• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Penentuan Daya Dan Peletakan Distributed Generation Pada Jaringan Distribusi 20 Kv (Studi Kasus: Penyulang Pm6 Pematang Siantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi Penentuan Daya Dan Peletakan Distributed Generation Pada Jaringan Distribusi 20 Kv (Studi Kasus: Penyulang Pm6 Pematang Siantar)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik merupakan kumpulan peralatan listrik yang saling

terhubung membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan tenaga

listrik pada pusat pembangkit tenaga listrik dan menyalurkan tenaga listrik

melalui suatu jaringan transmisi dan jaringan distribusi hingga sampai ke

pelanggan. Gambar 2.1 merupakan gambar segaris suatu sistem tenaga listrik

yang terdiri dari pusat pembangkit, transmisi, dan distribusi [4].

Pusat

Gambar 2.1 One Line Diagram Sistem Tenaga Listrik

Suatu pembangkit tenaga listrik ditempatkan pada lokasi tertentu

berdasarkan sumber daya alam yang digunakan. Jenis pembangkit tenaga listrik

yang digunakan adalah seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas

(PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit Listrik

Tenaga Panas Bumi (PLTP). Setelah tenaga listrik dibangkitkan kemudian tenaga

listrik disalurkan ke transformator step up. Hal ini disebabkan karena lokasi

pelanggan tenaga listrik yang tersebar luas dan jauh dari pusat pembangkit tenaga

(2)

6

Pada transformator step-up, tegangan yang dibangkitkan oleh pembangkit

listrik dinaikkan menjadi tegangan tinggi sesuai dengan Sistem kelistrikan di

Indonesia menggunakan standart tegangan tinggi di antara 150kV, 275kV dan

500kV. Tenaga listrik ini kemudian disalurkan ke gardu induk sebagai pusat

beban melalui saluran transmisi. Setelah sampai di gardu induk, tegangan tinggi

pada saluran transmisi kemudian diturunkan menggunakan transformator step

down pada gardu induk menjadi tegangan menengah sebesar 20 kV.

Tegangan menengah 20 kV disalurkan melalui jaringan distribusi primer

hingga transformator distribusi. Pada transformator distribusi, tegangan menengah

20 kV diturunkan menjadi tegangan rendah 380/220 V. Tegangan rendah ini

kemudian disalurkan melalui jaringan distribusi sekunder hingga sampai ke

pelanggan.

Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi merupakan salah satu bagian dari suatu sistem tenaga

listrik yang terletak paling dekat dengan pelanggan. Jaringan distribusi berfungsi

untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk ke pelanggan. Permasalahan

utama pada jaringan distribusi adalah banyaknya gangguan yang sering terjadi.

Intensitas gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi lebih banyak dari pada

gangguan di sistem tenaga listrik yang lain [4].

Permasalahan yang terjadi pada jaringan distribusi dapat mengakibatkan

terganggunya kontinuitas pelayanan tenaga listrik dari gardu induk ke pelanggan.

Tingkat kontinuitas pelayanan tenaga listrik setiap jaringan distribusi

(3)

7

Berdasarkan bentuk jaringan, jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis [5]:

1. Sistem radial terbuka

2. Sistem radial paralel

3. Sistem rangkaian tertutup

4. Sistem network

5. Sistem interkoneksi

Studi Aliran Daya

Studi aliran daya merupakan suatu bagian yang penting dalam analisis

sistem tenaga. Studi aliran daya diperlukan untuk tahap perencanaan, pengaturan

biaya, dan dapat menjadi peramalan untuk perencanaan pengembangan jaringan di

masa depan. Beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam aliran daya

adalah menentukan besar dan sudut fasa dari tegangan pada masing – masing bus,

serta daya aktif dan reaktif yang mengalir pada setiap line.

Dalam penyelesaian sebuah aliran daya, sistem dioperasikan dalam

keadaan seimbang. Besaran – besaran yang menjadi parameter dalam studi aliran

daya adalah besar tegangan | |, sudut fasa �, daya aktif P, dan daya reaktif Q.

2.3.1 Konsep Perhitungan Aliran Daya

Perhitungan aliran daya pada dasarnya adalah menghitung besar tegangan,

sudut fasa dan rugi – rugi pada jaringan dalam kondisi tunak dan dengan beban

seimbang.

Pada setiap bus ada 4 variabel operasi yang terkait, yaitu daya aktif, daya

(4)

8

dapat dihitung, dua dari empat variabel diatas harus diketahui untuk setiap bus,

sedangkan variabel yang lainnya dihitung. Setiap bus dalam sistem tenaga listrik

dikelompokkan menjadi 3 tipe bus, yaitu [6] :

1. Bus beban

Bus beban adalah bus yang tidak memiliki unsur pembangkitan tenaga

listrik / generator, dan terhubung secara langsung dengan beban (konsumen).

