BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelayanan Publik (Public Service) oleh birokrasi publik merupakan salah
satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping
sebagai abdi negara. Pelayanan publik oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk
mensejahterakan masyarakat. Dengan demikian pelayanan publik diartikan
sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan oarang atau masyarakat yang
mampunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata
cara yang telah ditetapkan.1
Kualitas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah sering dianggap
sebagai cerminan dari kualitas birokrasi secara umum. Pelayanan publik terkait
dengan sistem dan sumber daya aparatur birokrasinya dalam proses pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat. Walaupun otonomi daerah telah lama
ditetapkan di Indonesia, kenyataan tersebut tidak serta-merta meningkatkan
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pelayanan Publik seharusnya
berorientasi pada penciptaan demokrasi dalam kehidupan bernegara yang meliputi
legitimasi, hak asasi manusia, otonomi masyarakat dan desentralisasi
pemerintahan. Hal tersebut tergantung pada sejauh mana pemerintah memiliki
1
kompetensi dan sejauh mana masyarakat bisa ikut bekerja sama dalam
menciptakan pemerintahan yang baik.
Birokrasi yang buruk menjadi salah satu masalah yang penting di
Indonesia. Rendahnya kinerja pelayanan publik dan minimnya kualitas sumber
daya aparatur seperti tidak pernah ada akhirnya. Mulai dari Kolusi, Korupsi dan
Nepotisme (KKN) sampai dengan sistem birokrasi yang buruk menjadi hambatan
dalam mengwujudkan birokrasi yang peduli terhadap kepentingan banyak.2
Melihat kenyataan sekarang, angin segar reformasi ternyata belum banyak
membuat kondisi Indonesia berubah. Hal ini dapat dilihat dari pewacanaan media
massa yang saat ini cenderung transparan dalam membuka tabir ketimpangan
ekonomi, seperti banyaknya orang miskin, masih sulitnya merasakan pelayanan
publik yang diberikan oleh pemerintah (Rumah Sakit dan Pendidikan). Reformasi
birokrasi dalam pelayanan publik menjadi pedoman yang harus dilaksanakan. Berakhirnya Orde baru di Indonesia memberikan angin segar untuk
membentuk birokrasi yang bersih. Salah satu indikatornya, birokrasi tidak lagi
menjadi bagian dari politik praktis nasional maupun di daerah. Telah menjadi
pelajaran bahwa kekuatan politik dan birokrasi tidak hanya merusak kinerja
birokrasi, namun malah menghancurkan proses politik itu sendiri. Pada masa lalu
mudah dijumpai kekuatan politik dan birokrasi lebih banyak menghasilkan aspek
negatif. Akibatnya ketimpangan pembangunan menjadi hal yang lumrah terjadi
dan Korupsi menjadi meraja rela sehingga dapat dikatakan menjadi budaya.
2
Selain sekedar melakukan perbaikan sistem secara rapi dan terencana yang
terpenting lagi adalah bagaimana melakukan perubahan paradigma berfikir
birokrasi yang berorientasi pada kehidupan masyarakat banyak.
Arus otonomi daerah semakin membuka pandangan baru terkait kinerja
birokrasi, dalam rangka mempercepat pelayanan kepada masyarakat. Dengan
demikian dapat dikatakan perubahan kinerja para birokrat sangatlah dinilai
penting dalam pembangunan nasional maupun didaerah. Masyarakat semakin
dinamis sangatlah membutuhkan tenaga-tenaga yang prepesional. Sering dengan
dinamika masyarakat maka kebutuhan akan pelayanan semakin kompleks serta
tuntutan akan pelayanan yang semakin baik dalam pelaksanaan otonomi daerah
yang ada.3
Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan
antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang menurut
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 hanya merupakan kepanjangan tangan pusat
daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun1999 dan di pertegas lagi
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
telah dibuka saluran baru bagi pemerintah provinsi dan kabupaten untuk
mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada
masyarakat setempat, untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. 4
Penyesuain kewenangan dan fungsi penyediaan pelayanan antar
pemerintah pusat,provinsi, dan kabupaten/kota sudah memuat tujuan politis,
3
Ibid hal 107
4
maupun teknis. Secara politis, desentralisai kewenangan pada masing-masing
daerah menjadi perwujudan dari suatu tuntutan reformasi seperti direfleksikan
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GGBHN). Secara teknis masih terdapat
sejumlah besar persiapan yang harus dilakukan untuk menjamin penyesuaian
kewenangan dan fungsi-fungsi tersebut secara efektif.5
Otonomi daerah merupakan fenomena politis yang sangat dibutuhkan
dalam globalisasi dan demokrasi, apalagi dikaitkan dengan tantangan masa depan
dalam era perdagangan bebas. Melalui otonomi diharapkan daerah dapat mampu
mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan
tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu
mainkan perannya dalam memajukan daerahnya sendiri6
5
Ibid
6
Prof.Drs.HAW.Widjaja,2002.Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo Persad,Jakarta,Hal 1 .
