• Tidak ada hasil yang ditemukan

Regulasi - Peraturan Pemerintah pp no 8 tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Regulasi - Peraturan Pemerintah pp no 8 tahun 2011"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

SALINAN

P R E S ID E N

R E P U B L IK IN D O N E S IA

bahw a untuk m elaksanakan ketentuan Pasal 148 U

ndang-U ndang N om or 23 Tahun 2007 ten tang Perkeretaapian,

Pasal 55 U ndang-U ndang N om or 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran, Pasal 191 U ndang-U ndang N om or 1 Tahun 2009

tentang Penerbangan, dan Pasal 165 ayat (4) U

ndang-U ndang N om or 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

A ngkutan Jalan, perlu m enetapkan Peraturan Pem erintah

tentang A ngkutan M ultim oda;

1. Pasal 5 ayat (2) U ndang-U ndang D asar N egara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. U ndang-U ndang N om or 23 Tahun 2007 tentang

Perkeretaapian (Lem baran N egara Republik Indonesia

Tahun 2007 N om or 65, Tam bahan Lem baran N egara

Republik Indonesia N om or 4722);

3. U ndang-U ndang N om or 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran (Lem baran N egara Republik Indonesia Tahun

2008 N om or 64, Tam bahan Lem baran N egara Republik

Indonesia N om or 4849);

4. U ndang-U ndang N om or 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan (Lem baran N egara Republik Indonesia

Tahun 2009 N om or 1, Tam bahan Lem baran N egara

Republik Indonesia N om or 4956);

5. U ndang-U ndang N om or 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan A ngkutan Jalan (Lem baran N egara Republik

Indonesia Tahun 2009 N om or 96, Tam bahan Lem baran

(2)

P R E S ID E N

D alam Peraturan Pem erintah ini yang dim aksud dengan:

1. A ngkutan M ultim oda adalah angkutan barang dengan

m enggunakan paling sedikit 2 (dua) m oda angkutan

yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai

dokum en angkutan m ultim oda dari satu tem pat

diterim anya barang oleh badan usaha angkutan

m ultim oda ke suatu tem pat yang ditentukan untuk

penyerahan barang kepada penerim a barang angkutan

m ultim oda.

2. Badan usaha angkutan m ultim oda N asional adalah

Badan U saha M ilik N egara, Badan U saha M ilik D aerah,

atau Badan H ukum Indonesia yang khusus didirikan

untuk angkutan m ultim oda.

3. Badan usaha angkutan m ultim oda asing adalah badan

usaha angkutan m ultim oda yang didirikan berdasarkan

hukum negara asing.

4. A sosiasi adalah asosiasi badan usaha angkutan

m ultim oda atau perusahaan jasa angkutan transportasi

( fr e i g h t fo r w a r d e r ) dan penyedia jasa logistik.

5. A gen adalah Badan H ukum Indonesia yang ditunjuk oleh

badan usaha angkutan m ultim oda berdasarkan

perjanjian kerja sam a.

6. Pengguna Jasa adalah orang perseorangan atau badan

hukum yang m enggunakan jasa angkutan m ultim oda

(3)

P R E S ID E N

R E P U B L IK IN D O N E S IA

3

-7. Barang adalah setiap benda yang m erupakan m uatan

angkutan m ultim oda, baik berupa petikem as, palet,

atau kem asan bentuk lain term asuk hew an hidup.

8. M enteri adalah m enteri yang m enyelenggarakan urusan

pem erintahan di bidang angkutan m ultim oda.

BA B II

K EG IA TA NA N G K U TA NM U LTIM O D A

(1) A ngkutan m ultim oda hanya dapat dilakukan oleh

badan usaha angkutan m ultim oda.

(2) A ngkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud pada ayat

(1) diselenggarakan oleh badan usaha angku tan

m ultim oda nasional dan badan usaha angkutan

m ultim oda asing.

(3) K egiatan angkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud

pada ayat (1) m eliputi kegiatan yang dim ulai sejak

diterim anya barang oleh badan usaha angkutan

m ultim oda dari pengguna jasa angkutan m ultim oda

sam pai dengan diserahkannya barang kepada

penerim a barang dari badan usaha angkutan

m ultim oda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam

dokum en angkutan m ultim oda.

(4) D alam m enyelenggarakan kegiatan angku tan

m ultim oda sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) badan

usaha angkutan m ultim oda bertanggung jaw ab

terhadap kegiatan penunjang angkutan m ultim oda

yang m eliputi pengurusan:

a. transportasi;

b. pergudangan;

c. konsolidasi m uatan;

d. penyediaan ruang m uatan; danl atau

e. kepabeanan untuk angkutan m ultim oda ke luar

(4)

P R E S ID E N R E P U B L IK IN D O N E S IA

4

-(1) K egiatan angkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud

dalam Pasal 2 dapat dilakukan dengan m enggunakan

alat angkut m oda transportasi darat, perkeretaapian,

laut, dan/ atau udara.

(2) A lat angkut m oda transportasi sebagaim ana dim aksud

pada ayat (1) terdiri atas kendaraan berm otor, kereta

api, kapal, dan pesaw at udara.