Bus beban biasa disebut dengan P-Q bus, karena pada bus ini, yang dapat diatur

adalah kapasitas daya yang terpasang. P merupakan daya aktif terpasang dalam

satuan Watt (W), sedangkan Q merupakan daya reaktif terpasang dalam satuan

Volt Ampere Reaktif (VAR). Hubungan antara daya aktif dan daya reaktif

terhubung dengan nilai cos phi (cos φ).

2. Bus generator

Bus generator atau biasa disebut bus voltage controlled. Disebut

demikian, karena tegangan pada bus ini biasanya dijaga konstan. Pada bus ini

terhubung dengan generator yang dapat dikontrol daya aktif dan tegangannya.

Pengaturan daya aktif pada bus ini diatur dengan mengontrol penggerak mula

(prime mover), sedangkan pengaturan tegangan pada bus ini diatur dengan

mengontrol arus eksitasi pada generator. Oleh karena daya aktif (P) dan tegangan

(V) yang dapat dikontrol, maka bus ini sering disebut sebagai P-V bus.

3. Bus referensi

Pada bus referensi atau biasa disebut slack bus, adalah sebuah bus

generator yang dianggap sebagai bus utama karena merupakan bus yang memiliki

kapasitas daya yang paling besar. Oleh karena daya yang dapat disalurkan oleh

(5)

9

bisa diatur, sedangakan besar daya aktif dan reaktifnya akan dicari dalam

perhitungan.

Dalam sistem pemrograman, tipe bus identik dengan kode angka.

Dimana kode untuk bus referensi adalah angka 1, kode untuk bus generator adalah

angka 2, dan kode untuk bus beban adalah angka 3. Untuk lebih jelasnya dari

pembagian tipe dan kode bus, dapat dilihat dari Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Tipe Bus Dalam Sistem Tenaga Listrik.

Tipe bus Kode Bus Nilai yang diketahui

Nilai yang dihitung

Bus beban 3 P, Q V, δ

Bus generator 2 P, V Q, δ

Bus referensi 1 V, δ P, Q

2.3.2 Persamaan aliran daya

Sistem tenaga listrik tidak hanya terdiri dari 2 bus, melainkan terdiri dari

beberapa bus yang akan diinterkoneksikan satu sama lain. Daya listrik yang

diinjeksikan oleh generator kepada salah satu bus, bukan hanya dapat diserap oleh

beban bus tersebut, melainkan juga dapat diserap oleh beban di bus yang lain.

Kelebihan daya pada bus akan dikirimkan melalui saluran transmisi ke bus-bus

lain yang kekurangan daya.

Diagram satu garis beberapa bus dari suatu sistem tenaga diperlihatkan

(6)

10

Gambar 2.2 Diagram Satu Garis dari N-Bus dalam Suatu Sistem Tenaga

Arus pada bus I dapat ditulis:

= + − + − + … + � − �

= + + + … + � − − − … − � � (2.1)

Kemudian, kita definisikan:

= + + + … + �

= −

= −

� = − �

(7)

11

Sehingga Ii pada Persamaan (2.1) dapat ditulis menjadi:

= + + + … + � � (2.3) Atau dapat ditulis:

= + ∑��=

�≠ (2.4)

Persamaan daya pada bus I adalah:

− � = ∗ ; dimana ∗ adalah conjugate pada bus i

Dari Persamaan (2.6) terlihat bahwa persamaan aliran daya bersifat tidak

linier dan harus diselesaikan dengan metode numerik iteratif.

2.3.3 Metode Newton-Raphson

Kecepatan relatif dari bermacam-macam metode analisis aliran beban

sukar dipastikan. Salah satu metoda untuk menghitung aliran daya adalah metode

Newton-Raphson. Metode ini memiliki perhitungan lebih baik untuk sistem tenaga

yang lebih besar dan tidak linier. Metode ini juga memiliki keuntungan dalam hal

(8)

12

dalam bentuk polar. Dimana penurunan rumus nya dapat dilihat sebagai berikut

[4] :

Pada suatu bus dimana besarnya tegangan dan daya reaktif yang tidak

diketahui, nilai real dan imajiner tegangan untuk setiap iterasi didapatkan dengan

menghitung nilai daya reaktif terlebih dahulu. Dari Persamaan (2.5) diperoleh:

�∗ = + ∑��=�≠ � � (2.7)

Dimana i = n, sehingga diperoleh:

− � = ∗∑��= (2.8) = − �{ ∗∑��= } (2.9) Untuk menerapkan metode Newton-Raphson pada penyelesaian persamaan

aliran kita menyatakan tegangan bus dan admitansi saluran dalam bentuk polar.

