• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu Chapter III VI"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI

Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari kawasan setempat. Metode tersebut merupakan penjelasan dari data yang telah terkumpul yang didukung dan diterapkan pada teori yang sudah ada. Dalam proses perancangan terdapat beberapa langkah antara lain:

3.1. Ide Perancangan

1. Ide perancangan ini muncul dari sebuah pemikiran tentang keinginan mengkaji lingkungan bandara Kualanamu sebagai bandara baru di Sumetera Utara, dimana kawasan sekitar Kualanamu yang masih dalam proses pengembangan. Berdasarkan tuntutan materi Perancangan Arsitektur VI dan Skripsi, maka harus memilih proyek apa yang cocok untuk dibangun di daerah pengembangan Kualanamu. 2. Ide perancangan ini muncul dari sebuah pemikiran tentang mengkaji masalah-

masalah apa saja yang muncul pada perkembangan jaman dan masuknya era pasar bebas, serta tuntutan untuk berkomunikasi secara global, dan ternyata isu yang menonjol adalah kurangnya SDM di bidang bahasa atau sastra dan masih sedikitnya sekolah tinggi bahasa asing di Indonesia.

3. Pematangan ide perancangan ini melalui penelusuran informasi dan data-data arsitektural maupun non-arsitektural dari berbagai pustaka dan media sebagai bahan perbandingan dalam pemecahan masalah terkait syarat teknis minimal dan pendirian sekolah tinggi bahasa asing.

3.2. Identifikasi Masalah

1. Meninjau perkembangan dan perencanaan di Kawasan Bandar Udara Kuala Namu, maka kebutuhan akan Sumber Daya Manusia baik itu sebagai ahli bahasa asing, tour-guide maupun tenaga-tenaga muda di bidang bahasa masih sangat sedikit,

(2)

2. Masih kurangnya sekolah tinggi pendidikan bahasa asing yang ada di Indonesia, sehingga belum mampu menutupi kekurangan Sumber Daya Manusia di kancah Internasional.

3. Rencana pengembangan kawasan kualanamu dan sekitarnya sebagai kota aerotropolis yang akan dilengkapi dengan fasilitas- fasilitas yang mendukung bandara, salah satunya adalah Sekolah Tinggi Bahasa Asing.

3.3. Tujuan Perancangan

1. Merencanakan dan merancang sebuah Sekolah Tinggi Bahasa Asing di daerah Kuala Namu, yang terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan Kuala Namu sekitarnya.

2. Merancang sirkulasi sekolah tinggi bahasa asing terhadap massa bangunan menjadi efisien dengan melihat dari kebutuhan ruang dari sekolah tinggi tersebut

3. Merancang bangunan sekolah tinggi bahasa asing yang mampu mengurangi masalah terhadap kebisingan, pencahayaan, orientasi dan lingkungan yang ada di sekitar site.

4. Memberikan wadah pendidikan bagi masyarakat luas sebagai pusat pengetahuan dan pengembangan kreatifitas di bidang bahasa asing.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis dalam perancangan ini ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam pengumpulan data dari informasi primer dan sekunder, digunakan metode yang dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu:

3.4.1. Data Primer

(3)

perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu, metode ini termasuk dalam tahap pendekatan perencanaan.

Pengambilan data primer dilakukan dengan cara: 1. Survey Lapangan

Suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki ( Marzuki, 2008 : 58). Dengan melakukan survey lapangan ini akan mendapat data:

- Kondisi kawasan

- Luasan tapak

- Batasan tapak terhadap kawasan site

- Data iklim, pergerakan angin, peredaran matahari, temperatur, kelembapan, dll

- Vegetasi pada tapak dan sarana-prasarana tapak

- Sistem drainase pada tapak

- Transportai yang meliputi: jalur dan besaran jalan, angkutan dan pengguna jalan serta fasilitas pendukung lainnya

- Generator aktivitas disekitar tapak 2. Dokumentasi

Metode ini bertujuan untuk memperkuat data dari metode survey di atas yang merupakan data bersifat nyata dan memperjelas data-data yang akan digunakan dalam analisa.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti (Marzuki,2000:56), atau data yang diperoleh dari literatur atau data yang bersumber secara tak langsung. Pencarian data sekunder ini meliputi:

1. Studi Pustaka

(4)

 Literatur teori-teori arsitektur yang relevan dengan judul dan tema perancangan.

2. Studi Banding

Studi ini dilakukan untuk mendapatkan data dari bangunan yang sama maupun tema yang sama, yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan program ruang dan desain.

3.5. Analisis

Analisis ini merupakan langkah-langkah perancangan. Analisis ini berisi tentang macam-macam alternatif yang nantinya digunakan dalam perancanagan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu. Dalam kasus proyek perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu, tahap ini sudah masuk dalam tahap perancangan.

1. Analisa Tapak

Analisis tapak meliputi persyaratan yapak, analisis kebisingan, analisis pendangan dan view, analisis iklim, analisis asksebilitas, analisis vegetasi, analisis potensi tapak, analisis zoning kawasan.

2. Analisa Fungsi

Analisis ini bertujuan untuk menentukan fungsi ruangan yang akan digunakan pada sebuah banguan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pengelompokan fungsi tersebut untuk menata kondisi banguan. Penyusunan tersebut didasarkan pada kebutuhan ruang maupun jenis kegiatan. Fungsi tersebut juga termasuk fungsi sosial yang dimiliki oleh bangunan agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang telah ada sebelumnya.

3. Analisa Aktivitas Pengguna

Menganalisa pelaku yang akan melakukan aktivitas dengan cara survey pada objek yang sudah ada maupunn mengambil data standard ataupun literatur. 4. Analisa Sirkulasi

Konfigurasi bentuk jalan atau alur gerak dari linear, radial, grid, network, dan komposit.

