• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Umum dan Partai Politik Di Ind

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemilihan Umum dan Partai Politik Di Ind"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pemilihan Umum dan Partai Politik Di

Indonesia

Oleh : M. Dwiki Farhan

NIM : 02011181621094

Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya

A. Pemilihan Umum

Pemilihan umum merupakan salah satu sendi untuk tegaknya sistem politik demokrasi. Oleh karena itu, tujuan pemilihan umum adalah untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip demokrasi dengan cara memilih wakil-wakil rakyat di Badan Perwakilan rakyat, dalam rangka mengikut sertakan rakyat dalam kehidupan ketatanegaraan. Mengenai sistem pemilihan umum, telah diketahui bahwa tidak satupun sistem yang memuaskan dan benar-benar menjamin keterwakilan1. Namun pemilihan umum tetap di anggap penting karena di dalamnya tertanam asas kedaulatan rakyat yang tercantum dalam penjelasan umum UUD 1945. Oleh karena itu sistem negara yang terbentuk harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan.2 menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, dalam paham kedaulatan rakyat (democracy), rakyatlah yang dianggap sebagai pemilik dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara.3 Rakyatlah yang menentukan corak dan cara pemerintahan diselenggarakan. Rakyatlah yang menentukan tujuan yang hendak dicapai oleh negara dan pemerintahannya itu. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi tersebut adalah suatu keharusan bagi pemerintah untuk melaksanakan pemilihan umum sesuai dengan asas bahwa rakyatlah yang berdaulat, maka semuanya itu harus dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya.4

Terdapat 4 tujuan penyelenggaraan pemilihan umum, yaitu5.

1. untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai

2. untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat dilembaga perwakilan

3. untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat, dan 4. untuk melaksanakan prinsip dan hak-hak warga negara.

1 Yusril izha mahendra, dinamika tatanegara Indonesia, (Jakarta : Gema insani Press, 1996), 207. 2 mahendra, dinamika tatanegara Indonesia, 203.

3 Kusnardi dan Ibrahim, Op. Cit, 328

(2)

Pemilihan umum juga memiliki asas-asas, diantaranya yaitu6 :

1. Langsung, artinya Pemilihan umum harus dilaksanakan secara langsung, tidak boleh diwakilkan. Hal ini dilakukan demi mengurangi resiko kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Pemilu berasaskan “langsung” juga berfungsi sebagai media edukasi politik partisipatif bagi masyarakat.

2. Umum, artinya Pemilu bersifat umum, yaitu pemilihan umum dapat diikuti oleh seluruh warga negara yang telah memiliki hak menggunakan suara tanpa terkecuali.

3. Bebas, artinya Dalam praktek sistem demokrasi dengan masyarakat yang partisipan, pemilihan umum dilaksanakan secara bebas. Dalam hal ini berarti, pemilu dilakukan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

4. Rahasia, artinya suara yang diberikan oleh ppemilih bersifat rahasia dan tertutup dan tidak boleh diketahui oleh pihak manapun kecuali si pemilih itu sendiri. 5. Jujur, artinya bahwa pemilu yang baik dan berdasarkan demokrasi adalah dengan

dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.

6. Adil, artinya perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih. Asas yang adil harus dilaksanakan sebaik-baiknya supaya tidak ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu.

Dalam pemilihan umum terdapat dua macam hak pilih yaitu:

1. Hak pilih aktif atau hak untuk memilih

2. Hak pilih pasif, yaitu hak untuk dipilih menjadi anggota Badan Perwakilan rakyat.

Sistem pemilihan dapat di golongkan kedalam dua sistem yaitu :

1. Sistem pemilihan organis

Yaitu mengisi keanggotaan lembaga perwakilan rakyat melalui pengangkatan atau penunjukan.7 Dalam sistem organis rakyat di pandang sebagai sejumlah individu yang hidup bersama-sama dalam beraneka warna persekutuan hidup. Persekutuan hidup inilah sebagai hak untuk mengutus wakil-wakil kepada perwakilan masyarakat.8 Menurut sistem pemilihan organis lembaga perwakilan rakyat hanya merupakan lembaga perwakilan persekutuan-persekutuan hidup, yaitu hanya berfungsi untuk mengurus kepentingan-kepentingan khusus dari persekutuan-persekutuan hidup yang ada dalam masyarakat.