Pembangun daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsp otonomi daerah. Daerah mempunyai
kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat
berdasarkan prinsip keterbukaan dan partisipasi masyarakat. Untuk mendukung
penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan luas, nyata dan
bertanggung jawab terhadap daerahnya secara proposional dan keadilan,sehingga
dapat terhindar dari praktek KKN serta terwujudnya perimbangan keuangan
Reformasi sistem pemerintahan Indonesia dimulai sejak Tahun 1998 yang
di antaranya ditandai dengan perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan
dari sentralisasi menjadi desentralisasi. reformasi sistem pemerintahan tersebut
berimbas pada trend pemekaran daerah. Fenomena keinginan masyarakat untuk
membentuk daerah otonomi baru diberbagai wilayah di Indonesia banyak muncul
seiring dinamika perkembangan reformasi. Dengan pembentukan daerah otonomi
baru, masyarakat diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang besar untuk
mengelolah sumber daya daerah masing-masing dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan di masyarakat tidak terkecuali di Sumatra Utara.
Isu pemekaran daerah semakin menguat sejak disahkannya
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Undang-Undang-Undang-Undang
tersebut menyatakan bahwa” dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi
dibentuk dan disusun daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat”. Dalam konteks desentralisasi tersebut, pemerintah memberikan otonomi daerah yang seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat, dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,pelayanan umum dan dana saing daerah.7
Sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No.22 Tahun 1999,
terutama mengenai pemekaran daerah, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 129 Tahun 2000 tentang persyaratan, pembentukan dan kriteria
pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah. Peraturan pemerintah secara
tegas menyatakan bahwa pembentukan daerah adalah pemberian status pada
wilayah tertentu sebagai daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota
sebagai akibat dari pemekaran daerah atau penggabungan bagian dari dua wilayah
atau lebih dari daerah provinsi, daerah kabupaten atau daerah kota yang
ditetapkan dengan undang-undang. Sedangkan pemekaran adalah daerah
pemecahan provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota menjadi lebihb dari satu
daerah.8
Pengertian Otonomi Daerah secara etimologis menrut ( situmorang 1993)
berasal dari bahasa latin “autos” yang artinya sendiri, dan “Nomos”, yang artinya
aturan. Jadi dapat diartikan bahwa otonomi adalah mengurus dan mengatur rumah
tangga sendiri. Hak yangdiperoleh dan pemerintah pusat. Lebih lanjut UU No 5
Tahun 1974 mendefinisikan Otonomi Daerah adalah hak wewenang dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.Sementara itu dalam UU No.22
Tahun 1999 mendefenisikan bahwa Otonomi Daerah adalah wewenang daerah
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Setelah direvisi kembali UIJ No.22 Tahun 1999 berganti
menjadi UU No.32 Tahun 2004 yang menyatakan Otonomi Daerah sebagai hak,
wewenang dan kewajiban daerah Otonomi Daerah untuk mengaturdan mengurus
8
sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
perundang-undangandan berbagai rumusanOtonomi.9
9
karim Abdul Gaffar, Kompleksitas Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar : hal 56 Berdasarkan pernyataan tersebut secara konseptual pemekaran daerah
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan
pelayanan publik dan memeperkuat daya saing daerah. Namun, untuk melakukan
pemekaran daerah haruslah ada penjelasan secara jelas kepada masyarakat yang
menginginkan pemekaran tersebut terkait masalah yang harus dihadapi setelah
pemekaran. Sebab, pemekaran daerah tidaklah mudah. Pemekaran daerah
seharusnya menjadi solusi atas suatu permasalahan yang dihadapi, bukan malah
nambah beban masalah atau menciptakan masalah yang baru.