5. Analisa Ruang

(5)

6. Analisa Struktur

Dalam analisa struktur ini akan dijelaskan pemaparan mengenai struktur apa yang dipakai pada rancangan objek ini.

7. Analisa Utilitas

Memaparkan dan menggambarkan system utilitas yang akan diterapkan pada rancangan agar banguan tersebut dapat bekerja dengan baik.

3.6. Sintesis dan Konsep

Sintesis adalah proses penggabungan dari hasil analisis yang menghasilkan sebuah konsep, yang nantinya akan menjadi pedoman didalam penyusunan konsep rancangan. Konsep ini meliputi konsep rancangan, konsep tapak, konsep ruang, konsep bentuk, konsep struktur, dan konsep utilitas.

1. Konsep Tapak

Konsep tapak ini meliputi rancangan tapak/respon terkait aksebilitas, kebisingan, pandangan atau view, sirkulasi matahari, angina, vegetasi dan zoning kawasan.

2. Konsep Ruang

Didalam konsep ruang akan ditentukan ruang antara aktivitas dan pelaku, persyaratan ruang dan besaran, penyesuaian karakter fungsional banguan, transformasi bentuk sesuai dengan tema yang diambil, fungsi dan hubungan antar ruang.

3. Konsep Bentuk

Didalam konsep ini akan didapat bentuk 3D Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu yang akan digunakan untuk perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu.

4. Konsep Struktur

Didalam konsep ini akan didapat struktur apa yang akan digunakan dalam perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu.

5. Konsep Utilitas

(6)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan

4.1.1. Analisa Lokasi

Gambar 4.1 Peta Lokasi Perancangan

Sumber : google earth

Lokasi proyek terletak di daerah sebagai fasilitas perkotaan seperti pendidikan,

peribadatan, kesehatan, permukiman, dan perdagangan di kawasan Mebidangro.

Berada pada daerah pengembangan yang terletak di kecamatan batangkuis. Letak

(7)

diatas permukaan laut. Topografi site berkontur dengan tingkat penurunan mencapai

-2,50 meter, iklim tropis dengan suhu minimum antara 25,1oC-26,9oC dan suhu

maksimum antara 27,0oC-27,8oC. Lokasi berada bukan di jalan primer. Jalur ini juga

memiliki sirkulasi yang lancar dan tingkat kemacetan yang sangat rendah.

4.1.2. Kondisi Eksisting Lahan

 Lokasi tapak : Jalan Gambir Ujung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten

Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia

 Luas Lahan : ± 1,5 Ha

 Batas Site : Utara : Lahan Kosong

Timur : Rumah Penduduk

Barat : Lahan Kosong

Selatan : Lahan Kosong

 Kontur : Landai, dengan penurunan pada sisi ujung kiri atas site

sebesar 2,50 meter

 KDB : 60 %

 KLB : - (asumsi 1)

 GSB : 5,5 meter

4.1.3. Analisa Tata Guna Lahan

Gambar 4.2 Tata Guna Lahan

(8)

Kondisi eksisting penggunaan lahan kawasan Batang Kuis didominasi oleh lahan

hijau, atau perkebunan warga, sisanya merupakan rumah penduduk. Persentase untuk

jumlah fungsi komersil dna instansi sangat sedikit.

Prospek lahan kawasan Kecamatan Batang Kuis, Pantai Labu dan Beringin akan

mengalami perubahan yang besar dalam kurun waktu 10-20 tahun ke depan sejalan

dengan perencanaan dan pembangunan kawasan Bandar Udara Internasional Kuala

Namu di Desa Pantai Labu, Kecamatan Beringin. Rencana tata guna lahan untuk

Kecamatan Batang Kuis seperti perdagangan, jasa lokal, pengelohan pertanian dan

perkebunan, TOD, perumahan dan permukiman dan kota transit.

4.1.4. Analisa Peraturan

Gambar 4.3 Site

Sumber : google earth

Lebar jalan di depan site = 6 meter

GSB jalan = (1/2 x 9) + 1 = 5,5 meter

GSB kiri, kanan dan belakang bangunan = 7 m, sesuai asumsi untuk sirkulasi dan juga

jalur kebakaran

KDB bangunan menurut RTRW kawasan mebidangro untuk fungsi bangunan yang

melayani jasa = 60%

(9)

Gambar 4.4 KKOP pada Site Desain

Berdasarkan KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan), lokasi site berada

di bawah permukaan horizontal luar bila ditinjau dari Bandar Udara Internasional

Kuala Namu sebagai pusat dengan ketentuan pada zona ini adalah tinggi bangunan

maksimum 45 m hingga menuju kawasan di bawah permukaan horizontal luar

mencapai 145 m, fungsi tata penggunaan lahan adalah sebagai fasilitas perkotaan

seperti pendidikan, peribadatan, kesehatan, permukiman dan perdagangan.

4.1.5. Analisa View

Potensi view terhadap kegiatan pendidikan menjadi perhatian utama dan harus

didesain dengan menarik.

Gambar 4.5 View ke Site

1 2

(10)

Gambar 4.6 View I Gambar 4.7 View II Gambar 4.8 View III Masalah:

- Site berada tidak pada jalan besar sehingga view ke dalam site tidak maksimal

- View ketika menuju site juga tidak didukung dengan fasilitas penerangan jalan

memadai

Potensi:

- Site berpotensi mendukung peruntukkan proyek dari segi minimnya keributan.