2. Sistem pemilihan mekanis

Pemilihan mekanis disebut juga pemilihan umum. Sistem ini mengutamakan individu sebagai pengendali hak pilih aktif dan memandang rakyat sebagai suatu massa individu yang masing-masing mengeluarkan satu suara (untuk dirinya

6 Malik, “6 Asas Pemilu (Luberjurdil)”, diakses dari http://mengakujenius.com/asas-pemilu-luberjurdil/, pada tanggal 11/11/2017 pukul 13.11

(3)

sendiri) dalam setiap pemilihan umum.9 Di dalam sistem ini dikenal dengan disebut juga sistem pemilihan yang wilayah negeranya dibagi atas distrik-distrik pemilihan yang jumlahnya sama dengan jumlah kursi yang tersedia di parlemen.10

b) Sistem pemilihan proporsional

Sistem pemilihan proporsional ialah sistem dimana persentase kursi di Badan perwakilan rakyat yang dibagikan kepada tiap-tiap partai politik sesuai dengan persentase jumlah suara yang diperoleh tiap-tiap partai.11 Atau disebut juga sistem pemilihan dimana kursi yang tersedia di parlemen dibagikan kepada partai-partai politik sesuai imbangan perolehan suara yang di dapat oleh partai politik tersebut. Oleh karena itu sistem ini disebut juga dengan “sistem berimbang”.12

Sedangkan sistem pemilu di Indonesia, terbagi menjadi 4 sistem, yaitu.13

1. Sistem hak pilih

Hak pilih yang hanya dapat dipergunakan satu kali dengan usia yang sudah 17 tahun atau sudah menikah dan mempunyai jiwa raga yang sehat (tidak gila). Hak pilih tidak bisa diwakilkan apapun alasannya. jika tidak sanggup datang pada tempat pemilihan maka seseorang dianggap sebagai golongan putih (golput). sebaiknya gunakan hak pilih, karena menjadi golput hanya melenyapkan hak dan menggagalkan harapan kita dalam menentukan seorang pemimpin yang kita perwakilan yang ada pada partai politik yang anda inginkan, sedangkan sistem pemilihan organes yaitu sekelompok individu yang hidup dalam keragaman perbedaan namun bersatu mebjadi satu kesatuan yang kuat dalam memanfaatkan hak pilihnya tanpa ada intuminasi, deskriminasi dan tekanan dari pihak manapun. 3. Sistem Pembangunan daerah pemilihan

Yaitu sebuah daerah yang memiliki warga yang cukup banyak namun belum sepenuhnya merasakan pembanguanan yang merata dari segala sektor kehidupan,

9 Kusnardi, Pengantar tata negara Indonesia, 333. 10 Nikmatul huda, hukum tatnegara Indonesia, 273. 11 Kusnardi, Pengantar tata negara Indonesia, 338. 12 Nikmatul huda, hukum tatnegara Indonesia, 271.

(4)

dengan adanya pemilu rakyat dengan mudah akan menilih clon pemimpin yang mendukung pembangunan wilayah mereka agar sejajar dengan pembangunan diwilayah lain.

4. Sistem pencalonan

Yaitu calon pemimpin akan dipromosikan oleh partai pendukungnya sambil memberitahukan wacana wacana istimewa yang akan dibuat bagi kemajuan pembangunan didalam negeri jika terpilih nanti. kampanye yang dilakukan agar masyarakat bisa melihat, mengetahui, memahami, menyelami latar belakang calon pemimpin dan memilih calon pemimpinnya yang sesuai dengan tujuan mereka.

B. Partai Politik

Partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan (role) yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara.14 pemilihan umum hampir-hampir tidak mungkin dilaksanakan tanpa kehadiran partai-partai politik di tengah masyarakat. Keberadaan partai juga merupakan salah satu wujud nyata pelaksanaan asas kedaulatan rakyat. Sebab dengan pertai poltik itulah segala aspirasi rakyat yang beraneka ragam dapat disalurkan secara teratur.15Maka secara otomatis partai politik berkembang menjadi penghubung antara rakyat disatu pihak dan pemerintah dipihak lain.16

Dalam kehidupan politik ketatanegaraan suatu negara, pada prinsipnya dikenal adanya tiga sistem kepartaian, yaitu:

1. Sistem partai tunggal

Istilah ini dipergunakan untuk partai politik yang benar-benar merupakan satu-satunya partai politik dalam suatu negara, maupun partai politik yang mempunyai kedudukan dominan diantara beberapa partai politik lainnya.

2. Sistem dua partai

Dalam sistem ini partai-partai politik dibagi kedalam partai politik yang berkuasa (karena menang dalam pemilihan umum) dan partai oposisi (karena kalah dalam pemilihan umum).

3. Sistem banyak partai

Pada umumnya sistem kepartaian semacam ini muncul karena adanya keanekaragaman sosial budaya dan politik yang terdapat di dalam suatu negara.

Jika kedaulatan berada di tangan rakyat, maka kekuasaan politik harus dibangun dari bawah dan rakyat harus diberikan kebebasan untuk mendirikan partai-partai politik. Memang kebebasan mendirikan partai tanpa batas dapat menimbulkan berbagai persoalan, maka

partai-14 Jimly Asshiddiqie, pengantar ilmu hukum tata negara, (Jakarta, : Rajawali Pers,2009), 401. 15 mahendra, dinamika tatanegara Indonesia, 204.

