis pekerjaan seperti yang tercantum pada Tabel 5.36 dan 5.37 (yang memiliki nilai pure likelihood yang bervariasi untuk setiap dampak yang terjadi) dengan jenis pekerjaan yang dinilai pada Tabel 5.38 hingga 5.45 (yang memiliki nilai pure likelihood sebesar 5 untuk semua jenis dampak yang ditanyakan). Salah satu penyebab terjadinya perbedaan nilai pure likelihood ini adalah akibat perbedaan responden yang mengisi kuesioner. Perbedaan responden ini

sangat mungkin memicu terjadinya perbedaan persepsi yang dimiliki saat mengisikan kuesioner, sehingga menyebabkan terjadinya pola pengisian nilai pure likelihood yang berbeda tersebut.

Kemudian, pada saat dilakukan pengkonversian kombinasi nilai pure severity dan pure likelihood menjadi severity dampak, dapat dilihat bahwa hasil pengkonversian menunjukkan hasil yang similar tehadap kasus pengisian nilai pure severity dan pure likelihood. Hasil pengkonversian untuk pekerjaan seperti yang dilakukan pada Tabel 5.46 dan 5.47 (yang memiliki nilai severity dampak yang bervariasi dari 1 hingga 3) dengan pekerjaan pada Tabel 5.48 hingga 5.56 (yang memiliki nilai severity dampak sebesar 3 untuk semua jenis dampak yang ada). Hasil penilaian ini dapat menginterpretasikan pendapat responden mengenai tingkat severity dampak yang dialami oleh jenis pekerjaan yang ditanyakan kepadanya. Responden yang menilai severity dampak pada Tabel 5.46 dan 5.47 memiliki persepsi bahwa severity dampak yang dialami oleh jenis pekerjaan yang dinilaianya bervariasi sesuai dengan pekerjaannya (pekerjaan supir/pengemudi truk pengangkut sampah dan pembantu supir/pengemudi truk pengangkut sampah). Sedangkan responden yang menilai pekerjaan lainnya memiliki persepsi bahwa tingkat bahaya (severity) dampak yang relatif sama atas pekerjaan yang dinilainya tersebut.

Hasil penilaian severity dampak yang bervariasi untuk pekerjaan yang dinilai pada Tabel 5.46 dan 5.47 mengindikasikan bahwa terdapat dampak-dampak yang memang benar-benar tergolong ke dalam acceptable effect, intermediate effect, maupun unacceptable effect (sebagaimana yang telah dijelaskan pada Tabel 5.35). Sedangkan untuk jenis pekerjaan lain yang diisi oleh responden yang berbeda menunjukkan bahwa semua bentuk dampak atas risiko murni yang muncul (pada Tabel 5.48 hingga 5.56) adalah tergolong ke dalam unacceptable effect (dampak yang membahayakan).:

3.9 Analisis Perhitungan Kompensasi Hasil perhitungan kompensasi yang dilakukan pada Subbab 5.3 menunjukkan besar kompensasi per pekerja per bulan yang berbeda antara jenis pekerjaan yang berbeda. Hal utama yang memicu terjadinya perbedaan ini adalah

(10)

profil risiko yang dimiliki oleh masing-masing pekerjaan tersebut. Pekerjaan dengan profil risiko yang banyak akan berpeluang besar untuk menyebabkan terjadinya penambahan atau peningkatan biaya kompensasi yang dihasilkan. Apabila diperhatikan, besarnya kompensasi risiko murni dari masing-masing jenis pekerjaan yang diamati berada pada rentang antara Rp126.837.96 hingga Rp423.110.49. Rentang nilai kompensasi risiko murni pekerjaan yang didapatkan ini masih dapat dikatakan normal untuk ukuran sebuah kompensasi. Sebagai perbandingannya, dalam kondisi eksisting, seorang pegawai dapat menerima kompensasi hingga mencapai Rp600.000,00, dimana kompensasi ini merupakan bentuk kompensasi yang terkait dengan masalah Penunjang Operasional Kinerja (umum) (Vivi, 2011).

Berdasarkan hasil pengolahan dan pembahasan data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang secara langsung membentuk dan mempengaruhi besar atau kecilnya nilai kompensasi yang terjadi adalah rasio jumlah hari kerja hilang dan hari kerja available, frekuensi maksimal terjadinya dampak atau penyakit per orang per periode (dalam penelitian ini telah disebutkan bahwa periode waktu yang digunakan adalah selama 10 tahun), serta besarnya biaya rawat jalan maupun rawat inap yang digunakan dalam perhitungan kompensasi. Tentunya, ketiga faktor tersebut memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda-beda apabila dilakukan simulasi lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar dampak perubahannya terhadap nilai kompensasi akhir yang dihasilkan.