(3) Pengusahaan m asing-m asing alat angkut m oda

transportasi sebagaim ana dim aksud pada ayat (2)

dapat dilakukan oleh badan usaha angkutan m oda

transportasi.

BA B III

D O K U M ENA N G K U TA NM U LTIM O D A

D okum en angkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud

dalam Pasal 2 ayat (3) paling sedikit m em uat:

a. identifikasi barang (m erek dan nom or);

b. sifat barang (barang berbahaya atau barang yang

m udah rusak);

c. rincian barang (jum lah dan bentuk kem asan berupa

paket atau unit barang);

d. berat kotor atau jum lah barang;

e. ukuran barang; .

f. keterangan lain yang dinyatakan oleh

c o n s ig n o r / pengirim ;

g. kondisi nyata barang;

h. nam a dan tem pat usaha badan usaha angkutan

m ultim oda;

1. nam a pengirim atau pengguna jasa;

J. penerim a barang ( c o n s ig n e e ) jika disebut oleh pengirim ;

k. tem pat dan tanggal barang diterim a oleh badan usaha

angkutan m ultim oda;

(5)

P R E S ID E N R E P U B L IK IN D O N E S IA

5

-m . tanggal atau periode w aktu penyerahan barang di

tem pat penyerahan barang sesuai dengan persetujuan

para pihak;

n. pernyataan bahw a dokum en angkutan "dapat

dinegosiasi" (n e g o tia b le ) atau "tidak dapat dinegosiasi"

(n o n n e g o tia b le );

o. tem pat dan tanggal penerbitan dokum en angkutan

m ultim oda;

p. tanda tangan dari penanggung jaw ab badan usaha

angkutan m ultim oda atau orang yang diberi kuasa;

q. ongkos untuk setiap m oda transportasi dan/ atau total

ongkos, m ata uang yang digunakan, serta tem pat

pem bayaran sesuai dengan persetujuan para pihak;

r. rute perjalanan dan m oda transportasi yang digunakan,

serta tem pat tra n s s h ip m e n t apabila diketahui pada saat

dokum en diterbitkan;

s. nam a agen atau perw akilan yang akan m elaksanakan

penyerahan barang; dan

t. asuransi m uatan.

(1) D okum en angkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud

dalam Pasal 4 disusun oleh asosiasi badan usaha

angkutan m ultim oda.

(2) A sosiasi badan usaha angkutan m ultim oda

sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dalam m enyusun

dokum en angkutan m ultim oda harus m engacu pada

S ta n d a rd T ra d in g C o n d itio n s (S T C )yang ditetapkan oleh

m enteri yang m enyelenggarakan urusan pem erintahan

di bidang hukum sete1ah m endapat rekom endasi dari

M enteri.

(3) K etentuan lebih lanjut m engenai tata cara pem berian

rekom endasi sebagaim ana dim aksud pada ayat (2)

diatur dengan Peraturan M enteri.

(1) D okum en angkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud

dalam Pasal 5 dapat berupa dokum en tertulis

(6)

P R E S ID E N

R E P Y B L IK IN D O N E S IA

6

-I

(2) D okum en abgkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud

pada ayat (1) m erupakan bukti perikatan perjanjian

setelah disetujui.oleh badan usaha angkutan m ultim oda

dan penggunajasa angkutan m ultim oda.

BA BIV

BA D A NU SA H AA N G K U TA NM U LTIM O D A

Badan usaha angkutan m ultim oda

dim aksud dalam Pasal 2 ayat (1) w ajib

usaha angkutan m ultim oda dari M enteri.

se bagaim ana m em iliki izin

(2) Izin usaha angkutan m ultim oda sebagaim ana

dim aksud pada ayat (1) diberikan kepada badan usaha

angkutan m ultim oda yang m em enuhi persyaratan:

a. adm inistrasi; dan

b. teknis.

(3) Persyaratan adm inistrasi sebagaim ana dim aksud

pada ayat (2) huruf a paling sedikit m eliputi:

a. akta pendirian perusahaan yang telah di sahkan

oleh m enteri yang m enyelenggarakan urusan

pem erintahan di bidang hukum ;

b. nom or pokok w ajib pajak (N PW P);

c. keterangan dom isili usaha; dan

d. m em iliki m odal dasar paling sedikit setara dengan

80.000 (delapan puluh ribu) S p e c ia l D ra w in g R ig h t

(S D R ).

(4) Persyaratan teknis sebagaim ana dim aksud pada ayat

(2) huruf b paling sedikit m eliputi:

a. m em iliki danl atau m enguasai peralatan kerja; dan

b. m em iliki sum ber daya m anusia yang m em iliki

kom petensi di bidang angkutan m ultim oda.

(5) Peralatan kerja sebagaim ana dim aksud pada ayat (4)

huruf a paling sedikit m eliputi kantor tetap, alat angkut,

(7)

P R E S ID E N R E P U B L IK IN D O N E S IA

7

-(6) K om petensi di bidang angkutan m ultim oda

sebagaim ana dim aksud pada ayat (4) huruf b dibuktikan

dengan sertifikat kom petensi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(7) K etentuan lebih lanjut m engenai persyaratan dan tata

cara m em peroleh izin usaha angkutan m ultim oda

diatur dengan Peraturan M enteri.

