BAB I
PENDAHULUAN
Krisis 1997 - 1998 di Indonesia dan Negara-negara lain di Asia Tenggara memberikan pelajaran bahwa sektor perbankan memegang peranan yang menentukan dan menjadi salah satu penyebab dan faktor penyulut terjadinya krisis moneter dan ekonomi yang berkepanjangan
Berawal dari gejolak nilai tukar yang terjadi pada awal Juli 1997 telah memaksa pemerintah untuk melakukan suatu pengetatan likuiditas dalam aksinya melakukan pencabutan ijin usaha 16 bank pada tanggal 1 November 1997. Hal tersebut dilakukan dalam hal untuk mencegah semakin meluasnya krisis perbankan yang sedang terjadi dan besarnya resiko yang mungkin harus ditanggung oleh masyarakat. Selain itu pula, pengetatan likuiditas yang dilakukan merupakan hasil evaluasi dan rekomendasi IMF yang dituangkan ke dalam Letter of Intent (LoI) antara pemerintah dengan IMF pada tanggal 31 Oktober 1997.
Namun demikian, upaya yang semula dimaksudkan untuk memulihkan kepercayaan kepada perbankan itu ternyata oleh masyarakat ditanggapi secara negatif. Hal yang terjadi adalah sebaliknya, dimana terjadi suatu krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Dengan depresiasi kepercayaan terhadap perbankan tersebut, masyarakat melakukan penarikan dan pengalihan dana secara besar-besaran, yang menyebabkan sejumlah bank mengalami kesulitan likuiditas (mismatch) dan terus mengalami saldo negatif pada gironya di Bank Indonesia.
Sebagai proses dalam hal pemulihan iklim perbankan, pada tanggal 21 Agustus 1998, pemerintah mengumumkan paket restrukturisasi perbankan yang menyeluruh kepada semua bank. Paket ini terdiri atas dua bagian utama, pertama adalah kebijakan untuk menyiapkan pemulihan ekonomi dengan membangun kembali perbankan yang sehat melalui program rekapitalisasi dengan cara pemeriksaan kondisi keuangan (due diligence), pengelompokan bank menurut kondisi permodalan, penilaian terhadap rencana kerja (business plan) bank, penilaian kelayakan dan kesesuaian (fit and proper test), serta penyetoran modal oleh pemilik/investor dan pemerintah, dan dengan
melakukan penyempurnaan ketentuan dan peraturan perbankan. Kedua, kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan bank-bank melalui percepatan restrukturisasi bank. Pada tahun 1999 semua bank BUMN ikut dalam program rekapitalisasi, tidak terkecuali Bank Danamon Indonesia
Krisis kepercayaan kepada perbankan nasional pada saat itu terjadi tidak hanya dalam lingkup bisnis saja, begitu pula dalam hal minat berkarya para pencari kerja/para kandidat sumber daya manusia (SDM). Setelah terjadinya pengetatan likuiditas perbankan nasional oleh pemerintah, mengakibatkan pula krisis kepercayaan para kandidat SDM untuk bergabung dan berkarya dalam institusi perbankan nasional. Para kandidat SDM tersebut lebih memilih perusahaan-perusahaan multinasional yang dirasa lebih aman dan nyaman sebagai tempat untuk berkarya. Hal tersebut dapat menjadi penghambat perbaikan perbankan nasional, karena salah satu faktor yang dapat membawa perbankan nasional kepada perbaikan adalah dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
1.1. Profil Perusahaan
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) adalah bank swasta nasional terbesar kedua dan termasuk dalam lima besar bank komersial di Indonesia, dengan pangsa pasar sebesar 5 persen dari jumlah pinjaman dan deposit bank-bank di Indonesia. Bank Danamon memiliki jaringan distribusi geografis yang terluas dari semua bank di Indonesia dengan 500 kantor cabang, 790 ATM serta didukung oleh lebih dari 13.000 karyawan. Bank Danamon saat ini dikenal sebagai salah satu bank terkemuka di bidang konsumen dan UKM selain melayani nasabah korporasi dan kelembagaan di seluruh Indonesia
1.1.1. Sejarah Perusahaan
Sejarah Danamon dimulai tahun 1956 ketika didirikan pertama kali dengan nama PT Bank Kopra. Bank pernah berganti nama pada tahun 1960, sebelum menjadi PT Bank Danamon Indonesia di tahun 1976. Pada tahun 1988 Bank Danamon menjadi bank devisa swasta pertama di Indonesia, dan setahun kemudian menjadi perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Gambar 1.1. Sejarah Perusahaan
Sumber : BDI Overview (Basic Induction Program), Danamon, 2007
Antara tahun 1980 hingga 2000, Bank Danamon mengalami sebelas kali merger, dan selalu tampil sebagai entitas yang dipertahankan. Sebagai akibat dari krisis keuangan Asia yang berdampak pada seluruh industri perbankan Indonesia, pada tahun 1997 Bank Danamon ditempatkan di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Indonesia (BPPI). Pada tahun 1999, bank direkapitalisasi oleh pemerintah Indonesia.
