• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Fuzzy Logic Control dan Algoritma Genetik Pada Sistem Photovotaic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Fuzzy Logic Control dan Algoritma Genetik Pada Sistem Photovotaic"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DASAR TEORI

2.1Photovoltaic

Photovoltaic merupakan suatu modul yang berfungsi untuk

mengkonversikan energi matahari menjadi energi listrik, perubahan energi ini

disebut sebagai efek photoelectric. Jumlah energi listrik yang dihasilkan oleh

modul photovoltaic bergantung kepada tenaga surya yang tersedia, dan yang

sangat khususnya, bergantung kepada arah modul surya terhadap matahari [1].

Penggunaan photovoltaic dapat dikatakan sangat menguntungkan karena

langsung diambil dari matahari tanpa menggunakan bahan bakar. Hal yang

mempengaruhi performa dari photovoltaic adalah kondisi klimatologi. Kondisi

klimatologi yang dimaksud meliputi temperatur dan radiasi matahari. Radiasi

merupakan jumlah tenaga surya yang tersedia per satuan luas. Jika hal ini

terjadi selama periode tertentu maka disebut sebagai irradiance. Pada saat

photovoltaic mendapat masukan berupa irradiance dan temperatur maka akan

timbul arus. Besar arus yang dihasilkan oleh photovoltaic berbanding lurus

dengan besar irradiance yang masuk ke dalam sel surya. Besar irradiance

berubah sesuai dengan pergeseran posisi matahari dan cuaca. Umumnya,

energi matahari yang dikonversi menjadi energi listrik hanya memiliki efisiensi

sebesar 17%. Efisiensi tersebut akan berkurang nilainya karena dipengaruhi

oleh peralatan listrik berupa pengatur tegangan, baterai, dan inverter [2].

Modul photovoltaic memiliki banyak variasi, meliputi daya maksimum,

(2)

berbeda-beda. Perbedaan utama terlihat dari Voc (open circuit voltage) dan Isc

(short circuit current). Pada saat siang hari, tenaga surya yang mencapai

permukaan bumi dapat memiliki nilai energi puncak sebesar satu kilowatt (1

kW) per meter persegi per jam[3]. Pada aplikasinya, tenaga listrik yang

dihasilkan oleh satu modul photovoltaic masih cukup kecil, maka untuk

mendapatkan tegangan maupun arus yang lebih besar maka photovoltaic ini

dapat digabungkan dengan cara hubungan seri maupun paralel yang disebut

array.

Gambar 2.1 Hubungan Antara Sel, Modul, Panel dan Array [1]

2.1.1 Prinsip Kerja Photovoltaic

Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi dari sumber

daya alam yang tidak akan habis. Sehingga array photovoltaic dapat

menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas. Array

biasanya dipasang ke arah selatan untuk mengoptimalkan produksi

pada siang hari. Hal ini harus dilakukan dengan ermat untuk

memperoleh nilai energi yang paling besar untuk satu musim atau

selama satu tahun. Array ini memiliki titik operasi yang optimal yang

dikenal dengan sebutan Maximum Power Point (MPP) [4].

(3)

gelap sel surya akan berfungsi seperti dioda dan pada saat sel surya

disinari cahaya matahari maka akan sel surya akan menghasilkan

tegangan. Umumnya, satu sel surya dapat menghasilkan tegangan dc

sebesar 0,5-1 volt, dan arus short-circuit dalam skala milliampere per

cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi,

sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk

modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya,

dan total menghasilkan tegangan dc sebesar 12 V dalam kondisi

penyinaran standar (Air Mass 1.5).

Dalam mengkonversikan energi cahaya menjadi energi listrik

terdapat 5 kondisi, yaitu:

1. Kondisi Pertama

Pada kondisi ini kedua jenis semikonduktor belum tersambung dan

akan ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 2.2 Kondisi Semikonduktor Masih Terpisah

2. Kondisi Kedua

Pada kondisi ini kedua semikonduktor telah tersambung. Sehingga,

(4)

semikonduktor p, dan perpindahan hole dari semikonduktor p menuju

semikonduktor n.

Gambar 2.3 Kondisi pada Saat Kedua Semikonduktor Tersambung

3. Kondisi Ketiga

Pada kondisi ketiga ini elektron dari semikonduktor n bersatu

dengan hole pada semikonduktor p..

Gambar 2.4 Kondisi pada Saat Elektron Bersatu dengan Hole

4. Kondisi Keempat

Pada kondisi ini akan timbul medan listrik internal (E) secara

sendirinya dikarenakan adanya perbedaan antara muatan positif dan

negatif pada daerah deplesi.

