• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelayanan Publik (Public Service) oleh birokrasi publik merupakan salah

satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping

sebagai abdi negara. Pelayanan publik oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk

mensejahterakan masyarakat. Dengan demikian pelayanan publik diartikan

sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan oarang atau masyarakat yang

mampunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata

cara yang telah ditetapkan.1

Kualitas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah sering dianggap

sebagai cerminan dari kualitas birokrasi secara umum. Pelayanan publik terkait

dengan sistem dan sumber daya aparatur birokrasinya dalam proses pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat. Walaupun otonomi daerah telah lama

ditetapkan di Indonesia, kenyataan tersebut tidak serta-merta meningkatkan

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pelayanan Publik seharusnya

berorientasi pada penciptaan demokrasi dalam kehidupan bernegara yang meliputi

legitimasi, hak asasi manusia, otonomi masyarakat dan desentralisasi

pemerintahan. Hal tersebut tergantung pada sejauh mana pemerintah memiliki

1

(2)

kompetensi dan sejauh mana masyarakat bisa ikut bekerja sama dalam

menciptakan pemerintahan yang baik.

Birokrasi yang buruk menjadi salah satu masalah yang penting di

Indonesia. Rendahnya kinerja pelayanan publik dan minimnya kualitas sumber

daya aparatur seperti tidak pernah ada akhirnya. Mulai dari Kolusi, Korupsi dan

Nepotisme (KKN) sampai dengan sistem birokrasi yang buruk menjadi hambatan

dalam mengwujudkan birokrasi yang peduli terhadap kepentingan banyak.2

Melihat kenyataan sekarang, angin segar reformasi ternyata belum banyak

membuat kondisi Indonesia berubah. Hal ini dapat dilihat dari pewacanaan media

massa yang saat ini cenderung transparan dalam membuka tabir ketimpangan

ekonomi, seperti banyaknya orang miskin, masih sulitnya merasakan pelayanan

publik yang diberikan oleh pemerintah (Rumah Sakit dan Pendidikan). Reformasi

birokrasi dalam pelayanan publik menjadi pedoman yang harus dilaksanakan. Berakhirnya Orde baru di Indonesia memberikan angin segar untuk

membentuk birokrasi yang bersih. Salah satu indikatornya, birokrasi tidak lagi

menjadi bagian dari politik praktis nasional maupun di daerah. Telah menjadi

pelajaran bahwa kekuatan politik dan birokrasi tidak hanya merusak kinerja

birokrasi, namun malah menghancurkan proses politik itu sendiri. Pada masa lalu

mudah dijumpai kekuatan politik dan birokrasi lebih banyak menghasilkan aspek

negatif. Akibatnya ketimpangan pembangunan menjadi hal yang lumrah terjadi

dan Korupsi menjadi meraja rela sehingga dapat dikatakan menjadi budaya.

2

(3)

Selain sekedar melakukan perbaikan sistem secara rapi dan terencana yang

terpenting lagi adalah bagaimana melakukan perubahan paradigma berfikir

birokrasi yang berorientasi pada kehidupan masyarakat banyak.

Arus otonomi daerah semakin membuka pandangan baru terkait kinerja

birokrasi, dalam rangka mempercepat pelayanan kepada masyarakat. Dengan

demikian dapat dikatakan perubahan kinerja para birokrat sangatlah dinilai

penting dalam pembangunan nasional maupun didaerah. Masyarakat semakin

dinamis sangatlah membutuhkan tenaga-tenaga yang prepesional. Sering dengan

dinamika masyarakat maka kebutuhan akan pelayanan semakin kompleks serta

tuntutan akan pelayanan yang semakin baik dalam pelaksanaan otonomi daerah

yang ada.3

Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan

antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang menurut

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 hanya merupakan kepanjangan tangan pusat

daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun1999 dan di pertegas lagi

dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

telah dibuka saluran baru bagi pemerintah provinsi dan kabupaten untuk

mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada

masyarakat setempat, untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. 4

Penyesuain kewenangan dan fungsi penyediaan pelayanan antar

pemerintah pusat,provinsi, dan kabupaten/kota sudah memuat tujuan politis,

3

Ibid hal 107

4

(4)

maupun teknis. Secara politis, desentralisai kewenangan pada masing-masing

daerah menjadi perwujudan dari suatu tuntutan reformasi seperti direfleksikan

dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GGBHN). Secara teknis masih terdapat

sejumlah besar persiapan yang harus dilakukan untuk menjamin penyesuaian

kewenangan dan fungsi-fungsi tersebut secara efektif.5

Otonomi daerah merupakan fenomena politis yang sangat dibutuhkan

dalam globalisasi dan demokrasi, apalagi dikaitkan dengan tantangan masa depan

dalam era perdagangan bebas. Melalui otonomi diharapkan daerah dapat mampu

mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan

tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu

mainkan perannya dalam memajukan daerahnya sendiri6

5

Ibid

6

Prof.Drs.HAW.Widjaja,2002.Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo Persad,Jakarta,Hal 1 .