Jika kita pilih bentuk polar dan kita uraikan Persamaan (2.7) ke dalam unsur real

dan imajiner maka didapatkan:

= | | ∠�

� = | �| ∠��

� = | �| ∠��

Sehingga didapatkan:

− � = ∑��= | � �| ∠��+ ��− � (2.9)

= ∑��= | � �| cos ��+ ��− � (2.10)

= − ∑��= | � �| sin ��+ ��− � (2.11)

Persamaan (2.10) dan Persamaan (2.11) merupakan langkah awal

perhitungan aliran daya dengan metode Newton-Raphson. Penyelesaian aliran

(9)

13

merupakan nilai perkiraan awal yang diterapkan sebelum dimulai perhitungan

aliran daya.

Hasil perhitungan daya menggunakan Persamaan (2.10) dan Persamaan

(2.11) akan diperoleh nilai dan . Hasil ini digunakan untuk menghitung

nilai ∆ dan ∆ menggunakan persamaan berikut:

∆ = � − (2.12)

∆ = � − (2.13)

Hasil perhitungan Persamaan (2.12) dan Persamaan (2.13) digunakan

untuk membentuk matriks Jacobian. Persamaan matriks Jacobian disusun sebagai

berikut:

Secara umum Persamaan (2.14) dapat disederhanakan ke dalam bentuk:

[∆∆ ] = [ ][∆| | ]∆� (2.15)

Unsur Jacobian diperoleh dengan membuat turunan parsial dari Persamaan

(2.10) dan Persamaan (2.11) dan memasukkan nilai tegangan perkiraan pada

iterasi pertama. Dimana dalam menentukan matriks Jacobian adalah sebagai

berikut:

Jumlah baris dan kolom matriks dibuat berdasarkan dengan [(2n-2-m) x

(10)

14

jumlah baris dan kolom J2 dibuat berdasarkan [(n-1) x (n-1-m)], jumlah baris dan

kolom J3 dibuat berdasarkan [(n-1-m) x (n-1)], lalu jumlah baris dan kolom J4

dibuat berdasarkan [(n-1-m) x (n-1-m)].

Komponen diagonal dan off diagonal dari J1 adalah :

�� = ∑��≠ | � �| cos ��+ �� − � (2.16)

�� = −| � �| cos ��+ ��− � j ≠ 1 (2.17)

Komponen diagonal dan off diagonal dari J2 adalah :

�� = | cos � + ∑��≠ | | cos ��+ �� − � (2.18) �

�� = −| �| cos �� + ��− � j ≠ 1 (2.19)

Komponen diagonal dan off diagonal dari J3 adalah :

�� = ∑��≠ | � �| cos ��− ��+ � (2.20)

�� = −| � �| cos ��− ��+ � j ≠ 1 (2.21)

Komponen diagonal dan off diagonal dari J4 adalah :

�� = − | sin � − ∑��≠ | | sin ��+ ��+ � (2.22) �

�� = −| �| sin ��+ ��− � j ≠ 1 (2.23)

Setelah mendapatkan nilai matriks Jacobian selanjutnya dilakukan

perhitungan pada nilai ∆� dan ∆| | dengan cara melakukan inverse matriks

Jacobian, sehingga diperoleh bentuk sebagai berikut:

(11)

15

Setelah nilai ∆� dan ∆| | didapat, kita dapat menghitung nilai

tersebut untuk iterasi berikutnya, yaitu dengan menambahkan nilai ∆� dan

∆| | , sehingga diperoleh persamaan berikut:

� + = � + ∆� (2.25)

| | + = | | + ∆| | (2.26)

Hasil perhitungan Persamaan (2.25) dan Persamaan (2.26) digunakan lagi

dalam proses iterasi selanjutnya, yaitu dengan memasukkan nilai hasil ke dalam

Matriks (2.14) sebagai langkah awal perhitungan aliran daya. Proses ini dilakukan

secara terus menerus sampai diperoleh nilai yang konvergen.

Secara ringkas, metode penyelesaian aliran daya menggunakan metode

Newton-Raphson dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tentukan nilai-nilai dan yang mengalir ke dalam sistem

pada setiap bus untuk nilai yang diperkirakan dari besar tegangan (V)

dan sudut fasanya (δ) untuk iterasi pertama atau nilai tegangan yang

ditentukan paling akhir untuk iterasi berikutnya

2. Hitung � pada setiap rel

3. Hitung nilai-nilai untuk Jacobian dengan menggunakan nilai-nilai

perkiraan atau yang ditentukan dari besar dan sudut fasa tegangan

dalam persamaan untuk turunan parsial yang ditentukan dengan

persamaan diferensial Persamaan (2.10) dan Persamaan (2.11)

4. Inverse matriks Jacobian dan hitung koreksi-koreksi tegangan ∆� dan

∆| | pada setiap rel

5. Hitung nilai yang baru dari | | dan � dengan menambahkan nilai ∆�

(12)

16

6. Kembali ke langkah 1 dan ulangi proses tersebut dengan menggunakan

nilai besar dan sudut fasa tegangan yang ditentukan oleh nilai hasil

terakhir sehingga semua nilai yang diperoleh lebih kecil dari indeks

ketepatan yang dipilih.

