BAB III
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA
NARKOTIKA
Kata ”penjahat” tidak ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Indonesia akan tetapi kata ”penjahat” merupakan istilah yang terdapat
dalam masyarakat yang diberikan kepada orang tertentu yang menurut penilaian
masyarakat tersebut telah melakukan pelanggaran terhadap kaedah-kaedah atau
hukum yang berlaku di dalam masyarakat tersebut.
Antara kejahatan, penjahat, dan jenis penjahat merupakan suatu mata
rantai yang terpisah di dalam pembahasannya. Maksudnya antara perbuatannya, si
pelaku, dan tipe atau jenis orangnya merupakan suatu kesatuan yang menunggal
seandainya dibicarakan maupun dibahas dalam proses pertimbangan hukum.
Beberapa pendapat ahli kriminologi tentang tipe atau jenis penjahat ini
antara lain dikemukakan oleh Lambroso, Garofallo, dan Seelig. Jenis penjahat
yang dikemukakan mereka di antaranya adalah:117
1. Lambroso: mengemukakan jenis penjahat itu, ada penjahat kelahiran,
penjahat yang kurang beres ingatannya atau pikiran/gila juga termasuk
peminum alkohol/minuman keras, penjahat karena hawa nafsu yakni
karena orang-orang yang karena sifatnya bernafsu melaksanakan
kemauannya seenaknya saja, penjahat dalam kesempatan atau penjahat
117
kesempatan, dalam hal ini ada kalanya karena terdesak akalnya karena
kebiasaan, dan bentuk campuran antara penjahat kelahiran/bakat ditambah
dengankesempatan, dan mereka ini melakukan kejahatan disebabkan
karena keadaan yang kurang sempurna.
2. Garafallo: mengemukakan tipologinya berupa, penjahat-penjahat
pembunuh, penjahat-penjahat penyerang, agresif, orang yang suka sekali
menyerang orang lain dengan kata-kata atau perbuatan, penjahat-penjahat
curang, penjahat-penjahat yang terdorong karena terdorong hawa nafsu
yang tidak terkendalikan.
3. Seelig: mengemukakan tipologinya berupa penjahat-penjahat karena
pekerjaannya seperti pelacur, karena penjahat-penjahat karena lemah
jiwanya, yakni sering terjadi pada anak-anak muda yang dalam
pekerjaannya selalu tidak dapat menahan godaannya dari luar atau kurang
sempurna pekerjaannya akibat pekerjaan tersebut (misalnya penggelapan,
korupsi, penipuan), penjahat cepat marah, yakni sering terjadi karena
keadaan tergoncang yang mengakibatkan mereka melakukan perbuatan
agresif baik dalam pergaulan, nafsu birahi (misalnya penghinaan tulisan
maupun lisan), penjahat-penjahat yang disebabkan oleh krisis jiwa/krisis
kehidupan, penjahat-penjahat yang kurang berdaya menahan
tekanan-tekanan luar (misalnya orang-orang yang suka mengumpat),
penjahat-penjahat karena keyakinan (misalnya pemberontakan kepada pemerintah
yang sah), penjahat-penjahat yang kurang disiplin dalam masyarakat
(misalnya percekcokan dengan tetangga), dan penjahat-penjahat bentuk
Secara sosial, seseorang yang terjerumus pada penggunaan obat-obat
terlarang dapat mengakibatkan munculnya niat untuk berbuat jahat baik dalam
keadaan sadar maupun dalam tidak sadar. Individu yang telah terbiasa
menggunakan obat-obat seperti narkoba dan psikotropika, membatasi diri untuk
bersosialisasi, melakukan kejahatan pemerkosaan, kejahatan pembunuhan,
kecelakaan lalu lintas, percekcokan dalam rumah tangga, perlakukan tidak wajar
pada anak. Ini adalah dampak nyata yang sering disaksikan di mana-mana.
Sangathebat dampak negatif yang disebabkan oleh penggunaan obat-obat
terlarang tersebut.
Kemudian selanjutnya, apakah benar faktor genetik yang membuat
seseorang melakukan kejahatan? Dr. Sullivan berpendapat baik kekerasan maupun
kejahatan adalah permasalahan kesehatan masyarakat. Sullivan melakukan
penelitian mengenai sejumlah aspek biologis permasalahan tersebut (seperti ras,
gender, kimiawi otak, dan susunan genetik). Sullivan menemukan hubungan
antara perilaku agresif dengan berbagai gangguan dalam tingkatan sebuah zat
kimia bernama serotonin yang berhubungan langsung dengan gen-gen tertentu.
Studi yang lain dalam tahun 1993 juga menemukan hubungan antara gen dengan
kekerasan. Mutasi kromosom X yang ditemukan diasosikan sebagai penghambat
halus dan perilaku kekerasan kriminal yang terkadang bersifat agresif. Mutasi itu
disebabkan oleh kurangnya enzyme monoamine oxidase yang memetabolisir
neurotransmitter serotonin. Orang-orang yang memiliki gen abnormal ini
biasanya terlibat dalam tindakan agresif yang impulsif, tetapi waktu, tempat, tipe,
dan tingkat keseriusan kejahatan mereka bervariasi serta tidak dapat diprediksi.
kasus pembunuhan dengan aktivitas otak dari kontrol normal dengan jumlah yang
sama. Sebuah prefrontal cortex yang rusak bisa mengakibatkan perilaku agresif
yang impulsif. Sullivan memperingatkan bahwa hasil scan tersebut sebagai
diagnostik karena para pembunuh adalah sekelompok orang yang heterogen.