Gambar 1.2. Struktur Kepemilikan
Sumber : BDI Overview (Basic Induction Program), Danamon, 2007
Bank Danamon modern mulai berkembang sejak tahun 2000, disaat bank menjadi periode konsolidasi manajemen, sistim teknologi yang mengadopsi identitas
yang baru. Periode ini berpuncak pada tahun 2003, ketika bank diambil alih oleh Asia Finance (Indonesia) Pte, Ltd., perusahaan yang dimiliki oleh Temasek Holdings dan Deutsche Bank AG yang memegang 69,25% saham Bank Danamon. Bersama pemilik baru datanglah idealisme baru: visi yang jelas, “Kita peduli dan membantu jutaan orang untuk mencapai kesejahteraan”. Pada tahun 2004 Bank Danamon meluncurkan jaringan Danamon Simpan Pinjam serta mengambil alih Adira Finance, salah satu perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia.
Saat ini, Bank Danamon memiliki jaringan cabang kedua terbesar di Indonesia dan merupakan bank kelima terbesar dalam jumlah kredit dan simpanan. Setelah manajemen baru melakukan evaluasi yang mendalam, dikembangkan konsep perbankan universal yang dicirikan oleh model-model bisnis yang spesifik dan melayani segmen pasar yang terdefinisi dengan jelas. Dibangun di atas keberhasilan DSP dan Adira Finance, dan dengan franchise perbankan konsumer yang luas serta telah direvitalisasi.
Selanjutnya Februari 2006, Bank Danamon bersama dengan American Express melakukan penandatanganan perjanjian pengalihan bersyarat yang terkait dengan bisnis kartu dan layanan American Express Bank Ltd di Indonesia. Bank Danamon kini mewujudkan misinya untuk menjadi “Salah satu lembaga keuangan terkemuka di Indonesia”.
1.1.2. Visi, Misi, dan Nilai Danamon
Visi merupakan arah yang akan dicapai Perusahaan dalam jangka panjang. Visi yang jelas akan membuat setiap orang dalam organisasi memiliki kerangka berfikir yang sama baik dalam membuat strategi bisnis, menetapkan target-target, maupun dalam upaya mencapai target yang ditetapkan.
Bank Danamon Indonesia mempunyai Visi ”We Care & Enable Millions to Prosper”, dengan kata lain Bank Danamon melalui unit-unit bisnis yang dimiliki nya mempunyai kepedulian terhadap seluruh stakeholder, dengan memfasilitasi dan berusaha memberikan apa yang dibutuhkan oleh keseluruhan nasabah, karyawan, rekanan, dan pemegang saham di tempat dimanapun Bank Danamon berada demi mencapai kesejahteraan finansial, dan sosial yang lebih baik.