Seiring dengan perkembangan diberbagai daerah, masyarakat Batu Bara
juga mengajukan pembentukan daerah otonom sendiri yang terdiri dari 7
Kecamatan yaitu Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Air
Putih, Kecamatan Lima puluh, Kecamatan Tanjung Tiram, Kecataman Talawi,
Kecamatan Sei Balai. Adapun alasan yang mendasari untuk mengajukan
pemekaran pemerintahan Kabupaten Batu Bara sebagai daerah otonom adalah
perundang-undangan yang berlaku saat ini seperti Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No 129 Tahun 2000, dan didasari dengan
adanya pandangan tentang keuntungan yang di dapat bagi masyarakat Batu Bara
Keuntungan yang paling penting untuk masyarakat adalah agar dapat
memperoleh pelayanan publik lebih baik dengan semakin sedikitnya birokrasi
yang harus dihadapi dalam mendapatkan pelayanan publik dan juga keinginan
untuk mengelolah sumber daya dan potensi daearah secara mandiri dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kehidupan politik, kinerja
birokrasi dalam pelayanan publik terkait daerah otonom baru memiliki implikasi
luas. Akan tetapi, keuntungan tersebut bisa menjadi tidak berjalan apabila
birokrasi yang diharapkan tidak melakukan sebagaimana mestinya dan malah
pemekaran daerah hanya sebagai alat penguasa daerah untuk mendapatkan
keuntungan pribadi/kelompok. Maka dari itu, penulis bertujuan untuk melakukan
penelitian yang berjudul Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Batu
Bara.
1.2 Perumusan Masalah
Kabupaten Batubara adalah salah satu dari 16 kabupaten dan kota baru
yang dimekarkan pada dalam kurun tahun 2006. Kabupaten Batubara merupakan
pemekaran dari Kabupaten Asahan dimana tujuh kecamatan di Kabupaten Asahan
dikurangi dan dipindahkan wilayahnya menjadi wilayah kabupaten Batubara.
Pembentukkannya sebagai kabupaten ditandaidengan disahkannya Rancangan
Undang-Undangan Pembentukan Kabupaten Batu Bara melalui Usul Inisiatif
Desember 2006 di Jakarta selanjutnya diundangkan menjadi Undang-undang
Nomor 05 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara di Provinsi
Sumatera Utara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 07,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4681) maka harus
dipikirkan secara konsepsional, strategis dan taktis untuk pengelolaan pemerintah
baru serbagai bentuk pelayanan kepada masyarakat menuju taraf hidup yang lebih
baik.
Sebagai kabupaten yang baru mekar, birokrasi menjadi sorotan yang
paling penting, karena adanya tujuan dari pemekaran adalah mempermudah
pelayanan publik.Sebagaimana fungsi pemekaran adalah mempercepat
pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh
pelayanan bagi masyarakat. Pemekaran wilayah juga merupakan bagian dari
upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperpendek
rentang kendali pemerintah sehingga meningkatkan efektifitas penyelenggaraan
pemerintah dan pengelolaan pembagunan fungsinya.
Keinginan untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dalam
wilayah kewenangan yang terbatas/terukur Pendekatan pelayanan melalui
pemerintahan daerah yang baru diasumsikan akan lebih dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan pelayanan melalui pemerintahan
daerah induk dengan cakupan wilayah pelayanan yang lebih luas. Melalui proses
perencanaan pembanunan daerah pada skala yang lebih terbatas, maka pelayanan
prosedur pelayanan masih cukup panjang dan rumit, waktu pengurusan yang
cukup lama, biaya yang dikeluarkan masyarakat cukup mahal, serta sarana dan
prasarana yang kurang memadai.
Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menterjemahkan fakta
dan data kedalam penulisan skirpsi ini maka dirumuskan dahulu masalahnya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di dalam latar belakang, maka penulis
remuskan masalah yaitu seperti apa tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu
Bara.
1.3 Permasalahan Penelitian
Permasalahan penelitian ini adalah usaha untuk menetapkan masalah
dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Permasalahan penelitian ini berguna
untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah
penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian
tersebut. Adapun permasalahan yang akan diteliti adalah meneliti seperti apa
tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu Bara.
1.4 Pembatasan Masalah
Agar tidak meluas permasalahan yang akan diteliti dan mengunakan ruang
penelitian. Penulis membuat pembatasan masalah ini pada bulan Januari sampai
1.5 Tujuan Penelitian
Adannya tujuan dari penelitian ini adalah ;
1. Mendeskripsikan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Serta Tugas dan Fungsi.
2. Menganalisis Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam
Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam melayani pembuatan
Kartu Tanda Penduduk Berdasarkan Tanggapan Masyarakat.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan maanfaat anatara lain :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasnah
pengetahuan di Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara tentang Kinerja Birokrasi di Kabupaten Batu Bara dalam
Pelayan Publik di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi atau
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal
berkaitan dengan Kinerja Birokrasi di Kabupaten Batu Bara dalam
Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan dan Catatan Sipil.
