• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Pupuk Kompos Menggunakan EM4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembuatan Pupuk Kompos Menggunakan EM4"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IPA

IPA

PEMBUATAN PUPUK KOMPOS

PEMBUATAN PUPUK KOMPOS MENGGUNA

MENGGUNAKAN

KAN

EM4

EM4

(2)

KATA PENGANTAR 

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta karuniaNya  penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian yang berjudul“PembuatanPupuk Kompos

MenggunakanEM4”sesuai waktu yang telah ditentukan.

Terselesainya makalah ini tentu tak lepas dari bantuan semua pihak.Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Guru pembimbing

2. Teman-teman yang telah membantu penyelesaian makalah

Tak ada hal yang sempurna, tak ada gading yang tak retak. Begitu pula penyelesaian makalah ini tentu  belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.

Pekanbaru,3 Desember 2015

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

1.2 Latar Belakang Masalah 4

1.3 Rumusan Masalah 5

1.4 Tujuan Masalah 5

1.5 Hipotesis Masalah 5

BAB II Tinjauan Pustaka 6

A. Pengertian Pupuk Kompos 6

B. Manfaat Kompos 7

C. Mutu Kompos 7

BAB III Bahan dan Metode Kerja 9

A. Pembuatan kompos padat menggunakan kompos yang telah jadi

9

B. Pembuatan kompos padat menggunakan kultur EM4

9

C. Pembuatan kompos padat menggunakan cacing tanah

10

BAB IV Hasil dan Pembahasan 11

A. Pengujian Hipotesis 11

B. Pembahasan 11

BAB V Kesimpulan dan Saran 12

A.Kesimpulan 12

(4)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pupuk Kompos sering didefinisikan sebagai suatu proses penguraian yang terjadi secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu didalam atau wadah tempat pengomposan berlangsung.

EM4 (Effective Microorganisms 4) itu mengandung ragi, bakteri fotosintetik, jamur pengurai

selulosa Azotobacter sp.dan Lactobacillus sp. Bahan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, sekam (kulit padi), rumput, sisa tanaman kacang kacangan, serbuk gergajian ataupun pupuk kandang. Tetapi perlu diketahui bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan pokok pembuatan bokashi adalah dedak ( bekatul )karena kandungan zat gizinya sangat baik.

Beberapa lahan dan tanah pertanian pada saat ini mengalami kerusakan dan penurunan tingkat kesuburan tanah yang sangat memerlukan solusi penanganan secara efektif dan maksimal.Hal ini dapat mengakibatkan dampak yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya.Pupuk memegang  peranan yang sangat penting di dalam budidaya tanaman.Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk

memenuhi kebutuhan unsur hara dan agar dapat tumbuh serta berkembang dengan baik. Penggunaan bahan- bahan alami seperti memberikan keuntungan bagi tanah, tanaman dan lingkungan. Proses pembuatan juga

menjadi salah satu solusi masalah sampah yang semakin memerlukan penanganan yang bijaksana.

Berdasarkan kenyataan di lapangan, persediaan bahan organik pada lahan pertanian sedikit demi sedikit semakin berkurang. Jika hal tersebut tidak ditambah dan segera diperbaiki oleh petani maka

 penurunan produksi akan terjadi pada tanaman-tanaman pertanian, seperti padi, palawija dan sayuran. dan keterampilan petani dalam masalah penggunaan pupuk bokasi secara praktis di lapangan. Pemanfaatan

 bahan-bahan organik seperti yang dihasilkan dari limbah ternak telah banyak dilakukan.Limbah organik yang dihasilkan oleh ternak memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan menjadi pupuk. Pengolahan  pupuk dapat dilakukan dengan hanya menimbun limbah organik tersebut dalam tanah untuk ditunggu selama

kurang lebih tiga bulan dan kemudian menjadi, atau dapat dilakukan dengan bantuan khusus yang dapat mengubah sampah organik tersebut menjadi pupuk dalam hitungan hari.

Peningkatan produksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti pupuk

 buatan/anorganik dan pestisida. Penggunaan pupuk buatan/kimia dan pestisida saat ini oleh petani kadang kala sudah berlebihan melebihi takaran dan dosis yang dianjurkan, sehingga menggangu keseimbangan ekosistem, disamping itu tanah cendrung menjadi tandus, organisme-organisme pengurai seperti zat-zat rensik, cacing-cacing tanah menjadi habis, demikian juga binatang seperti ular pemangsa tikus, populasi menurun drastis.