Pembangun daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsp otonomi daerah. Daerah mempunyai

kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat

berdasarkan prinsip keterbukaan dan partisipasi masyarakat. Untuk mendukung

penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan luas, nyata dan

bertanggung jawab terhadap daerahnya secara proposional dan keadilan,sehingga

dapat terhindar dari praktek KKN serta terwujudnya perimbangan keuangan

(5)

Reformasi sistem pemerintahan Indonesia dimulai sejak Tahun 1998 yang

di antaranya ditandai dengan perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan

dari sentralisasi menjadi desentralisasi. reformasi sistem pemerintahan tersebut

berimbas pada trend pemekaran daerah. Fenomena keinginan masyarakat untuk

membentuk daerah otonomi baru diberbagai wilayah di Indonesia banyak muncul

seiring dinamika perkembangan reformasi. Dengan pembentukan daerah otonomi

baru, masyarakat diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang besar untuk

mengelolah sumber daya daerah masing-masing dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan di masyarakat tidak terkecuali di Sumatra Utara.

Isu pemekaran daerah semakin menguat sejak disahkannya

Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Undang-Undang-Undang-Undang

tersebut menyatakan bahwa” dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi

dibentuk dan disusun daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat”. Dalam konteks desentralisasi tersebut, pemerintah memberikan otonomi daerah yang seluas-luasnya, kecuali

urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat, dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat,pelayanan umum dan dana saing daerah.7

Sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No.22 Tahun 1999,

terutama mengenai pemekaran daerah, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah

(PP) Nomor 129 Tahun 2000 tentang persyaratan, pembentukan dan kriteria

(6)

pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah. Peraturan pemerintah secara

tegas menyatakan bahwa pembentukan daerah adalah pemberian status pada

wilayah tertentu sebagai daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota

sebagai akibat dari pemekaran daerah atau penggabungan bagian dari dua wilayah

atau lebih dari daerah provinsi, daerah kabupaten atau daerah kota yang

ditetapkan dengan undang-undang. Sedangkan pemekaran adalah daerah

pemecahan provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota menjadi lebihb dari satu

daerah.8

Pengertian Otonomi Daerah secara etimologis menrut ( situmorang 1993)

berasal dari bahasa latin “autos” yang artinya sendiri, dan “Nomos”, yang artinya

aturan. Jadi dapat diartikan bahwa otonomi adalah mengurus dan mengatur rumah

tangga sendiri. Hak yangdiperoleh dan pemerintah pusat. Lebih lanjut UU No 5

Tahun 1974 mendefinisikan Otonomi Daerah adalah hak wewenang dan

kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.Sementara itu dalam UU No.22

Tahun 1999 mendefenisikan bahwa Otonomi Daerah adalah wewenang daerah

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Setelah direvisi kembali UIJ No.22 Tahun 1999 berganti

menjadi UU No.32 Tahun 2004 yang menyatakan Otonomi Daerah sebagai hak,

wewenang dan kewajiban daerah Otonomi Daerah untuk mengaturdan mengurus

8

(7)

sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

perundang-undangandan berbagai rumusanOtonomi.9

9

karim Abdul Gaffar, Kompleksitas Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar : hal 56 Berdasarkan pernyataan tersebut secara konseptual pemekaran daerah

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan

pelayanan publik dan memeperkuat daya saing daerah. Namun, untuk melakukan

pemekaran daerah haruslah ada penjelasan secara jelas kepada masyarakat yang

menginginkan pemekaran tersebut terkait masalah yang harus dihadapi setelah

pemekaran. Sebab, pemekaran daerah tidaklah mudah. Pemekaran daerah

seharusnya menjadi solusi atas suatu permasalahan yang dihadapi, bukan malah

nambah beban masalah atau menciptakan masalah yang baru.

Seiring dengan perkembangan diberbagai daerah, masyarakat Batu Bara

juga mengajukan pembentukan daerah otonom sendiri yang terdiri dari 7

Kecamatan yaitu Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Air

Putih, Kecamatan Lima puluh, Kecamatan Tanjung Tiram, Kecataman Talawi,

Kecamatan Sei Balai. Adapun alasan yang mendasari untuk mengajukan

pemekaran pemerintahan Kabupaten Batu Bara sebagai daerah otonom adalah

perundang-undangan yang berlaku saat ini seperti Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No 129 Tahun 2000, dan didasari dengan

adanya pandangan tentang keuntungan yang di dapat bagi masyarakat Batu Bara

(8)