(1) D alam m elaksanakan kegiatan angkutan m ultim oda

se bagaim ana dim aksud dalam Pasal 7, badan usaha

angkutan m ultim oda nasional dapat m endirikan kantor

perw akilan dan/ atau m enunjuk agen.

(2) Badan usaha angkutan m ultim oda nasional

sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dapat m elayani

angkutan m ultim oda di dalam negeri dan/ atau ke luar

negeri.

(3) D alam hal kegiatan angkutan m ultim oda

diselenggarakan oleh badan usaha angkutan

m ultim oda asing, w ajib m enunjuk badan usaha

angkutan m ultim oda nasional sebagai agen.

(4) Badan usaha angkutan m ultim oda dapat bertindak

atas nam anya sendiri atau diw akili oleh kantor

perw akilan atau agennya untuk m enandatangani dan

m elaksanakan kontrak angkutan m ultim oda.

(1) Badan usaha angkutan m ultim oda asing sebagaim ana

dim aksud dalam Pasal 8 ayat (3) hanya dapat

m em berikan pelayanan angkutan m ultim oda dari luar

(8)

P R E S ID E t\l

R E P U B L IK IN D O N E S IA

8

-(2) D alarn rnelaksanakan pelayanan angkutan rnultirnoda,

badan usaha angkutan rnultirnoda asing w ajib

rnendaftarkan usahanya di Indonesia.

(3) Pendaftaran sebagairnana dirnaksud pada ayat (2)

dilakukan oleh badan usaha angkutan rnultirnoda asing

kepada M enteri.

(4) Pendaftaran sebagairnana dirnaksud pada ayat (3)

berlaku sarnpai dengan adanya pernberitahuan tertulis

rnengenai pencabutan izin usaha dari negara asal.

(5) K etentuan lebih lanjut rnengenai tata cara pendaftaran

badan usaha angkutan rnultirnoda asing diatur dengan

Peraturan M enteri.

(1) Badan usaha angkutan rnultirnoda dalarn

rnelaksanakan kegiatan angkutan rnultirnoda dapat

bekerjasarna dengan badan usaha angkutan rnoda

transportasi sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 3

ayat (3).

(2) K erja sarna sebagairnana dirnaksud pada ayat (1)

dituangkan dalarn perjanjian kerja sarna.

Badan usaha yang telah rnerniliki izin usaha angkutan

rnultirnoda w ajib:

a. rnelaksanakan ketentuan yang tercanturn dalarn izin

usaha angkutan rnultirnoda;

b. rnelaporkan secara tertulis apabila terjadi perubahan

direktur utarna atau penanggung jaw ab danjatau

pernilik, N PW P perusahaan, dan dornisili perusahaan

kepada M enteri;

c. rnelakukan kegiatan operasional paling larnbat 6 (enarn)

bulan terhitung sejak dikeluarkannya izin; dan

d. rnelaporkan kegiatan operasionalnya kepada M enteri

(9)

P R E S ID E N R E P L IB L IK IN D O N E S IA

9

-(1) Selain kew ajiban sebagaim ana dim aksud dalam Pasal

11, badan usaha angkutan m ultim oda dalam setiap

m elaksanakan kegiatan angkutan m ultim oda w ajib:

a. m enerbitkan dokum en angkutan m ultim oda;

b. m engangkut barang sesuai dengan perjanjian yang

tertuang dalam dokum en angkutan m ultim oda;

c. m enjaga keselam atan dan keam anan pelaksanaan

kegiatan angkutan m ultim oda;

d. m elakukan tindakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan terhadap barang

khusus dan barang berbahaya;

e. m enyelesaikan klaim yang diajukan oleh pengguna

jasa; dan

f. m engasuransikan tanggung jaw abnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) K laim yang diajukan oleh pengguna jasa atau penerim a

barang sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) huruf e

dilengkapi dengan berita acara penerim aan barang

yang ditanda tangani oleh badan usaha angkutan

m ultim oda dan penerim a barang.

(3) B adan usaha angkutan m ultim oda yang tidak

m elaksanakan kew ajiban sebagaim ana dim aksud pada

ayat (1) dan Pasal 11 dikenai sanksi adm inistratif.

(4) Sanksi adm inistratif sebagaim ana dim aksud pada ayat

(3) dapat berupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sem entara kegiatan angkutan

m ultim oda; danjatau

c. pencabutan izin usaha angkutan m ultim oda.

Pencabutan lZln usaha angkutan

sebagaim ana dim aksud pada ayat (4)

dilakukan apabila:

m ultim oda

(10)

P R E S ID E N R E P U B L IK IN D O N E S IA

10

-a. perusahaan yang bersangku tan m elakukan

kegiatan yang m em bahayakan keam anan negara

dan keselam atan m anusia;

b. m em peroleh izin usaha dengan cara tidak sah;

c. dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan; atau

d. m elakukan tindak pidana penyelundupan danj atau

pem alsuan dokum en berdasarkan putusan

pengadilan yang telah m em peroleh kekuatan

hukum tetap.

