• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 ABC ANALYSIS 2.1.1 Definisi ABC Analysis

Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory management) untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi. Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasikasi barang persediaan.

2.1.2 Tujuan ABC Analysis

Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini dinamakan “Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi. Dengan analisis ABC, kita

(2)

dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu barang.Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan perhatian terlebih dahulu.

2.1.3 Kelas Dalam ABC Analysis

Dalam hal ini, saya akan menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana besaran masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003, pp. 144– 145):

a) Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlahunit berkisar 15-20% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang.

b) Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.

c) Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang.

Besaran masing-masing kelas di atas akan membentuk suatu kurva sebagaimana terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

(3)

2.1.4 Tahapan dalam ABC Analysis

Adapun langkah-langkah atau prosedur klasikasi barang dalam analisis ABC adalah sebagai berikut:

a) Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang. b) Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.

c) Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang dari masing-masing tipe barang.

d) Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar.

e) Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang. f) Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.

g) Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai uang barang.

h) Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat kepentingan masalah.

1.2 Perencanaan Persediaan

Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambahkan fleksibilitas operasi perusahaan. Adapun empat fungsi persediaan tersebut yaitu : a. Untuk men-decouple atau memisahkan beragam bagian proses produksi,

b. Untuk men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan,

(4)

c. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, d. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

Untuk mengakomodasi fungsi persediaan, perusahaan memiliki empat jenis persediaan:

a. Persediaan bahan baku,

b. Persediaan barang setengah jadi,

c. Persediaan pemeliharaan/perbaikan/operasi, d. Persediaan barang jadi.

1.3 Peramalan Permintaan

Handoko,(1995),menegaskan bahwa peramalan perminta anakan produk dan jasa di waktu mendatang dan bagian-bagiannya adalah sangat penting dalam perencanaan dan pengawasan produksi. Peramalan yang baik adalah esensial untuk efisiensi operasi-operasi manufaktur dan produksi jasa.Manajemen produksi dan operasi menggunakan hasil-hasil peramalan dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menyangkut pemilihan proses, perencanaan kapasitas, dan layout fasilitas, serta untuk berbagai keputusan yang bersifat terus-menerus berkenaan dengan perencanaan, scheduling dan persediaan.

Teori Peramalan (Forecasting)

Untuk menyelesaikan masalah di masa datang yang tidak dapat dipastikan, orang senantiasa berupaya menyelesaikannya dengan model

(5)

pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan perilaku aktual data, begitu juga dalam melakukan peramalan.

Peramalan (forecasting) permintaan akan produk dan jasa di waktu mendatang dan bagian-bagiannya adalah sangat penting dalam perencanaan dan pengawasan produksi. Suatu peramalan banyak mempunyai arti, maka peramalan tersebut perlu direncanakan dan dijadwalkan sehingga akan diperlukan suatu periode waktu paling sedikit dalam periode waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu kebijaksanaan dan menetapkan beberapa hal yang mempengaruhi kebijaksanaan tersebut.

Peramalan diperlukan disamping untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang juga para pengambil keputusan perlu untuk membuat planning.

2.3.1 Definisi Peramalan (Forecasting)

Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peramalan pada dasarnya merupakan suatu taksiran, tetapi dengan menggunakan cara-cara tertentu peramalan dapat lebih daripadahanya satu taksiran. Dapat dikatakan bahwa peramalan adalah suatu taksiran yang ilmiah meskipun akan terdapat sedikit kesalahan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan kemampuan manusia.

Sebelum menjabarkan tentang metode peramalan ini, maka terlebih dahulu diuraikan tentang definisi dari peramalan itu sendiri.