3. Secara teoritis, penelitian merupakan kajian imu politik yang diharapkan
mampu memberikan kontribusi dalam birokrasi dan memberikan solusi
1.7 Kerangka Teori 1.7.1 Teori Birokrasi
Birokrasi ialah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, dimana para
pejabatnya secara bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya. Weber
memandang birokrasi sebagai arti umum, luas, serta merupakan tipe birokrasi
yang rasional. Weber berpendapat bahwa tidak mungkin kita memahami setiap
gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan, sebab yang mampu kita lakukan
hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu hal yang penting ialah
memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam kondisi organisasi negara
tertentu. Dengan demikian tipe ideal memberikan penjelasan kepada kita bahwa
kita mengabstraksikan aspek-aspek yang amat penting yang membedakan antara
kondisi organisasi tertentu dengan lainnya10
Birokrasi yang berada ditengah-tengah masyarakat dinamis tidak dapat
tinggal diam, tetapi harus memberikan berbagai kebutuhan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perlu mendapat perhatian birokrasi dalam
antisipasi akan kebutuhan pelayanan : .
11
a. Sifat pendekatan tugas, lebih mengarah kepada pengayoman dan pelayanan
masyarakat, bukan pendekatan kekuasaan dan kewenangan
b. Penyempurnaan organisasi,efesien, efektif dan profosional
c. Sistem dan prosedur kerja cepat, tepat, dan akurat
10
Leaf let,2012. Konsep Pelayanan Birokrasi, Makassar: IMM Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar, hal 54
11
Model yang diajukan weber, birokrasi memiliki karakteristik ideal sebagai
berikut:12
Kedua, adanya prinsip hierarki wewenang ( the principle of hierarchi) Ciri
khas birokrasi adalah adanya wewenang yang disusun oleh secara hierarki atau
berjenjang. hierarki itu bentuk piramid yang memiliki konsekuensi semakin tinggi
suatu jenjang berarti pula semakin besar wewenang yang melekat di dalamnya
dan semakin sedikit penghuninya. Hierarki wewenang ini sekaligus
mengindikasikan adanya hierarki tanggung jawab.dalam hierarki itu setipa pejabat Pertama, PembagianKerja/ Spesialisasi (divison of labor) Dalam menjalankan
berbagai tugasnya,birokrasi membagi kegiatan-kegiatan pemerintah menjadi
bagian-bagian yang masing-masing terpisah dan memiliki fungsi yang khas.
Pembagian kerja seperti ini memungkinkan terjadinya spesialisasi fungsi. Dengan
cara seperti ini, penguasan spesialis untuk tugas-tugas khusus bisa dilakukan dan
setiap saat mereka bertanggung jawab atas kebereesan pekerjaannya
masing-masing. Aktivitas yang reguler mensyaratkan tujuan organisasi didistribusikan
dengan cara yang tetap dengan memperkerjakan ahli terspealisasi pada setiap
posisi dan menyebabkan setiap orang bertanggung jawab terhadap kinerja yang
efektif atas tugas-tugasnya . karena itu tugas-tugas birokrasi hendaknya dilakukan
oelh masing-masing pegawai yang benar-benar memiliki keahlian khusus (
specialized expert) dan bertanggung jawab demi tercapainya tujaun organisasi secara efektif dan efesien.
12
harus bertanggung jawab kepada atasannya mengenai kepetusan-keputusan dan
tindakan-tindakan sendiri maupun yang dilakukan oleh anak buahnya. Pada setiap
tingkat hierarki, para pejabat birokrasi memiliki hak memberi perintah dan
pengarahan pada bawahannya, dan para bawahan ittu berkewajiban untuk
mematuhuinya. Sekalipun begitu, ruang lingkup wewenang memberi perintah itu
secara jelas dibatasi hanya pada masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan
kegiatan resmi pemerintah. Organisasi birokrasi mengikuti prinsip hierarki
sehingga setiap unit yang lebih rendah berada dalam pengendalian dan
pengawasan organisasi yang lebih tinggi. Setiap pegawai dalam hierarki
adminitrasi bertanggung jawab kepada atasannya. Keputusan dan tindakan harus
dimintakan persetujuan kepada atasan. Agar dapat membenarkan tanggung
jawabnya kepada bawahannya, ia memiliki wewenang/ kekuuasaan atas
bawahannya sehingga ia mempunyai hak untuk mengeluarkan perintah untuk
ditaati dan dilaksanakan oelh bawahannya. Meskipun masing-masing pegawai
yang berada pada jenjanng mempunyai otoritas- briokratis tetapi penggunaan
otoritas tersebut tetap harus relevan dengan tugas-tugas resmi organisasi.
