• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengan Ibu Nifas Dalam Melakukan Manajemen Laktasi Pada Bayi Dengan BBLR Di Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengan Ibu Nifas Dalam Melakukan Manajemen Laktasi Pada Bayi Dengan BBLR Di Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Masa Post Partum (Nifas)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlansung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini,2010).

B. Perubahan Fisiologis dan Anatomis Puerperium

Periode 6 minggu setelah melahirkan semua sistem dalam tubuh ibu akan pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada keadaan sebelum hamil (Beischer dan Mackay 1986, Cunningham et al 1993).

Perubahan sistem reproduksi, diantara lain yaitu : 1. Uterus

Dalam masa nifas, uterus akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil. Perubahan uterus ini dalam keseluruhannya disebut involusi. (Rukiyah.dkk, 2011).

Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokea.

(2)

biasanya pada saat tidak hamil yaitu 70 gram pada minggu kedelapan pascapartum.

Penurunan yang cepat ini direfleksikan dengan perubahan lokasi uterus, yaitu uterus turun dari abdomen dan kembali menjadi organ panggul. Segera setelah pelahiran, tinggi fundus uteri (TFU) terletak sekitar dua per tiga hingga tiga per empat bagian atas antara simfisis pubis dan umbilikus. Letak tfu kemudian naik, sejajar dengan umbilikus dalam beberapa jam. TFU tetap terletak kira-kira sejajar (atau satu ruas jari dibawah) umbilikus selama satu atau dua hari secara bertahap turun kedalam panggul sehingga tidak dapat dipalpasi lagi diatas simpisis pubis setelah hari kesepuluh pascapartum (Varney, 2002).

2. Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya berlansung kurang lebih selama 2 minggu setelah bersalin, namun penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin (Rukiyah, 2011)

(3)

pertama pascapartum. Lochea rubra pertama mengandung darah dan jaringan desidua.

Variasi dalam durasi aliran lochea sangat umum terjadi. Akan tetapi, warna aliran lochea harian cenderung semakin terang, yaitu berubah dari merah segar menjadi merah tua, kemudian coklat, dan merah muda. Aliran lochea yang tiba-tiba kembali berwarna merah segar bukan merupakan temuan normal dan memerlukan evaluasi. Penyebabnya meliputi aktifitas fisik berlebihan, bagian placenta atau selaput janin yang tertinggal, dan atonia uterus (Varney, 2004)

3. Serviks

(4)

ini dan karena retralsi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang pada serviks.

4. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

5. Perineum

(5)

persalinan. Penggunaan analgetik dan anastesi yang berlebihan dapat memperlambat pemulihan kontraksi dan motilitas otot.

6. Payudara

Payudara juga akan mengalami perubahan meliputi, terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesterone dengan peningkatan sekresi prolaktin setelah melahirkan. Kolostrum sudah ada pada waktu melahirkan, ASI diproduksi pada hari ke-3 atau ke-4 pasca persalinan. Payudara lebih besar dan lebih keras terjadi karena laktasi (pembengkakan primer). Kongesti berkurang dalam 1-2 hari. Didalam payudara prolaktin menstimulasi, bayi baru lahir memicu pelepasan oksitosin dan kontuksilitas sel-sel miopitelial, yang menstimulasi aliran susu, ini dikenal sebagai reflek let-down, jumlah rata-rata ASI yang dihasilkam selama 24 jam meningkat pada minggu pertama 6-10 ons, 1-4 minggu 20 ons dan setelah 4 minggu 30 ons.

C. Manajemen Laktasi

1. Fisiologi laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui dari mulai ASI diproduksi, disekresi, dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi menghisap dan menelan ASI (Marmi, 2012).

(6)

duktus-lobulus-alveoli. Selama bulan ketiga kehamilan, materi sekresi yang dikenal sebagai kolostrum mulai tampak dibawah pengaruh prolaktin, dan pada trimester terakhir, alveoli diisi dengan kolostrum. Pada minggu keenam belas kehamilan, payudara benar-benar dipersiapkan untuk laktasi, penyempurnaan fisiologis siklus reproduksi.