(6)

“Peramalan adalah kegiatan memperkirakan tingkat permintaan produk yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang”. (John E. Biegel, 1999)

Dalam peramalan (forecasting) tidak jarang terjadi kesalahan misalnya saja penjualan sering tidak sama dengan nilai eksak yang diperkirakan. Sedikit variasi dari perkiraan sering dapat diserap oleh kapasitas tambahan, sediaan penjadwalan permintaan.Tetapi, variasi perkiraan yang besar dapat merusak operasi. Ada tiga cara untuk mengakomodasi perkiraan, yaitu: yang pertama adalah mencoba mengurangi kesalahan melakukan pemerakiraan yang lebih baik. Yang kedua adalah, membuat fleksibilitas pada operasi dan yang terakhir adalah mengurangi waktu tunggu yang dibutuhkan dalam prakiraan.Tetapi kemungkinan kesalahan terkecil adalah tujuan yang konsisten dengan biaya prakiraan yang masuk akal.

b. Menurut Buffa:

“Peramalan atau forecasting diartikan sebagai penggunaan teknik-teknik statistik dalam bentuk gambaran masa depan berdasarkan pengolahan angka-angka historis”. (Buffa S. Elwood, 1996)

c. Menurut Makridakis:

“Peramalan merupakan bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan manajemen”. (Makridakis, 1988)

(7)

faktor-pencapaian sasaran dan tujuan tersebut. Kebutuhan akan peramalan meningkat sejalan dengan usaha manajemen untuk mengurangi ketergantungannya pada hal-hal yang belum pasti. Peramalan menjadi lebih ilmiah sifatnya dalam menghadapi lingkungan manajemen. Karena setiap organisasi berkaitan satu sama lain, baik buruknya ramalan dapat mempengaruhi seluruh bagian organisasi. (Makridakis, 1988)

2.3.2 Peranan dan Kegunaan Peramalan

Beberapa bagian organisasi dimana peramalan kini memainkan peranan yang penting antara lain: (Makridakis, 1988)

a. Penjadwalan sumber daya yang tersedia penggunaan sumber daya yang efisien memelukan penjadwalan produksi, tranportasi, kas, personalia dan sebagainya. b. Penyediaan sumber daya tambahan

Waktu tenggang (lead time) untuk memperoleh bahan baku, menerima pekerja baru, atau membeli mesin dan peralatan dapat berkisar antara beberapa hari sampai beberapa tahun. Peramalan diperlukan untuk menentukan kebutuhan sumber daya di masa mendatang.

c. Penentuan sumber daya yang diinginkan

Setiap organisasi harus menentukan sumber daya yang ingin dimiliki dalam jangka panjang. Keputusan semacam itu bergantung pada kesempatan pasar, faktor-faktor lingkungan dan pengembangan internal dari sumber daya finansial, manusia, produk dan teknologis. Semua penentuan ini memerlukan ramalan yang baik dan manajer dapat menafsirkan perkiraan serta membuat keputusan yang tepat.

(8)

Walaupun terdapat banyak bidang lain yang memerlukan peramalan namun tiga kelompok di atas merupakan bentuk khas dari keperluan peramalan jangka pendek, menengah dan panjang dari organisasi saat ini. Dengan adanya serangkaian kebutuhan itu, maka perusahaan perlu mengembangkan pendekatan berganda untuk memperkirakan peristiwa yang tiak tentu dan membangun suatu sistem peramalan. Pada gilirannya, organisasi perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang meliputi paling sedikit empat bidang yaitu identifikasi dan definisi masalah peramalan, aplikasi serangkaian metode peramalan, prosedur pemilihan metode yang tepat untuk situasi tertentu dan dukungan organisasi untuk menerapkan dan menggunakan metode peramalan secara formal.

Tiga kegunaan peramalan antara lain adalah:

1. Menentukan apa yang dibutuhkan untuk perluasan pabrik.

2. Menentukan perencanaan lanjutan bagi produk-produk yang ada untuk dikerjakan dengan fasilitas yang ada.

3. Menentukan penjadwalan jangka pendek produk-produk yang ada untuk dikerjakan berdasarkan peralatan yang ada.

2.3.3 Jenis-jenis Peramalan

Situasi peramalan sangat beragam dalam horizon waktu peramalan, faktor yang menentukan hasil sebenarnya, tipe pola dan berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapi penggunaan yang luas seperti itu, beberapa teknik telah

(9)

dikembangkan. Peramalan pada umumya dapat dibedakan dari berbagai segi tergantung dalam cara melihatnya.

Dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun, peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

a. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga semester. Lebih tegasnya peramalan jangka panjang ini berorientasi pada dasar atau perencanaan.

b. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang dilakukan kurang dari satu setengah tahun atau tiga semester.

Penetapan jadwal induk produksi untuk bulan yang akan datang atau periode kurang dari satu tahun sangat tergantung pada peramalan jangka pendek. Apabila dilihat dari sifat penyusunannya, maka peramalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Peramalan subjektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan atau ketajaman pikiran orang yang menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya hasil peramalan.

2. Peramalan objektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu dengan menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam penganalisaan data tersebut.

Dilihat dari sifat ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

(10)

1. Peramalan kualitatif atau teknologis, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kualitatif masa lalu. Hasil peramalan yang ada tergantung pada orang yang menyusunnya, karena peramalan tersebut sangat ditentukan oleh pemikiran yang bersifat intuisi, judgement (pendapat) dan pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya.Metoda kualitatif dibagi menjadi dua metode, yaitu:

a. Metode eksploratif

Pada metoda ini dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai awal dan bergerak ke arah masa depan secara heuristik, sering kali dengan melihat semua kemungkinan yang ada.

b. Metode normatif

Pada metode ini dimulai dengan menetapkan sasaran tujuan yang akan datang, kemudian bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai berdasarkan kendala, sumber daya dan teknologi yang tersedia.

2. Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat tergantung pada metode yang digunakan dalam peramalan tersebut. Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin.

Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi sebagai berikut: (Makridakis, 1988)

a. Informasi tentang keadaan masa lalu.

(11)

c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berkelanjutan pada masa yang akan datang.

Metode peramalan kuantitatif terbagi atas dua jenis model peramalan yang utama, yaitu:

1. Model deret berkala (time series), yaitu:

Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, yang merupakan deret waktu.

2. Model kausal, yaitu metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara variabel lain yang mempengaruhinya, yang bukan waktu yang disebut metode korelasi atau sebab akibat. Model kausal terdiri dari:

a. Metode regresi dan korelasi b. Metode ekonometri

c. Metode input dan output

2.3.4 Karakteristik Peramalan yang Baik

Karakteristik dari peramalan yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yaitu dari hal-hal sebagai berikut:

a. Ketelitian/ Keakuratan

Tujuan utama peramalan adalah menghasilkan prediksi yang akurat.Peramalan yang terlalu rendah mengakibatkan kekurangan persediaan (inventory). Peramalan yang terlalu tinggi akan menyebabkan inventory yang berlebihan dan biaya operasi tambahan.

(12)

b. Biaya

Biaya untuk mengembangkan model peramalan dan melakukan peramalan akan menjadi signifikan jika jumlah produk dan data lainnya semakin besar. Mengusahakan melakukan peramalan jangan sampai menimbulkan ongkos yang terlalu besar ataupun terlalu kecil.Keakuratan peramalan dapat ditingkatkan dengan mengembangkan model lebih komplek dengan konsekuensi biaya menjadi lebih mahal. Jadi ada nilai tukar antara biaya dan keakuratan.

c. Responsif

Ramalan harus stabil dan tidak terpengaruhi oleh fluktuasi demand. d. Sederhana

Keuntungan utama menggunakan peramalan yang sederhana yaitu kemudahan untuk melakukan peramalan.Jika kesulitan terjadi pada metode sederhana, diagnosa dilakukan lebih mudah.Secara umum, lebih baik menggunakan metode paling sederhana yang sesuai dengan kebutuhan peramalan.

2.3.5 Jenis-jenis Pola Data

Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala (time series) yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji.

Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: (Makridakis, 1988) 1. Pola Horizontal (H) atau Horizontal Data Pattern

(13)

Pola data ini terjadi bilamana data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata. Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini. Bentuk pola horizontal ditunjukan seperti gambar 2.2.