(6) K etentuan lebih lanjut m engenai tata cara pengenaan

sanksi adm inistratif diatur dengan Peraturan M enteri.

Badan usaha angkutan m ultim oda berhak:

a. m enenm a pem bayaran dari pengguna jasa sesuai

dengan perjanjian yang tertuang dalam dokum en

angkutan m ultim oda;

b. m enerim a inform asi dari pengguna jasa m engenal

kejelasan barang yang diangkut;

c. m em buka danj atau m em eriksa barang kirim an

dihadapan pengguna jasa untuk m encocokan kebenaran

inform asi barang yang diangku t;

d. m enolak m engangkut barang yang diketahui dapat

m engancam keselam atan dan keam anan

penyelenggaraan angkutan m ultim oda;

e. m engam bil tindakan tertentu untuk

keselam atan dan keam anan penyelenggaraan

m ultim oda; dan

f. m enolak klaim yang tidak dapat dibuktikan.

m enjaga angkutan

(1) Badan usaha angkutan m ultim oda bertanggung jaw ab

terhadap barang yang diangkutnya sejak barang

diterim a dari pengguna jasa angkutan m ultim oda

sam pai dengan barang diserahkan kepada penerim a

barang sesuai dengan ketentuan dalam kontrak

(11)

P R E S ID E ~ -l

R E P U B L IK IN D O N E S IA

11

-(2) Tanggung jaw ab sebagaim ana dim aksud pada ayat (1)

m eliputi kerusakan, hilangnya barang sebagian atau

seluruhnya, danl atau keterlam batan penyerahan

barang kepada penerim a barang.

BABV

P E N G G U N A JA S A A N G K U T A N M U LT IM O D A

Pengguna jasa angkutan m ultim oda dapat dilakukan oleh

orang perseorangan, kelom pok orang, badan usaha, badan

usaha m ilik N egara, badan usaha m ilik daerah, atau

instansi pem erintah.

Pengguna jasa angkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud

dalam Pasal 15 w ajib:

a. m em bayar ongkos angkut sesuai dengan perjanjian yang

tertuang dalam dokum en angkutan m ultim oda;

b. m em berikan inform asi yang benar dan akurat m engenai

jenis, keadaan, jum lah, berat dan volum e barang,

penandaan, w aktu, dan tem p at barang diterim a oleh

badan usaha angkutan m ultim oda dari pengguna jasa

serta w aktu dan tem pat barang diserahkan kepada

penerim a barang yang dituangkan dalam dokum en

angkutan m ultim oda; dan

c. m em beritahukan dan m em beri tanda atau label sebagai

barang khusus atau barang berbahaya dalam hal

barang yang dikirim berupa barang khusus atau barang

berbahaya sesuai dengan konvensi internasional dan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1) Pengguna jasa angkutan m ultim oda sebagaim ana

dim aksud dalam Pasal 16 m em punyai hak untuk:

a. m endapatkan pelayanan sesuai ketentuan dalam

(12)

P R E S ID E N

R E P U B L IK IN D O N E S IA 12

-b. m engajukan klaim untuk m em peroleh ganti rugi

dalam hal badan usaha angkutan m ultim oda tidak

m em enuhi kew ajibannya sesuai dokum en angkutan m ultim oda; dan

c. m em peroleh inform asi m engenal keberadaan

barang.

(2) K laim yang diajukan oleh pengguna jasa sebagaim ana

dim aksud pada ayat (1) huruf b harus dilengkapi

dengan berita acara penerim aan barang yang

ditandatangani oleh badan usaha angkutan m ultim oda

dan penerim a barang.

Pengguna jasa angkutan m ultim oda tidak berhak m enuntut

kom pensasi atas tindakan badan usaha angkutan

m ultim oda yang m em buka dan/ atau m em eriksa, tidak

m engirim , atau tindakan tertentu atas barang berbahaya

dan barang yang dapat m enim bulkan bahaya terhadap

harta benda, jiw a, dan lingkungan, jika barang yang dikirim

oleh pengguna jasa angkutan m ultim oda kepada badan

usaha angkutan m ultim oda tersebut tidak dilaporkan.

Pengguna jasa bertanggung jaw ab atas:

a. sem ua kerugian, kerusakan, kehilangan, dan biaya yang

dikeluarkan akibat pem berian inform asi yang tidak

benar, tidak akurat, dan tidak lengkap;

b. akibat yang ditim bulkan karena penerim a barang tidak

bersedia m enerim a barang at au alam at penerim a

barang tidak ditem ukan yang bukan karena kesalahan

badan usaha angkutan m ultim oda; dan

c. sem ua kerugian, kerusakan, kehilangan, dan biaya yang

dikeluarkan akibat yang ditim bulkan dari barang

(13)

P R E S ID E N R E P U B L IK IN D O N E S IA

13

-BAB VI

PENERIM A BARANG ANGKUTAN M ULTIM ODA

B arang angkutan m ultim oda dapat diterim a oleh pengguna

jasa angkutan m ultim oda atau pihak lain yang tercantum

dalam dokum en angkutan m ultim oda.