(5)

5. Kondisi Kelima

Pada kondisi ini sambungan p-n inilah proses konversi cahaya

matahari menjadi listrik terjadi.

Gambar 2.6 Proses terjadinya cahaya matahari menjadi listrik

2.1.2 Rangkaian Ekivalen

Rangkaian ekivalen sel surya terdiri dari sebuah photocurrent (Iph),

sebuah dioda, hambatan seri (Rs) dan hambatan paralel (Rsh), seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 2.7 berikut[5].

(6)

Dari rangkaian di atas, light generated current atau photocurrent

(Iph) adalah arus yang dihasilkan langsung akibat penyinaran sinar

matahari pada sel surya. Arus ini bervariasi secara linear dengan radiasi

matahari dan tergantung pada suhu yang diberikan. Hambatan Rsh dan

Rs menunjukkan hambatan intrinsik paralel dan seri dari sel. Biasanya

nilai Rsh lebih besar dibandingkan Rs. Persamaan 1 menjelaskan prinsip

sederhana dari rangkaian ekivalen sel surya di atas. Besarnya arus sel

surya (Ipv) adalah pengurangan dari arus Iph, arus dioda (ID) dan arus

hambatan paralel (Irsh), yang dirumuskan sebagai berikut.:

= − − (1.1)

Persamaan di atas dapat dijabarkan dengan persamaan berikut :

(7)

2.1.3 Kurva Karakteristik

Karakteristik listrik dari sebuah modul photovoltaic secara

umum dapat dilihat dari besarnya arus hubung singkat (short circuit

current) dan tegangan rangkaian terbuka (open circuit voltage). Hal ini

bertujuan untuk mengetahui besarnya daya puncak (peak power) yang

dapat dicapai. Secara sederhana, karakteristik dari modul surya ini

diterangkan lewat kurva arus terhadap tegangan (I-V Curve). [6]

Ketika modul mendapatkan pancaran sinar matahari, tegangan

yang dihasilkan dapat diukur pada kutub positif dan negatif dengan

menggunakan voltmeter. Saat itu tidak ada arus yang mengalir karena

sistem belum terhubung dengan beban. Jadi pengukuran ini disebut

dengan open circuit voltage (Voc). Ketika penerapan beban atau

pengisian baterai tersambung diantara kedua terminal, maka arus

mengalir dari modul menuju beban. Saat hal itu terjadi maka tegangan

modul lebih kecil daripada Voc.

Gambar 2.8 Kurva Karakteristik Listrik Sebuah Modul Photovoltaic

(8)

Dengan menambahkan beban yang tersambung secara paralel,

maka arus lebih banyak mengalir dan tegangan menjadi rendah. Untuk

arus tertinggi yang dapat dihasilkan modul, kedua terminal modul

dapat disambungkan secara langsung, dengan demikian tegangan

yang terjadi adalah 0 (nol/zero), dan saat ini apabila diukur dengan

amperemeter maka dapat diketahui arus maksimum modul tersebut

yang disebut short circuit current atau Isc.

Perubahan irradiance, suhu dan susunan sel surya (disusun

secara seri atau paralel) dalam modul berpengaruh terhadap parameter

utama sel surya yaitu arus, tegangan dan daya keluaran dari sel

surya.Karakteristik kurva hubungan antara arus dan tegangan (kurva

I-V)serta daya dan tegangan (kurva P-V) dianalisa berdasarkan variasi

irradiance, suhu dan susunan sel surya dalam modul. Pengaruh

perubahan irradiance, suhu dan susunan sel surya terhadap keluaran

dari sel surya adalah sebagai berikut:

a. Efek Variasi Irradiance terhadap Arus, Tegangan dan Daya

Irradiance sangat mempengaruhi besar kecilnya arus yang

dihasilkan. Gambar menunjukkan bahwa arus short circuit

mengalami penurunan ketika irradiance yang diterima oleh

photovoltaic berkurang. Hal ini karena saat irradiance yang

diperoleh berkurang menyebabkan elektron-elektron yang

terlepas semakin sedikit sehingga arus listrik yang dihasilkan

menurun. Irradiance juga berpengaruh terhadap perubahan

(9)

berkurang ketika irradiance berkurang, namun perubahan yang

dihasilkan tidak begitu signifikan atau dapat dikatakan bahwa

perubahannya sangat kecil[7].