2. Pola Trend (T) atau Trend Data Pattern

Pola data ini terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.Contohnya penjualan perusahaan, produk bruto nasional (GNP) dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya, selama perubahan sepanjang waktu.Bentuk pola trend ditunjukan seperti gambar 2.3.

3. Pola Musiman (S) atau Seasional Data Pattern

Gambar 2. 2 Pola Data Horizontal

(14)

Pola data ini terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulan atau hari-hari pada minggu tertentu). Penjualan dari produk seperti minuman ringan, es krim dan bahan bakar pemanas ruang semuanya menunjukan jenis pola ini.Bentuk pola trend ditunjukan seperti gambar 2.3.

4. Pola Siklis (S) atau Cyclied Data Pattern

Pola data ini terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.Contohnya penjualan produk seperti mobil, baja.Bentuk pola siklis ditunjukan seperti gambar 2.4.

2.3.6 Teknik Peramalan

Gambar 2. 4 Pola Data Musiman

(15)

a) Metode Time Series (Deret Waktu)

Secara garis besar metode time series dapat dikelompokkan menjadi: 1. Metode Averaging

Dipakai untuk kondisi dimana setiap data pada waktu yang berbeda mempunyai bobot yang sama sehingga fluktasi random data dapat direndam dengan rata-ratanya, biasanya dipakai untuk peramalan jangka pendek. Adapun metode-metode yang termasuk didalamnya, antara lain:

a) Simple Average

Rumus yang digunakan:

T (n-1) Xi

F T+n = X = ∑ (Rumus 2.1)

i n T

dimana:

X = F = Hasil ramalan T = Periode Xi =Demand pada periode t

b) Single Moving Average

Apabila diperoleh data yang stasioner, metode ini cukup baik untuk meramalkan keadaan.

Rumus yang digunakan:

X1 + X2 +…..+Xn

F T+n = X = (Rumus 2.2)

T

(16)

X = F = Hasil ramalan T = Periode

Xi =Demand pada periode t

c) Double Moving Average

Jika data tidak stasioner serta mengandung pole trend, maka dilakukan moving average terhadap hasil single moving average.

Rumus yang digunakan:

Xt + Xt-1 +………+ Xt-1 S’t = (Rumus 2.3) N S’t + S’t-1 +………+ S’t-1 S”t = (Rumus 2.4) N at = 2S’t – S”t (Rumus 2.5) Ft+m = at + btm (Rumus 2.6)

2. Metode Smoothing (Pemulusan)

Dipakai pada kondisi dimana bobot data pada periode yang satu berbeda dengandata pada periode sebelumnya dan membentuk fungsi Exponential yang biasa disebut Exponential smoothing.

(17)

Metode ini banyak mengurangi masalah penyimpangan data karena tidak perlulagi menyimpan data historis.Pengaruh besar kecilnya a berlawanan arahdengan pengaruh memasukan jumlah pengamatan.Metode ini selalu mengikuti setiap trend dalam data sebenarnya karena yang dapat dilakukannya tidak lebih dari mengatur ramalan mendatang dengan suatu persentase dari kesalahan terakhir.Untuk menentukan a mendekati optimal memerlukan beberapa kali percobaan.

Rumus yang digunakan:

Ft+1 = Ft + α x (Xt – Ft) (Rumus 2.7) Dimana:

Ft+1 = Hasil peramalan untuk periode t + 1 a = Konstanta pemulusan

Xt = Data demand pada periode t Ft = Periode sebelumnya

b. Double Exponential Smoothing satu parameter dari Browns

Dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial linier dari Browns adalah serupa dengan rata-rata bergerak linier, karena kedua nilai pemulusan tunggal dan ganda ketinggalan dari data yang sebenarnya bilamana terdapat unsur trend.