2.3.4 Contoh perhitungan aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson

Contoh :

Dilakukan perhitungan aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson

seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dimisalkan sebuah jaringan distribusi seperti

digambarkan pada Gambar 2.3 mempunyai satu slack bus, satubusgenerator dan

satu bus beban.

Gambar 2.3 Single Line Diagram Sistem Distribusi dengan Tiga Bus

Didapatkan nilai matriks Y dari jaringan distribusi tersebut sebagai

(13)

17

=

[

− −

− −

− − ]

= [− + �− � − + �± � − + �− + �

− + � − + � − � ]

Dengan menggunakan Persamaan (2.9), didapatkan:

= | || || | cos � − � + � + | | | | cos � − � + � +

| | | | cos �

= −| || || | sin � − � + � − | | | | sin � − � + � −

| | | | sin �

= | || || | cos � − � + � + | | | | cos � − � + � +

| | | | cos �

Setelah didapatkan nilai P2 dan nilai Q2, dilakukan perhitungan untuk

mendapatkan nilai ∆ dan ∆ sesuai Persamaan (2.12) dan Persamaan

(2.13) sebagai berikut:

∆ = ℎ − ℎ ��

∆ = ℎ − ℎ ��

Dimana matriks jacobian dibentuk dengan persamaan :

�� = | || || | sin � − � + � + | | | | | | sin � − � + � |

(14)

18

� 2

��2 = | || | cos � − � + � + | || | cos � − � + � + | | | | cos �

�� = −| | | | | | sin � − � + �

�� = | || || | sin � − � + � + | | | | | | sin � − � + � |

� = −| | | | cos � − � + �

�� = | || || | cos � − � + � + | | | | | | sin � − � + � |

�� = −| | | | | | cos � − � + �

� 2

��2 = −| || | cos � − � + � − | || | sin � − � + � − | | | | sin �

= - + = − − � . pu

= = 2 pu

∆ = ℎ= -4 - (-1,14) = -2,86

∆ = ℎ= -2,5-(-2,28) = -0,22

∆ = ℎ= 2 0,5616 = 1,4384

(15)

19

Dimana, hasil perhitungan dari atas akan didapatkan :

∆� = − ,

∆� = ,

∆ = − ,

Lalu hasil selisih di atas ditambahkan dengan nilai awal

� = 0 + (-0,045263) = 0,045263

� = + − , = ,

= + − , = ,

Lalu nilai yang didapatkan di atas, dimasukan lagi ke dalam matriks

jacobian untuk dilakukan perhitungan pada interasi ke 2, lalu dilanjutkan sampai

nilai menjadi konvergen. Lalu nilai ahkir yang akan didapatkan adalah sebagai

berikut :

� = 0,047058 + (-0,0000038) = 0,04706

� = , + − , = ,

= , + − , = ,

Lalu nilai di atas dimasukan ke dalam Persamaan 2.9 untuk mencari

(16)

20

= −| || || | sin � − � + � − | | | | sin � − � + �

− | | | | sin �

= | || || | cos � − � + � + | | | | cos � − � + �

+ | | | | cos �

= −| || || | sin � − � + � − | | | | sin � − � + �

− | | | | sin �

Maka hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut

= 1,4085 pu

= 2,1842 pu

= 1,4617 pu

Hasil perhitungan tersebut masih belum akurat sepenuhnya dan

dibutuhkan iterasi lanjutan untuk menghasilkan data yang konvergen. Perhitungan

iterasi yang terlalu banyak menjadi alasan digunakan simulasi menggunakan

program komputer dalam melihat aliran daya pada suatu sistem kelistrikan.

Distributed generation

2.4.1 Defenisi Distributed generation

Terdapat berbagai pengertian tentang Distributed generation. beberapa hal

tentang pengertian DGadalah sebagai berikut [7] :

1) Electric Power Research Institute mengartikan bahwa DG adalah

(17)

21

2) Preston and Rastler mengartikan bahwa DG adalah pembangkit yang

berskala dari beberapa KW hingga 100 MW.

3) Cardell mengartikan bahwa DG adalah pembangkit berskala 500 kW

dan 1 MW.

Akan tetapi umumnya, pengertian Distributed generation adalah sebuah

pembangkit yang teletak di daerah sistem distribusi ataupun pada daerah dekat

beban [7].