Pemakaian pupuk pada waktu yang bersamaan (awal musim hujan) oleh petani, mengakibatkan sering terjadi kelangkaan pupuk di pasaran, walaupun ada harganya sangat tinggi, sehingga sebagian petani tidak sanggup membeli, akibatnya tanaman tidak dipupuk, produksi tidak optimal. Perlu ada trobosan untuk mengatasi hal tersebut, salah satu diantaranya adalah pembuatan pupuk organik (kompos).

(5)

Bahan pembuatan pupuk organik atau lebih dikenal dengan kompos memanfatkan limbah pertanian, seperti jerami, daun-daunan, rumput, pupuk kandang, serbuk gergaji, bahan tersebut mudah didapat dan tersedia dilahan pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah nya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh EM4 dalam meguraikan sampah organik?

1.3 Tujuan Masalah

1. Memahami cara pembuatan kompos padat dengan menggunakan kurtur EM4 1.4 Hipotesis Masalah

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN PUPUK KOMPOS

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah  proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang

memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol  proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan

yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik  sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluru hpasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besar95%-nya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat  potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan

kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005). Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut.

Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara  aerobik maupunanaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI

(Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos

(vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.

Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh  mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.

Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifa tkimia, fisika dan biologi tanah-tanah, sehingga  produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan

untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.

(7)

Bahan baku pengomposan adalah semua material orgaengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri  pertanian. Berikut disajikan bahan- bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.

B. MANFAAT KOMPOS

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang  bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu

tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: Aspek Ekonomi :

1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah

3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan :

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah

2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Aspek bagi tanah/tanaman:

1. Meningkatkan kesuburan tanah

2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

(8)

3. Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut : a. Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,

 b. Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,

c. Nisbah C/N sebesar 10 –  20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya, d. Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,

e. Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan f. Tidak berbau.

(9)

BAB III

BAHAN DAN METODE

A. PEMBUATAN KOMPOS PADAT MENGGUNAKAN KOMPOS YANG TELAH JADI Alat dan Bahan:

1. Sampah organk yang mudah busuk (misalnya sayuran, daun dan ranting kering, serta kotoran ternak) 2. Pupuk kompos yang telah jadi, dapat dibeli di penjual taman

3. Ember atau deterjen berpenutup yang telah diberi lubang disisnya dan di bagian bawahanya Cara Kerja:

1. Masukkan sampah organic yang telah dicacah kecil-kecil ke dalam ember atau jerigen.

2. Campurkan kompos yang telah jadi ke dalam sampah organic, banyaknya sama dengan sampah organiknya (1:1). Pembuatan kompos bisa dilakukan sekaligus (sampah dan kompos dicampur menjadi satu atau

selapis demi selapis, misalnya setiap 2 hari ditambah dengan sampah baru. 3. Aduk campuran kompos dan sampah setiap 5-7 hari

4. Pengomposan selesai jika campuran menjadi coklat kehitaman dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraik an sampah organic, sehingga suhu sekitar 40’C. minggu ke -5 dan ke-6, suhu kembali normal, yang menandakan sampah telah terurai dan menjadi kompos.

5. Kompos yang dihasilkan jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang masih kasar. Kompos yang kasar dicampurkan kembali kedalam tempat pengomposan untuk digunakan sebagai activator.

B. PEMBUATAN KOMPOS PADAT DENGAN MENGGUNAKAN KULTUR EM4 Alat dan Bahan:

1. Sampah organik yang telah dicacah kecil-kecil 2. Larutan EM4 (±500 mL)

3. Gula pasir (±250 gr) 4. Air bersih (±1000 mL)

(10)

4. Setiap 2-3 haari sekali, aduk campuran sampah dalam jerigen.

5. Setelah 3 minggu sampai 1 bulan, kompos biasanya sudah jadi. Kompos dapat diayak untuk mendapatakan kompos yang telah halus, sementara bahan yang masih kasar dikomposkan kembali.

C. PEMBUATAN KOMOS PADAT MENGGUNAKAN CACING TANAH Alat dan Bahan:

1. Cacing tanah 2. Sampah organic 3. Kapur tembok

4. Wadah (ember atau jerigen) 5. Ayakan

Cara Kerja:

1. Siapkan sampah organic dan kapur tembok

2. Cacah sampah organic sehingga menjadi ukuran yang lebih kecil. Rendam bahan-bahan yang telah dicacah selama 1 malam, diamkan bahan tersebut selama 1-2 minguu. Setelah itu campurkan dengan kotoran

ternaksebanyak 75% dari sampah organic dan sedikit kapur tembok (untuk mengontrol pH). Aduk-aduk sampai semua bahan tercampur rata.