Gambar 1.3. Visi, Misi & Nilai Danamon Sumber : An Overview of Danamon, 2007
Bank Danamon Indonesia berupaya untuk mencapai Visi nya tersebut dengan membangun misi-misi nya. Misi-misi dari Bank Danamon adalah menjadi ”Lembaga Keuangan Terkemuka di Indonesia” yang keberadaannya diperhitungkan di pasar, berupaya menjadi suatu organisasi yang terpusat kepada nasabah, yang melayani semua segmen dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan keunggulan penjualan dan pelayanan, dan dengan didukung oleh teknologi kelas dunia. Bank Danamon juga beraspirasi untuk menjadi perusahaan pilihan karyawan untuk berkarya.
Untuk mendukung Visi dan Misi nya, Danamon menjalankan bisnisnya berdasarkan nilai-nilai yang dijadikan dasar utama, yaitu:
• Kerjasama Tim
Danamon berupaya untuk meraih hasil yang lebih baik sebagai sebuah tim melalui kekuatan dari kemajemukan di antara nya.
• Peduli
Danamon menanamkan nilai untuk memiliki perhatian yang tulus terhadap kebaikan dan kemajuan sesama.
• Profesionalisme yang Disiplin
Danamon menanamkan nilai untuk bebas bertindak dengan menjunjung standar dan etika tertinggi profesi melalui orang yang disiplin, pikiran yang disiplin, dan tindakan yang disiplin.
• Jujur
Danamon menanamkan nilai untuk memegang kebenaran kepada diri sendiri dan orang lain tanpa ada yang disembunyikan.
• Mengupayakan yang Terbaik
Danamon menanamkan nilai untuk berani mencari cara yang lebih baik dalam bekerja dengan mempertimbangkan resiko yang ada dan tanpa mengorbankan ketangguhan perusahaan.
1.1.3. Lingkup Bidang Usaha
Gambar 1.4. Lingkup Bidang Usaha Danamon
Bank Danamon adalah bank yang universal dan organisasi yang berpusat pada nasabah. Arti kata universal, berarti Bank Danamon berusaha untuk menawarkan layanan dan produk yang menyuluruh disesuaikan dengan kebutuhan nasabah, dengan maksud untuk memastikan agar segala kebutuhan nasabah dapat terpenuhi dengan baik. Fokus segmen yang luas dan menyeluruh dari Bank Danamon dapat dilihat dari gambar berikut dibawah.
Danamon Simpan Pinjam (DSP)
Danamon Simpan Pinjam adalah layanan perbankan yang ditujukan kepada segmen mass market. Segmen tersebut diperkirakan mencapai 43 juta rumah tangga yang tersebar di seluruh Indonesia. Target segmen untuk DSP adalah pegawai Blue-collar dan pegawai White-collar level kebawah dengan rata-rata penghasilan bulanan 1 juta – 5 juta rupiah. Sebagaimana ditunjukan dalam diagram sampai dengan Desember 2006 total pinjaman meningkat baik untuk Consumer Mass Market melalui DSP CSM juga untuk Self Employed Mass Market melalui DSP SEMM. Model bisnis DSP memberikan kontribusi sebesar 14% terhadap total pinjaman Bank (Bank Loans).
Gambar 1.5. Pinjaman DSP
Sumber : BDI Overview (Basic Induction Program), Danamon, 2007
Perbankan UKM
SME Banking / Perbankan Usaha Kecil Menengah merupakan salah satu bisnis unit dengan potensi pasar sekitar 300.000 usaha kecil menengah di Indonesia dengan kisaran pergantian 2 – 20 milyar rupiah. Danamon menjadi pemain pemimpin dalam bisnis SME. Model bisnis SME Banking memberikan kontribusi sebesar 19% terhadap total pinjaman bank (bank loans). Pembiayaan berbasis aset juga merupakan grup pendukung produk UKM. Pembiayaan
berbasis aset tumbuh secara signifikan dan berhasil meraih pangsa pasar yang kuat. Salah satu fokus dari bisnis ini adalah pembiayaan alat-alat berat dan beberapa kelas aset lainnya.
