• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Student Engagement Pada Mahasiswa USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Persepsi Iklim Kelas Terhadap Student Engagement Pada Mahasiswa USU"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dalam pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan itu sendiri terdiri dari tiga jenis, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal.Untuk jenjang pendidikan formal, terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

perguruan tinggi.

(2)

Utara. Ada lebih dari 33.000 mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan di USU. Ada 15 fakultas di USU dimana memiliki pola belajar, lingkungan kelas dan aturan yang berbeda. Pada periode 2012/2013, USU telah menghasilkan lulusan sebanyak 5798 lulusan dengan IPK rata-rata 3,13 untuk jenjang Strata-1(S1).

Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Direktorat Jendral pendidikan Tinggi (Dirjendikti) dengan menggunakan berbagai aspek penilaian antara lain publikasi ilmiah, kualitas penelitian, kualitas alumni dan model pembelajaran, USU menempati peringkat 91 di dunia bersama dengan dua perguruan tinggi pada tahun 2011 lainnya (Indonesia berprestasi cyber media diakses 22 Juni 2015). Untuk di Indonesia sendiri, USU menempati peringkat ke 6 pada tahun 2011.Di tahun 2012, peringkat USU menurun di angka 11.Kemudian menurun lagi di tahun 2013 di angka 17.Hingga di tahun 2014, USU merosot di angka 23 dan pada November 2015 USU berhasil naik menduduki peringkat ke 14 (Dikti cyber media diakses 11 November 2015).

(3)

Fair.Prestasi-prestasi tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa USU tidak hanya berprestasi di dalam kelas tetapi juga terlibat dalam perlombaan nasional (usu cyber media diakses 11 November 2015).

Prestasi-prestasi tersebut dapat diraih mahasiswa USU dikarenakan

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Syah (2008), salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah proses belajar mengajar di dalam kelas.

Proses belajar mengajar di dalam kelas maksudnya adalah metode pembelajaran

yang digunakan di dalam kelas, hubungan mahasiswa dengan dosen dan

keterlibatan mahasiswa di dalam kelas. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses

belajar mengajar di dalam kelas dapat menjadi prediktor prestasi belajar

mahasiswa.Sudarman (2004) juga menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran dapat

tercapai apabila mahasiswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran.Hal senada peneliti temukan ketika peneliti mewawancarai salah satu dosen di USU yang mengatakan bahwa :

“model pembelajaran di universitas sangat berbeda dengan SMP atau SMA. Di universitas, mereka dituntut untuk aktif mencari bahan bacaan, mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan pelajaran sehingga mereka dapat lulus dan tujuan pembelajaran dari mata kuliah tersebut dapat tercapai”

(4)

tercapai apabila mahasiswa dapat memahami, menjelaskan, menganalisa dan menerapkan apa yang telah dipelajari (Bloom, 1956). Tercapainya suatu pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain media pembelajaran yang digunakan, dosen yang mengajar, metode pengajaran dan mahasiswa. Keterlibatan mahasiswa merupakan penentu keberhasilan suatu pembelajaran (Syah, 2008). Dari data wawancara peneliti menemukan bahwa sebagian mahasiswa tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik, mahasiswa hanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing yang di luar pembelajaran. Berikut petikan wawancara dengan salah satu dosen di USU :

“ pada saat perkuliahan berlangsung, sebagian anak-anak tidak memperhatikan saya mengajar. Mereka lebih memilih bermain gadget, ngobrol dengan teman dan mengerjakan tugas dari mata kuliah lain “

(Komunikasi Personal, 2015)

Hal tersebut berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Proses belajar yang efektif dapat dimaksimalkan dengan melibatkan sisi afeksi, sisi kognisi, dan emosi. Keterlibatan sisi afeksi, kognisi, dan emosi dalam proses belajar dikenal juga dengan istilah student engagement.

(5)

engagementdianggap penting karena memperlihatkan tingkat perhatian, usaha, persistensi, emosi positif, dan komitmen dari seorang mahasiswa dalam proses belajarnya (Skinner, 1990).

Penelitian yang dilakukan oleh Hoff (2013) yang meneliti dampak student engagement pada prestasi akademik menemukan bahwa mahasiswa yang terlibat dalam aktivitas pembelajaran memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terlibat.Ditambahkan lagi penelitian yang dilakukan oleh Utami (2014) yang membuktikan bahwa student engagement memiliki hubungan positif yang kuat dengan prestasi akademik. Reeve (2005) juga menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat engagement seorang mahasiswa maka semakin baik pula proses belajarnya. Tanda- tanda mahasiswa yang memiliki student engagement tinggi ada 3 hal yaitu : tingkah lakunya dalam melatih kemampuannya, emosinya yang positif saat proses pembelajaran berlangsung, dan mampu menjawab soal-soal ujian yang diberikan.