Ketiga, adanya sistem aturan (sytem of rules),kegiatan pemerintah diatur
oleh suatu sistem aturan main yang abstrak. Aturan main itu merumuskan lingkup
tanggung jawab para pemegang jabatan di berbagai posisi dan hubungan diantara
mereka. Aturan-aturan itu juga menjamin koordinasi berbagai tugas yang yang
berbeda dan menjamin keseragaman pelaksanaan berbagai kegiatan itu. Operasi
secara konsisten. Hal ini dimaksud kan untuk menjamin adanya unuformitas
kinerja setiap tugas dan rasa tanggung jawab masing-masing anggota organisasi
berbagi pelaksanaan tugasnya. Sistem yang distandarkan ini dirancang untuk
menjamain keseragaman dalam melaksanakan settiap tugas, tanpa memandang
jumlah personil yang melaksanakan dan koordinasi tugas-tugas yang
berbeda-beda, aturan-aturan yang eksplisit tersebut menentukan tanggung jawab setiap
anggota organisasi dan hubungan diantara mereka, namun tidak berarti bahwa
kewajiban birokrasi sanagt mudah dan rutin. Tugas-tugas birokrasi memiliki
kompleksitas yang bervariasi, daan tugas- tugas klerikal yang sifatnya rutin
hingga tugas-tugas yang sulit.
. Keempat, Hubungan Impersonal ( formalistic impersonality) Para pejabat
birokrasiharus memiliki orientasi impersonal.Mereka harus menghindarkan
pertimbangan pribadi dalam hubungannya dengan bawahannya maupun dengan
anggota masyarakat yang dilayaninya.
1.7.2 Teori Sistem
Istilah sistem paling sering digunakan untuk menunjuk pengertian metode
atau cara dan sesuatu himpunan unsur atau komponen yang saling berhubungan
satu sama lain menjadi satu kesatuan yang utuh. Sebenarnya penggunaannya lebih
dari itu, tetapi kurang dikenal. Sebagai suatu himpunan, sistem pun didefinisikan
bermacam-macam pula. Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang
bagian dan Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen
secara teratur.
Sistem dapat diartikan sebagai kesatuan yang terbentuk dari beberapa
unsur (elemen). Unsur, komponen atau bagian yang banyak ini satu sama lain
berada dalam keterkaitan yang mengikat dan fungsional. Masing-masing kohesif
satu sama lain, sehingga ketotalitasannya unit terjaga utuh eksistensinya. Tinjauan
tersebut adalah pandangan dari segi bentuknya.Sistem adalah suatu cara yang
mekanismenya berpola dan konsisten, bahkan mekanismenya sering disebut
otomatis. Sementara itu menurut David Easton sistem adalah Teori sistem adalah
suatu model yang menjelaskan hubungan tertentu antara sub-sub sistem dengan
sistem sebagai suatu unit (yang bisa saja berupa suatu masyarakat, serikat buruh,
organisasi pemerintah). Easton juga meringkas ciri-cirinya sebagai berikut.13
Seperangkat interaksi yang diabstraki dan totalitas prilaku sosial, melalui
mana nilai-nilai yang disebarkan untuk masyarakat. Sistem politik terdiri dari 1. Sistem mempunyai batas yang didalamnya ada saling hubungan
fungsional yang terutama dilandasi oleh beberapa bentuk komunikasi.
2. Sistem terbagi kedalam sub-sub sistem yang satu sama lainnya saling
melakukan pertukaran (seperti antara desa dengan pemerintah daerah atau antara
pemerintah)
3. Sistem bisa membuat kode, yaitu menerima informasi, mempelajari dan
menerjemahkan masukan (input) kedalam beberapa jenis keluaran (output).
13
nilai-nilai, pengelokasian nilai-nilai tersebut bersifat paksaan dan pengelokasian
tersebut mengikat masyarakat secara keseluruhan. Dalam pendekatan sistem
politik, masyarakat adalah konsep induk oleh sebab sistem politik hanya
merupakan salah satu dari struktur yang membangun masyarakat seperti sistem
ekonomi, sistem sosial dan budaya, sistem kepercayaan dan lain sebagainya.
Sistem politik sendiri merupakan abstraksi realitas yang diangkat ke alam konsep
seputar pendistribusian nilai di tengah masyarakat.