Gambar 1.6. Pinjaman UKM
Sumber : BDI Overview (Basic Induction Program), Danamon, 2007
Perbankan Konsumer
Consumer Banking / Perbankan Konsumer merupakan salah satu bisnis unit yang memberikan kontribusi sebesar 65% terhadap jumlah simpanan yang dihimpun oleh Danamon. Disamping itu Pinjaman Konsumer juga memberikan kontribusi sebesar 39% dari total pinjaman bank (Bank Loans). Perbankan Konsumer berupaya untuk memaksimalkan cakupan portofolio produk yang ada, terutama dengan memasukan produk simpanan terstruktur dalam berbagai mata uang, mengembangkan bancassurance, meluncurkan reksadana, dan memperluas proposisi kartu kredit untuk menarik nasabah baru tabungan dan giro.
Gambar 1.7. Pinjaman Perbankan Konsumer
Sumber : BDI Overview (Basic Induction Program), Danamon, 2007
Perbankan Komersial
Melalui Danamon Sahabat, Bank Danamon berupaya untuk menjalankan bisnis dan menjadi mitra yang dapat diandalkan bagi nasabah komersial. Mitra
strategis untuk seluruh Indonesia mencapai 20.000 konsumer komersial dengan pergantian tahunan 20 sampai dengan 500 milyar rupiah. Bisnis komersial memberikan kontribusi sampai dengan 13% dari total pinjaman bank (Bank Loans).
Gambar 1.8. Pinjaman Perbankan Komersial
Sumber : BDI Overview (Basic Induction Program), Danamon, 2007
Perbankan Korporasi
Perbankan Korporasi berkonsentrasi pada 1.500 perusahaan terbesar pada sektor-sektor di mana Indonesia kompetitif secara global dan di industri-industri yang berperan penting terhadap perekonomian domestik dan penciptaan lapangan kerja. Perbankan Korporasi memberikan peningkatan kontribusi sampai dengan 18% dari total pinajaman bank (Bank Loans) yang disertai pertumbuhan giro nasabah sebesar 43%.
Gambar 1.9. Pinjaman Perbankan Korporasi
Sumber : BDI Overview (Basic Induction Program), Danamon, 2007
Tresuri, Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Tresuri dan Pasar Modal terbagi atas empat functional desk, pertama Asset and liability Management Desk (ALM) yang memainkan peranan penting dalam mengelola resiko pasar dan likuiditas. ALM juga mencari pendanaan
terstruktur sesuai dengan inisiatif strategis bank untuk mengelola asset liability mismatch (kesulitan likuiditas) dalam tingkat yang aman. Kedua Treasury Sales Desk yang memegang peranan utama dalam pengembangan layanan bagi nasabah perorangan bank. Tresuri juga berartisipasi sebagai agen penjualan dan pembeli siaga dalam penerbitan perdana obligasi ritel pemerintah. Dan untuk kebutuhan pasar instituís yang lebih kompleks dan canggih, Treasury Sales juga menyediakan jasa konsultasi profesional. Ketiga Foreign Exchange and Interest Rate Trading Desk yang merupakan pemain aktif di pasar valuta asing dan suku bunga. Keempat Fixed Income Trading Desk yang bertanggung jawab untuk memperdagangkan dan mendistribusikan produk-produk yang terkait dengan surat berharga berpendapatan tetap, baik di pasar lokal maupun internasional. Produk-produk tersebut termasuk obligasi pemerintah Indonesia, US Treasury Notes, obligasi Korporasi, dan Obligasi Ritel Indonesia (ORI).
Adira
Akuisisi Adira oleh Danamon merupakan salah satu langkah bisnis terbaik yang diambil untuk mewujudkan visinya menjadi lembaga keuangan terkemuka di Indonesia. Bisnis Adira terbagi ke dalam tiga model yaitu:
Adira Finance
Gambar 1.10. Pendapatan Adira Finance
Sumber : BDI Overview (Basic Induction Program), Danamon, 2007
Adira Finance merupakan anak perusahaan dari Bank Danamon, yang lingkup usahanya adalah memberikan bantuan piutang pembayaran kendaraan bermotor (mobil / motor) kepada konsumen. Adira Finance menjalin hubungan baik dengan lebih dari 8000 dealer, yang mana dealer
tersebut selain memberikan referensi langsung, tetapi juga menjadi salah satu sumber bisnis perbankan transaksional dan simpanan jangka pendek serta merupakan nasabah potensial bagi pembiayaan modal kerja dari perbankan Komersial dan UKM.