Singkat kata, pengaplikasikan penelitian seperti ini dalam pengendalian kejahatan
seringkali menimbulkan isu etika serta politik. Para ilmuwan punya banyak fakta
tentang hubungan DNA dengan kejahatan. Sejumlah studi mengungkapkan lebih
dari 80% pelaku kejahatan apapun yang ditangkap dan lebih dari 90% pelaku
kekerasan, memiliki sebuah kromosom Y tambahan dan kromosom Y ini hanya
ada pada pria. Terkadang kromosom ini jumlahnya lebih dari satu. Peran
testosterone dalam perilaku agresif juga sangat berpengaruh menunjukkan
hubungan langsung antara tingkat testosterone dengan agresif. Testosterone
mengatur ekspresi gen dengan bertindak di berbagai lokasi di dalam sebuah DNA.
Inilah yang menyebabkan perubahan gen yang kemudian mengubah perilaku. Saat
dua individu berkelamin laki-laki berkelahi, maka testoterone di pihak yang
menang meningkat sedangkan testoterone pada pihak yang kalah menurun.148
Setiap manusia dalam hidupnya telah diberikan oleh Tuhannya berupa
pedoman berisi perintah dan larangan. Individu yang mematuhi perintah dan
larangan agama akan memperoleh pahala dari Tuhannya dan sebaliknya yang
melanggar akan berdosa. Ajaran keagamaan dengan tegas ditentukan bahwa setiap
orang harus berbuat baik dengan mematuhi pedoman-pedoman yang telah
digariskan dalam firman Tuhan melalui kitab-kitab suci dan Rasulnya, maka
konsekuensinya adalah barangsiapa yang melanggar dan mengingkari perintah
148
Tuhan seperti membunuh, mencuri, berzina dan lain-lain, maka dia sendirilah
yang harus bertanggung jawab atas perbuatan jahat tersebut.149
Tidak adanya suatu pendirian yang tetap dalam suatu kepribadian akan
menyebabkan seseorang mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif khususnya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika. Sebab pada pribadi yang semacam
ini, biasanya tidak dapat membedakan hal-hal yang positif dan negatif.Krisis
kejiwaan juga memegang peranan yang penting, hal ini biasanya terjadi pada
orang-orang yang kurang kreatif, pemalas, senang ikut-ikutan, senang iseng.
Keadaan seperti ini akan menimbulkan perbuatan yang negatif, sebab orang-orang
semacam ini tidak dapat memanfaatkan waktu yang terluang dengan kegiatan
positif.
Jadi terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi individu untuk
melakukan kejahatan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, faktor-faktor
kejahatan tersebut bersumber keadaan ekonomi, kemiskinan, pengangguran,
penggunaan obat-obat terlarang yang berada dalam lingkungan sosial.
Tindak pidana narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika memberikan sanksi pidana cukup berat, di samping dapat
dikenakan hukuman badan dan juga dikenakan pidana denda, tapi dalam
kenyataanya tindak pidana Narkotika di dalam masyarakat menunjukkan
kecenderungan yang semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dengan korban yang meluas, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan
generasi muda pada umumnya.
Rachman Hermawan S, berpendapat bahwa terjadinya penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana salah satunya
adalah faktor dari dalam diri pecandu narkotika dan psikotropika. Dimana hal ini
meliputi faktor kecerdasan, usia,jenis kelamin serta masalah-masalah yang
dihadapi.151
Menurut Sudarsono, bahwa penyalahgunaan narkotika dan psikotropika di
latar belakangi oleh beberapa sebab, yaitu:
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mulai
menyalahgunakan narkoba, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan
ketergantungan. Pada umumnya secara keseluruhan faktor-faktor
yangmenyebabkan seseorang melakukan tindak pidana narkotika dapat dibedakan
atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
bersal dari dalam diri sendiri, sedangkan faktor eksternal merupakan merupakan
faktor yang berasal dari luar diri pelaku.
152
a. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan
tindakan-tindakan yang berbahaya seperti ngebut dan bergaul dengan
wanita;
b. Menunjukkan tindakan yang menentang orang tua, guru, dan
norma sosial;
c. Mempermudah penyaluran dan mempermudah perbuatan seks;
151
Rachman Hermawan S, Penyalahgunaan Narkotika Oleh Para Remaja,Eresco,Bandung, 1988, hal.32
152
d. Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh
pengalaman-pengalaman emosional;
e. Mencari dan menemukan arti hidup;
f. Mengisi kekosongan dan kesepian hidup;
g. Menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepepet hidup;
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari, bahwa di antara faktor-faktor
yang berperan dalam penggunaan narkotika dan psikotropika adalah:153
a. Faktor kepribadian anti sosial dan psikopatik;
b. Kondisi kejiwaan yang mudah merasa kecewa atau depresi;
c. Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga, kesibukan
orang tua, hubungan orang tua dengan anak;
d. Kelompok teman sebaya; dan Narkotika dan psikotropika itu
sendiri mudah diperoleh dan tersedianya pasaran yang resmi
maupun tidak resmi
Menurut Tim Badan Narkotika Nasional, bahwa terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan seseorang atau individu menyalahgunakan narkotika dan
psikotropika antara lain:
1) Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau
berfikir panjang tentang akibatnya dikemudian hari;
2) Keinginan untuk mencoba-coba karena penasaran;
3) Keinginan untuk bersenang-senang;
4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup;
5) Keinginan untuk dapat diterima dalam suatu kelompok;
153
6) Lari dari masalah, kebosanan atau kegetiran hidup;
7) Pengertian yang salah bahwa mencoba sekali-kali tidak akan
menimbulkan masalah;
8) Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari
lingkungan atau
kelompok pergaulan untuk menggunakan narkotika dan
psikotropika; dan
9) Tidak dapat atau mampu mengatakan “tidak” pada narkotika
dan psikotropika.