Hormon luteum dan plasenta memengaruhi pembentukan payudara wanita hamil,mengakibatkan pertumbuhan, dan percabangan duktus, serta pertumbuhan lobules. Laktogen placenta, prolactin, dan gonadotropin korionik bertanggung jawab terhadap kontinuitas dan percepatan pertumbuhan, dengan estrogen dan progesterone juga memainkan peran. Prolaktin adalah hormone esensial untuk penyempurnaan lobules-alveolus dalam kehamilan dan memulai sekresi air susu melalui reseptor pada dinding sel alveolus. Hipotalamus secara negatif mengendalikan prolaktin, yang disekresikan oleh hipofisis. Kadar prolaktin meningkat sebanyak sepuluh sampai duapuluh kali lipat selama kehamilan, air susu tidak diproduksi karena peningkatan kadar progesteron.

(7)

Laktogenesis mulai sekitar 12 minggu sebelum melahirkan sebagai laktogenesis I dan dimulai pada masa pascapartum dengan penurunan progesteron yang cepat setelah pelahiran plasenta sebagai laktogenesi II. Tahap II ditandai dengan sekresi susu yang banyak pada dua sampai tiga hari pascapartum. Tahap III laktogenesis atau disebut galaktopeoiesis merupakan produksi susu matur yang terus-menerus yang dipengaruhi seberapa sering dan seberapa sering bayi menghisap. Apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan menghasilkan ASI yang banyak (Varney, 2008). 2. Pemberian ASI

ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong selama 2 jam. Menyusui dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada ransangan produksi berikutnya.

Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting. Lecet pada putting susu dan payudara merupakan kondisi tidak normal dalam menyusui, penyebab lecet yang paling umum adalah posisi dan perlekatan yang tidak benar pada payudara.

(8)

bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara, ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara disebut posisi madona. Posisi mengendong-menyilang dengan bayi berbaring miring, menghadap ibu, kepala, leher, dan punggung atas bayi diletakkan pada telapak kontralateral dan sepanjang bawahnya, tangan ibu sebelahnya memegang payudara. Kemudian posisi football yaitu bayi nerbaring miring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu, lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan tangan sebelahnya memegang payudara.

Akan tetapi, tidak perlu menyesuaikan posisi jika ibu dan bayi nyaman, dan jika transfer air susu yang adekuat.

(9)

D. Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)

1. Defenisi

Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur (Maryanti, 2011).

2. Klasifikasi

Neonatus/bayi yang termasuk dalam BBLR merupakan salah satu dari keadaan-keadaan yang menurut bulannya terbagi atas NKB SMK (Neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan) adalah bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai dengan masa kehamilan. NKB KMK (neonatus kurang bulan-kecil masa kehamilan) adalah bayi premature dengan berat badan lahir kurang dari normal menurut usia kehamilan. Dan NCB KMK (neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan) adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir kurang dari normal (Maryunani, 2009).

3. Etiologi

(10)

antimetabolik. Faktor janin yaitu kelainan kromosom, infeksi janin kronik, radiasi. Dan faktor pendukung terjadinya BBLR lainnya adalah keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah (Maryanti, 2011).

4. Masalah pada BBLR

a. Gangguan metabolik

(11)

bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering.

b. Gangguan imunitas

(12)

c. Gangguan cairan dan elektrolit

(13)

Masalah jangka panjang yang mungkin terjadi pada BBLR, antara lain :

a. Masalah psikis

Pada bayi BBLR, ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat berkaitan dengan maturitas otak. Penelitian longitudional menunujukkan gangguan bicara dan komunikasi yaitu perbedaan kecepatan bicara yang menarik antara BBLR dan berat lahir normal (BLN). Pada bayi BBLR kemampuan bicaranya akan lambat dibandingkan BLN sampai usia 6 tahun.

b. Masalah fisik

1. Penyakit paru kronis yang disebabkan karena infeksi, kebiasaan ibu merokok selama kehamilan, dan radiasi udara di lingkungan.

2. Gangguan penglihatan (Retinopati) dan pendengaran sering dikeluhkan meskipun telah diberi oksigen terapi terkendali. Biasanya retinopathy of prematurity (ROP) ini menyerang bayi BBLR dengan BB <1500 gram dan masa gestasi <30 minggu. Bayi bisa mengalami kebutaan.

(14)

resiko kelainan bawaan antara lain faktor obat-obatan, radiasi, racun ataupun infeksi (tetarogen), menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menhindari tetarogen, tetapi juga mengkonsumsi gizi yang baik.

Salah satu zat penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kemudian didalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esophagus). Kemudian genetic berperan penting dalam beberapa kelainan bawaan. (Proverawati, 2010).