Prospek:

- Agar dapat menarik view dari jalan besar Kuala Namu, bangunan dapat dibangun

bertingkat

4.1.6. Analisa Iklim

Gambar 4.9 Analisa Iklim

(11)

Gambar 4.10 Perjalanan Matahari Gambar 4.11 Diagram Siklus Matahari

Analisa Matahari

Perjalanan matahari mengalami 2 fase, yaitu fase siklus utara dan selatan. Pada

diagram dapat dijelaskan bahwa matahari akan berada lebih lama di sisi selatan

dikarenakan letak site.

Gambar 4.12 Pergerakan Angin

Analisa Angin

Pergerakan angin berasal dari arah utara ke selatan melewati site. Angin juga

memiliki kekuatan, panas dan kelembaban seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15

(12)

Gambar 4.13 menunjukkan rata-rata kekuatan angin tiap tahunnya dan diperoleh data

bahwa kekuatan angin terbesar berada di derajat 80-95 arah timur.

Gambar 4.14 menunjukkan rata-rata panas angin tiap tahunnya dan diperoleh data

bahwa panas angin terbesar terdapat di derajat 190-215 mendekati arah selatan.

Gambar 4.15 menunjukkan rata-rata kelembaban udara tiap tahunnya dan diperoleh

data bahwa kelembaban udara terbesar terdapat di derajat 145-170 dan derajat

190-215 mendekati arah selatan.

4.1.7. Analisa Pencapaian

Site dapat dicapai dengan mudah dari berbagai alternatif lokasi yang menjadi propek

pengunjung atau pengguna seperti kota Medan, kota Batang Kuis sendiri sampai

Lubuk Pakam. Berikut akan diberikan perkiraan data pencapaian dari beberapa titik

lokasi strategis.

Gambar 4.16 Pencapaian dari Medan Gambar 4.17 Pencapaian dari Batang Kuis

Sumber : google maps Sumber : google maps

Gambar 4.18 Pencapaian dari KNIA Gambar 4.19 Pencapaian dari Lubuk Pakam

(13)

Gambar 4.20 Pencapaian dari Pantai Labu Gambar 4.21 Pencapaian dari Percut

Sumber : google maps Sumber : google maps

Gambar 4.22 Pencapaian dari Tanjung Morawa

Sumber : google maps

Tabel 4.1 Pencapaian ke Site

Pencapaian ke Site Dari Jarak Tempuh (km) Waktu Tempuh (menit)

Kota Medan 17,7 54

Kota Batang Kuis 7,8 13

Bandar Udara Internasional

Kuala Namu

10,3 10

Lubuk Pakam 12,3 18

Pantai Labu 17,2 28

Percut Sei Tuan 10,1 20

(14)

4.1.8. Analisa Kebisingan

Gambar 4.23 Sumber Kebisingan pada Site

Kebisingan pada site tidak berpengaruh terlalu banyak dikarenakan site terletak tidak

di jalan besar Kuala Namu. Adapun sumber kebisingan yang datang dari Jalan Besar

Kuala Namu sudah terfilter oleh rumah penduduk.

4.1.9. Analisa Sirkulasi

(15)

Sirkulasi di Jalan Gambir Ujung

Tingkat keramaian pada Jalan Gambir Ujung rendah dan diakses oleh beberapa

kendaraan seperti becak bemotor, kendaraan roda dua, sepeda, kendaraan roda empat

pribadi, dan truk.

Sirkulasi di Jalan Besar Kuala Namu menuju Jalan Batang Kuis

Tingkat keramaian pada Jalan Besar Kuala Namu tergolong tinggi dan diakses oleh

beberapa kendaraan seperti becak bermotor, kendaraan roda dua, angkutan umum,

kendaraan roda empat pribadi dan truk.

Sirkulasi di Jalan Besar Kuala Namu menuju atau dari Bandar Udara Internasional

Kuala Namu

Tingkat keramaian pada Jalan Besar Kuala Namu yang menuju maupun dari Bandar

Udara Internasional Kuala Namu tergolong tinggi dan diakses hampir oleh setiap jenis

kendaraan.

4.2. Analisa Fungsional

4.2.1. Kebutuhan Ruang

Tabel 4.2 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Menengah Atas (SMA)

Dirinci menurut Kabupaten/Kota, 2014

Kabupaten/Kota

Sekolah Guru Murid

(unit) (orang) (orang)

Kabupaten

1. Nias 7 167 1 612

2. Mandailing Natal 22 623 7 166

3. Tapanuli Selatan 12 323 3 888

4. Tapanuli Tengah 25 650 7 189

5. Tapanuli Utara 25 772 10 762

(16)

7. Labuhanbatu 30 865 11 160

(17)

Tabel 4.3 Rekap Jumlah Mahasiswa

Sumber : Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan

Pendidikan Tinggi

Analisa Kebutuhan Ruang

Perkiraan Daya Tampung Mahasiswa :

Data: Jumlah Murid SMA Kota Medan = 61.809 orang

Jumlah Murid SMA Kabupaten Deli Serdang = 24.737 orang

Rata-rata Jumlah Mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kota Medan : STBA Swadaya = (222 + 168 + 75) : 3 = 155

= 155 : (4 tahun) = 38,75 = 39 orang

STBA Harapan = (442 + 430 + 435 + 421 + 397 + 292) : 6

= 403 : (4 tahun) = 100,75 = 101 orang

STBA ITMI = (92 + 96 + 83 + 80 + 82 + 59) : 6

= 82 : (4 tahun) = 20,5 = 21 orang

STBA PIA = (462 + 750 + 1055 + 1375 + 1499 + 1459) : 6

= 1100 : (4 tahun) = 275 orang

Persentase Jumlah Mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kota Medan : % Mahasiswa STBA di Kota Medan = (39 + 101 + 21 + 275)

= 436 orang : (jumlah Mahasiswa Kota Medan)

= (436 : 61.809) x 100 % = 0,7 %

Perkiraan Daya Tampung Mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu :

Perkiraan = % Mahasiswa STBA di Kota Medan x Jumlah Mahasiswa Deli Serdang

= 0,7 % x 24.737 = 173,159 = 173 orang

Bila diasumsikan masa studi 4 tahun ajaran, maka jumlah mahasiswa seluruhnya di

Sekolah Tinggi Bahasa Asing adalah sebanyak 4 x 173 orang/angkatan = 692 orang.