Seperti telah dijelaskan, masyarakat tidak hanya terdiri atas satu struktur
(misalnya sistem politik saja), melainkan terdiri atas multi struktur. Sistem yang
biasanya dipelajari kinerjanya adalah sistem politik, sistem ekonomi, sistem
agama, sistem sosial, atau sistem budaya-psikologi. Dari aneka jenis sistem yang
berbeda tersebut, ada persamaan maupun perbedaan. Perbedaan berlingkup pada
dimensi ontologis (hal yang dikaji) sementara persamaan berlingkup pada
variabel-variabel (konsep yang diukur) yang biasanya sama antara satu sistem
dengan lainnya. Untuk memahami sistem politik Indonesia, layaknya kita
memahami sistem-sistem lain, maka harus kita ketahui beberapa variabel
kunci. Variabel-variabel kunci dalam memahami sebuah sistem adalah struktur,
fungsi, aktor, nilai, norma, tujuan, input, output, respon dan timbal balik.14
Struktur adalah lembaga politik yang memiliki keabsahan dalam
menjalankan suatu fungsi sistem politik. Dalam konteks negara (sistem politik)
misal dari struktur ini struktur input,proses, dan output. Struktur input bertindak
14
selaku pemasok komoditas ke dalam sistem politik, struktur proses bertugas
mengolah masukan dari struktur input, sementara struktur output bertindak selaku
mekanisme pengeluarannya. Hal ini mirip dengan organisme yang membutuhkan
makanan, pencernaan, dan metabolisme untuk tetap bertahan hidup.Struktur input,
proses dan output umumnya dijalankan oleh aktor-aktor yang dapat dikategorikan
menjadi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga aktor ini menjalankan tugas
kolektif yang disebut sebagai pemerintah (government). Namun, setiap aktor yang
mewakili struktur harus memiliki fungsi yang berbeda-beda tidak boleh suatu
fungsi dijalankan dengan struktur yang berbeda karena akan menimbulkan konflik
kepentingan.15
Nilai adalah komoditas utama yang berusaha didistribusikan oleh
struktur-struktur di setiap sistem politik yang wujudnya adalah kekuasaan,
pendidikan atau penerangan, kekayaan, kesehatan, keterampilan, kasih sayang,
kejujuran dan keadilan, keseganan, respek. Nilai-nilai tersebut diasumsikan dalam
kondisi yang tidak merata persebarannya di masyarakat sehingga perlu campur
tangan struktur-struktur yang punya kewenangan (otoritas) untuk
mendistribusikannya pada elemen-elemen masyarakat yang seharusnya
menikmati. Struktur yang menyelenggarakan pengalokasian nilai ini, bagi Easton,
tidak dapat diserahkan kepada lembaga yang tidak memiliki otoritas haruslah
negara dan pemerintah sebagai aktornya.16
15
Leaf let,2012. Konsep Pelayanan Birokrasi, Makassar: IMM Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar, hal 54
16
Norma adalah peraturan, tertulis maupun tidak, yang mengatur tata
hubungan antara aktor di dalam sistem politik. Norma ini terutama dikodifikasi di
dalam konstitusi (undang-undang dasar) suatu negara. Setiap konstitusi memiliki
rincian kekuasaan yang dimiliki struktur input, proses, dan output. Konstitusi juga
memuat mekanisme pengelolaan konflik antar aktor-aktor politik di saat
menjalankan fungsinya, dan menunjuk aktor (sekaligus) lembaga yang memiliki
otoritas dalan penyelesaikan konflik. Setiap negara memiliki norma yang
berlainan sehingga konsep norma ini dapat pula digunakan sebagai parameter
dalam melakukan perbandingan kerja sistem politik suatu negara dengan negara
lain17
Ada 3 unsur penting dalam memahami sistem politik yaitu Pertama Proses
adalah pola-pola yang dibuat oleh manusia dalam mengatur hubungan antara satu
sama lain, yang Kedua Struktur adalah mencakup lembaga formal dan non formal .
Input dan output adalah dua fungsi dalam sistem politik yang berhubungan
erat. Apapun output suatu sistem politik, akan dikembalikan kepada struktur
input. Struktur input akan bereaksi terhadap apapun output yang dikeluarkan,
yang jika positif akan memunculkan dukungan atas sistem, sementara
jika negatif akan mendampak muncul tuntutan atas sistem. Umpan balik
(feedback) adalah situasi di mana sistem politik berhasil memproduksi suatu
keputusan ataupun tindakan yang direspon oleh struktur output.
17
dan yang Ketiga Fungsi-fungsi adalah merupakan serangkaian peran dan
keputusan yang diambil untuk mencapai tujuan.18
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu fungsi negara
dalam rangka menciptakan kesejahterahan rakyat. Salah satu bentuk pelayanan 1.7.3 Studi Terdahulu
Penelitian ini pada dasarnya tidak bisa di lepaskan dari
penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Penelitian terdahulu menjadi rujukan
dan pembanding dalam penelitian ini. Ada beberapa penelitian terdahulu yang
dijadikan acuan dalam penelitian ini. Penelitian ini tersebut ” PELAYANAN
PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN
CATATAN SIPIL KABUPATEN CIREBON”yang di Dwi Fitria santy.