Gambar 2.9 Kurva Karakteristik Akibat Variasi

Irradiance Matahari

b. Efek Variasi Suhu terhadap Arus, Tegangan dan Daya

Selain jumlah irradiance yang mempengaruhi keluaran dari

sel surya, suhu juga sangat berpengaruh, yaitu semakin besar suhu

maka nilai tegangan open circuit akan semakin kecil. Hal ini

disebabkan penurunan energi gap ketika suhu meningkat. Hal ini

juga diungkapkan oleh Hans Joachim Moller (1993) dengan

menggunakan persamaan berikut:

(10)

Dari hubungan persamaan di atas terlihat bahwa tegangan

open circuit berbanding lurus dengan energi gap dari

semikonduktor penyusun sel surya. Sehingga semakin menurun

energi gap maka semakin menurun tegangan Voc. Gambar berikut

adalah kurva yang menunjukkan kurva karakteristik akibat variasi

suhu[7].

Gambar 2.10 Kurva Karakteristik Sel Surya Akibat Variasi

Suhu

2.1.4 Faktor Pengoperasian

Pengoperasian maximum Sel Surya sangat tergantung pada [8]:

a. Temperatur

Photovoltaic dapat beroperasi secara maksimum jika temperatur

berada pada keadaan yang normal yaitu 25 oC. Setiap kenaikan

(11)

b. Radiasi solar matahari (Irradiance)

Radiasi solar matahari di bumi dan berbagai lokasi bervariasi, dan

sangat tergantung keadaan spektrum solar ke bumi. Insolation solar

matahari akan banyak berpengaruh pada arus (I) dan sedikit pada

tegangan.

c. Kecepatan angin bertiup

Kecepatan tiup angin disekitar lokasi photovoltaic array dapat

membantu mendinginkan permukaan temperatur kaca-kaca

photovoltaicarray.

d. Keadaan atmosfir bumi

Keadaan atmosfir bumi seperti berawan, mendung, jenis partikel

debu udara, asap, kabut dan polusi sangat menentukan hasil

maksimum arus listrik dari photovoltaic.

e. Letak photovoltaic terhadap sudut orientasi matahari

Mempertahankan sinar matahari yang jatuh ke sebuah permukaan

panel photovoltaic secara tegak lurus akan mendapatkan energi

sebesar 1000 W/m2 atau 1 kW/m2. Apabila sinar matahari dengan

bidang photovoltaic tidak tegak lurus, maka dibutuhkan jumlah

bidang photovoltaic yang lebih besar (bidang panel photovoltaic

terhadap sun latitude yang berubah setiap jam dalam sehari). Solar

Panel photovoltaic pada Equator (latitude 0o) yang diletakkan

mendatar akan menghasilkan energi maximum, sedangkan untuk

lokasi dengan latitude berbeda harus dicarikan tilt angle yang

(12)

2.2Maximum Power Point Tracking

Sistem photovoltaic mempunyai karakteristik yang tidak linier serta sangat

tergantung pada suhu dan intensitas radiasi matahari, sehingga pada sistem

photovoltaic terdapat titik tertentu yang dapat menghasilkan keluaran daya

maksimal. Titik tersebut adalah Maximum Power Point (MPP), letak titik tidak

diketahui tetapi dapat dicari dengan menggunakan perhitungan atau algoritma

tracking. Maximum Power Point Tracking (MPPT) digunakan untuk

mendapatkan daya maksimum dari sistem photovoltaic tanpa tergantung pada

suhu dan radiasi matahari serta menjaga agar titik kerja photovoltaic tetap pada

titik MPP saat terjadi perubahan kondisi lingkungan.

MPPT sangat penting untuk meningkatkan efisiensi. Fungsi utamanya

adalah mengatur tegangan keluaran panel untuk mensuplai energi maksimal ke

beban. Sebagian besar desain saat ini terdiri dari tiga komponen dasar, yaitu:

switch-mode dc-dc converter, sistem kontrol, dan komponen pelacakan.

Konverter mode saklar adalah inti dari keseluruhan pasokan karena energi yang

ditarik disimpan sebagai energi magnetik, dan dilepaskan pada tingkat

potensial yang berbeda. Dengan mengatur bagian switch-mode dengan

topologi buck atau boost converter, tegangan konverter dirancang dengan

tegangan masukan atau arus yang sesuai dengan titik daya maksimum, yang

memungkinkan resistansi keluaran sesuai dengan baterai. Untuk mencapai

mekanisme yang disebutkan di atas, dibutuhkan suatu pengendali yang

berfungsi untuk memantau sistem photovoltaic secara terus menerus dan

(13)

Kontrol tegangan MPPT menggunakan PWM (Pulse Width Modulation)

atau lebar pulsa (Duty Cycle) melalui rangkaian DC-DC Converter. Prinsip dari

MPPT adalah menaikkan dan menurunkan tegangan kerja photovoltaic.