(18)

Asumsi Jumlah Dosen = 10% jumlah mahasiswa = 69 orang

Asumsi Jumlah Pegawai = 5% jumlah mahasiswa = 35 orang

Analisa Kebutuhan Parkir

 Pimpinan Sekolah Tinggi Bahasa Asing = 4 parkir mobil

 Dosen, asumsi 1 mobil untuk 1 orang = 80% jumlah dosen = 55 parkir mobil

 Pegawai, asumsi 40% membawa kendaraan roda empat, 60% membawa

kendaraan roda dua

40% jumlah pegawai = 14 parkir mobil ; 60% jumlah pegawai = 21 parkir motor

 Mahasiswa, asumsi 10% membawa kendaaan roda empat, 50% membawa

kendaraan roda dua

10% jumlah mahasiswa = 69 parkir mobil ; 50% jumlah mahasiswa = 346 motor

 Transportasi Bus

- Dosen & Pegawai = 2% jumlah dosen = 1 parkir bus

- Mahasiswa = 2% jumlah mahasiswa = 14 parkir bus

Total Kebutuhan Parkir Kendaraan : Mobil : 142 buah

Sepeda motor : 367 buah

Bus : 15 buah

4.2.2. Program Ruang

 Area Penerimaan

Tabel 4.4 Program Ruang Area Penerimaan

(19)

Urinoir 5 unit 2 m2/WC 10 m2

 Area Pendidikan dan Pelatihan

Tabel 4.5 Program Ruang Area Pendidikan dan Pelatihan

(20)

Wastafel 3 unit 0.54m

Tabel 4.6 Program Ruang Area Pengelola

(21)
(22)

 Area Multifunction Hall

Tabel 4.7 Program Ruang Area Multifunction Hall

No Jenis Ruang Kebutuhan Ruang

Tabel 4.8 Program Ruang Area Perpustakaan

(23)
(24)

 Area Servis

Tabel 4.9 Program Ruang Area Servis

(25)

 Fasilitas Penunjang

Tabel 4.10 Program Ruang Fasilitas Penunjang

(26)

3.

NAD : Neufert Architect's Data

TSS : Time Savers Standarts

BPDS : Building Planning and Design Standart

SR : Studi Ruang

AS : Asumsi

4.2.3. Analisa Bentuk dan Suasana

Analisa bentuk bangunan adalah suatu penganalisaan terhadap karakter

maupun visualisasi yang akan ditampilkan pada bangunan. Bentuk merupakan

penghubung ruang dalam dengan lingkungan luar bangunan. Bentuk terdiri atas

elemen-elemen seperti ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi, dan massa. Semua

elemen ini bertujuan untuk mewujudkan citra dan tampilan bentuk bangunan.

Pemilihan bentuk dasar bangunan dipertimbangkan terhadap faktor-faktor:

 Kesesuaian bentuk site

(27)

 Konstruksi bangunan

 Efisiensi ruang

 Ekonomi bangunan

 Kesan atau tampilan yang ingin dicapai

Jenis bentuk yang dapat diterapkan dalam rancangan, sebagai berikut :

a. Segitiga, bentuk yang dapat menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada

salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika

diletakkkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila

terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi

tidak stabil dan cenderung jatuh ke salah satu sisinya.

b. Bujur sangkar, bentuk yang menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional.

Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki

arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai

variasi dari bentuk bujur sangkar. Seperti segitiga, bujur sangkar bila berdiri

pada salah satu sisinya tampak stabil dan dinamis bila berdiri pada salah

satu sudutnya.

c. Lingkaran, bentuk yang terpusat. Berarah ke dalam dan pada umumnya

bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya.

Penempatan sebuah lingkaran pada suatu bidang akan memperkuat sifat

dasarnya sebagai poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk

bersudut lainnya atau unsur menurut arah kelilingnya, dapat menimbulkan

perasaan gerak putar yang kuat.

Kriteria tampilan bentuk bangunan sebagai berikut :

a. Landmark, menciptakan tampilan baru dalam lingkungan tapak.

b. Filosofi, massa yang mewakili simbol-simbol pendidikan.

c. Tema, simbolis yang bersifat eko-arsitektur.

d. Wujud karakter yang mengundang, mendidik, sederhana, jujur, dan kuat.

KELUARAN. Berdasarkan unsur-unsur di atas, penggabungan beberapa

bentuk sesuai dengan analisa lingkungannya. yaitu penggabungan antara

bentuk persegi dan lingkaran dengan mempertimbangkan kelebihan dan

(28)

4.3. Analisa Teknologi

4.3.1. Analisa Struktur

1. Struktur Atas, berfungsi menyalurkan beban atau gaya dari atas ke bawah.

Tabel 4.11 Analisa Struktur Atas

Objek Kelemahan Kelebihan

Rangka batang Refleksi besar bila diterpa

angin

Fleksibilitas ruang tinggi,

bentangan relatif besar (14

-22 meter), kuat dalam

bentangan horizontal.