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro, memaparkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pertama, Untuk mengetahui besarnya pengaruh prosedur pelayanan
terhadap kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Cirebon. Kedua, Untuk mengetahui besarnya pengaruh kemampuan pegawai
terhadap kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Cirebon. Ketiga, Untuk mengetahui besarnya pengaruh prosedur pelayanan dan
kemampuan pegawai terhadap kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Cirebon.
18
yang diberikan oleh aparatur pemerintahan kepada masyarakat adalah pelayanan
dalam bidang kependudukan. Akta kelahiran merupakan salah satu dokumen yang
harus dimiliki oleh setiap orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui dan mendeskripsikan kualitas pelayanan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Cirebon dalam pelayanan akta kelahiran.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kualitas pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Cirebon Tinggi yaitu sebesar 34,1%. Besarnya pengaruh prosedur pelayanan
terhadap Kualitas pelayanan sebesar 10,69%, besarnya pengaruh kemampuan
pegawai terhadap Kualitas pelayanan sebesar 37,45%, dan Kualitas pelayanan
yang dipegaruhi Prosedur Pelayanan dan Kemampuan Pegawai secara bersamaan
sebesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara Prosedur Pelayanan dan Kemampuan Pegawai Terhadap Kualitas
Pelayanan.19
19
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73036&val=4925
Penelitian berikutnya, adalah penelitian yang dilakukan Modest Dahlan S
dengan judul Kualitas Pelayanan Administrasi Akta Kelahiran Di Dinas
Kependudukan Dan Catatan Sipil Pemerintah Kabupaten Simalungun.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan
administrasi akta kelahiran di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Upaya perbaikan kinerja organisasi pemerintah merupakan sesuatu yang
harus terus menerus dilakukan. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah
memperbaiki proses kinerja masih terlalu birokratis dan cederung menyulitkan
masyarakat yang ingin berhubungan dengan instansi pemerintah. Sebagai sebuah
organisasi publik yang terkait dengan pelaksanaan fungsi pelayanan, Dinas
Kependudukan Dan Catatan salah satu lembaga publik yang memberi pelayanan
Administrasi Kependudukan guna menerbitkan dokumen Akta Kelahiran. Dalam
pelaksanaan kegiatan pelayanan publik terindikasi masih belum maksimalnya
kualitas pelayanan pada Dinas ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana Kualitas Pelayanan Akta Kelahiran di Dinas
Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Simalungun dilihat dari standar
pelayanan yaitu prosedur, biaya, waktu, produk, sarana prasarana dan kompetensi
pegawai. Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan
kunci, informan utama dan informan tambahan.
Hasil dari penelitian ini adalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perubahan Kualitas Pelayanan Akta Kelahiran yang dirasakan oleh
masyarakat. Selama Undang-Undang No.23 Tahun 2006 masih berjalan,
pelayanan di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Simalungun
masih belum berkualitas karena prosedur pelayanan masih cukup panjang dan
rumit, waktu pengurusan yang cukup lama, biaya yang dikeluarkan masyarakat
penelitian, pemerintah menerbitkan Undang-Undang No.24 Tahun 2013, sehingga
terdapat perubahan yang cukup mendasar terutama dari segi prosedur pelayanan
menjadi lebih mudah, waktu pelayanan semakin cepat dan biaya pelayanan yang
sudah digratiskan. Namun masih terdapat komponen standar pelayanan yang
belum dapat dikatakan berkualitas yaitu pada sarana dan prasarana, sehingga
Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil harus lebih berupaya dalam
meningkatkan mutu pelayanan terutama penyediaan fasilitas terkait
penyelenggaraan pelayanan administrasi Akta Kelahiran.20
Metode penelitian merupakan suatu kajian dalam menjawab serta
mempelajari peraturan yanng terdapat dalam suatu penelitian. Ditinjau dari sudut
filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian, yaitu yang
menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian. 1.8 Metode Penelitian
21
Menurut Lehman ( 1979 ) tuajan penelitian Deskriptif adalah salah satu
jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, fakrual, dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba
menggambarkan fenomena secara detail.
Metode yang digunakan
pada penelitian ini adalah Metode Kuantitatif Deskriptif.
22
20
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51031/6/Cover.pdf
21
Prof. Dr. Husni Usman, M.Pd, M.T dan Purnomo Setiady Akbar, M.Pd. 2009. Metodologi Penelitian Sosial,Jakarta : Bumi Aksara. Hal 41.
22
1.8.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kuantitatif.
Jenis penelitian ini dipilih sebeb penulis meneliti suatu variabel dengan analisis
yang memiliki jumlah populasi yang besar. Dimana peneliti meneliti tentang
seperti apa tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu Bara, maka
penelitian ini memiliki jumlah populasi yang besar.