5. Manajemen Laktasi BBLR

Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit, secara perlahan dan hati-hati. Bayi yang daya isapnya kuat dan tanpa rasa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut. Bayi dengan BB kurang dari 1500 gram dan kebanyakan juga yang lebih besar memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karna belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dan menelan.

(15)

a. Bayi dengan berat lahir 1750 – 2500 gram

Pada bayi sehat, anjurkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Bayi premature mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering contohnya setiap 2 jam. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan alternatif cara pemberian minum bayi.

Pada bayi sakit yang tidak dapat minum per oral berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama, lalu mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau anjurkan ibu memberikan ASI sesegera mungkin setelah bayi stabil. Apabila masalah sakitnya mengahalangi proses menyusu misalnya gangguan nafas atau kejang, berikan ASI peras melalui pipa lambung dengan anjuran 8 kali dalam 24 jam.

b. Bayi dengan berat lahir 1500 – 1749 gram

Pada bayi sehat berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Berikan 8 kali dama 24 jam. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadinya aspirasi berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan pemberian dengan menggunakan cangkir/sendok bila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak.

(16)

masih tampak lapar maka berikan ASI tambahan setiap kali minum. Lanjutkan pemebrian minum melalui cangkir/sendok jika bayi sudah dapat menelan dengan stabil. Jika bayi telah minum dengan baik menggunakan cangkir/sendok coba untuk menyusui lansung.

c. Berat lahir 1250 – 1499 gram

Pada bayi sehat berikan ASI peras 8 kali dalam 24 jam melalui pipa lambung. Lanjutkan pemberian melalui cangkir/sendok. Apabila bayi telah minum dengan baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk mulai menyusui lansung.

Pada bayi sakit berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama lalu beri ASI peras melalui pipa lambung pada hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan. Beri minum 8 kali dalam 24 jam. Lanjutkan pemberian minum melalui cangkir/sendok. Jika bayi telah dapat minum dengan baik melalui cangkir/sendok coba untuk menyusui lansung (Proverawati, 2010). E. Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi

(17)

Penelitian dalam pandangan fenemenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Moelong,2005). Fenemenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenemenologis ialah aspek subjektif dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari (Moelong,2005). F. Keabsahan Data

Hasil penelitian diharapkan mempunyai data yang akurat dan dapat dipercaya, sehingga hasil penelitian tersebut benar-benar dapat menjadi sebuah karangan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan tanpa adanya manipulasi atau pemalsuan data. Untuk itu perlu adanya cara agar penelitian tersebut memenuhi keabsahan data. Ada beberapa kriteria yang dipenuhi, sebagaimana menurut Lincoln dan Guba (1985) bahwa tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegangan pada empat prinsip, meliputi: pertama,

Credibility yaitu apakah hasil penelitian dapat dipercaya atau tidak, hal ini

dapat dilakukan dengan cara triangulasi, member cek, dan wawancara atau pengamatan secara terus menerus (prologed engangment), kedua,

Dependability yaitu apakah hasil penelitian dapat dipercaya atau tidak, hal ini

dapat dilakukan dengan cara triangulasi, member cek, dan wawancara atau pengamatan secara terus menerus (prologed engangment), kedua,

Dependability yaitu apakah hasil penelitian memiliki kendala atau realbilitas,

(18)

Referensi

Dokumen terkait

(1) Sosialisasi peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b, untuk pembinaan daerah tertinggal terentaskan dilakukan oleh Menteri kepada

Berdasarkan hasil penelitian, formulasi masker wajah gel peel-off ekstrak air kering buah apel (Malus domestica L.) dengan kombinasi pengering etanol dan

488 SITI PURWANTI SD MUHAMMADIYAH GIRIKERTO Turi SMPN 1 SLEMAN 489 RR RATNA DWI ASTUTI SD MUHAMMADIYAH GENDOL 1 Tempel SMPN 1 SLEMAN. 490 WIDARTI SD MUHAMMADIYAH NGABEAN 1 Tempel SMPN

(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji t pada persamaan regresi sederhana dengan tingkat signifikansi 0,05 ternyata hasil analisis data menunjukkan bahwa

Single link adalah proses clustering yang didasarkan pada jarak terdekat antar obyeknya (minimum distance) (Lance, 1967). Metode ini sangat baik digunakan

Data-data tersebut diambil dari berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian yang akan dilakukan peneliti, adapun cara yang digunakan untuk

Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh corporate governance yang diproksi dengan ukuran dewan komisaris terhadap kinerja keuangan perbankan. Untuk menemukan