Dinding Pemikul Fleksibilitas ruang kurang,

perlu keahlian khusus

Tidak menggunakan kolom,

waktu pengerjaan cepat.

Balok Induk dan

Pendukung

Ruang plafon relatif kecil

(1/20 -1/24 bentang)

Bentang 9-18 meter, rangka

penguat lantai

Kabel baja Bukan sebagai rangka utama,

ruang gaya tarik yang besar

Daya tarik yang tinggi,

bentangan 100-300 meter,

fleksibilitas tinggi.

Plat Lantai Precast Selisih ketinggian relatif

kecil

Praktis dalam pengerjaan,

bentangan 4-10 meter, ruang

plafon lebih tinggi.

2. Struktur Bawah, berfungsi sebagai pemikul dan penerus beban ke tanah secara

merata.

Tabel 4.12 Analisa Struktur Bawah

Objek Keterangan

Pondasi

Tiang

Pancang

a. Cukup aman untuk menahan gaya, baik itu gaya vertikal maupun

horizontal

b. Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (8- 20 meter)

c. Pengerjaan cepat dan mudah

d. Bahan dari beton, baja, dan kayu

e. Menimbulkan getaran dan bunyi yang relatif besar

(29)

Sumuran b. Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (4-8 meter)

c. Mudah pengerjaan dalam perluasan bangunan

d. Aman dan ekonomis untuk tipe bangunan tingkat rendah

Pondasi

Bore Pile

a. Cukup aman untuk menahan gaya vertikal

b. Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (>10 meter)

c. Pengeboran untuk pengecoran pondasi

d. Digunakan pada tanah yang tidak keras

e. Tidak menimbulkan getaran dan bunyi yang besar

f. Tidak memakan waktu yang lama

g. Memerlukan keahlian khusus

h. Tidak ekonomis

3. Bahan Struktur

Tabel 4.13 Bahan Analisa Struktur

Kriteria Beton Baja Komposit

Unsur Agregat kasar/halus,

air dan semen

Besi, karbon, oksigen Beton dan Baja

Sifat Mudah dibentuk,

praktis

Kaku Relatif fleksibel

Kekuatan Gaya tekan Gaya tarik Gaya tekan dan tarik

Daya tahan

Keahlian Menengah Ahli Khusus Ahli Khusus

Pelaksanaan Bertahap, di

lapangan

Singkat, pabrikan Singkat, pabrikan

atau lapangan

Jenis Bertulang, praktekan Variasi rangka dan

profil

Variasi

Contoh Balok, kolom, lantai,

dinding core

Balok, kolom, kabel

struktur

Balok, kolom, lantai,

(30)

4. Bahan Bangunan

Tabel 4.14 Analisa Bahan Bangunan

Objek Keterangan

Kayu a. Digunakan untuk bangunan kecil dan rendah

b. Sebagai struktur rangka dan balok

c. Jenis bahan pabrikan

d. Tidak tahan terhadap rayap

e. Perawatan intensif

f. Gaya sesuai arah serat

Aluminium a. Sebagai struktur pendukung

b. Jenis bahan pabrikan

c. Perlu keahlian khusus

d. Tahan cuaca tropis

e. Penghantar panas

f. Ringan

Gipsum a. Tingkat stabilitas tinggi

b. Daya tahan tinggi

c. Kedap suara

d. Anti serangga

e. Ringan & pemasangan praktis

f. Aplikasi pada plafon dan partisi

Kaca a. Sebagai sturktur pelingkup

b. Perlu keahlian khusus

c. Permukaan yang rentan terhadap cuaca

d. Tahan terhadap kelembaban

e. Ringan & Transparan

f. Kuat pada fungsi tertentu

Kriteria pemilihan sistem struktur bangunan adalah : faktor ketinggian, faktor

(31)

4.3.2. Analisa Utilitas

Analisa Penghawaan Bangunan

Gambar 4.25 Gambar Penerapan system VRV

Pada sekarang ini ada system penghawaan baru yang diterapkan ke bangunan

yaitu system VRV/ VRF. Pada sistem penghawaan buatan menggunakan

sistem VRV / VRF. Variabel refrigerant flow (VRF) adalah konfigurasi sistem

pengkondisian udara di mana ada satu unit kondensasi outdoor dan beberapa

unit dalam ruangan. Istilah VRF mengacu pada kemampuan sistem untuk

mengontrol jumlah refrigerant mengalir ke beberapa evaporator (unit indoor),

memungkinkan penggunaan banyak evaporator kapasitas dan konfigurasi

terhubung ke unit kondensasi tunggal berbeda. Pengaturan ini memberikan

kontrol individual kenyamanan, dan pemanasan simultan dan pendinginan di

zona yang berbeda.

Keunggulan menggunakan sistem VRV / VRF dibandingkan dengan

menggunakan sistem konvensional Chiller terdapat pada kemudahan

pemasangan yang hanya memerlukan mesin outdoor, mesin indoor, dan

ducting, efisiensi ruang yang terpakai (tidak memperlukan ruang khusus untuk

chiller dan lainnya), dan yang utama adalah murahnya biaya maintenance

untuk penggunaan keberlanjutan.

Berdasarkan CEDengineering.com , standar panjang maksimum pipa dan unit

(32)

1. Jarak vertikal maksimum antara unit outdoor dan indoor yang terjauh

adalah 50 m.

2. Jarak vertikal maksimum yang diizinkan antara dua individu unit indoor

adalah 15 m.

3. Maksimum keseluruhan panjang pipa refrigerant antara unit outdoor dan

indoor terjauh sampai dengan 162 m.

Gambar 4.26 Brosur VRV Daikin

Berdasarkan Daikin Handbook VRV III , berikut adalah fitur VRV/ VRF yang

digunakan :

1. Jumlah maksimal unit indoor yang dapat dihubungkan 64 unit indoor/ unit

outdoor.