1.8.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara, karena
merupakan sebagai daearh pemekaran yang baru menjadi berbentuk kabupaten
secara administrasinya. Maka akan sangat penting dan memiliki ketertarikan
tersendiri untuk melihat kinerja dinas pendudukan dan Pencatatan sipil dalam
pelayanan publik berdasarkan tanggapan masyarakat di Kabupaten Batu Bara
tersebut.
1.8.3 Populasi dan Sempel a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek
dipelajari dengan kemudian ditarik kesimpulan.23
Sempel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasinya besar dan penelitiannya tidak mungkin mempelajari
semua yang ada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu, dan tenaga,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi.
jumlah populasi masyarakat
Kabupaten Batu Bara sebanyak 347,448 jiwa. Penelitian ini terfokus kepada
masyarakat Batu Bara yang telah mendapatakan pelayanan dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan sipil. Banyaknya jumlah populasi menyulitkan
penelitian untuk mendapatkan seluruh unsur dan kompenen yang dibutuhkan
dalam penelitian,sehingga dibutuhkan penarikan sempel.
b. Sampel
24
Dalam
menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan rumus Taro Yamane,25
23
Dr.Etta Mamang Sangadi, Msi. 2010.Metodologi Penelitian Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta : Penerbit Andi. Hal 185.
24
Dr.Etta Mamang,M.Si, op cit, Hal 186
25
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999. Hal.81
� = 478309 478309(0,01) + 1
�478309
4784
� = 99,9 ( 100 ) responden
Berdasarkan rumusan di atas, maka kita dapat mengetahui jumlah sampel
pada penelitian ini yakni berjumlah 100 orang. Oleh karena itu, dengan sebaran
populasi pada masyarakat Kabupaten Batu Bara yang mendapatan pelayanan
publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tersebar dalam tujuh
kecamatan, maka pembagian sebaran sampel pada masing-masing kecamatan
adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Nama Kecamatan Populasi Sampel
Sei Suka 44.182 12
Medang Deras 44.672 13
Air Putih 42.007 12
Lima Puluh 82.779 22
Tanjung Tiram 59.456 17
Talawi 49.504 15
Sei Balai 24.848 9
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah convenience sampling. Dalam hal ini, convenience sampling merupakan
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, anggota populasi yang ditemui
peneliti dan bersedia menjadi responden sebagai sampel.26
c. Sumber Data
Selain berdasarkan
kebersediaan, dimana dalam penentuan sampel juga akan mempertimbangkan
keseimbangan jenis kelamin dan pertimbangan umur calon responden yang
berusia 17 tahun keatas.
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini dikelompokan menjadi 2
bagian, yakni Data Primer dan Data Sekunder :
1. Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber data utama, seperti
penyebaran kuisoiner, wawancara dari pihak terkait dan observasi kepada
objek yang diteliti.
2. Data Sekunder adalah yaitu data yang sudah tersedia sebelumnya seperti data
yang berasal dari buku, berita, Undang-Undang, jurnal dan sebagainnya.
1.8.4 Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan tekhnik yang
relevan untuk mendapatkan data yang akurat yaitu dengan Penelitian lapangan (
field reaserch ), dimana penelitian lapangan ini, penulis akan menggunakan teknik angket. Angket, yaitu usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan
26
daftar pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.27
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, teknik angket adalah teknik yang
menggunakan daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban
dari responden.28
27
Hadari Nawawi.1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 117.
28
SuharsimiArikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 128.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu Bara.
Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup yakni setiap pertanyaan diberi
pilihan 3 alternatif jawaban yaitu A, B, dan C (model Borgadus). Adapun
pengolahan angket, peneliti akan lakukan dengan memberi skor pada tiap-tiap
item pertanyaan dengan standar sebagai berikut: untuk jawaban (A) skornya 3,
untuk jawaban (B) skornya 2, dan untuk jawaban (C) skornya 1, sedangkan jika
tidak diisi diberi skor 0.
1.8.5 Tekhnik Analisis Data
Análisis data dilakukan dengan cara análisis kuantitatif deskriptif, ini
dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu
1.9 Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah
isi dari skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisa kedalam 4 bab,
yaitu
BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, kerangka teori, metodologi penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II : Sejarah dan Profil Kabupaten Batu Bara
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran sejarah Kabupaten Batu Bara.
BAB III : Tanggapan Masyarakat TerhadapKinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara
Pada bab ini nantinya akan membahas garis besar hasil penelitian sekaligus
menganalisis data yang diperoleh untuk menjawab permasalahan penelitian serta
analisis bagaimana Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam
Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam pembuatan kartu tanda
penduduk
BAB IV : Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi, yang berisi kesimpulan