Pada umumnya secara keseluruhan faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan tindak pidana narkotikadapat dibedakan atas faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersal dari dalam diri
sendiri, sedangkan faktor eksternal merupakan merupakan faktor yang berasal dari
luar diri pelaku.
A. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal yang menyebabkan terjadinya Tindak Pidana Narkotika
terdiri dari:
1. Faktor Pengaruh Teman/Kelompok/Lingkungan
Perasaan setia kawan sangat kuat dimiliki oleh generasi muda. Jika
tidak mendapatkan penyaluran yang positif, sifat positif tersebut dapat
berbahaya dan menjadi negatif. Bila temannya memakai narkotika dan
psikotropika, maka individu tersebut ikut juga memakai. Bila
temannya dimarahi orang tuanya atau dimusuhi masyarakat, maka
menyebabkan anak ikut-ikutan. Awalnya hanya satu orang yang
merokok, kemudian semuanya menjadi perokok. Setelah semuanya
merokok, satu orang mulai memakai ganja, lalu yang lainnya ikut
sehingga menjadi sekawanan pemakai ganja. Setelah semua memakai
ganja, satu orang memakai ekstasi, kemudian semuanya ikut, demikian
seterusnya meningkat menjadi shabu dan pada akhirnya menjadi
pemakai putaw.
2. Faktor Keluarga
Faktor keluarga merupakan hal yang penting pada terjadinya
penggunaan awal obat-obatan terlarang. Keluarga mempunyai peranan
penting dalam perkembangan awal serta melindungi dari awal
penggunaan narkoba. Jika terjadi suatu konflik dalam keluarga dimana
masalah tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan sehingga
menimbulkan depresi, hal ini dapat memicu seseorang untuk
menggunakan narkoba agar dapat merasakan suatu ketenangan dan
jauh dari masalah yang dialami.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan akar dari permasalahan dari setiap tindak
kejahatan. Seseorang akan melakukan hal-hal yang melanggar hukum jika
tidak terpenuhinya kebutuhan hidup mereka, termasuk oknum polisi
sekalipun. Tingginya kebutuhan hidup memaksa polisi untuk mencari
pendapatan tambahan melalui berbagai cara termasuk
menyalahgunakan kewenangan mereka untuk hal-hal yang seharusnya
mereka berantas seperti, menerima suap, melindungi pengedar narkoba
mereka lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan
keluarga mereka.
B. Faktor Internal
Faktor internal sebagai faktor yang berasal dari dalam diri si pelaku yang
berupa:
1. Faktor Usia
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dimulai atau
terdapat pada masa remaja, sebab masa remaja yang sedang
mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang pesat
merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan narkotika
maupun psikotropika tersebut. Anak atau remaja dengan ciri-ciri
tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahgunanya. Ciri-ciri tersebut antara lain:154
h. Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran; a. Cenderung memberontak dan menolak otoritas;
b.Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti
depresi, cemas, psikotik, keperibadian dissosial;
c. Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku
d. Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (low self-esteem);
e. Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif;
f. Mudah murung, pemalu, pendiam;
g. Mudah merasa bosan dan jenuh;
154
i. Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun);
j. Keinginan untuk mengikuti mode, karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modern;
k. Keinginan untuk diterima dalam pergaulan;
l. Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”;
m. Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga
sulit mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan
tegas;
n. Kemampuan komunikasi rendah;
o. Melarikan diri dari sesuatu (kebosanan, kegagalan, kekecewaan,
ketidakmampuan, kesepian dan kegetiran hidup, dan lain-lain);
p. Putus sekolah; dan
q. Kurang menghayati iman atau kepercayaannya.
2. Faktor Pendidikan
Banyak dari mereka yang putus sekolah. Sehingga pemahaman mereka
tentang bahaya narkoba tidak diketahui dengan baik. Sosialisasi
tentang bahaya narkoba juga tidak pernah mereka dapatkan. Baik di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Pendidikan yang rendah
mengakibatkan daya tangkap menjadi kurang dan pada akhirnya
wanita memiliki pengetahuan yang terbatas pula.
3. Faktor Psikologis
Menurut Subagyo Partodiharjo, secara individu terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi seseorang dapat menyalahgunakan narkotika dan
sendiri atau pemakai narkotika dan pasikotropika tersebut yakni sebagai
berikut:155
a) Rasa kecewa, frustasi, kesal
Perasaan kesal, kecewa, atau frustasi biasanya terjadi karena
kegagalan pada generasi muda, eksekutif muda, suami atau istri.