Penerim a barang angkutan m ultim oda w ajib:

a. m enerim a barang dan m enandatangani berita acara

serah terim a barang sesuai yang tercantum dalam

dokum en angkutan m ultim oda;

b. m em bayar ongkos jasa angkutan m ultim oda dalam hal

ongkos jasa angkutan m erupakan beban penerim a

barang sesuai dengan yang tertuang dalam dokum en

angkutan m ultim oda; dan

c. m em beritahukan secara tertulis kepada badan usaha

angkutan m ultim oda dalam hal barang yang diterim a

m engalam i kerusakan dan/ atau tidak lengkap paling

lam bat 3 (tiga) hari setelah barang ditenm a dan

dinyatakan dalam berita acara penerim aan barang yang

ditanda tangani oleh badan usaha angkutan m ultim oda

dan penerim a barang.

Penerim a barang berhak m engajukan klaim

badan usaha angkutan m ultim oda tidak

kew ajibannya sesual dengan dokum en

m ultim oda.

dalam hal

m em enuhi angkutan

BAB VII

BATAS TANGGUNG JAW AB

(1) Tanggung jaw ab badan usaha angkutan m ultim oda

atas kerusakan atau kehilangan barang sebagaim ana

dim aksud dalam Pasal 14 ayat (2) diberikan dalam

(14)

P R E S ID E N

R E P U B L IK IN D O N E S IA

14

-(2) G anti rugi sebagaim ana dim aksud pada ayat (1)

diberikan setara dengan:

a. 666,67 (enam ratus enam puluh enam kom a enam

puluh tujuh) SD R per paket atau 2 (dua) SD R per

kilogram berat kotor barang dari barang yang

hilang atau rusak untuk barang yang di angkut

dengan m enggunakan angkutan laut, sungal,

danau, dan penyeberangan; atau

b. 8,33 (delapan kom a tiga puluh tiga) SD R per

kilogram berat kotor barang yang hilang atau

rusak, dalam hal angkutan m ultim oda tidak

m enggunakan angkutan laut atau angkutan sungai,

danau, dan penyeberangan.

D alam hal kerusakan dan kehilangan terjadi akibat

kesalahan, kelalaian, dan/ atau kecerobohan badan usaha

angkutan m ultim oda, ganti rugi sebagaim ana dim aksud

dalam Pasal 23 ayat (1) diberikan paling banyak sebesar

nilai barang.

(1) N ilai ganti rugi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 23

ayat (2) huruf a besarannya ditetapkan yang paling

m enguntungkan bagi pengguna jasa.

(2) D alam hal jenis dan nilai barang tercantum dalam

dokum en angkutan m ultim oda, ganti rugi diberikan

paling banyak se besar nilai barang.

(3) B atas tanggung jaw ab badan usaha angkutan

m ultim oda tidak m elebihi ongkos angkut, dalam hal

terjadi kerugian yang disebabkan oleh keterlam batan

penyerahan barang at au kerugian yang bukan

(15)

P R E S ID E N

R E P U B L IK IN D O N E S IA

15

-(4) D alam hal petikem as, palet, atau kem asan bentuk lain

diisi dengan beberapa paket pengirim an dan m

asing-m asing paket disebutkan di dalam dokum en angkutan,

m aka ganti rugi dihitung berdasarkan m asing-m asing

paket dim aksud.

(5) D alam hal m asing-m asing paket pengirim an

sebagaim ana dim aksud pada ayat (4) tidak disebutkan

di dalam dokum en angkutan, m aka ganti rugi dihitung

sebagai satu paket.

BAB VIII

ASURANSI

Badan usaha angkutan m ultim oda

m engasuransikan tanggung jaw abnya sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

w ajib dengan

(2) Badan usaha angkutan m ultim oda dapat m enutup

asuransi barang ( c a r g o in s u r a n c e ) berdasarkan

perm intaan tertulis dari pengguna jasa angkutan

m ultim oda.

(3) Biaya asuransi sebagaim ana dim aksud pada ayat (2)

dibebankan kepada pengguna jasa angkutan

m ultim oda.

(1) Tarif angkutan m ultim oda ditetapkan berdasarkan

kesepakatan bersam a antara badan usaha angkutan

m ultim oda dan pengguna jasa angkutan m ultim oda

(16)

P R E S ID E N

R E P U B L IK IN D O N E S IA

16

-(2) K om ponen tarif angkutan m ultim oda terdiri atas tarif

angkutan m asing-m asing m oda yang digunakan serta

tarif jasa lainnya sesuai dengan jenis jasa yang

diberikan oleh badan usaha angkutan m ultim oda.

(3) Jenis, struktur, dan golongan tarif m asing-m asing

m oda ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(1) M enteri m elakukan pem binaan terhadap badan usaha

angkutan m ultim oda.

(2) Pem binaan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1)

dilakukan m elalui:

a. pengaturan;

b. pengendalian; dan

c. pengaw asan.

(3) Pengaturan sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) huruf

a dilakukan m elalui perum usan kebijakan, norm a,

standar, pedom an, dan kriteria angkutan m ultim oda.