DG memiliki rating berdasarkan definisi yang diperoleh berdasarkan

literatur. Rating maksimum yang dapat dikoneksikan pada sebuah sistem

distribusi tergantung pada beban dari sistem distribusi tersebut. Meskipun tidak

ada ketentuan yang pasti untuk menentukan klasifikasi tingkat dari DG, namun

berdasarkan besar daya yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi DG

atas [7] :

1) Micro : ~1 Watt sampai dengan < 5 kW

2) Small : 5 kW sampai dengan < 5 MW

3) Medium : 5 MW sampai dengan 50 MW

4) Large : 50 MW sampai dengan ~ 300 MW

2.4.2 Teknologi dari DG

DG dapat dibedakan berdasarkan energi utama yang digunakan, yaitu

[9][10]:

A.Internal Combustion Engines (ICE)

ICE merupakan salah satu teknologi yang umum digunakan untuk DG.

(18)

22

dari beberapa kW hingga MW. ICE juga memiliki efisiensi dan keandalan operasi

yang tinggi. Karakteristik ini dikombinasikan dengan kemampuan mesin untuk

memulai kerja yang cepat selama terjadi pemadaman. Hal ini membuat ICE

menjadi pilihan utama dalam keadaan darurat atau menjadi cadangan daya listrik.

Kelemahan utama dari ICE adalah:

1) Biaya perawatan (maintenance) dan bahan bakar yang tinggi (tertinggi

di antara teknologi DG lain)

2) Emisi NOX yang tinggi (tertinggi di antara teknologi DG lain)

3) Tingkat kebisingan yang tinggi

B. Turbin Gas

Turbin gas dengan segala ukuran dewasa ini telah luas digunakan. Turbin

gas ukuran kecil 1-20 MW umum digunakan dalam aplikasi Combined Heat and

Power (CHP). Turbin gas kecil ini khususnya sangat berguna ketika dibutuhkan

uap dengan temperatur yang tinggi. Biaya perawatan dan emisi yang dihasilkan

oleh turbin gas sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ICE. Tetapi tingkat

kebisingan untuk turbin gas masih tergolong tinggi.

C.Combined Cycle Gas Turbines (CCGT)

Pada CCGT, campuran udara pembuangan sisa bahan bakar bertukar

energi dengan air di boiler untuk menghasilkan uap air yang digunakan untuk

menggerakkan turbin uap. Pergerakan turbin uap bertujuan untuk mengubah

energi gerak tersebut menjadi tambahan energi listrik pada generator. Kemudian,

(19)

23

Teknologi CCGT menjadi cukup populer dikarenakan efisiensi yang

tinggi. Namun, instalasi turbin gas di bawah 10 MW umumnya bukan merupakan

combined-cycle.

D.Microturbines

Microturbines menghasilkan daya ac dengan frekuensi tinggi. Sebuah

inverter daya digunakan untuk mengubah frekuensi ini ke dalam kisaran frekuensi

yang dapat digunakan. Unit individu dari microturbines berkisar dari 30-200 kW.

Tetapi beberapa microturbines dapat digabungkan menjadi beberapa unit

(multiple unit). Temperatur pembakaran yang rendah membuat emisi NOX

menjadi sangat rendah. Microturbines juga menghasilkan tingkat kebisingan yang

lebih rendah dibandingkan teknologi pembangkit lain yang memiliki ukuran sama.

Kebanyakan Microturbines menggunakan gas alam. Penggunaan energi

terbarukan seperti ethanol sangat memungkinkan untuk digunakan. Kekurangan

utama dari microturbines adalah biaya bahan bakar yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan ICE.

E.Fuel Cells

Fuel cells merupakan peralatan elektrokimia yang merubah energi kimia

dari sebuah bahan bakar menjadi energi yang dapat digunakan (listrik dan panas)

tanpa pembakaran.

Fuel cells menghasilkan listrik dengan efisiensi yang tinggi hingga

(20)

24

berarti. Hal ini yang menjadi keuntungan utama dari fuel cells. Tantangan utama

dalam pengembangan fuel cells adalah biaya investasi yang tinggi.

F. Solar Photovoltaic (PV)

Sistem Photovoltaic (PV) melibatkan perubahan langsung dari cahaya

matahari menjadi listrik. Penerapan dari sistem PV sangat didukung dengan

ketersediaan sinar matahari sepanjang hari, siklus kerja yang lama, perawatan

yang mudah, biaya operasi yang rendah, ramah lingkungan, serta waktu untuk

mendesain, menginstal, dan kemampuan untuk memulai kerja yang cepat.