Persamaan yang dipakai dari metode ini adalah sebagai berikut: S’t = aXt + (1-a)S’t-1 (Rumus 2.8) S’t = As’ + (1-a)S”t-1 (Rumus 2.9) at = S’ + (S’t – S”t) = 2S’t – S”t (Rumus 2.10) α

bt = (S’t – S”t) (Rumus 2.11) 1 - α

(18)

Ft+m = at + btm (Rumus 2.12) dimana:

Xt = Data demand pada periode t S’t = Nilai pemulusan I periode t

S’t-1 = Nilai pemulusan pertama sebelumnya (t-1) S”t-1 = Nilai pemulusan kedua sebelumnya (t-1) a = Konstanta pemulusan

at = Intersepsi pada periode t bt = Nilai trend periode t

Ft+1 = Hasil peramalan untuk periode t+1

m = Jumlah periode waktu kedepan yang diramalkan

c. Double Exponential Smoothing Dua Parameter dari Holt

Metode pemulusan eksponensiallinier dari Holt pada prinsipnya serupa dengan Browns kecuali bahwa Holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung. Sebagai gantinya, Holt memutuskan nilai trend dengan parameter yang berbeda dari dua parameter yang digunakan pada deret yang asli. Ramalan dari pemulusan eksponensial linier Holt didapat dengan menggunakan dua konstanta pemulusan dan tiga persamaan, yaitu:

St = Axt + (1-a) (St-1 + bt-1) (Rumus 2.13) b = β(St – St-1) + (1-β)bt-1 (Rumus 2.14)

(19)

d. Regresi Linier

Regresi linier digunakan untuk peramalan apabila set data yang ada linier, artinya hubungan antara variabel waktu dan permintaan berbentuk garis (linier).Metode regresi linier didasarkan atas perhitungan least square error, yaitu dengan memperhitungkan jarak terkecil kesuatu titik pada data untuk ditarik garis.Adapun untuk persamaan peramalan regresi linier dipakai tiga konstanta, yaitu a, b dan Y. Dengan masing-masing formulasinya adalah sebagai berikut:

n∑ XiYi - ∑ Xi ∑ Yi b = (Rumus 2.16) n ∑ Xi2 – (∑ Xi)2 n∑ Yi b∑ Xi a = - (Rumus 2.17) n n y = a + b(t) (Rumus 2.18) Dimana:

y = Variabel yang diprediksi a,b = Parameter peramalan t = Variabel independen

(20)

Jika Xi merupakan data aktual untuk periode i dan Fi merupakan ramalan (atau nilai kecocokan/fitted value) untuk periode yang sama, maka kesalahan didefinisikan sebagai:

ei = Xi-Fi (Rumus 2.19) Dimana:

ei = kesalahan pada periode ke i Xi = data aktual periode ke i Fi = nilai peramalan periode ke i

Jika terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk n periode waktu, maka akan terdapat n buah kesalahan. Ada 2 macam ukuran kesalahan yaitu ukuran statistik dan Ukuran relatif. Dalam menentukan ukuran kesalahan secara statistik ada 4 cara, yaitu:

a. Mean Error (ME) n ∑ et

t=1

ME = (Rumus 2.20)

n

b. Mean Absolute Deviation (MAD) n

∑ et t=1

MAD = (Rumus 2.21)

(21)

c. Mean Squared Error (MSE)

MSE memperkuat pengaruh angka-angka kesalahan besar, tetapi memperkecilangka kesalahan peramalan yang lebih kecil dari satu unit. Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

n ∑ et2

t=1

MSE = (Rumus 2.22)

n

d. Standard Deviation Error (SDE) n

et2 SDE t=1

n 1 (Rumus 2.23)

Sedangkan dalam menentukan kesalahan secara relatif ada 3 macam cara, yaitu: a. Percentage Error (PE)

(22)

c. Mean Absolute Percentage error (MAPE)

2.3.8 Tracking Signal

Untuk mengetahui sejauh mana keandalan dari model yang dipilih, seyogianya kita membangun peta kontrol tracking signal. Suatu tracking signal yang baik memiliki RSFE (running sum of the forecast errors) yang rendah dan mempunyai positif error yang sama banyak atau seimbang dengan negatif error sehingga pusat dari tracking signal mendekati nol. Apabila tracking signal telah dihitung, kita dapat membangun peta kontrol tracking signal sebagaimana halnya dengan peta-peta kontrol dalam pengendalian proses statistikal (statistical processcontrol = SPG), yang memiliki batas kontrol atas (upper control limit) dan batas kontrol bawah (lower control limit).