(4) Pengendalian sebagaim ana dim aksud pada ayat (2)

huruf b dilakukan m elalui:

a. pengem bangan sistem inform asi berbasis teknologi

inform asi dan kom unikasi;

b. penerapan standar teknis kualitas pelayanan,

keselam atan, dan keam anan angkutan m ultim oda;

dan

c. penerapan standar kom petensi sum ber daya

(17)

P R E S ID E N R E P U B L IK IN D O N E S IA

17

-(5) Pengaw asan sebagaim ana dim aksud pada ayat (2)

huruf c dilakukan m elalui m onitoring dan evaluasi

kegiatan angkutan m ultim oda.

(1) Sum ber daya m anusia yang m em iliki kom petensi

sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 28 ayat (4) huruf c

dibuktikan dengan sertifikat kom petensi.

(2) Sertifikat kom petensi sebagaim ana dim aksud pada

ayat (1) diperoleh setelah m engikuti pendidikan dan

pelatihan di bidang angkutan m ultim oda.

(3) Pendidikan dan pelatihan sebagaim ana dim aksud pada

ayat (2) diselenggarakan oleh Pem erintah atau badan

hukum Indonesia yang diakreditasi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

K etentuan lebih lanjut m engenai pem binaan angkutan

m ultim oda diatur dengan Peraturan M enteri.

BAB XI

K E T E N T U A N P E N U T U P

Peraturan Pem erintah ini m ulai berlaku 1 (satu) tahun

(18)

P R E S ID E N R E P U B U ~ \ IN D O N E S IA

Agar setiap

pengundangan penem patannya

Indonesia.

orang m engetahuinya, m em erintahkan

Peraturan Pem erintah ini dengan

dalam Lem baran Negara Republik

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 4 Februari 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 8 Februari 2011

M ENTERI HUKUM DAN HAK ASASI M ANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT NEGARA RI

Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan

Bidan om ian dan lndustri,

~f;.:'(~ '41"".,

I(.,~ '- ~ ~

~ 'V

~

(19)

P R E S ID E t--I R E P U B L IK IN D O N E S IA

A ngkutan m ultim oda ( M u l t i m o d a l T r a n s p o r t ) adalah angkutan barang

dengan m enggunakan paling sedikit dua m oda transportasi yang

berbeda, atas dasar satu kontrak yang m enggunakan dokum en

angkutan m ultim oda dari satu tem pat diterim anya barang oleh badan

usaha angkutan m ultim oda ke suatu tem pat yang ditentukan untuk

penerim aan barang tersebut. A ngkutan m ultim oda m erupakan

kom ponen penting dari sistem logistik, karena angkutan barang dalam

aktivitas logistik pada um um nya m enggunakan lebih dari satu m oda

transportasi. Jasa angkutan m ultim oda diselenggarakan oleh badan

usaha angkutan m ultim oda. Badan usaha angkutan m ultim oda tidak

sem ata-m ata m em berikan layanan angkutan barang dari tem pat asal

sam pai ke tujuan, tetapi juga m em berikan jasa tam bahan berupa jasa

pengurusan transportasi ( fr e i g h t fo n v a r d i n g ) , jasa pergudangan, jasa

konsolidasi m uatan, penyediaan ruang m uatan, serta pengurusan

kepabeanan untuk angkutan m ultim oda ke luar negeri dan ke dalam

negeri.

A ngkutan m ultim oda diatur dalam U n i t e d N a t i o n s C o n v e n t i o n o n

I n t e r n a t i o n a l M u l t i m o d a l T r a n s p o r t o f G o o d s , dan dalam A SEA N

F r a m e w o r k A g r e e m e n t o n M u l t i m o d a l T r a n s p o r t (A FA M T). Peran

angkutan m ultim oda sem akin penting dengan adanya agenda integrasi

sistem logistik A SEA N m enuju kepada perw ujudan pasar tunggal

A SEA N . Integrasi sistem logistik A SEA N dan A SEA N F r a m e w o r k

A g r e e m e n t o n M u l t i m o d a l T r a n s p o r t m enyiratkan adanya liberalisasi di

bidang jasa angkutan m ultim oda di kaw asan A SEA N yang pada

(20)

P R E S ID E ~ -J R E P U B L IK IN D O N E S IA

2

-A g r e e m e n t s o n T a r i ffs a n d T r a d e (G A TT's). D engan dem ikian perlu

diciptakan iklim yang kondusif bagi berkem bangnya badan usaha

angkutan m ultim oda N asional yang tum buh berkelanjutan dan berdaya

saing.

Badan usaha angkutan m ultim oda N asional harus m am pu

m enyediakan jasa angkutan m ultim oda dengan standar keselam atan

dan keam anan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan serta kualitas pelayanan yang m am pu m enjam in

terw ujudnya efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam penyelenggaraan

angkutan sebagai kom ponen penting dalam sistem logistik. U ntuk

m ew ujudkan kualitas pelayanan terse but perlu didukung dengan

regulasi, kebijakan, standar, pedom an, dan kriteria yang m em adai.