Umumnya modul individu PV mempunyai kisaran daya dari 20 W hingga 100

kW. Beberapa penghalang untuk sistem PV yaitu biaya instalasi PV yang relatif

tinggi dibandingkan teknologi DG lain.

G.Tenaga Angin

Tenaga angin memainkan peran yang penting dalam pembangkitan listrik

dari energi terbarukan. Tantangan utama dari teknologi tenaga angin adalah

penyaluran listrik yang masih sering terputus dan keandalan jaringan. Hal ini

dikarenakan teknologi tenaga angin memanfaatkan kekuatan alam yang tidak bisa

hadir sepanjang waktu. Tantangan lain dalam pengembangan teknologi ini adalah

ketersedian pembangkit tersebut dikarenakan lokasi terbaik untuk pembangunan

teknologi ini adalah pada daerah terpencil tanpa akses ke jaringan transmisi yang

(21)

25

H. Small Hydropower (SHP)

Small Hydropower (SHP) umumnya digunakan untuk menunjukkan tenaga

air dengan kapasitas daya kurang dari 10 MW. Istilah lain yang sering digunakan

adalah mini hydropower dengan kapasitas di antara 100 KW dan 1 MW dan micro

hydropower dengan kapasitas di atas 100 KW.

I. Solar Thermal

Sistem solar thermal menghasilkan listrik dengan mengkonsentrasikan

cahaya matahari yang datang dan kemudian memerangkap panas dari cahaya

matahari tersebut yang digunakan untuk menaikkan temperatur cairan ke derajat

temperatur yang sangat tinggi untuk menghasilkan uap air dan menghasilkan

listrik.

Pengembangan konsentrasi cahaya matahari sekarang memungkinkan

pembangkitan daya listrik dari beberapa kilowatt hingga ratusan megawatt.

J. Panas Bumi

Energi panas bumi tersedia sebagai panas yang diemisikan dari dalam

bumi, biasanya dalam bentuk air panas atau uap. Pembangkit listrik tenaga panas

bumi membutuhkan biaya modal yang tinggi tetapi dengan biaya operasi yang

rendah. Teknologi panas bumi ini juga ramah lingkungan tanpa ada emisi CO2

(22)

26

2.4.3 Dampak dari pemasangan DG pada jaringan

Terpasangnya DG pada jaringan menyebabkan beberapa dampak yang

perlu diperhatikan yaitu faktor perubahan arah aliran daya, rugi – rugi daya pada

saluran, dan perubahan profil tegangan pada sistem.

Jaringan konvensional merupakan jaringan dengan aliran daya satu arah.

Namun dengan adanya DG maka aliran daya tidak dapat dianggap bergerak pada

satu arah lagi. DG berada di daerah dekat beban dan di daerah sistem distribusi.

Munculnya DG menyebabkan jaringan menjadi dua arah, dimana hal ini dapat

ditunjukan pada Gambar 2.4 dan 2.5 di bawah ini.

(23)

27

Gambar 2.5 Aliran Daya Dua Arah

Perubahan pola aliran daya yang terjadi pada saluran mengakibatkan

perubahan nilai arus yang mengalir pada jaringan distribusi. Hal ini

mengakibatkan perubahan nilai rugi – rugi daya pada jaringan. Faktor yang

mempengaruhi nilai rugi – rugi pada jaringan adalah resistansi dari penghantar,

serta besar arus yang melalui penghantar tersebut. Bertambah besarnya daya yang

disalurkan dari sebuah sumber daya ke beban melalui sebuah penghantar

mengakibatkan penghantar tersebut akan menghantarkan arus yang lebih besar,

(24)

28

Gambar 2.6 Diagram Aliran Daya dengan Koneksi DG

Dari Gambar 2.6 didapatkan persamaan sebagai berikut :

S = P + jQ (2.27)

I = �

� (2.28)

I = +

� (2.29)

∆U = − (2.30)

≈ �� � – �� + �� �− ± �� (2.31)

Dari persamaan di atas diketahui, bahwa nilai drop tegangan berubah,

semakin bertambah atau berkurang, tergantung jika DG menyerap daya reaktif

atau memberi daya reaktif. Jika DG menyerap daya reaktif terlalu besar, maka

drop tegangan pada sistem semakin bertambah. oleh karena itu, rugi-rugi dapat

semakin bertambah bukannya berkurang.

Jika DG diletakan di tempat yang tepat dengan besar yang tepat,

penambahan DG pun tidak lagi menambah rugi, melainkan mengurangi

rugi-rugi dari sistem. Perubahan pola aliran daya akibat interkoneksi DGpada jaringan

distribusi dapat berdampak bertambahnya nilai rugi – rugi atau berkurangnya

(25)

29

Bertambahnya daya yang mengalir pada jaringan akan menyebabkan

naiknya tegangan pada saluran. Maka dari itu dibutuhkan juga pengaturan

tegangan yang tepat sehingga beban – beban dapat terlayani dengan baik [8].