3. Masukkan bahan ke dalam wadah lalu biarkan selama 14 hari sampai suhunya mulai turun. 4. Setelah suhnya turun, masukan cacing tanah sebanyak 11-14 gram/kg bahan.

5. Pelihara cacing tanah dengan member makan berupa kotoran terak. Sebarkan kotoran ternak di bagian  permukaan bahan setebal 2 cm dengan frekuensi 3 hari sekali. Kotoran ternak berfungsi juga sebagai bahan

kompos.

6. Jika bahan kompos terlalu kering, lakukan penyirtaman hingga lembab kembali.

7. Lakukan pemanenan jika sudah tampak butiran kotoran cacing atau medianya sudah lebih halus, dan warnanya lebih gelap. Panen dilakukan dengan cara memisahkan cacing dai kompos dengan menggunakan ayakan.

(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN HIPOTESIS

Hipotesis penulis sesuai dengan hasil pengamatan yang diperoleh, yakni pengaruh pemberian EM4 yang dapat menguraikan sampah organik .

B. PEMBAHASAN

 pada minggu ke nol daun masih tampak segar, berwarna hijau, dan belum tampak adanya aktivitas mikroorganisme sama sekali, tinggi bahan 6 cm dari permukaan drum pengomposan.

Pada minggu pertama daun sudah mulai layu, warnanya kecoklatan, dan telah tampak aktivitas mikroorganisme serta munculnya jamur berwarna putih pada lapisan teratas, tinggi bahan 8 cm dari  permukaan drum pengomposan.

Pada minggu kedua daun sudah mulai hancur, sehingga nampak tidak begitu jelas dan tercampur menyatu dengan serbuk gergaji, bau khas yang dikeluarkan pada minggu pertama sedikit mulai berkurang  pada minggu ini, tinggi bahan 12 cm dari permukaan drum pengomposan.

Pada minggu ketiga daun sudah hancur, sehingga bahan kompos sudah bercampur merata dengan serbuk gergaji. Sudah tidak menimbulkan bau, tinggi bahan 16 cm dari permukaan drum pengomposan.

Pada minggu ke empat bahan kompos sudah hancur total, warna coklat kehitaman, bau kompos sudah hilang serta permukaan kompos nya mengalami penurunan dari minggu sebelumnya.

Pada minggu ke lima warna semakin menghitam, permukaan menurun serta kondisi bahan masih agak lembab.

Pada minggu ke enam warna kehitaman, tidak ada bau, kelembaban turun dari minggu sebelumnya, tinggi bahan 23 cm dari permukaan drum pengomposan.

(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. EM4 mempengaruhi pengomposan 2. EM4 mempercepat pengomposan

3. Pengomposan dimulai dari pembusukan limbah hingga hancurnya limbah

4. Limbah telah menjadi kompos apabila sudah berwarna kehitaman, di pegang tidak menggumpal dan sudah tidak berbau.

B. SARAN

1. Sebaiknya sebelum melakukan penelitian, semua alat dan bahan dipersiapkan dengan baik agar tidak kebingungan saat melakukan penelitian.

2. Sebaiknya kinerja antar anggota kelompok lebih ditingkatkan sehingga laporan dapat diselesaikan dengan tepat.

3. Seharusnya pengerjaan tugas dilakukan tepat demi tahap agar tidak terlalu berat bebannya.

4. Seharusnya setiap melakukan pengamatan, didokumentasikan sabagai bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

PepsiCo  dan  perusahaan‐perusahaan  lain  menyampaikan  tentang  sebuah  kebijakan 

Penelitian yang berjudul “ Analisis Framing Pan dan Kosicki Berita Insiden Piala Presiden 2018 Pada Media Dalam Jaringan Kompas.com dan Tempo.co Edisi Februari 2018 ”

The results of this study indicate that storage temperature and storage time have an effect on protein content in breast milk. Although some essential nutrients and

Pengembangan Ekoliterasi Siswa dalam Mengantisipasi Polusi Udara Melalui Modelling Keterampilan Sosial dalam Pembelajaran IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada modul pengirim sinyal terdiri dari beberapa komponen antara lain Load Cell yang digunakan untuk sensor berat cairan intravena, Arduino sebagai pengolah hasil

Status kesehatan gigi dan mulut atau Indeks def-t merupakan penjumlahan dari komponen d-t, e-t, dan f-t, yang menunjukkan banyaknya kerusakan gigi yang pernah dialami

berikutnya sulit dilakukan. Penyadapan jangan terlalu dalam dan tidak terlalu dekat dengan tanah. Setelah sembuh, bidang sadap ditutup dengan Secony CP 2295 A.

[r]