2. Dimensi unit outdoor (1680mm X 930mm X 765mm).

3. Dimensi unit indoor (246mm X 840mm X 840mm).

Skema Sistem Plumbing pada Bangunan

Untuk eksisting plumbing di dalam site belum terlihat pada saat survey site

Skema sistem utilitas pada bangunan adalah:

PDAM > Tangki air bawah tanah > dipompa >Tangki air atap > di

(33)

Skema sistem elektrikal pada bangunan adalah:

PLN / Generator > Panel utama > Panel perlantai > Panel didistribusikan

-Solar panel > Controller > battery > Panel utama > Panel perlantai > Panel

didistribusikan

4.4. Analisa Penerapan Tema

Analisa dan Penerapan Tema kedalam bangunan diterapkan ke dalam desain

bangunan seperti dalam merencanakan konsep pencahayaan, konsep material, konsep

bentuk ataupun warna untuk interior maupun eksterior bangunan.

Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara

lain:

Dalam efisiensi penggunaan energy

Arsitektur dapat menjadi media yang paling berpengaruh dengan implementasi

arsitektur berkelanjutan, karena dampaknya secara langsung terhadap lahan. Konsep

desain yang dapat meminimalkan penggunaan energi listrik, misalnya, dapat

digolongkan sebagai konsep eko-arsitektur dalam energi, yang dapat diintegrasikan

dengan penggunaan sumber cahaya matahari secara maksimal untuk penerangan,

penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan domestik, dan sebagainya.

Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada

siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik .

Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan

(air conditioner). Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan

cara-cara inovatif lainnya. Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara-cara-cara inovatif untuk

menampung dan mengolah air hujan untuk keperluan domestic.

Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaan

alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis

Dalam efisiensi penggunaan lahan

Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau dan penunjang

keberlanjutan potensi lahan.

(34)

tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. Menggunakan lahan secara efisien,

kompak dan terpadu.

Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan (taman atap),

taman gantung (dengan menggantung pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar

tanaman atau yang dapat diisi dengan tanaman, dinding dengan taman pada dinding,

dan sebagainya.

Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk

berbagi dengan bangunan.

Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi untuk

mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang

lebih besar.

Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan

banyak ruang yang diperlukan? Dimana letak lahan (dikota atau didesa) dan

bagaimana konsekuensinya terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya

terhadap desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami

yang dapat digunakan?

Dalam efisiensi penggunaan material

Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan,

sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat digunakan

untuk bagian lain bangunan.

Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih

bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.

Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti kayu.

Dalam penggunaan teknologi dan material baru

Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan

(35)

Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi,

murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.

Dalam manajemen limbah

Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water, grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota. Cara-cara

inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem dekomposisi limbah organik agar

terurai secara alami dalam lahan [ref buku rumah], membuat benda-benda yang biasa

menjadi limbah atau sampah domestik dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau

dapat dengan mudah terdekomposisi secara alami.

Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi

kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin

banyak arsitek dan konsultan arsitektur yang menggunakan prinsip desain yang

berkelanjutan, semakin banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan dan

meminimalkan dampak lingkungan akibat pembangunan. Dorongan untuk lebih

banyak menggunakan prinsip arsitektur berkelanjutan antara lain dengan mendorong

pula pihak-pihak lain untuk berkaitan dengan pembangunan seperti developer,

pemerintah dan lain-lain. Mereka juga perlu untuk didorong lebih perhatian kepada

keberlanjutan dalam pembangunan ini dengan tidak hanya mengeksploitasi lahan

untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa kontribusi bagi

(36)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1. Konsep Dasar Perancangan

5.1.1. Penerapan Tema Ekologi ke dalam Desain

Gambar 5.1 Penerapan Tema Ekologi ke dalam Desain

Pada desain bangunan, ekologi merupakan tema dasar desain bangunan ini. Elemen ekologi yang diterapkan :

1. Pencahayaan Alami, sehingga akan mengurangi pemakaian energi listrik pada pagi dan siang hari

2. Penghawaan Alami dengan menerapkan cross ventilation yang dapat menghemat pemakaian penghawaan buatan pada bangunan

3. Pemanfaatan energi alternatif (solar, air, bio) ke dalam bangunan

4. Hemat energi

peredaran udara

peredaran air

(37)

5.2. Konsep Perancangan Tapak 5.2.1. Zoning

Gambar 5.2 Zoning Sifat Bangunan Keterangan :

Area Service Area Semi Publik Area Publik Area Private

(38)

5.2.2. Konsep Bentukan Massa

Gambar 5.3 Konsep Bentukan Lantai Lower Ground

Konsep bentukan massa lantai ground membagi ground menjadi 2 bagian besar yaitu zona servis dan zona parkir. Pemisahan dilakukan agar sirkulasi parkir tidak terganggu dengan sirkulasi servis bangunan.

Gambar 5.4 Konsep Bentukan Lantai Ground

(39)

Gambar 5.5 Konsep Bentukan Lantai 1

Konsep bentukan massa lantai 1, zona pengelola menjadi lebih besar dengan mengambil seluruh bagian belakang kanan bangunan sehingga dapat membatasi hubungan ruang kelas dengan pengelola secara langsung.