Selain ketiga faktor tersebut, terdapat faktor lain yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap hasil akhir perhitungan kompensasi per pekerjaan dari obyek amatan, yaitu hasil justifikasi dari responden yang menentukan beberapa parameter, yaitu nilai pure severity dan pure likelihood dari risiko murni pekerjaan, dan juga nilai rasio jumlah hari kerja yang hilang dan yang available. Ketiga hal tersebut keseluruhannya berdasarkan hasil justifikasi dari atasan, manajer, atau kepala seksi yang dalam penelitian ini dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi yang paling akurat, mengingat hampir semua data sekunder tidak didapatkan selama penelitian berlangsung (tidak ada atau terbatasinya peneliti untuk mendapatkan akses terhadap data sekunder yang seharusnya diperlukan selama penelitian,

misalnya berupa catatan kesehatan pegawai, sistem penggajian yang menampilkan semua unsur dalam take home pay, dan sebagainya). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penelitian ini memang benar-benar begerak berdasarkan data primer yang berasal dari justifikasi dari atasan, manajer, atau kepala seksi tersebut. Kesalahan ataupun kelalaian responden dalam melakukan justifikasi akan berakibat sangat besar terhadap hasil perhitungan kompensasi yang dihasilkan dalam penelitian ini.

4. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan, pembahasan, dan analisis terhadap data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Deskripsi pekerjaan dari masing-masing jenis pekerjaan telah berhasil disusun sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Tabel 5.1 hingga 5.13.

2. Hasil penjabaran risiko telah disajikan dalam Tabel 5.14 hingga 5.23. Hasil penjabaran ini menunjukkan bahwa setiap jenis pekerjaan yang diamati memiliki profil risiko yang berbeda-beda satu sama lain.

3. Dampak-dampak risiko murni yang memiliki nilai risiko terbesar dari seluruh jenis pekerjaan yang diamati adalah :

1) Sakit kepala 2) Diare (diarrhoea) 3) Mual

4) Dada terasa sakit

5) Kehilangan kesadaran disertai kejang-kejang

6) Pingsan atau collapse 7) Demam

8) Kelumpuhan syaraf pembau (kadar tinggi)

9) Radang paru-paru 10)Kelelahan

11)Batuk 12)Sesak Nafas

4. Hasil perhitungan kompensasi yang harus diberikan per bulan bagi tiap pegawai operasional yang diamati selama 10 tahun ke depan adalah sebagai berikut :

(11)

Tabel 4.1 Hasil akhir perhitungan kompensasi No Jenis Pekerjaan Besarnya kompensasi yang Diterima per pekerja per bulan 1 Supir/pengemudi truk pengangkut sampah Rp126,837.96 2 Pembantu supir/pengemudi truk pengangkut sampah Rp167,202.68 3 Petugas penjaga portal Rp363,340.29 4 Operator alat berat Rp423,110.49 5 Petugas penyapuan di TPA Rp318,642.52 6 Petugas saluran Rp319,913.51 7 Petugas IPAL Rp289,541.70 8 Petugas lapangan Rp395,395.03 9 Petugas komposting Rp283,415.69 5. Daftar Pustaka

Rivany, R., 2008. Indonesian – Diagnosis Related Group (INA-DRG). SPHUI : Departmen Kebikana dan Analisis Kesehatan. [Online] Available at :

http://www.ina-drg-rr.net/pola_pikir.html [Accessed

January 19th 2011].

Satalkar, B., n.d. Methane Gas Exposure Symptoms, [Online] Available at : http://www.buzzle.com/articles/methane -gas-exposure-symptoms.html

[Accessed October 10th 2010].

Sulaksmono, 2011. Deskripsi Operasional (DO) Severity Dampak Risiko Murni Pekerjaan. [Note] (Personal Communication, January 10th 2011). Thinni, 2011. Tabel INA DRG. [Firefox

Documents] (Personal Communication, December 27th 2010).

Vivi, 2011. Honor DKP 2011. [Spreadsheet Ms. Excel] (Personal Communication, December 29th 2010)

Gambar

Gambar 3.1 Proses bisnis terkait obyek penelitian Tabel 3.1 Penjelasan kode petugas yang merupakan
Tabel 3.2 Estimasi jenis paparan risiko murni  pekerjaan yang mungkin dialami oleh  supir/pengemudi truk pengangkut sampah  No
Tabel 3.6 Hasil justifikasi pure severity dan pure  likelihood untuk pekerjaan supir/pengemudi truk
Tabel  INA  DRG  yang  digunakan  sebagai  acuan  dalam  penetapan  biaya  perawatan  terdiri  atas dua jenis, yaitu rawat inap dan rawat jalan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Jati Prakoso (2013) hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah tenaga kerja, modal, dan teknologi berpengaruh positif dan

Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.69/ PUU-XIII/2015 terhadap Perjanjian Perkawinan yang diatur dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa terkait

Masalah fisik yang muncul ketika seseorang mengalami stres kerja antara lain adalah masalah pada sistem kekebalan tubuh (kurangnya kemampuan tubuh untuk melawan atau

Pelepasan informasi medis dapat dicatatat atau dicopy oleh pasien atau orang tua atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk

Dari uraian diatas maka penting untuk dilakuka penelitian dengan judul hubungan pengetahuan dan mutu pelayanan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat penderita TB

Sesuai dengan rumusan masalah maka didapat sebuah kesimpulan dimana diketahui bahwa terdapat faktor-faktor dalam jaringan wireless yang dapat mempengaruhi sebuah koneksi

BPR yang telah menyampaikan Laporan Tahunan, namun penyusunan dan penyajiannya tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi kondisi keuangan

Terlepas dari pendapat peneliti, pada penulisan proposal skripsi yang merupakan salah satu kategori dari karya ilmiah, sudah seharusnya para peneliti (mahasiswa) memperhatikan