Penggunaan narkotika dan psikotropika pada kelompok ini
bertujuan untuk sesaat melupakan kekecewaan, kekesalan dan
frustasi. Kondisi masyarakat yang carut marut telah banyak
melahirkan kekecewaan, kekesalan, bahkan frustasi. Narkotika dan
psikotropika dapat melupakannya sesaat, tetapi tidak untuk
mengatasi masalah yang sesungguhnya.
b) Ingin bebas dari rasa sakit atau pusing
Penderita penyakit berat yang kronis dan tidak kunjung sembuh,
misalnya kanker hati, luka bakar, luka tusuk, wasir, kanker
paruparu, migren, encok, pengapuran, dan lain-lain, selalu
merasakan sakit yang luar biasa karena penyakitnya. Rasa sakit
tersebut sering kali tidak dapat dihilangkan dengan obat penghilang
rasa sakit biasa (analgetik) sehingga penderitanya mencoba
narkotika atau psikotropika.Narkotika maupun psikotropika dapat
menghilangkan rasa sakit tersebut, tetapi tidak menyembuhkan
penyakitnya. Celakanya, pemakai yang bersangkutan malah
mendapat maslah baru yaitu ketergantungan dengan segala
komplikasinya yang justru menjadi lebih berbahaya
155
c) Ingin menikmati rasa gembira, tampil lincah, energik, dan
mengusir rasa sedih dan malas
Para eksekutif dan selebritis biasanya memiliki gaya hidup yang
trendi. Mereka merasa dituntut untuk selalu tampil lebih prima.
Dengan mengkonsumsi narkotika atau psikotropika, mereka dapat
tampil prima dan percaya diri karena kehilangan rasa malu,
walaupun sesungguhnya tidak demikian. Perasaan hebat tersebut di
atas seharusnya dicapai melalui tekun berolah raga, hidup teratur,
meningkatkan kualitas fisik, mental, intelektual, dan moralnya.
Bukan mengambil jalan pintas dengan tampil seolah-olah prima
melalui manipulasi atau tipuan melalui mengkonsumsi narkotika
atau psikotropika tersebut. Penampilan prima yang semu atau atau
tipuan itu lambat laun akan terungkap juga, sehingga
lama-kelamaan akan ketahuan juga jati dirinya yang sesungguhnya itu.
d) Takut mengalami rasa sakit (sakaw)
Pengguna jenis narkotika atau psikotropika tersebut yang sudah
menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit
(sakaw) bila tidak memakainya. Karena takut merasakan
penderitaan, maka pemakai tersebut terus memakainya sehingga
menjadi pemakai yang setia (junkies). Banyak pemakai narkotika
dan psikotropika ini yang setia adalah orang-orang yang merasa
”terpaksa” memakai, sebab kalau tidak memakainya, mereka akan
mengalami sakaw. Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dan
remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik
maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan untuk
BAB IV
ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NO.361/Pid.Sus/2013/PN.JKT.BAR
A. Kronologis Kasus
Putusan No. 361/Pid.Sus/2013/PN.JKT.BAR156
Saat itu Terdakwa sedang berkaraoke dengan Siddiq Pramono dan Dinda
Melani Rachman serta dua orang pemandu karaoke yakni Frisca Angeline dan
Nindi Angelina Anggraini. Sebelumnya Terdakwa telah membeli pil ekstasi
sejumlah 10 butir dan 1 paket jie shabu yang dibeli dari teman Terdakwa yang :
Nama Lengkap : Puji Wijayanto, SH., MH
Tempat Lahir : Blora
Umur/Tanggal Lahir : 48 Tahun / 20 Oktober 1964
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Persada Kemala Blok 2 No. 11 RT.002/013
Desa Jakasampurna Kec. Bekasi Kota
Bekasi
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS (Hakim PN Bekasi)
Kronologi Perkara:
Puji Wijayanto (Terdakwa) merupakan seorang hakim di Pengadilan
Negeri Bekasi. Pada hari Selasa tanggal 16 Oktober 2012 sekitar pukul 17.00
WIB Terdakwa sedang berada di Room 331 Illigals Hotel & Club di Jalan Hayam
Wuruk Nomor 108 Jakarta Barat.
156
bernama Nicolas. Kemudian Terdakwa membeli lagi 10 butir pil ekstasi
sebagaitambahan karena Terdakwa bermaksud untuk berkaraoke lebih lama dari
semestinya.
Pada hari yang sama, petugas dari Badan Narkotika Nasional (BNN)
melakukan penggeledahan dan penangkapan di Illigals Hotel & Club di Jalan
Hayam Wuruk Nomor 108 Jakarta Barat. Dari penangkapan dan penggeledahan
tersebut didapatkan 8,5 bagian pil ekstasi warna merah muda didalam kantong
celana terdakwa, dan 5 butir pil ekstasi berwarna kuning dan satu paket sisa pakai
shabu-shabu dan peralatan (bong).
1. Dakwaan157
Dalam Putusan ini, Penuntut Umum menggunakan Dakwaan Subsider,
yaitu surat dakwaan yang berisikan dua atau beberapa dakwaan yang disusun dan
dijejerkan berurutan (berturut-turut), mulai dari dakwaan tindak pidana yang
terberat sampai kepada dakwaan tindak pidana yang teringan 158
a. Pasal 114 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) Undang-undang No. 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Primair)
. Adapun
Dakwaan dalam Putusan ini adalah:
Pasal 114 ayat (1)
‘Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
157
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat, No.Reg. 361/Pid.Sus/2013/PN.JKT.BAR
158
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).159
“Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal
111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117,
Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal
124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129, pelakunya dipidana dengan
pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut.”