Gambar 5.6 Konsep Bentukan Lantai 2 dan 3

(40)

5.2.3. Konsep Sirkulasi Tapak

IN OUT

Gambar 5.7 Konsep Sirkulasi Tapak

Sirkulasi tapak kendaraan di daerah site, kendaraan masuk ke area entrance dimana sisi paling kiri site terdapat area parkir bus sehingga setelah masuk melalui entrance, bus akan parkir pada area tersebut. Kemudian untuk kendaraan umum yang memilih drop off terlebih dahulu maka setelah drop off kendaraan menuju ke sisi kanan bangunan lalu dapat memilih untuk mengambil jalan ke kiri untuk menuju parkir lower ground atau ke kanan menuju exit.

(41)

5.2.4. Konsep Sirkulasi Parkir

Gambar 5.8 Konsep Sirkulasi Parkir

Sirkulasi parkir di basement menggunakan sirkulasi menerus / 1 jalur agar lebih memudahkan jalur kendaraan yang masuk maupun keluar dan terhindar dari saling crossing antar kendaraan yang berbeda arah.

5.3. Konsep Perancangan Struktur Bangunan 5.3.1. Konsep Dasar Struktur Bangunan

Konsep struktur bangunan menggunakan system grid dengan ukuran 8m x 8m sebagai standard, dimana dapat dimanfaatkan untuk grid parkir dengan menampung 2-3 mobil jadi sangat efisien dalam parkir dan juga biaya. Grid 8x8 juga dapat membagi ruang kelas dengan baik.

(42)

5.3.2. Konsep Pemilihan Jenis Struktur, Bahan dan Sistem Konstruksi Denah ruang kelas yang 90% tipikal memudahkan sistem konstruksi sehingga digunakan metoda kontruksi pre-fabrikasi. Struktur grid juga membuat parkir menjadi efisien jika ukuran gridnya benar. Sedangkan untuk balok digunakan sistem balok baja komposit. Plat lantai menggunakan metal deck yang dipre-fabrikasi.

5.4. Konsep Perancangan Utilitas Bangunan

5.4.1. Konsep Drainase dan Plumbing pada Bangunan

Diagram 5.1 Skema Diagram Suplai Air Bersih

(43)

Sistem Air Bersih

Air dari PDAM dialirkan ke ground water tank, kemudian air dari ground water tank dipompa ke roof water tank sebagai tempat penyimpanan sekunder dan juga sebagai supply air untuk air bersih ke setiap toilet.

Sistem Air Kotor Cair dan Padat

Air kotor cair dari toilet dialirkan ke shaft air ke lower ground kemudian masuk ke WWTP dan selanjutnya dapat diolah kembali dengan treatment menuju ke ground water tank kelas 2 yang dapat dimanfaatkan untuk toilet flusher dan irigasi, dan kebutuhan lainnya yang digolongkan menjadi air bersih golongan II. Sedangkan untuk air kotor padat dialirkan ke shaft air kotor padat kemudian masuk ke septic tank.

Skema sistem pengelolaan limbah pada bangunan adalah:

-Pipa pembuangan air limbah > shaft air kotor padat> septic tank -Pipa pembuangan air limbah cair > shaft air kotor cair > bak control > pembiangan riol kota.

5.4.2. Konsep Sistem Elektrikal pada Bangunan Skema system Elektrikal pada bangunan adalah:

PLN / Generator >>> Panel Utama >>> Panel Perlantai >>> Didistribusikan ke tiap – tiap ruangan.

(44)

5.4.3. Konsep Sistem Penangkal Petir

Prinsip dasar dari sistem penangkal petir adalah menyediakan jalur menerus dari logam yang menyalurkan petir ketanah pada saat terjadi sambaran petir pada bangunan.Menurut Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir ( PUIPP ) untuk bangunan di Indonesia , instalasi penangkal petir adalah instalasi suatu sistem dengan komponen - komponen dan peralatan - peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah. Sistem tersebut dipasang sedemikian rupa sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya, atau benda – benda yang dilindungi terhindar dari bahaya sambaran petir baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Persyaratan instalasi penangkal petir pada bangunan :  Macam struktur bangunan ( A )

Penggunaan dan Isi Nilai Indeks

Bangunan biasa yang tidak perlu

diamankan, baik bangunan maupun isinya

-10

Bangunan yang berisi peralatan sehari – hari atau tempat tinggal orang, seperti rumah tinggal rumah tangga , toko , pabrik kecil atau stasiun KA

1

Bangunan yang berisi banyak sekali orang , seperti bioskop, mesjid , gereja , sekolah , penginapan maupun monument bersejarah yang sangat penting

3

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 170

 Konstruksi Bangunan ( B )

Konstruksi Bangunan Nilai Indeks

Seluruh bangunan terbuat dari logam ( mudah menyalurkan listrik)

(45)

Bangunan dengan konstruksi beton bertulang , atau rangka besi dengan atap logam

1

Bangunan dengan konstruksi beton bertulang kerangka besi dan atap bukan logam. Bangunan kayu dengan atap bukan logam

2

Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3 Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 171

 Tinggi Bangunan ( C )

Tinggi Bangunan Nilai Indeks

Sampai dengan 6 meter 0

Sampai dengan 100 meter 8

Sampai dengan 140 meter 9

Sampai dengan 200 meter 10

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 171

 Situasi Bangunan ( D )

Situasi Bangunan Nilai Indeks

Di tanah datar pada semua ketinggian 0 Di kaki bukit sampai tiga perempat tinggi

bukit atau di pegunungan sampai ketinggian 1000 m

1

(46)

ketinggian lebih dari 1000 m

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 171  Pengaruh Kilat ( E )

Nilai Guruh Per Tahun Nilai Indeks

2 0

4 1

8 2

16 3

32 4

64 5

128 6

256 7

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 172

 Perkiraan Bahaya Petir ( R )

Nilai R Perkiraan Bahaya Pengamanan <11 Diabaikan Tidak Perlu

=11 Kecil Tidak Perlu

=12 Sedang Agak Dianjurkan

=14 Agak besar Dianjurkan

=14 besar Sangat Dianjurkan

>14 Sangat besar Sangat Perlu Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 172

Kebutuhan untuk bangunan Crown Mall and Hotel dapat dihitung dengan rumus :

R = A + B + C + D + E Dimana : A adalah macam struktur bangunan

(47)

Dengan rumus tersebut dapat di hitung kebutuhan bangunan ini dimana Ketinggian bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu adalah17,5 meter , maka :

R = A + B + C + D + E = 3 + 2 + 4 + 0 + 2 = 11

Dapat disimpulkan bahwa bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu ini tidak memerlukan penangkal petir.