Apabila dalam suatu sistem photovoltaic, tegangan kerja photovoltaic lebih

kecil dari tegangan Vmpp maka tegangan kerja photovoltaic akan dinaikkan

sampai mendekati tegangan Vmpp. Sebaliknya, apabila tegangan kerja

photovoltaic lebih besar dari tegangan kerja Vmpp maka tegangan kerja

photovoltaic akan diturunkan mendekati tegangan Vmpp.

2.3Fuzzy Logic Control

Sistem Fuzzy Logic Controller merupakan sebuah teknik baru dalam

dunia kontrol. Secara umum, sistem kendali fuzzy berbasis pada aturan Fuzzy

(rule based Fuzzy). Sistem Fuzzy Logic Controller tidak dimodelkan melalui

pemodelan matematika, namun mampu menghasilkan performansi sistem

kontrol yang sangat baik[10]. Dengan kata lain, Fuzzy Logic merupakan

peningkatan dari penerapan logika boolean, pada aljabar boolean yang hanya

mengenal notasi 1 dan 0. Fuzzy logic memungkinkan keanggotaan bernilai

antara 0 sampai dengan 1. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa sebuah kondisi

bisa bernilai sebagian benar dan sebagian salah pada saat bersamaan. Ada

beberapa alasan mengapa orang menggunakan fuzzy logic, antara lain[11] :

1. Konsep fuzzy logic mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari

penalaran fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti.

2. Fuzzy logic sangat fleksibel.

3. Fuzzy logic memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat.

(14)

Seiring dengan berkembangnya teknologi, berbagai aplikasi telah

menunjukkan teknik yang berbeda untuk menyesuaikan pengendali PID.

Penelitian terbaru oleh Sant yaitu menggunakan pengendali fuzzy logic yang

dikombinasikan dengan pengendali PID klasik dengan fungsi switching antara

m untuk kontrol kecepatan motor drive. Algoritma switching memungkinkan

setiap jenis kontroler untuk berperforma lebih baik dalam operasi yang

berbeda[10].

Pada penelitian ini dilakukan suatu metode fuzzy logic control yang

terhubung dengan Maximum Power Point Tracking untuk mengoptimalkan

nilai maksimum dari performa photovoltaic. Pada dasarnya Fuzzy Logic

memiliki tiga buah bagian, yaitu:

 Fuzzyfication

Fuzzyfication adalah suatu proses untuk mengubah suatu masukan dari

bentuk tegas (crisp) menjadi fuzzy (variabel linguistik) yang biasanya

disajikan dalam bentuk himpunan-himpunan fuzzy dengan suatu fungsi

kenggotaannya masing-masing.

 Inferensi Fuzzy

Sistem inferensi fuzzy (FIS) adalah sebuah sistem pengambilan

keputusan yang didasarkan pada teori fuzzy, aturan fuzzy if-then dan

logika fuzzy. Struktur dasar sistem inferensi fuzzy terdiri atas:

1. Sebuah basis aturan yang berisi aturan fuzzyif-then.

2. Basis data yang mendefinisikan fungsi keanggotaan himpunan fuzzy.

3. Unit pengambilan keputusan yang menyatakan operasi inferensi atau

(15)

 Defuzzyfication

Defuzzyfication adalah proses pengubahan besaran fuzzy yang disajikan

dalam bentuk himpunan-himpunan fuzzy keluaran dengan fungsi

keanggotaannya untuk mendapatkan kembali bentuk tegasnya (crisp).

Gambar 2.11 Step Fuzzy Logic Control

2.4Algoritma Genetik

Algoritma Genetika merupakan metode adaptive yang biasa digunakan

untuk memecahkan suatu pencarian nilai dalam sebuah masalah optimasi.

Algoritma ini didasarkan pada proses genetik yang ada dalam makluk hidup,

yaitu perkembangan generasi dalam sebuah populasi yang alami, secara lambat

laun mengikuti prinsip seleksi alam[12].

Sebelum algoritma genetik dapat dijalankan, maka sebuah kode yang sesuai

(representatif) untuk persoalan harus dirancang. Untuk ini maka titik solusi

dalam ruang permasalahan dikodekan dalam bentuk string yang terdiri atas

komponen genetik terkecil yaitu gen. Dengan teori evolusi dan teori genetika,

di dalam penerapan algoritma genetik akan melibatkan beberapa operator,

(16)

 Operasi evolusi yang melibatkan proses selekti di dalamnya.

 Operasi genetik yang melibatkan operator pindah silang dan mutasi.