Pasal 132 ayat (1)
160
b. Pasal 112 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) Undang-undang No. 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Subsidair)
Pasal 112 ayat (1)
“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I
bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).”161
c. Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang
a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun;”162
2. Tuntutan
Penuntutan adalah tindakan umum untuk melimpahkan perkara pidana ke
Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
Undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim
di sidang Pengadilan.163 Dalam Putusan ini, Penuntut Umum memberikan
tuntutan berupa164
1. Menyatakan Terdakwa PUJI WIYANTO, S.H., M.H. tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan sebagaimana diatur dalam dakwaan
Primair maupun Subsidair; :
2. Membebaskan Terdakwa PUJI WIYANTO, S.H., M.H. dari dakwaan
tersebut diatas;
3. Menyatakan Terdakwa PUJI WIYANTO, S.H., M.H telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“Sebagai penyalahgunaan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri”
sebagaimana diatur dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-undang
No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam dakwaan lebih subsidair;
4. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa PUJI WIJAYANTO, SH, MH
dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bilan
dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah
supaya Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
162
Ibid
163
Pasal 1 butir 7 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
164
5. Menetapkan barang bukti berupa:
- 8,5 (delapan koma lima) butir pil ekstasi dengan logo chanel
dengan berat bruto 3,0796 gram, setelah dilakukan pemeriksaan di
Labkrim:
1. 8 (delapan) butir tablet warna merah muda logo chanel
dengan berat netto seluruh 2,1797 gram (sisa hasil
Labkrim sebanyak 6 (enam) butir dengan netto 1,6241
gram;
2. Pecahan tablet warna merah muda dengan berat netto
0,4850 gram (sisa Labkrim dengan berat netto 0,4045
gram).
- 1 (satu) buah handphone Blackberry tipe Dakota warna hitam
beserta Simcard Simpati;
- 1 (satu) bandel nota pembayaran Illigals Hotel & Club room 331
a/n Dinda
Dirampas untuk dimusnahkan;
- 1 (satu) buah KTP a/n PUJI WIJAYANTO, SH, MH dengan NIK
3275022110640014 dikembalikan kepada Terdakwa PUJI
WIJAYANTO, SH, MH;
6. Menetapkan supaya Terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp.
3. Putusan165
Putusan adalah pernyataan oleh Hakim yang diucapkan dalam sidang
pengadilan Terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dan
segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara diatur dalam Undang-undang
ini.166
1. Menyatakan, Terdakwa PUJI WIJAYANTO, SH,MH tidak terbukti
secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam
dakwaan primair dan subsidair;
Dalam perkara ini, Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara
ini menjatuhkan putusan sebagai berikut:
2. Membebaskan Terdakwa PUJI WIJAYANTO, SH,MH dari dakwaan
primair dan subsidair;
3. Menyatakan Terdakwa PUJI WIJAYANTO, SH, MH telah terbukti
secara dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“penyalahguna Narkotika Golongan I untuk diri sendiri”;
4. Menghukum Terdakwa PUJI WIJAYANTO,SH,MH dengan pidana
penjara selama 2 (dua) tahun;
5. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalankan Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
6. Menetapkan Terdakwa tetap dalam tahanan;
7. Menetapkan barang bukti berupa:
- 8,5 (delapan koma lima) butir pil ekstasi warna merah muda
dengan logo chanel dengan berat bruto 3,0796 gram setelah
dilakukan pemeriksaan Labkim:
165
Ibid
166
1. 8 (delapan) butir tablet warna merah muda logo chanel dengan
berat netto seluruh 2,1797 gram (sisa hasil labrim sebanyak 6
(enam) butir dengan berat netto 1,6241 gram);
2. Pecahan tablet warna merah muda dengan berat netto 0,4850
gram (sisa labkrim dengan berat netto 0,4045 gram);
- 1 (satu) buah Handphone Blackberry type DAKOTA warna hitam
beserta simcard Simpati;
- 1 (satu) bandel nota pembayaran Illigals Hotel & Clu Room 331
a/n DINDA;
Dirampas untuk dimusnahkan;
- 1 (satu) buah KTP a/n PUJI WIJAYANTO, SH,MH dengan NIK
327502210640014;
Dikembalikan kepada Terdakwa PUJI WIJAYANTO, SH,MH
8. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp.5.000 (lima ribu rupiah);
B. Analisis Putusan
Berdasarkan kronologis pada putusan No.361/Pid.Sus/2013/PN.JKT.Bar
atas nama Terdakwa PUJI WIJAYANTO,SH,MH yang telah diputus 21 Mei
2013, bahwa Terdakwa telah secara jelas dan meyakinkan telah memenuhi unsur
perbuatan tindak pidana yang terkandung dalam pasal 127 ayat (1) huruf a “Setiap
Penyalah Guna: Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun;”
Dalam kasus ini, Penutut Umum dalam surat dakwaannya menjatuhkan
berbentuk subsider dirumuskan beberapa tindak pidana secara berlapis dari delik
yang paling berat ancaman pidananya, hingga delik yang paling ringan. Akan
tetapi sesungguhnya yang didakwakan terhadap terdakwa dan yang harus
dibuktikan didepan persidangan hanyalah satu dakwaan saja.167
1. Primair: melanggar pasal 114 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU No.35
Tahun 2009 tentang Narkotika
Didalam perkara
ini, Penuntut Umum menjatuhkan dakwaan berupa:
2. Subsidair: melanggar pasal 112 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU No.
35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
3. Lebih subsidair: melanggar pasal 127 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009
tentang Narkotika.