D alam penyelenggaraan angkutan m ultim oda perlu ada pengaturan

yang diw ujudkan dalam Peraturan Pem erintah sebagai penjabaran dan

pelaksanaan dari keem pat U ndang-U ndang di bidang Transportasi.

K etentuan m engenai angkutan m ultim oda ini diatur dalam Pasal 165

U ndang-U ndang N om or 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

A ngkutan Jalan, Pasal 50 sam pai dengan Pasal 55 U ndang-U ndang

N om or 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 187 sam pai dengan

Pasal 191 U ndang-U ndang N om or 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan,

dan Pasal 147 sam pai dengan Pasal 148 U ndang-U ndang N om or 23

Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

D i dalam Peraturan Pem erintah tentang A ngkutan M ultim oda,

pengaturan m engenai badan usaha angkutan m ultim oda beserta

persyaratannya m erupakan unsur yang paling penting dalam rangka

m em berikan arah dan pengem bangan penyelenggaraan angkutan

m ultim oda di Indonesia.

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasa12

A yat (1)

(21)

P R E S ID E N

Pengguna Jasa dapat sebagai pengirim dan/ atau penerim a

barang.

Y ang dim aksud dengan "pengirim barang" adalah pihak yang

m eyerahkan barang kepada badan usaha angkutan

m ultim oda di tem pat asal barang untuk di angkut dan

diserahkan kepada penerim a barang sesuai dengan dokum en

angkutan m ultim oda.

Y ang dim aksud dengan "penerim a barang" adalah pihak yang

m enerim a barang di tem pat penyerahan barang yang

diserahkan oleh badan usaha angkutan m ultim oda sesuai

dengan dokum en angkutan m ultim oda.

A yat (4)

H uruf a

Y ang dim aksud dengan "pengurusan transportasi" adalah

kegiatan Jasa Pengurusan Transportasi (JPT).

Jasa Pengurusan Transportasi ( fr e i g h t fo r w a r d i n g ) adalah

usaha yang ditujukan untuk m ew akili kepentingan

pem ilik barang untuk m engurus sem ua kegiatan yang

diperlukan bagi terlaksananya pengirim an dan

penerim aan barang m elalui transportasi darat,

perkeretaapian, laut, dan/ atau udara yang dapat

m encakup kegiatan pengirim an, penerim aan, bongkar

m uat, penyim panan, sortasi, pengepakan, penandaan,

pengukuran, penim bangan, pengurusan penyelesaian

dokum en, penerbitan dokum en angkutan, pem esanan

ruangan pengangkut, pengelolaan pendistribusian,

perhitungan biaya angkutan, klaim , asuransi atas

pengirim an barang, penyelesaian tagihan dan biaya-biaya

lainnya yang diperlukan, dan penyediaan sistem inform asi

dan kom unikasi, serta layanan logistik.

H uruf b

(22)

P R E S ID E N

R E P U B L IK IN D O N E S IA

4

-H uruf c

Y ang dim aksud dengan "pengurusan konsolidasi m uatan"

adalah pengum pulan beberapa kirim an barang dari

beberapa pengirim m enjadi satu unit yang diangkut ke

tem pat tujuan untuk diserahkan kepada satu atau

be berapa penerim a.

H uruf d

berbagai ketentuan m engenai jasa angkutan barang yang

ditetapkan oleh asosiasi sesuai dengan ketentuan peraturan

(23)

P R E S ID E t'-l

Penentuan nilai SD R m enjadi rupiah berdasarkan kurs

tengah dari Bank Indonesia. A yat (4)

H uruf a

Y ang dim aksud dengan "m enguasai peralatan kerja"

adalah peralatan kerja yang dikuasai oleh badan hukum

Indonesia berdasarkan suatu perjanjian yang tunduk

pada hukum yang disepakati para pihak untuk kegiatan

penyim panan, penyew aan, dan/ atau perdagangan alat

angkut.

Y ang dim aksud dengan "sertifikat kom petensi" adalah bukti

kem am puan kerja setiap individu yang m encakup aspek

pengetahuan, keteram pilan dan/ atau keahlian, serta sikap

kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

A ya.t (7)

Cukup jelas.

Pasa18

(24)

P R E S ID E N

R E P U B L IK IN D O N E S IA 6

-Pasa19

Penyelenggaraan angkutan m ultim oda di Indonesia w ajib

m em atuhi azas c a b o t a g e . Barang m ultim oda yang diangkut oleh

badan usaha angkutan m ultim oda asing setelah tiba di sim pul

transportasi ekspor im por untuk angkutan lanjutan w ajib

bekerjasam a dengan badan usaha angkutan m ultim oda N asional

yang ditunjuk sebagai agenjperw akilan.

Sim pul transportasi adalah tem pat yang diperuntukkan bagi

pergantian antarm oda dan intram oda yang berupa term inal,

stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau,

danj atau bandar udara.

(25)

P R E S ID E h l R E P U B L IK IN D O N E S IA

7

-H uruf c

Y ang dim aksud dengan "tanda" adalah m uatan berbahaya

beserta nam a teknis, serta nom or klasifikasi yang m enyatakan

isi m uatan sesuai dengan ketentuan In te rn a tio n a l M a ritim e

O rg a n iz a tio n (IM O).