Adira Quantum
Gambar 1.11. Pendapatan Sewa Pembelian
Sumber : BDI Overview (Basic Induction Program), Danamon, 2007
Adira Quantum merupakan anak perusahaan dari Bank Danamon, yang lingkup usahanya adalah memberikan bantuan piutang pembayaran peralatan / durable consumer goods di Indonesia seperti barang elektronik, handphone, komputer dan furnitur. Sebesar 83% pendistribusian produk-produk tahan lama tersebut adalah kepada pasar traditional. Untuk pasar dalam industri produk-produk yang tahan lama diestimasikan akan terus meningkat sebagaimana ditunjukan pada gambar 1.8.
Gambar 1.12. Pasar durable consumer goods
Sumber : BDI Overview (Basic Induction Program), Danamon, 2007
Adira Insurance
Adira Insurance menawarkan produk asuransi yang komprehensif, baik auransi kendaraan bermotor maupun asuransi non-kendaraan bermotor.
Dalam hal asuransi kendaraan bermotor, adira insurance merupakan 3 besar dalam industri dengan lebih dari 2 juta unit asuransi aktif. Asuransi non-kendaraan bermotor terus ditingkatkan dengan menghubungkan produk layanan asuransi kepada customer base Danamon di segmen komersial, SME dan SEMM. Pendapatan premi meningkat sebesar 18%, atau 226 milyar rupiah sampai tengah tahun 2007, 82% dari jumlah itu masih disumbangkan oleh produk asuransi kendaraan bermotor (autocilin).
Perbankan Syariah
Meskipun masih dalam tahap awal, perbankan Syariah di Indonesia saat ini memberikan kontribusi sebesar 2% dari seluruh aset industri jasa keuangan dan kontribusinya tersebut diharapkan akan berlipat ganda dalam beberapa tahun kedepan. Untuk saat ini Bank Danamon Syariah didukung oleh 7 kantor cabang syariah (KCS), 3 Unit Kantor Cabang Pembantu Syariah (KCPS) dan 7 cabang office chanelling di Jakarta serta 5 cabang office chanelling di wilayah Jawa Timur.
1.1.4. Jaringan Distribusi Geografis Bank Danamon
Bank Danamon Indonesia memiliki jaringan distribusi geografis yang terluas dari semua bank di Indonesia dengan 500 kantor cabang, 790 ATM serta didukung oleh lebih dari 13.000 karyawan. Jaringan distribusi geografis Bank Danamon dapat dilihat pada tabel dibawah.
Reg Lokasi Cabang Reguler Cabang Syariah Cabang PGB DSP CMM DSP SEMM ATM Adira Finance Adira Insurance Adira Quantum 1 Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi, Lampung 122 4 4 5 92 238 23 9 2 2 Jawa Barat 28 - 1 3 69 59 28 6 2
3 Jawa Timur, Bali, NTT, NTB 67 1 1 3 166 133 47 6 4
4 Sulawesi, Papua,
Maluku 52 1 1 2 40 81 11 6 2
5 Kalimantan 30 1 - 4 19 62 21 5 3
6 Sumatra 52 2 1 4 134 88 42 12 6
7 Jawa Tengah, Yogyakarta 48 1 1 4 173 93 41 5 4
Total 399 10 9 25 693 754 213 49 23
Gambar 1.13. Jaringan Distribusi Geografis Danamon Sumber : BDI Overview (Basic Induction Program), Danamon, 2007
1.2. Unit Analisis
Analisis projek akhir ini dilakukan pada divisi Human Capital Development yang berada di bawah divisi Human Resource, dengan fokus analisa pada inisiatif tindakannya dalam upaya menjadikan perusahaan sebagai pilihan tempat berkarya (Employer of Choice).