(5)

partai tersebut harus bisa memainkan peranannya secara wajar dan optimal sebagai wahan penyalur aspirasi rakyat maupun sebagai sarana membangun pemerintahan demokratis dari bawah.17

Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jikalau keberadaan partai politik di pergunakan untuk mewujudkan tatanan kehidupan kenegaraan yang lebih beradab.

C. Sejarah Pemilihan Umum di Indonesia

Pemilihan Umum Indonesia 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia dan diadakan pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia yang paling demokratis.Pemilu tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang kondusif; beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosuwiryo. Dalam keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman.Pemilu ini bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah.Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu18:

a. Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu,

b. Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955.

Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia mendapatkan 57 kursi DPR dan 119 kursi Konstituante (22,3 persen), Masyumi 57 kursi DPR dan 112 kursi Konstituante (20,9 persen), Nahdlatul Ulama 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante (18,4 persen), Partai Komunis Indonesia 39 kursi DPR dan 80 kursi Konstituante (16,4 persen), dan Partai Syarikat Islam Indonesia (2,89 persen). Partai-partai lainnya, mendapat kursi di bawah 10. Seperti PSII (8), Parkindo (8), Partai Katolik (6), Partai Sosialis Indonesia (5). Dua partai mendapat 4 kursi (IPKI dan Perti). Enam partai mendapat 2 kursi (PRN, Partai Buruh, GPPS, PRI, PPPRI, dan Partai Murba). Sisanya, 12 partai, mendapat 1 kursi (Baperki, PIR Wongsonegoro, PIR Hazairin, Gerina, Permai, Partai Persatuan Dayak, PPTI, AKUI, PRD, ACOMA dan R. Soedjono Prawirosoedarso).

17 mahendra, dinamika tatanegara Indonesia, 204.

18 Dicky Dewana, “sejarah singkat pemilu Indonesia tahun”, diakses dari

(6)

Pemilu 1955 tidak dilanjutkan sesuai jadwal pada lima tahun berikutnya, 1960. Hal ini dikarenakan pada 5 Juli 1959, dikeluarkan Dekrit Presiden yang membubarkan Konstituante dan pernyataan kembali ke UUD 1945. Kemudian pada 4 Juni 1960, Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu 1955, setelah sebelumnya dewan legislatif itu menolak RAPBN yang diajukan pemerintah. Presiden Soekarno secara sepihak melalui Dekrit 5 Juli 1959 membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR) dan MPR Sementara (MPRS) yang semua anggotanya diangkat presiden.

D. Sejarah Partai Politik di Indonesia

1. Masa penjajahan Belanda

Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indonesia (waktu itu Hindia Belanda). Partai Politik yang paling pertama dibentuk di Indonesia adalah De Indische Partij pada 25 Desember 1912 oleh Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantara, dan Tjipto Mangunkoesoemo. Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada masa itu semua organisasi baik yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah, ataupun yang berasaskan politik agama dan sekuler seperti Serikat Islam, PNI dan Partai Katolik, ikut memainkan peranan dalam pergerakan nasional untuk Indonesia merdeka.19

2. Masa pendudukan Jepang

Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam diberi kebebasan untuk membentuk partai Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Partai Masyumi), yang lebih banyak bergerak di bidang social

3. Masa pasca proklamasi kemerdekaan

Menjelang pemilu 1955 terdapat 70 partai politik. Pemilu ini dipergunakan untuk memilih anggota konstituante yang bertugas untuk merumuskan UUD yang akan menggantikan UUDS 1950 dan memilih DPR. Pada tahun 1959, dilakukan penyederhanaan sistem kepartaian di Indonesia yaitu:

1. Penpres no 7 tahun 1959 dan Penpres no 13 tahun 1960 mengatur tentang pengakuan, pengawasan dan pembubaran partai-partai politik.

2. Membubarkan PSI dan MASYUMI pada tahun 1960.

Pada tanggal 14 april 1961 hanya sembilan partai yang mendapat pengakuan. Gagasan penyederhanaan kehidupan kepartaian ini tidak hanya mengandung arti pengurangan jumlah partai politik tetapi juga melakukan perombakan sikap dan pola kerja dari partai-partai tersebut.

19 Wikipedia, “Partai politik di Indonesia”, diakses dari

(7)

E. Hubungan Pemilihan Umum Dan Partai Politik

Partai politik merupakan satu-satunya organisasi politik yang berkaitan dengan pemilihan umum. Karena peran pemilihan umum dalam partai sangat besar untuk mencapai tujuan dalam pemilihan dan mempergunakan kekuasaan dalam pemerintahan setelah partai tersebut memenangkan pemilihan20

F. Dasar Yuridis Pemilu Di Indonesia

Ada beberapa dasar yuridis dari pemilihan umum di Indonesia, yaitu :

1. Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR.