5.4.4. Konsep Sistem Penghawaan Buatan pada Bangunan

Pada sistem Penghawaan buatan menggunakan 2 sistem yaitu sistem AC Split dan sistem VRV / VRF. Sistem AC Split digunakan pada ruang kelas Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namus, sedangkan untuk ruang pengelola, ruang dosen dan fasilitas penunjang menggunakan sistem VRV. Produk AC Split yang digunakan adalah CHANGHONG CSC-09T1.

Gambar 5.9 Skema Perjalanan AC Split Sumber : google

(48)

kondensasi tunggal berbeda. Pengaturan ini memberikan kontrol individual kenyamanan, dan pemanasan simultan dan pendinginan di zona yang berbeda.

Keunggulan menggunakan sistem VRV / VRF dibandingkan dengan menggunakan sistem konvensional Chiller terdapat pada kemudahan pemasangan yang hanya memerlukan mesin outdoor, mesin indoor, dan ducting, efisiensi ruang yang terpakai (tidak memperlukan ruang khusus untuk chiller dan lainnya), dan yang utama adalah murahnya biaya maintenance untuk penggunaan keberlanjutan. Berikut pada gambar merupakan skema VRV/VRF.

Gambar 5.10 VRV AC system

Perhitungan Kebutuhan VRV / VRF

Berdasarkan Daikin Handbook VRV III , berikut adalah fitur VRV/ VRF yang digunakan :

1. Jumlah maksimal unit indoor yang dapat dihubungkan 64 unit indoor/ unit outdoor.

(49)

Gambar 5.11 Skema Sistem AC VRV

Gambar 5.12 Brosur VRV

Dari gambar brosur diatas dapat terlihat bahwa system VRV/ VRF ini memiliki banyak kelebihan yaitu :

o Dari panjang ducting dari outdoor unit ke diffuser adalah 50 m dan juga panjang ducting untuk perbedaan ketinggian lantai mencapai 30 m

(50)

o Outdoor unit dapat di modifikasi kembali seperti motor kipas. o Outdoor unit memiliki daya tahan tinggi yang dilengkapi

perawatan anti karat di casing outdoor unitnya

o Outdoor unit yang bentuknya kecil dapat menghemat tempat dan bisa diletakkan banyak outdoor unit dalam 1 space kosong.

5.4.5. Sistem Pencegahan Kebakaran

Sistem pencegahan kebakaran meliputi system pencegahan pasif dan system pencegahan aktif. Sistem pencegahan pasif meliputi :

a. Tangga kebakaran. Persyaratannya jarak dari ruang kelas ke tangga kebakaran maksimal 30 m dilengkapi dengan pressure shaft, lebar tangga kebakaran min 90 cm.

b. Penerangan darurat persyaratannya : memiliki sumber daya baterai, mempunyai lampu petunjuk dan bekerja secara otomatis c. Fire curtain persyaratannya : merupakan lapisan tahan api yang

dilekatkan dinding

Sistem Pencegahan aktif meliputi :

a. Alat pemadam kimia portable, biasanya memiliki daya jangkau 200-250 m, jarak antara alat 25 m dan diletakkan pada daerah tertentu

b. Alat pemadam kimia sedang (beroda), biasanya memiliki daya jangkau 500-550 m, dan diletakkan pada tempat – tempat tertentu. c. Hydrant, biasanya memiliki daya jangkau 800 m2/unit dan jarak

maksimum perletakan 30m.

d. Sumber air berupa reservoir dan jaringan PAM

e. Sprinkler, bekerja secara otomatis dengan daya jangkau 25 m2/unit, biasanya berjarak 5m, dan digunakan pada daerah umum dan pengelola

(51)

BAB VI

(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)

Gambar

Gambar 4.1 Peta Lokasi Perancangan
Gambar 4.4 KKOP pada Site Desain
Gambar 4.9 Analisa Iklim
Gambar 4.14
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dynamics of spatial structure and spatial pattern changes contributes changes of resident mobility; while, development tendency of the existing spatial and land use is no

he required water volume needed to fulill the domestic water of the community which has a high salinity on the groundwater (brackish and saline) is 1.244.378 liters/day, equals to

Dari pelaksanaan kegiatan PPL, dapat disimpulkan bahwa kegiatan PPL, dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam pengembangan kompetensi di bidang

[r]

Fundamental, Penelitian Tim Pscasarjana, Hibah Bersaing, Disertasi Doktor), kedua penelitian dalam skim Konpetitif Nasional (MP3EI, Stranas, Unggulan Stanas, Hibah Kompetensi,

Koleksi Badan Arsip Dan Perpustakaan Aceh, Pembentukan Komisariat Daerah Besar Sumatera Utara dan Pembubaran DPO Majelis Pesindo Aceh No 16/1 tanggal 08/03/1949, no panggil

[r]

Hasil proses dan pembuatan serta implementasi aplikasi ini akan sangat membantu pengguna untuk mendapatkan informasi yang lebih luas akan Obyek Wisata Domestik dan