Kemudian didalam tuntutannya, Penuntut Umum menyatakan bahwa
Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan sesuai
dengan dakwaan primair dan dakwaan subsidair, dan terbukti setelah secara sah
dan meyakinkan melakukan tindak pidana sesuai dengan yang diatur didalam
dakwaan lebih subsidair, yaitu Pasal 127 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. Dalam tuntutannya Penuntut Umum menjatuhkan tuntutan dengan
pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bilan dikurangi selama
Terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah supaya Terdakwa tetap berada
dalam tahanan.
Majelis Hakim dalam pertimbangannya, membuktikan satu persatu
dakwaan yang dijatuhkan kepada Terdakwa dimulai dari dakwaaan yang primair,
subsidair dan lebih subsidair.Dalam dakwaan primair terdakwa didakwa dengan
167
pasal 114 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, yang unsurnya adalah sebagai berikut:
1. Setiap orang
Unsur “setiap orang” adalah dimaksudkan seseorang yang diajukan
oleh Penuntut Umum dalam persidangan yang mempunyai identitas
sebagaimana dalam dakwaaan dari Penuntut Umum. Dalam
persidangan berdasarkan keterangan para saksidan terdakwa diperoleh
fakta hukum bahwa Terdakwa bernama PUJI WIJAYANTO,SH,MH
yang mempunyai identitas sebagaimana dalam dakwaan. Dengan
demikian unsur “setiap orang” telah terpenuhi.
2. Yang tanpa hak atau melawan hukum
Unsur “tanpa hak atau melawan hukum” adalah dimaksud terdakwa
tidak mempunyai hak secara hukum untuk melakukan segala perbuatan
yang berkaitan dengan narkotika karena segala perbuatan yang
dikaitkan dengan narkotika haruslah memperoleh izin dan perbuatan
yang dilakukan adalah bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
Sesuai dengan pasal 8 ayat (1)168, Pasal 41169
168
UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 8 ayat (1):
“Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
169
UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 41:
“Narkotika Golongan I hanya dapat disalurkan oleh pedagang besar farmasi tertentu kepada lembaga ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.”
UU No. 35 tahun 2009
tentang narkotika fakta persidangan yang diperoleh dari keterangan
para saksi, keterangan terdakwa, bukti surat serta barang bukti yang
terdakwa bersama-sama dengan teman-temannya membeli narkotika
tersebut tidak ada izin dan tidak ada kaitannya dengan pengobatan,
sehingga dalam hal ini terdakwa tidak memiliki hak untuk
berhubungan dengan narkotika dan apabila terdakwa bersinggungan
dengan narkotika, hal tersebut merupakan suatu perbuatan yang
melawan hukum. Dengan demikian, maka unsur “yang tanpa hak atau
melawan hukum” telah terpenuhi.
3. Menawarkan untuk dijual, membeli, menerima, menjadi perantara
dalam jual beli, menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I
Unsur “Menawarkan untuk dijual, membeli, menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan Narkotika
Golongan I” adalah dimaksud kalau terdakwa telah memperjualbelikan
narkotika golongan I. Dalam persidangan, diperoleh fakta bahwa
narkotika yang dimiliki terdakwa bukan untuk diperjual belikan,
namun hanya dikonsumsi bersama, dan terdakwa tidak memperoleh
imbalan atau pembayaran karena telah membagikan narkotika tersebut
kepada teman-temannya. Sehingga unsur “Menawarkan untuk dijual,
membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau
menyerahkan Narkotika Golongan I” tidak terpenuhi.
4. Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekusor narkotika170
170
Dikarenakan telah ada unsur yang tidak terpenuhi, maka terdakwa telah
terbukti secara sah dan meyakinkan tidak melakukan perbuatan sebagaimana
dalam dakwaan Primair.
Oleh karena dakwaan primair tidak terpenuhi, Majelis Hakim kemudian
membuktikan dakwaan subsidair yaitu Pasal 112 ayat (1) Jo, Pasal 132 ayat (1)
UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang unsurnya terdiri dari:
1. Setiap orang
Unsur “setiap orang” adalah dimaksudkan seseorang yang diajukan oleh
Penuntut Umum dalam persidangan yang mempunyai identitas
sebagaimana dalam dakwaaan dari Penuntut Umum. Dalam persidangan
berdasarkan keterangan para saksidan terdakwa diperoleh fakta hukum
bahwa Terdakwa bernama PUJI WIJAYANTO,SH,MH yang mempunyai
identitas sebagaimana dalam dakwaan. Dengan demikian unsur “setiap
orang” telah terpenuhi.