2. Pasal 7 UUD 1945 yang menyatakan persiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama 5 tahun dan sesudanya dapat dipilih kembali.

3. Pasal 19 UUD 1945, susunan DPR ditetapkan dengan Undang-Undang.

Setelah lahirnya UU no 15 tahun 1969 dan UU no 16 tahun 1969 pemilu berikutnya menggunakan dasar yuridis diantaranya :

1. UU no 4 tahun 1975. 2. UU no 5 tahun 1975.

3. UU no 2 tahun 1980 tentang pemilihan umum tentang anggota badan permusyawaratan atau perwakilan rakyat.

4. UU no 1 tahun 1985.

5. UU no 2 tahun 1985 tentang susunan dan kedudukan MPR,DPR dan DPRD. 6. UU no 3 tahun 1999 tentang pemilu.

7. UU no 12 tahun 2003 tentang pemlihan umum tentang DPR, DPD dan DPRD.21

G. Kesimpulan

Pemilihan umum merupakan salah satu sendi untuk tegaknya sistem politik demokrasi. Oleh karena itu, tujuan pemilihan umum adalah untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip demokrasi dengan cara memilih wakil-wakil rakyat di Badan Perwakilan rakyat, dalam rangka mengikut sertakan rakyat dalam kehidupan ketatanegaraan sedangkan Partai Politik memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara. Di Indonesia sendiri antara partai politik dan pemilu telah lama dikenal oleh bangsa kita, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Partai politik telah ada sejak zaman kolonial belanda, namun Indonesia baru melaksanakan pemilu pertamanya setelah Indonesia merdeka. Partai politik dan Pemilu memiliki peranan penting untuk bangsa Indonesia, Karena keduanya

20 Ahmadjay, “Hubungan Partai Politik dengan Pemilu”, diakses dari

https://www.dictio.id/t/apa-hubungan-partai-politik-dengan-pemilu/5236, pada tanggal 11/11/2017 pukul 15.10

(8)
(9)

Refrensi :

Buku :

 Huda, Nikmatul. 2009. Hukum Tatanegara Indonesia. Jakarta : Rajawali pers.

 Izha mahendra, yusril. 1996. Dinamika Tatanegara Indonesia. Jakarta : Gema insani Press.

 Kusnardi. 1988. Pengantar Tata Negara Indonesia. Jakarta : PD Budi Chaniago.

 Asshidiqie Jimly. 2009. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta : Rajawali pers

Internet :

 Malik. “6 Asas Pemilu (Luberjurdil)”. Tanggal 11 November 2017, pukul 13.11 . http://mengakujenius.com/asas-pemilu-luberjurdil/

 Sari, Maya. “4 sistem pemilu di Indonesia”. Tanggal 11 November 2017. Pukul 14.00. https://guruppkn.com/sistem-pemilu-di-indonesia,

 Dewana, Dicky. “sejarah singkat pemilu Indonesia tahun”. tanggal 11 November 2017

Pukul 14.33. http://proffdwn.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-singkat-pemilu-indonesia-tahun.html,

Referensi

Dokumen terkait

182 Bab 5: Perempuan di Parlemen: Membuat Suatu Perbedaan Perancis dan Belgia adalah pengecualian (pantas dicatat bahwa Belgia adalah sebuah negara yang menggunakan kuota

menit sehari, dll) akan mendapatkan komisi yang berbeda beda pula mulai dari 0,02 hingga 0,05 dolar perhari nyak aplikasi harian sekaligus. Untuk saat ini Whaff Rewards hanya

Laporan pelaksanaan proyek yang telah selesai dan ditampilkan di triwulan ini yaitu proyek Domestic Gas Development Project dari sumber pinjaman Bank Dunia, Vocational

(1) Daerah ekonomi maju dan daerah ekonomi kurang maju sebagaimana dimaksud dalam Pasal.. Indeks Potensi dan Kemajuan Daerah dari daerah

Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama berjalan lancar. Setelah penyampaian materi dan diskusi tentang teknik PORPE, mahasiswa melakukan aktivitas pembelajaran dengan

Jumlah saham yang ditawarkan 2.300.178.500 Saham Biasa Atas Nama dengan nilai nominal Rp 100,- (seratus rupiah) setiap saham.. Penjamin Pelaksana

Beasiswa merupakan pemberian berupa bantuan keuangan maupun pendidikan yang diberikan perorangan, mahasiswa atau pelajar yang digunakan demi keberlangsungan

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 14 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu, khususnya terhadap tarif retribusi izin usaha perikanan