2.4.4 Dampak kapasitas DG pada jaringan distribusi

Dalam mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh koneksi dari DG,

maka diperlukanlah penentuan besar optimal yang dapat dipasang pada tiap tiap

bus serta diperlukannya juga penentuan lokasi terbaik dalam pemasangan DG.

Naiknya tegangan yang disebabkan oleh DG dikarenakan ukuran DG yang

terlalu besar dan beban yang terlalu rendah yang berada di sekitar DG [10]. Oleh

karena itu, jika DG yang digunakan memiliki kapasitas daya yang besar, maka

agar tidak terjadi naiknya tegangan DG yang hendaknya diletakan di daerah

berbeban besar juga. DG yang dapat membangkitkan daya reaktif sendiri, seperti

diesel, ketika DG mensuplai daya yang besar, DG harus dioperasikan dalam

keadaan menyerap daya reaktif karena ketika DG menyerap daya reaktif yang

besar, maka kelebihan tegangan pada sistem dapat diatasi [9][10]. Jika DG tidak

dapat membangkitkan daya reaktif sendiri, seperti solar cell, maka DG harusnya

dioperasikan pada keadaan unity power factor, sampai tegangan pada DG

mencapai tegangan maksimum, dan jika daya yang diperlukan lebih banyak lagi,

maka diperlukannya pengatur tegangan untuk menyesuaikan tegangan pada

(26)

30

2.4.5 Dampak lokasi penempatan DG pada jaringan distribusi

Dampak DG pada rugi-rugi jaringan ialah diakibatkan oleh lokasi dari DG,

penyulangnya dan parameter bebannya. Intinya, DG diletakan di sekitar beban

yang besar, untuk mengurangi rugi rugi jaringan akibat arus yang besar yang

mengalir di penghantar. Aliran daya berubah dimana DG akan ditempatkan,

perubahan aliran daya ini, menyebabkan arah aliran gerak arus pun berubah.

Perubahan arah gerak arus ini, menyebabkan rugi-rugi pun menjadi berubah. Oleh

karena itu, pengaruh dari peletakan dari DG ini mempengaruhi rugi-rugi dari

sistem [10]. melalui Gambar 2.7 berikut ini akan dijelaskan bagaimana dengan

perbedaan lokasi penempatan DG akan mempengaruhi rugi-rugi dari sistem.

Gambar 2.7 Perbandingan Aliran Daya Saat DG Dikoneksikan di Bus

yang Berbeda

Dari gambar terdapat dua keadaan, dimana pada keadaan pertama switch

satu tutup dan saklar dua buka dan keadaan kedua yaitu saklar satu buka dan

switch dua yang tutup. Terdapat dua rugi-rugi yang berbeda pada dua keadaan

tersebut, dimana hal tersebut ditunjukan dalam persamaan umum di bawah ini :

Rugi-rugi = (2.32)

(27)

31

= + � (2.33)

= + (2.34)

Rugi-rugi = + + ) (2.35)

Pada keadaan 2 :

Rugi-rugi = + (2.36)

Melalui Persamaan 2.35 dan 2.36 dilihat bahwa pada kondisi ke 2 nilai

rugi-rugi pada jaringan lebih kecil dari rugi-rugi pada kondisi pertama. Dapat kita

lihat bahwa penempatan DG juga mempengaruhi bagaimana kondisi rugi-rugi

pada jaringan.

Fuzzy Logic

Fuzzy Logic merupakan sebuah metodologi pemecahan masalah yang

berbasis akuisisi data. Dalam logika klasik, umumnya nilai keanggotaan bernilai 0

dan 1, akan tetapi dalam logika Fuzzy ini nilai keanggotaan berada di antara 0 dan

satu. Maksudnya dalam logika Fuzzy, dalam suatu keadaan bisa memiliki nilai

benar dan salah, namun besar nilainya tergantung kepada nilai keanggotaan yang

dimilikinya [11].

Gambar 2.8 Struktur Sistem Inteferensi Sistem (FIS)

Gambar 2.8 merupakan keterangan bagaimana cara kerja Fuzzy

Interference System dalam mengakusisi data. Keterangan gambar di atas: FUZZYFIKASI Mesin

Inteferensi Defuzzyfikasi

(28)

32

- Fuzzyfikasi : Mengubah input system menjadi variable

linguistik

- Mesin Inteferensi : Proses mengubah input fuzzy menjadi output

fuzzy berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan

- Defuzzyfikasi : Mengubah output fuzzy dari mesin inteferensi

menjadi nilai tegas

Tugas ahkir ini menggunakan logika Fuzzy untuk menentukan lokasi yang

paling tepat dari DG, dengan membandingkan profil tegangan pada bus dan besar

total rugi-rugi jaringan. Dimana Fuzzy Interference System (FIS) ini berisi

beberapa aturan yang digunakan untuk menentukan penempatan pada tiap bus

pada sistem distribusi. Penempatan DG dilakukan pada bus yang memiliki nilai

indeks yang paling tinggi. Pada sistem Fuzzy ini terdapat 2 input dan 1

output.dimana inputnya merupakan nilai profil tegangan dan nilai rugi-rugi

dayanya sedangkan outputnya merupakan tempat DG yang paling tepat.