Menurut Trowler (2010) student engagement dikategorikan dalam 3

tingkatan dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda. Tingkat keterlibatan ini

tidak menunjukkan baik atau buruknya mahasiswa tersebut tetapi lebih kepada

sikap terhadap harapan dan norma yang dianut oleh mahasiswa. Tingkatan

tersebut terdiri dari positive engagement, non engagement dan negative

engagement. Pada level positive engagement, mahasiswa terlibat secara aktif baik secara tingkah laku, emosi maupun kognisi. Contohnya, mahasiswa menghadiri

perkuliahan dan ikut berpartisipasi dalam kelas, tertarik terhadap pelajaran dan

(6)

terlibat secara tingkah laku (behavior) tanpa melibatkan emosi maupun kognitif.Contohnya, mahasiswa hanya datang ke kelas tetapi merasakan

kebosanan dan ingin segera meninggalkan kelas tanpa memperhatikan

pembelajaran dan terlambat atau tidak hadir ketika ujian. Yang terakhir adalah

level negative engagement, mahasiswa sama sekali tidak terlibat baik secara

tingkah laku, emosi maupun kognisi. Contohnya, mahasiswa tidak hadir dalam

pembelajaran di dalam kelas dan mengulang mata kuliah.

Tingkatan-tingkatan dalam student engagement terbentuk karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi.Faktor-faktor yang mempengaruhi student engagement diantaranya motivasi berprestasi dan tujuan mahasiswa, interaksi

mahasiswa dan fakultas, pengalaman, harapan yang tinggi dari mahasiswa dan yang terakhir adalah persepsi terhadap iklim kelas (Miller et al, 2011).Fassinger (1995) dan Nunn (1996) lebih menekankan pada iklim kelas, dikarenakan iklim kelas merupakan prediktor utama dari partisipasi di dalam kelas.Iklim kelas juga sangat penting bagi suatu institusi karena dapat mempengaruhi keterlibatan mahasiswa.

(7)

sosial dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Ada beberapa istilah yang digunakan secara bergantian dengan iklim atau climate, seperti feel, atmosphere, tone dan environment (Subianto dan Hadianto, 2002).Dalam hal ini peneliti memakai istilah iklim kelas untuk mewakili kata-kata diatas dan kata-kata lain seperti learning environment, group climate dan classroom environment.

Kaplan dan Ryan (2011) menyatakan bahwa iklim kelas dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa.Untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa di dalam kelas, mahasiswa harus mempersepsikan iklim kelasnya secara positif (Fassinger, 1995). Pada iklim kelas yang positif, mahasiswa akan merasa nyaman ketika memasuki ruang kelas, mereka mengetahui bahwa akan ada yang memperdulikan dan menghargai mereka sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif di dalam kelas, serta mereka percaya bahwa akan mempelajari sesuatu yang berharga. Namun sebaliknya, pada iklim kelas negatif, siswa akan merasa takut apabila berada di dalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat pengalaman yang berharga. Adapun aspek-aspek yang terdapat dalam iklim kelas, yaitu afiliasi, dukungan dari staf pengajar, orientasi terhadap tugas, kompetisi, keteraturan dan pengorganisasian, kejelasan peraturan, kontrol staf pengajar, serta inovasi (Tricket & Moos, 1989). Kondisi ini pada tiap kelas dapar bervariasi dan kemungkinan akan mempengaruhi keterlibatan mahasisiwa.

(8)

(Desiderato, 1976). Menurut Mulyana (2001), persepsi merupakan suatu proses kognitif psikologis dalam diri individu yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan yang digunakan individu untuk memahami objek yang dipersepsi. Hal senada juga dikatakan oleh Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996) bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.Seberapa jauh akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi tergantung pada bagaimana cara individu mempersepsikannya. Apabila mahasiswa memiliki persepsi yang positif terhadap iklim kelasnya, maka mahasiswaakan menerima hal tersebut sebagai hal yang menyenangkan. Sebaliknya, bila mahasiswa memiliki persepsi yang negatif terhadap iklim kelas, maka mahasiswaakan menerima hal tersebut sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan (Andriani, 2004).

Mahasiswa akan memiliki persepsi yang positif terhadap iklim kelasnya jika ia mendapatkan dukungan dari pengajarnya (Moos, 1979). Hal ini sejalan dengan hasil wawancara peneliti kepada salah satu mahasiswa USU. Berikut petikan wawancaranya:

“ ketika di dalam kelas, saya terus-terusan didukung, disemangati, diarahkan dan diajari hal penting oleh dosen saya dan saya terlibat dalam pembelajaran, bertanya tentang apa yang tidak saya tahu serta menentang argument dari teman saya. Kemudian ketikaada kesempatan ikut berlomba, saya mengikuti dengan percaya diri dan akhirnya menang”

(Komunikasi Personal, 2015)

(9)

sehingga ikut terlibat di dalam kelas dan ketika ada kesempatan mengikuti perlombaan nasional, ia pun langsung bersemangat berlatih dan hasilnya memuaskan. Hal berbeda saya temukan ketika mewawancarai mahasiswa yang mempersepsikan secara negatif iklim kelasnya.Ia tidak ingin terlibat di dalam kelas dikarenakan dosen sering meremehkan pertanyaan dan tidak memperdulikan. Berikut petikan hasil wawancara :

“ saya enggak mau nanyak karena dosen X meremehkan pertanyaan saya dan tidak perduli dengan saya sehingga saya memutuskan untuk diam. Sedangkan ketika dosen Y yang mengajar, saya akan dengan senang hati memperhatikan dan seringnya saya memberikan masukan dalam diskusi kelas”.

