• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitor untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Dalam praktek perbankan ditemukan adanya penggunaan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil sebagai jaminan yang beresiko terhadap bank dalam pelunasan kredit, apalagi jika terhadap PNS tersebut terjadi hal yang tidak terduga seperti diberhentikan atau dipecat sebelum memasuki masa pensiun. Penelitian ini menguraikan atau memaparkan sekaligus menganalisis tentang pelaksanaan eksekusi atas kredit macet dengan menggunakan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil, kedudukan jaminan kredit dengan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil apabila Pegawai Negeri Sipil tersebut di pecat dan upaya yang dilakukan oleh PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang terhadap penyelesaian kredit macet apabila Pegawai Negeri Sipil tersebut dipecat.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum kepustakaan yang diolah dengan menggunakan logika berfikir deduktif yaitu dari hal-hal yang bersifat umum menuju kepada hal-hal yang bersifat khusus.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan eksekusi atas kredit macet dengan menggunakan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil dengan didahului oleh adanya pengajuan klaim asuransi oleh tertanggung yang dilakukan oleh pihak bank selaku penerima kuasa dari tertanggung dan merupakan pihak yang dirugikan dengan terjadinya resiko kredit macet atau kredit bermasalah. Kedudukan jaminan kredit Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil dalam perjanjian kredit pada PT. Bank Aceh adalah hanya sebagai bagian dari kelengkapan administrasi atau hanya sebagai dokumen otentik yang harus dipenuhi oleh debitur hal ini dilakukan supaya pihak bank dapat terpenuhi prinsip kepercayaan terhadap debitur untuk melunasi kreditnya. Apabila Pegawai Negeri Sipil dipecat dan tidak lagi dapat menjalankan kewajiban pelunasan angsuran kredit maka pihak bank menggunakan pihak ketiga dalam hal ini pihak asuransi untuk melakukan pelunasan setelah pada saat pencairan kredit dilakukan ikut dibayarkan premi asuransi kredit oleh debitur. Upaya PT. Bank Aceh dalam penyelesaian kredit macet terhadap Pegawai Negeri Sipil yang di pecat pada awalnya tetap menempuh prosedur standar penyelesaian kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yaitu dengan melakukan penjadwalan kembali (Rescheduling) sebagai upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/ jangka waktu kredit termasuk tenggang (grace period) termasuk perubahan jumlah angsuran, bila perlu dengan penambahan kredit baru. Selanjutnya dilakukan teguran dan mengundang nasabah untuk melakukan musyawarah guna penyelesaian secara damai dan melakukan tindakan pengajuan klaim dari asuransi kredit disamping tetap berupaya melakukan penagihan secara langsung kepada nasabah. Disarankan kepada pengambil kebijakan agar membuat aturan khusus mengenai jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kepastian hukum mencakup ketentuan eksekutorial. Kepada Pihak Bank disarankan agar melakukan langkah antisipatif dengan menambahkan syarat adanya jaminan tambahan. Kepada para pihak terkait hendaknya dalam pelaksanaan perjanjian yang terkait dengan asuransi agar lebih mengutamakan penyelesaian bersama, terutama debitur diharapkan lebih kooperatif demi menyelamatkan keuangan masyarakat yang ada dalam sisem perbankan.

Kata Kunci :Kredit, Jaminan dan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil

(2)

ii ABSTRACT

Article 3, paragraph (1) of the Directive of Board of Directors of Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR, on February 28, 1991 regarding Guarantee in Giving Credit states that guarantee is confidence of a Bank in debtor’s capacity to pay off his credit according to what has been agreed. In practice, there is the use of the Directive for Goverment Employee as a mortgage which will risk the Bank in giving a credit, let alone if the government employee is dismissed before retiring. The research used descriptive analytic method which described, explained, and analyzed the implementation of execution on non-performing loan by using the Directive for Government Employee, the position of mortgage, using the Directive for Government Employee when the debtor was dismissed, and the attempt of PT Bank Aceh, Sabang Branch, to settle non-performing loan when the debtor was dismissed.

The result of the research shows that the implementation of the execution of non-performing loan, using the Directive for Government Employee is preceded by filing an insurance claim by the insured performed by the Bank as the proxy of the insured and as the harmed party of non-performing loan. The position of the Directive for Government Employee as a mortgage in the credit contract at PT Bank Aceh is only a part of administrative component or authentic document which has to be fulfilled by a debtor for meeting the confidence principle of the Bank. When the debtor is dismissed and cannot pay off his credit, the Bank will use the third party, the insurance company, to pay off the credit because at the time the credit is given to the debtor, the debtor begins to pay the insurance premium to the insurance company. However, the first thing the Bank has to do is by finding standard of procedure in settling non-performing loan as it is regulated by Bank Indonesia by rescheduling as a legal remedy in order to make some changes of the credit requirements, including grace period, the changes in the amount of installment, and, if necessary, adding new credit. The next step is by giving warning and inviting the client to negotiate, filing claim from the credit insurance, and attempting to dun directly to the client.

It is recommended that the policy maker make specific rule about the Directive for Government Employee as a mortgage concerning legal certainty which includes executing procedure. The Bank should take anticipative measures by adding the requirements for mortgages. The stakeholders should prioritize negotiation in the implementation of a contract concerning insurance with the Directive for Government Employee as a mortgage in order to save people’s money in the Banking system.

Keywords: Credit, Mortgage, Directive for Government Employee

Referensi

Dokumen terkait

Hasil temuan pada penelitian ini adalah a) Kepanitiaan PPDB di SD Muhammadiyah Program Khusus Boyolali merupakan SDM yang terlatih, b) Alur pelaksanaan PPDB di SD

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan karakter tanggung jawab siswa kelas III semester 2 SD 1

This Supplement supplements and amends the section entitled “Portfolio Management—The Advisor—Investment Committee of the Advisor” by deleting in its entirety the fifth paragraph,

dilakukan yaitu dengan triangulasi teknik. Triangulasi teknik dilakukan dengan membandingkan dan mengecek kembali suatu informasi yang diperoleh melalui teknik yang

Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan..

investment income for such month (“Distribution Shortfall”), Colony NorthStar FV will purchase shares required in order to cover the Distribution Shortfall up to an amount equal to

Telah diuji dalam sidang Laporan Tugas Akhir yang diselenggarakan oleh Program Studi Diploma III ...

Usulan Penelitian (UP) merupakan proses awal dalam menulis skripsi, yang wajib dilakukan oleh mahasiswa dengan tujuan untuk mendapatkan topik penelitian awal