Untuk lebih mempermudah memahami bagaimana fungsi dari fuzzy logic

ini bekerja, maka contoh di bawah ini dapat diperhatikan :

Diketahui:

Besar tegangan maksimum ialah 21kV dan besar tegangan minimum ialah 18 kV.

Besar rugi-rugi minimum dan maksimum adalah sebesar 500kVA dan 2000kVA.

Lalu nilai kesesuaian DG minimum ialah 0 dan 1

Dimana Rulenya adalah sebagai berikut :

[R1] : IF Tegangan Minimum And Rugi-rugi Maksimum THEN Kesesuaian DG

(29)

33

[R2] : IF Tegangan Maksimum And Rugi-rugi Minimum THEN Kesesuaian DG

Maksimum

Pertanyaan :

Berapa tingkat kesesuaian DG jika besar tegangan 19 kV dan besar nilai rugi-rugi

1000 kVA ?

Penyelesaian :

Untuk menyelesaikan masalah tersebut perhatikan variabel yang digunakan dalam

proses Fuzzifikasi yang harus lakukan.

Input : 1. Tegangan [18 21]

{ Minimum Maksimum }

2. Rugi-rugi [500 2000]

{ Minimum Maksimum }

Output : Tingkat Kesesuaian DG [0 1]

{ Minimum Maksimum }

Proses Implikasi [R1]

IF Tegangan Minimum And Rugi-rugi Maksimum THEN

Kesesuaiann DG Minimum.

alpha_predikat1 = min (µminimum [15],µBanyak [1000])

= min (0.33 ; 0.33)

(30)

34

Proses Implikasi [R2]

IF Tegangan Maksimum And Rugi-rugi Minimum THEN

Kesesuaian DG Maksimum.

alpha_predikat1 = min (µMaksimum [15],µMinimum [1000])

= min (0.67 ; 0.67)

= 0,67

Lalu berdasarkan nilai di atas dicari batas integral untuk perhitungan

integral.

(Z – 0)/1 = 0.33  z= 0.33

(Z - 0 )/1 = 0.67  z= 0.67

Melalui batas diatas didapatkan µ :

µ = [ . ≤ . . ≤ ≤ . ]

Nilai di atas dimasukan ke dalam persamaan :

Dengan demikian, Nilai Kesesuaian DG untuk besar tegangan 15kV dan

besar rugi-rugi 1000kVA adalah sebesar : 0.387

Gambar

Gambar 2.1 One Line Diagram Sistem Tenaga Listrik
Tabel 2.1 Tipe Bus Dalam Sistem Tenaga Listrik.
Gambar 2.2 Diagram Satu Garis dari N-Bus dalam Suatu Sistem Tenaga
Gambar 2.3 Single Line Diagram Sistem Distribusi dengan Tiga Bus
+6

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 2 huruf b, dan Pasal 5 Peraturan Bupati Kerinci Nomor 59 Tahun 2016 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun

[r]

dilakukan oleh para pemula excel, namun banyak sekali par a pengguna Excel menyimpan file dengan car a cepat yaitu dengan car a menggunakan kombinasi tombol CTRL+S secar a

Sistem bilangan dapat didefinisikan sebagai cara untuk mengekspresikan bilangan-bilangan yang dikarakteristikan oleh basis bilangan integer yang lebih besar dari satu. Aplikasi

Pada hari ini RABU tanggal SATU bulan MARET tahun DUA RIBU TUJUH BELAS, kami Kelompok Kerja Perencanaan Pembangunan Balai Nikah KUA dan Manasik Haji Kecamatan Tamban Catur Tahun

[r]

Pada hari ini RABU tanggal SATU bulan MARET tahun DUA RIBU TUJUH BELAS, kami Kelompok Kerja Perencanaan Pembangunan Balai Nikah KUA dan Manasik Haji Kecamatan Kapuas Hulu

Pada hari ini RABU tanggal SATU bulan MARET tahun DUA RIBU TUJUH BELAS, kami Kelompok Kerja Perencanaan Pembangunan Balai Nikah KUA dan Manasik Haji Kecamatan Dusun Tengah Tahun