Beberapa ahli dalam sistem peramalan seperti George Plossl dan Oliver Wright, dua pakar production and inventory control, menyarankan untuk menggunakan nilai tracking signal maksimum ± 4 sebagai batas-batas pengendalian untuk tracking signal. Dengan demikian apabila tracking signal telah berada di luar batas-batas pengendalian, model peramalan perlu ditinjau kembali, karena akurasi peramalan tidak dapat diterima.

(23)

2.3.9 Economic Order Quantity

EOQ (Economic Order Quantity) adalah kuantitas bahan yang dibeli pada setiap kali pembelian dengan biaya yang paling minimal (Sutris- no, 2001). Perhitungan EOQ adalah sebagai berikut:

EOQ = √((2 x D x S) / H) Dimana:

EOQ = Kuantitas pembelian optimal S = Biaya pemesanan setiap kali pesan D = Penggunaan bahan baku per tahun H = Biaya penyimpanan per unit

Menurut Ahyari (1995), untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka perusahaan harus memenuhi beberapa faktor tentang persediaan bahan baku. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:

1. Perkiraan penggunaan

Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan, maka manajemen harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan didalam proses produksi pada suatu periode. Perkiraan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besar jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk keperluan produksi pada periode yang akan datang.

2. Harga dari bahan

Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan dasar penyusunan

(24)

perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku tersebut. Sehubungan dengan masalah ini, maka biaya modal (cost of capital) yang dipergunakan dalam persediaan bahan baku tersebut harus pula diperhitungkan.

3. Biaya-biaya persediaan

Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya diperhitungkan pula didalam penentuan besarnya persediaan bahan baku. Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini, maka digunakan data biaya persediaan yaitu:

a. Biaya penyimpanan (holding cost/ carrying cost)

b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost/procurement cost) 4. Pemakaian senyatanya

Pemakaian/penggunaan bahan baku senyatanya dari periode-periode yang lalu (actual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena untuk keperluan proses produksi akan dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengadaan bahan baku pada periode berikutnya. Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya dengan perkiraan penggunaan yang sudah disusun harus senantiasa dianalisa.

4. Waktu tunggu

Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan (yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya dengan penentuan saat

(25)

perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

Beberapa asumsi Economic Order Quantity (EOQ) menurut Render dan Heyzer (2009): (1) Permintaan diketahui, tetap dan bebas. (2) Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui dan konstan sifatnya. (3) Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap. (4) Diskon (potongan harga) karena kuantitas tidak memungkinan. (4) Variable cost yang ada hanya biaya pengaturan atau pemesanan (biaya set up) dan biaya menahan atau menyimpan persediaan dari waktu ke waktu (biaya penyimpanan atau pergudangan). (5) Kosongnya persediaan (kekurangan) dapat dihindari sepenuhnya, jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

2.3.10 Safety stock

Persediaan pengaman merupakan suatu persediaan yang dicadangankan sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi perusahaan. Persediaan pengaman diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti yang direncanakan. Perhitungan safety stock adalah sebagai berikut (Rangkuti dalam Indrayati, 2007):

(26)

Dimana:

q = Kuadrat eror

X = Penggunaan bahan baku senyatanya Y = Perkiraan penggunaan bahan baku

Untuk mendapatkan angka safety stock perlu kita lihat data historis aktual

demand. Data tsb kemudian kita cari standard deviasinya kemudian dikalikan dengan

safety faktor untuk mendapatkan safety stock.