Untuk memeriksa hasil optimasi, kita membutuhan fungsi fitness, yang

menandakan gambaran hasil (solusi) yang sudah dikodekan. Jika algoritma

genetik didesain secara baik maka populasi akan mengalami konvergensi dan

akan didapatkan sebuah solusi yang optimum.

2.5Boost Converter

Boost converter berguna untuk mengubah tegangan masukan yang rendah

ke tegangan keluaran yang tinggi (penaik tegangan). Konverter ini bekerja

secara periodik saat saklar terbuka dan tertutup. Rangkaian dapat dilihat pada

Gambar 2.12. Untuk konverter ini, parameter yang dibutuhkan untuk dapat

memperoleh rangkaiannya terdiri dari beberapa komponen yaitu saklar daya,

dioda frekuensi tinggi, induktor, kapasitor, dan beban resistor. Saklar yang

dipakai harus mempunyai respon yang cepat saat keadaan on dan off. Saklar

yang dapat digunakan adalah saklar semikonduktor seperti MOSFET[13].

(17)

2.5.1 Prinsip Kerja Boost Converter

Kemampuan boost converter untuk menaikan tegangan dc

berkaitan dengan prinsip switch duration (ton dan toffswitch). Saat saklar

atau switch MOSFET pada kondisi tertutup (ton), arus akan mengalir ke

induktor sehingga menyebabkan energi akan tersimpan di induktor. Saat

saklar MOSFET terbuka (toff), arus induktor ini akan mengalir menuju

beban melewati dioda sehingga energi yang tersimpan di induktor akan

menurun. Jika dilihat pada Gambar 2.13. Pada saat toff, beban akan

disuplai oleh tegangan sumber ditambah dengan tegangan induktor yang

sedang melepaskan energinya. Kondisi ini yang menyebabkan tegangan

keluaran menjadi lebih besar dibandingkan dengan tegangan

masukannya. Rasio antara tegangan keluaran dan tegangan masukan

konverter ini sebanding dengan rasio antara periode penyaklaran dan

waktu pembukaan saklar[13].

(a) (b)

Gambar 2.13 Prinsip Kerja Boost Converter

(a). Saklar ON

(18)

Regulator boost dapat menaikkan tegangan keluaran tanpa memerlukan trafo.

Karena memiliki satu buah transistor, regulator ini memiliki efisiensi yang

tinggi dan arus masukan kontinyu. Tegangan keluaran sangat sensitif

terhadap perubahan duty cycle k dan sangat sulit untuk menstabilkan

regulator. Arus keluaran rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan arus

induktor rata-rata oleh faktor (1-k), dan banyak arus rms yang lebih tinggi

akan mengalir melalui filter kapasitor, sehingga menghasilkan penggunaan

filter kapasitor dan induktor yang lebih besar dibandingkan regulator

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Antara Sel, Modul, Panel dan Array [1]
Gambar 2.3 Kondisi pada Saat Kedua Semikonduktor Tersambung
Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Photovoltaic
Gambar 2.8 Kurva Karakteristik Listrik Sebuah Modul Photovoltaic
+6

Referensi

Dokumen terkait

Keluaran dari blok Power Management adalah berupa sinyal daya refrensi Psc sebagai masukan konverter dengan mengurangi nilai arus refrensi dengan arus masukan

Pengujian Solar Cell disini bertujuan untuk mengetahui besaran nilai keluaran dari solar cell yang berupa tegangan, arus dan daya maksimum pada saat diberi berbagai

tegangan maksimum disebut titik daya maksimum (MPP) Pada DSCC yang berfase anatase terdapat nilai arus maksimum sekitar 52 µA dan nilai tegangan 512 mV pada grafik ini

Inverter listrik adalah konverter daya listrik yang mengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC). Tegangan masukan, tegangan keluaran, dan frekuensi

Maximum power point tracking (MPPT) adalah suatu metode untuk mencari point (titik) maksimum dari daya dengan melihat tegangan dan arus masukan atau dengan melihat

MPPT didesain untuk mengetahui perubahan variabel in- put yang dapat berupa tegangan dari Titik Daya Maksimum (Vmpp) atau Arus dari Titik Daya Maksimum (Impp) tergan- tung pada

MODUL DRIVER HARUS MAMPU MENYUPLAI ARUS MAKSIMUM SAAT MOTOR STALL TEGANGAN BATERAI , MAKSIMAL SAMA DENGAN RATING TEGANGAN MOTOR BATERAI AKAN EFISIEN JIKA MENGGUNAKAN

Keluaran ANFIS adalah arus referensi Impp (maximum power point) yang merupakan arus pada titik daya maksimum.. Impp akan dieksekusi oleh cuk converter untuk