2. Yang tanpa hak atau melawan hukum
Unsur “tanpa hak atau melawan hukum” adalah dimaksud terdakwa tidak
mempunyai hak secara hukum untuk melakukan segala perbuatan yang
berkaitan dengan narkotika karena segala perbuatan yang dikaitkan dengan
narkotika haruslah memperoleh izin dan perbuatan yang dilakukan adalah
bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Sesuai dengan pasal 8 ayat
(1)171, Pasal 41172
171
UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 8 ayat (1):
“Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
172
UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 41:
persidangan yang diperoleh dari keterangan para saksi, keterangan
terdakwa, bukti surat serta barang bukti yang diajukan dalam persidangan
telah diperoleh fakta hukum bahwa terdakwa bersama-sama dengan
teman-temannya membeli narkotika tersebut tidak ada izin dan tidak ada
kaitannya dengan pengobatan, sehingga dalam hal ini terdakwa tidak
memiliki hak untuk berhubungan dengan narkotika dan apabila terdakwa
bersinggungan dengan narkotika, hal tersebut merupakan suatu perbuatan
yang melawan hukum. Dengan demikian, maka unsur “yang tanpa hak
atau melawan hukum” telah terpenuhi
3. Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan
I bukan tanaman
Unsur “Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman” adalah dimaksudkan terdakwa dalam
bersinggungan dengan narkotika tersebut adalah untuk suatu persediaan
dan ada rencana lain yang bukan untuk dipakai sendiri. Telah ternyata
berdasarkan keterangan saksi dan keterangan terdakwa dalam persidangan
telah diperoleh fakta hukum bahwa narkotika tersebut diperuntukkan
untuk dipakai sendiri dan tidak ada maksud lain. Dengan demikian unsur
“Memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman” tidak terpenuhi.
4. Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekusor narkotika173
Oleh karena dakwaan subsidair tidak terpenuhi, Majelis Hakim kemudian
membuktikan dakwaan lebih subsidair yaitu Pasal 127 ayat (1) huruf a No.35
Tahun 2009 tentang Narkotika, yang unsurnya adalah “Setiap penyalahguna
Narkotika golongan I bagi diri sendiri”, yang dimaksudkan adalah seseorang yang
menyalahgunakan narkotika golongan I dengan cara orang tersebut memakai
narkotika tersebut. Berdasarkan keterangan para saksi, keterangan terdakwa, bukti
surat serta barang bukti yang diajukan, diperoleh fakta bahwa terdakwa
merupakan penyalahguna narkotika golongan I, yaitu sebagai orang yang
menggunakan narkotika golongan I bagi diri sendiri. Oleh karena itu, Terdakwa
telah memenuhi unsur “Setiap penyalahguna Narkotika golongan I bagi diri
sendiri”.
Dalam putusannya174
173
Unsur ini tidak dipertimbangkan karena telah ada unsur yang tidak terpenuhi sebelumnya, oleh karena itu Majelis Hakim tidak perlu mempertimbangkan unsur lainnya
174
Amar Putusan Majelis Hakim yang memeriksa perkara Nomor 361/Pid.Sus/2013/PN.JKT.Bar:
, Majelis Hakim menjatuhkan pidana selama 2 tahun
dikurangi masa tahanan.Hal ini berbeda dari tuntutan Penuntut Umum, yakni 2
tahun 6 bulan.
1. Menyatakan, Terdakwa PUJI WIJAYANTO, SH,MH tidak terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam dakwaan primair dan subsidair;
2. Membebaskan Terdakwa PUJI WIJAYANTO, SH,MH dari dakwaan primair dan subsidair;
Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh, Majelis Hakim menjatuhkan
pidana sesuai dengan tuntutan Penuntut Umum atau paling tidak menghukum
maksimal Terdakwa. Dalam pertimbangannya, Majelis Hakim mengabaikan fakta
bahwa Terdakwa merupakan seorang Hakim yang sudah seharusnya memberikan
teladan dan tidak melakukan perbuatan tercela. Berdasarkan Kode Etik Hakim,
seorang hakim haruslah berkelakuan baik dan tidak tercela, serta tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak merendahkan martabat hakim.175
4. Menghukum Terdakwa PUJI WIJAYANTO,SH,MH dengan pidana penjara selama 2
(dua) tahun;
Kode etik hakim
diatur dalam Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi
5. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalankan Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
6. Menetapkan Terdakwa tetap dalam tahanan; 7. Menetapkan barang bukti berupa:
- 8,5 (delapan koma lima) butir pil ekstasi warna merah muda dengan logo chanel dengan berat bruto 3,0796 gram setelah dilakukan pemeriksaan Labkim:
1. 8 (delapan) butir tablet warna merah muda logo chanel dengan berat netto seluruh 2,1797 gram (sisa hasil labrim sebanyak 6 (enam) butir dengan berat netto 1,6241 gram);
2. Pecahan tablet warna merah muda dengan berat netto 0,4850 gram (sisa labkrim dengan berat netto 0,4045 gram);
- 1 (satu) buah Handphone Blackberry type DAKOTA warna hitam beserta simcard Simpati;
- 1 (satu) bandel nota pembayaran Illigals Hotel & Clu Room 331 a/n DINDA;
Dirampas untuk dimusnahkan;
- 1 (satu) buah KTP a/n PUJI WIJAYANTO, SH,MH dengan NIK 327502210640014;
Dikembalikan kepada Terdakwa PUJI WIJAYANTO, SH,MH
8. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000 (lima ribu rupiah);
175
Yudisial RI No. 047/KMA/SKB/IV/2009, No.02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
Dalam poin 7.1 Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim sudah jelas,
bahwa seorang Hakim harus menjaga kewibawaan serta martabat lembaga
Peradilan dan Profesi baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Perbuatan
Terdakwa ini tentu sudah bertentangan dengan Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim, dan sudah pasti mencoreng serta menodai kewibawan serta martabat
Lembaga Peradilan dan Profesi.