Rumus nya adalah:

Safety stock= safety factor x standard deviasi

2.3.11 Reorder point (ROP)

Reoder point adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan dasar kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan dasar yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ (Gitosudarmo, 2002). Perhitungan ROP adalah sebagai berikut:

ROP = Safety Stok + (Lead Time x Q) Dimana:

ROP = Reorder point Lead time = Waktu tunggu

(27)

2.3.12 Maximum Stock Level (MSL)

Persediaan maksimum diperlukan oleh perusahaan agar kuantitas persediaan yang ada di gudang tidak berlebihan sehingga tidak terjadi pemborosan modal kerja. Adapun untuk mengetahui besarnya persediaan maksimum dapat digunakan rumus:

Maximum Inventory = Safety stock + EOQ Dimana:

Safety Stok = Persediaan pengaman EOQ = Kuantitas pembelian optimal

Selain dari teori - teori umum mengenai ABC Analysis dan metode peramalan, penulis juga mereview bebrapa jurnal sebagai referensi dalam mendukung penelitian ini. Berikut resume jurnal yang sudah penulis rangkum :

(28)

Tabel 2. 1Review Referensi Jurnal

No.

Tahun

Penelitian

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. 2014 Mutiara Rizkiyani

PENERAPAN FORECASTING METHODS UNTUK

MENINGKATKAN STRATEGI DALAM SISTEM PENJUALAN PONSEL PADA SARANG CELL SEMARANG

Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi peramalan penjualan ini dapat digunakan Sarang Cell Semarang untuk meramalkan penjualan dimasa yang akan datang secara komputerisasi dengan metode peramalan Single Moving Averages. 2. 2011 Citra Paramita ANALISIS PERBANDINGAN

METODE PERAMALAN PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN STANDAR KESALAHAN PERAMALAN (SKP) PADA PT PERTAMINA (PERSERO) REGION IV JATENG DAN DIY

Dari hasil perhitungan SKP total penjualan BBM pada data tahun 2010 maupun 2011, maka dapat ditentukan bahwa metode peramalan penjualan (forecasting) BBM menggunakan metode trend least square dan trend kuadratik adalah lebih baik dan efektif jika dibanding dengan metode trend bebas yang diterapkan perusahaan selama ini.

3. 2013 Dina

Rahmayanti dan Ahmad Fauzan

OPTIMALISASI SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU KARET MENTAH (LATEKS) DENGAN METODE LOT SIZING (STUDI KASUS: PT ABAISIAT RAYA)

Berdasarkan peramalan dan perhitungan ukuran pemesanan (lot sizing) bahan baku lateks, didapatkan bahwa besarnya ukuran pemesanan yang optimal untuk ketiga metode tersebut (metode kuadratis, metode siklis, dan trend siklis) adalah sama dengan demand untuk tiap periodenya (pemesanan dilakukan setiap periode).

Gambar

Gambar 2. 1Kurva ABC Analysis
Gambar 2. 2 Pola Data Horizontal
Gambar 2. 5 Pola Data Siklis
Tabel 2. 1Review Referensi Jurnal

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjamin keberjalanan suatu perusahaan produksi, apapun produknya, perusahaan-perusahaan tersebut menghadapi masalah yang sama - bahwa pelanggan menginginkan

Dalam buku pedoman Umum Program RIS-PNPM Mandiri dijelaskan Program RIS-PNPM Mandiri merupakan program pembangunan infrastruktur berbasis pemberdayaan yang

Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada beliau para pahlawan tanpa tanda jasa yang

Apabila jual beli itu disyariatkan, memenuhi rukun atau syarat yang ditentukan, barang itu bukan milik orang lain dan tidak terkait dengan khiyar lagi, maka jual beli

sistem informasi global dan bagaimana manajemen menyelesaikan tantang-tantangan tersebut - Menjelaskan isu-isu dan alternatif tekonoogi yang menjadi pertimbangan

Sedangkan jika diberikan dalam bentuk HLS (diekstrak), tidak ada perbedaan pengaruh terhadap hasil biomassa di antara keempat bahan yang digunakan, meskipun demikian

Berdasarkan seksyen 60, EUUKI (Negeri Melaka) menyatakan bahawa; “(1) Tertakluk kepada Hukum Syarak, Mahkamah boleh memerintahkan seseorang lelaki membayar nafkah

Kualitas produk merupakan faktor penting dalam menentukan keputusan pembelian yang akan ditentukan konsumen karena kualitas akan mencerminkan suatu produk tersebut dapat