Divisi Human Resource memiliki peranan sebagai supporting division atau divisi yang membantu Bank Danamon di dalam mencapai visi organisasi. Melalui inisiatif-inisiatif tindakannya, Divisi Human Resource berupaya untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, pembentukan hubungan dan servis yang baik bagi organisasi dan karyawan, pemenuhan kompensasi, pengelolaan performansi dan organisasi, serta menjadi rekanan bagi setiap bisnis unit.
Gambar 1.14. Struktur Organisasi HR Danamon Sumber: HR Practices & Service, Danamon, 2007
Berdasarkan gambar struktur organisasi diatas, berada di bawah divisi Human Resource, divisi Human Capital Development, melalui empat sub divisi nya yaitu Danamon Learning Center, Organization Development, Talent Management, dan
Recruitment and People Planning mempunyai tugas untuk dapat memajukan perusahaan melalui inisiatif tindakan yang ditujukan untuk pengembangan organisasi dan pengembangan SDM.
1.3. Isu Bisnis
Mengingat SDM menjadi unsur utama di dalam keberhasilan suatu organisasi, persaingan perusahaan-perusahaan di dalam mendapatkan SDM yang berkualitas atau talented people dengan menarik minat mereka untuk bekerja di perusahaan bersangkutan (Talent War) dewasa ini menjadi suatu permasalahan yang tidak dapat dihindari, tidak terkecuali oleh Bank Danamon.
Dalam menanggapi isu talent war guna bersaing untuk mendapatkan talented people, Bank Danamon harus melakukan upaya-upaya khusus di dalam mengelola sumber daya manusia, baik dalam hal menarik minat, mengembangkan, sampai dengan mempertahankan mereka agar dapat bertahan dan tetap berkarya untuk Bank Danamon. Semua faktor yang merupakan upaya dalam pengelolaan sumber daya manusia tersebut tertuang dalam satu inisiatif tindakan yang disebut Employer of Choice.
Di dalam memenuhi inisiatif tindakan Employer of Choice, Danamon dihadapkan dengan tantangan bisnis tersendiri. Bank Danamon harus dapat menjaga sumber daya manusia yang sudah dimilikinya. Kepuasan karyawan menjadi jaminan yang harus dipertahankan, karena bila tidak, karyawan akan dengan mudah meninggalkan perusahaan, terlebih dengan banyaknya perusahaan-perusahaan pesaing yang siap menampung mereka apabila mereka keluar dari perusahaan.
Selain menjaga sumber daya manusia yang dimilikinya, Bank Danamon juga patut mempertimbangkan untuk strategi jangka panjang dengan cara menarik minat talented people baru yaitu calon SDM yang merupakan lulusan-lulusan baru dari universitas-unversitas terkemuka di Indonesia/fresh talent (FT), mengingat saat ini posisi Bank Danamon yang belum cukup baik dalam hal peringkatnya sebagai salah satu tempat pilihan para calon FT untuk berkarya ketika mereka lulus dari universitas nya kelak. Berdasarkan hasil survey, Bank Danamon hanya mendapatkan persentase sebesar 2% saja dari para calon FT dari universitas-universitas terkemuka yang
menyatakan memilih Bank Danamon sebagai tempat nya berkarya ketika mereka lulus dari universitas nanti.
Gambar 1.15. Perusahaan Pilihan Teratas
Sumber : Project: Danamon Employer of Choice 2007 (Lighthouse Consulting), Danamon, 2007
Apabila tantangan-tantangan bisnis berkaitan dengan Employer of Choice khususnya dalam attracting FT tersebut tidak ditanggapi dengan serius dan ditambah juga dengan melihat kepada agresifitas perusahaan pesaing yang tinggi dalam menarik minat FT dari universitas-universitas terkemuka, maka Danamon akan dihadapkan pada hambatan dalam upaya memajukan bisnisnya melalui sumber daya manusia yang berkualitas.