Y ang dim aksud dengan "label" adalah stiker yang ditem pelkan

pada setiap pem bungkus m uatan berbahaya dan petikem as

pengangkut barang berbahaya.

Y ang dim aksud dengan "barang khusus" adalah barang yang

karena sifat, jenis, dan ukurannya m em erlukan penanganan

khusus seperti kayu gelondongan, barang curah, reI, dan

se bagainya.

Y ang dim aksud dengan "barang berbahaya" adalah barang

atau bahan yang dapat beresiko m em bahayakan kesehatan,

keselam atan jiw a, harta benda, serta keselam atan dan

keam anan transportasi. B arang berbahaya diklasifikasi

sebagai berikut:

a. bahan peledak (e x p lo s iv e s );

b. gas yang dim am patkan, dicairkan, atau dilarutkan dengan

tekanan (c o m p re s s e d g a s e s , liq u ifie d o r d is s o lv e d u n d e r

p re s s u re );

.c. cairan m udah m enyala atau terbakar (fla m m a b le liq u id s );

d. bahan atau barang padat m udah m enyala atau terbakar

(fla m m a b le solids);

jum lah tertentu; atau

j. bahan atau zat berbahaya lainnya (m is c e lla n e o u s

d a n g e ro u s s u b s ta n c e s ).

Pasal 17

A yat (1) H uruf a

(26)

P R E S ID E N

Y ang dim aksud dengan "inform asi m engenai keberadaan

barang" adalah inform asi yang dapat diperoleh setiap

saat m engenai lokasi/keberadaan barang yang diangkut

oleh badan usaha angkutan m ultim oda.

A yat (2)

C ukup jelas.

Pasal 18

C ukup jelas.

Pasal 19

C ukup jelas.

Pasa120

C ukup jelas.

Pasa121

C ukup jelas.

Pasa122

C ukup jelas.

Pasa123

C ukup jelas.

Pasa124

Y ang dim aksud dengan "kesalahan, kelalaian, dan/ atau

kecerobohan badan usaha angkutan m ultim oda" adalah

kesalahan, kelalaian, dan/atau kecerobohan yang dilakukan oleh

agen, perw akilan, kantor cabang, dan/ at au setiap orang yang

bekerja padanya.

Pasa125 A yat (1)

C ukup jelas.

A yat (2)

(27)

P R E S ID E N

Y ang dim aksud dengan "kem asan ben tuk lain" adalah

kem asan selain petikem as dan palet yang digunakan un tuk

m em bungkus satuan pengirim an barang ( s h ip p in g u n it) .

A yat (5)

Cukup jelas.

Pasal26

Cakupan asuransi m eliputi kegiatan sejak barang diterim a oleh

badan usaha angkutan m ultim oda dari pengirim atau pem ilik

barang sam pai dengan diserahkannya barang tersebut kepada

penerim a di tem pat yang diperjanjikan dalam kontrak.

Pasal27

Cukup jelas.

Pasal28

Cukup jelas.

Pasal29

Sum ber daya m anusia yang kom peten diperoleh dengan

m elakukan pem binaan antara lain, m eliputi penetapan standar

kom petensi, sertifikasi, pendidikan dan pelatihan, akreditasi

lem baga pendidikan dan pelatihan sum ber daya m anusia

angkutan m ultim oda. Sum ber daya m anusia angkutan m ultim oda

antara lain terdiri atas tenaga ahli badan usaha angkutan

m ultim oda m enangani kegiatan sortasi, pengepakan, penanganan

Barang Berbahaya dan Beracun (B3), penandaan, pengukuran,

penim bangan, pengurusan penyelesaian dokum en, penerbitan

dokum en angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim , asuransi,

penyediaan sistem inform asi dan kom unikasi, serta layanan

logistik lainnya.

Pasal30

Cukup jelas.

Pasal31

Referensi

Dokumen terkait

(2) Penggunaan pesawat udara sipil asing oleh perusahaan angkutan udara asing atau perorangan dari dan ke atau melalui wilayah Republik Indonesia, selain untuk kegiatan angkutan

Dalam rangka mendorong pengembangan angkutan nasional di bidang angkutan darat, angkutan air, dan angkutan udara, menjamin tersedianya peralatan Tentara Nasional

(2) Barang dan atau jasa impor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemenuhan standarnya ditunjukkan dengan sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi atau laboratorium

Tahapan akhir berupa pem buktian kualifikasi, dengan m em inta calon penyedia barang dan jasa unt uk m em perlihatkan berkas asli dari dokum en-dokum en yang dim

Izin operasi kegiatan angkutan orang dan/atau barang dengan kereta api umum untuk pelayanan angkutan antar kota dan perkotaan yang lintas pelayanannya melebihi satu kabupaten/kota

(5) Pemerintah, pemerintah provinsi, dan / atau pemerintah kabupaten/ kota sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan fasilitasi dalam pelaksanaan reklamasi hutan

Setiap kendaraan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b dilarang menggunakan jalan yang tidak sesuai dengan jaringan lintas angkutan

(3) Kegiatan angkutan multimoda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan yang dimulai sejak diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda dari pengguna