Majelis Hakim yang memberikan putusan tidak mempertimbangkan
kedudukan dan profesi Terdakwa selaku hakim.Profesi Terdakwa tidak menjadi
alasan pemberatan dalam penjatuhan pidana kepada Terdakwa.Sudah selayaknya
dan seharusnya Majelis Hakim menjatuhkan hukuman yang lebih berat lagi
kepada Terdakwa, sehingga kemudian Putusan tersebut dapat menjadi suatu
yurisprudensi dan menjadi pelajaran agar hakim-hakim lain tidak melakukan
perbuatan yang serupa dengan Terdakwa.
Selain itu, berdasarkan teori relatif hukum pidana yang berpangkal pada
dasar bahwa pidana adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam
masyarakat.Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan dengan
tujuan agar tata tertib masyarakat dapat terpelihara.Dalam teori relatif, penjatuhan
pidana tergantung dari efek yang diharaplan dari penjatuhan pidana itu sendiri,
yakni agar seseorang tidak mengulangi perbuatannya.Hukum Pidana difungsikan
BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas,
dapat disimpulkan:
1. Tindak pidana narkotika dapat diartikan dengan suatu perbuatan yang
melanggar ketentuan-ketentuan hukum narkotika. Tindak pidana yang
berhubungan dengan nerkotika termasuk tindak pidana khusus, dimana
ketentuan yang dipakai termasuk diantaranya hukum acaranya
menggunakan ketentuan khusus. Disebut dengan tindak pidana khusus,
karena tindak pidana narkotika tidak menggunakan KUHPidana sebagai
dasar pengaturan, akan tetapi menggunakan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 35 Tahun 2009. Secara umum hukum acara yang
dipergunakan mengacu pada tata cara yang dipergunakan oleh KUHAP,
akan tetapi terdepat beberapa pengecualian sebagaimana ditentukan oleh
undang-undang narkotika. Tindak pidana narkotika juga dapat dikatakan
adalah penggunaan atau peredran narkotika yang tidak sah (tanpa
kewenangan) dan melawan hukum (melanggar undang-undang narkotika).
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, hakim
adalah hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan
yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
lingkungan peradilan tersebut. Sedangkan hakim agung adalah hakim pada
Mahkamah Agung dan hakim konstitusi adalah hakim pada Mahkamah
Konstitusi.Perkembangan pengaturan mengenai Tindak Pidana Narkotika
di Indonesia dimulai dari dibuatnya:
a. Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika
b. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
c. Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
d. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
2. Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mulai
menyalahgunakan narkoba, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan
ketergantungan. Pada umumnya secara keseluruhan faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang melakukan tindak pidana narkotika dapat
dibedakan atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti faktor
psikologis, faktor usia, pendidikan, serta faktor genetic. Sedangkan faktor
eksternal beberapa diantaranya adalah faktor lingkungan (pengaruh
teman/kelompok), faktor ekonomi dan faktor keluarga.
3. Kasus tindak pidana Narkotika yang dilakukan oleh Hakim berdasarkan
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dengan perkara No. Reg.
361/Pid.Sus/2013/PN.JKT.BAR atas nama Terdakwa PUJI WIJAYANTO,
SH, MH, dimana Majelis Hakim menjatuhkan putusan berdasarkan pasal
127 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dengan sanksi pidana penjara selama 2 (dua) tahun dikurangi
masa penahanan. Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh, Majelis Hakim
tidak menghukum maksimal Terdakwa. Dalam pertimbangannya, Majelis
Hakim mengabaikan fakta bahwa Terdakwa merupakan seorang Hakim
yang sudah seharusnya memberikan teladan dan tidak melakukan
perbuatan tercela. Berdasarkan Kode Etik Hakim, seorang hakim haruslah
berkelakuan baik dan tidak tercela, serta tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak merendahkan martabat hakim. Kode etik hakim
diatur dalam Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua
Komisi Yudisial RI No. 047/KMA/SKB/IV/2009,
No.02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim.Majelis Hakim yang memberikan putusan tidak
mempertimbangkan kedudukan dan profesi Terdakwa selaku hakim.
Profesi Terdakwa tidak menjadi alasan pemberatan dalam penjatuhan
pidana kepada Terdakwa. Sudah selayaknya dan seharusnya Majelis
Hakim menjatuhkan hukuman yang lebih berat lagi kepada Terdakwa,
sehingga kemudian Putusan tersebut dapat menjadi suatu yurisprudensi
dan menjadi pelajaran agar hakim-hakim lain tidak melakukan perbuatan
yang serupa dengan Terdakwa.
II. Saran
1. Perlunya peningkatan pemahaman mengenai Tindak Pidana Narkotika
lagi serta Profesi Kehakiman, sehingga apabila kelak terjadi
permasalahan tindak pidana narkotika oleh Hakim, maka akan ada
2. Perlunya ditingkatkan tingkat efektifas pemberantasan narkotika dari
aspek undang-undang yang berlaku, serta tetap dilakukannya
pembaharuan terhadap jenis-jenis baru dari narkotika itu sendiri
didalam peraturan perundang-undangan nasional.
3. Perlunya memperhatikan aspek profesi dari seorang terdakwa kasus
tindak pidana narkotika sebagai aspek pemberat dalam penjatuhan
hukuman, terlebih ketika pelakunya adalah seorang aparat penegak
hukum. Hal ini bertujuan untuk menjaga wibawa aparat penegak
hukum ditengah masyarakat, memberi efek jera kepada pelaku, serta
efek peringatan kepada aparat penegak hukum lain, sehingga tidak