(Komunikasi Personal, 2015) Hal yang sama peneliti temukan ketika mewawancarai salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU yang menyatakan bahwa ia tidak memperhatikan proses belajar di dalam kelas dan lebih memilih untuk belajar di rumah dikarenakan dosen terlalu cepat dalam menjelaskan pelajaran serta ia mendapatkan indeks prestasi yang cukup. Hal lain yang membuat mahasiswa mempersepsikan secara positif iklim kelasnya ialah adanya tujuan pribadi dari mahasiswa sehingga ia memiliki motivasi dalam berinteraksi di dalam kelas. Lain hal ketika mahasiswa tidak memiliki tujuan pribadi dari perkuliahan maka mahasiswa tersebut tidak fokus dan tidak memperhatikan materi yang diajarkan.

(10)

mahasiswa secara signifikan mahasiswa akan terlibat dalam proses pembelajaran. Adelman dan Taylor (1997) menyatakan bahwa iklim kelas memliki peran yang penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.Selain itu, iklim kelas juga dapat memperbaiki perilaku dan prestasi mahasiswa secara signifikan (Jones & Jones, 2012).

Adapun hal-hal yang mendukung persepsi iklim kelas yaitu kekompakan mahasiswa, dukungan dari pengajar, arahan terhadap tugas, kerjasama, kegiatan penyelidikan, kesetaraan dan keterlibatan (Fraser, 2003).Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Hadinata (2009) dan Puspitasari (2012) juga menemukan bahwa iklim kelas memiliki kontribusi yang signifikan terhadap motivasi belajar.

Hal berbeda ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Eristiyan (2010), yaitu persepsi iklim kelas tidak memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar. Dijelaskan lebih lanjut bahwa masih ada faktor-faktor lain yang lebih signifikan mempengaruhi prestasi belajar diantaranya dukungan orangtua dan dukungan guru.Miller (2011) juga menjelaskan bahwa pengalaman mahasiswa memainkan peran penting dalam mempersepsikan iklim kelas.Mahasiswa pada tingkat lebih tinggi cenderung menilai iklim kelas secara positif dan lebih terlibat dalam kelas.Hal ini disebabkan mahasiswa pada tingkat yang lebih tinggi telah beradaptasi dengan iklim kelas dan mengenal kampus nya dengan baik.

(11)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diungkapkan sebelumnya maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Apakah ada

pengaruh persepsi iklim kelas memiliki terhadap student engagement pada mahasiswa USU ?” Selain itu, “Berapa besar pengaruh persepsi iklim kelas

terhadap student engagementpada mahasiswa USU ?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan ada atau tidak ada pengaruh persepsi iklim kelas terhadap student engagement.Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh persepsi iklim sekolah terhadap student engagement pada mahasiswa USU.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penulisan penelitan mengenai pengaruh persepsi iklim kelas terhadap student engagement pada mahasiswa USU. Hal-hal tersebut antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan literatur dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu Psikologi Pendidikan berkaitan dengan persepsi iklim kelas dan student engagement.

2. Manfaat Praktis

(12)

terkait dengan iklim kelas guna meningkatkan student engagement mahasiswa.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penyusunan penulisan ini akan memiliki sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menyajikan tinjauan literatur terkait pembahasan teori tentang student engagement dan persepsi terhadap iklim kelas pada mahasiswa USU sebagai referensi untuk penelitian ini.

BAB III. METODELOGI PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai definisi operasional variabel, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

(13)

penelitian.Selanjutnya, hasil tersebut akan dibahas berdasarkan teori yang telah dipaparkan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh Wajib retribusi yang digunakan untuk melakukan pembayaran atau

VB .NET memiliki fitur bahasa pemprograman berorentasi object dengan mendukung sifat pewarisan, encapsulation dan polymorphis, juga dilengkapi dengan .NET framework SDK

Untuk itu penulisan tertarik membuat suatu permainan sederhana yaitu Ular Tangga dengan menggunakan Java agar permainan yang di buat dapat diimplementasikan untuk setiap komputer

Dilarang mencuci kendaraan bermotor disepanjang jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum lainnya kecuali pada tempat-tempat yang telah diizinkan oleh Kepala Daerah atau

Penerapan Metode PRIM Pada Minimum Spanning Tree merupakan sebuah program yang berisi tentang metode PRIM sebagai metode yang dipakai untuk mencari minimum spanning tree pada graf,

Untuk mengatur kecepatan roda robot penggunaan logika fuzzy akan sangat membantu mencapai tujuannya yaitu mengatur gerak dan kecepatan roda robot dengan bantuan motor

pairs of words that are similar in meaning, but different in the positive or negative attitudes. they evoke in

13.2 Menampilkan sikap apresiatif terhadap simbol dan keunikan gerak, busana, serta perlengkapan karya seni tari Nusantara daerah