Keuntungan yang paling penting untuk masyarakat adalah agar dapat

memperoleh pelayanan publik lebih baik dengan semakin sedikitnya birokrasi

yang harus dihadapi dalam mendapatkan pelayanan publik dan juga keinginan

untuk mengelolah sumber daya dan potensi daearah secara mandiri dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kehidupan politik, kinerja

birokrasi dalam pelayanan publik terkait daerah otonom baru memiliki implikasi

luas. Akan tetapi, keuntungan tersebut bisa menjadi tidak berjalan apabila

birokrasi yang diharapkan tidak melakukan sebagaimana mestinya dan malah

pemekaran daerah hanya sebagai alat penguasa daerah untuk mendapatkan

keuntungan pribadi/kelompok. Maka dari itu, penulis bertujuan untuk melakukan

penelitian yang berjudul Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Batu

Bara.

1.2 Perumusan Masalah

Kabupaten Batubara adalah salah satu dari 16 kabupaten dan kota baru

yang dimekarkan pada dalam kurun tahun 2006. Kabupaten Batubara merupakan

pemekaran dari Kabupaten Asahan dimana tujuh kecamatan di Kabupaten Asahan

dikurangi dan dipindahkan wilayahnya menjadi wilayah kabupaten Batubara.

Pembentukkannya sebagai kabupaten ditandaidengan disahkannya Rancangan

Undang-Undangan Pembentukan Kabupaten Batu Bara melalui Usul Inisiatif

(9)

Desember 2006 di Jakarta selanjutnya diundangkan menjadi Undang-undang

Nomor 05 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara di Provinsi

Sumatera Utara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 07,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4681) maka harus

dipikirkan secara konsepsional, strategis dan taktis untuk pengelolaan pemerintah

baru serbagai bentuk pelayanan kepada masyarakat menuju taraf hidup yang lebih

baik.

Sebagai kabupaten yang baru mekar, birokrasi menjadi sorotan yang

paling penting, karena adanya tujuan dari pemekaran adalah mempermudah

pelayanan publik.Sebagaimana fungsi pemekaran adalah mempercepat

pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh

pelayanan bagi masyarakat. Pemekaran wilayah juga merupakan bagian dari

upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperpendek

rentang kendali pemerintah sehingga meningkatkan efektifitas penyelenggaraan

pemerintah dan pengelolaan pembagunan fungsinya.

Keinginan untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dalam

wilayah kewenangan yang terbatas/terukur Pendekatan pelayanan melalui

pemerintahan daerah yang baru diasumsikan akan lebih dapat memberikan

pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan pelayanan melalui pemerintahan

daerah induk dengan cakupan wilayah pelayanan yang lebih luas. Melalui proses

perencanaan pembanunan daerah pada skala yang lebih terbatas, maka pelayanan

(10)

prosedur pelayanan masih cukup panjang dan rumit, waktu pengurusan yang

cukup lama, biaya yang dikeluarkan masyarakat cukup mahal, serta sarana dan

prasarana yang kurang memadai.

Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menterjemahkan fakta

dan data kedalam penulisan skirpsi ini maka dirumuskan dahulu masalahnya.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di dalam latar belakang, maka penulis

remuskan masalah yaitu seperti apa tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu

Bara.

1.3 Permasalahan Penelitian

Permasalahan penelitian ini adalah usaha untuk menetapkan masalah

dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Permasalahan penelitian ini berguna

untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah

penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian

tersebut. Adapun permasalahan yang akan diteliti adalah meneliti seperti apa

tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu Bara.

1.4 Pembatasan Masalah

Agar tidak meluas permasalahan yang akan diteliti dan mengunakan ruang

penelitian. Penulis membuat pembatasan masalah ini pada bulan Januari sampai

(11)

1.5 Tujuan Penelitian

Adannya tujuan dari penelitian ini adalah ;

1. Mendeskripsikan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Serta Tugas dan Fungsi.

2. Menganalisis Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam

Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam melayani pembuatan

Kartu Tanda Penduduk Berdasarkan Tanggapan Masyarakat.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan maanfaat anatara lain :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasnah

pengetahuan di Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara tentang Kinerja Birokrasi di Kabupaten Batu Bara dalam

Pelayan Publik di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi atau

sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal

berkaitan dengan Kinerja Birokrasi di Kabupaten Batu Bara dalam

Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan dan Catatan Sipil.

3. Secara teoritis, penelitian merupakan kajian imu politik yang diharapkan

mampu memberikan kontribusi dalam birokrasi dan memberikan solusi

(12)

1.7 Kerangka Teori 1.7.1 Teori Birokrasi

Birokrasi ialah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, dimana para

pejabatnya secara bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya. Weber

memandang birokrasi sebagai arti umum, luas, serta merupakan tipe birokrasi

yang rasional. Weber berpendapat bahwa tidak mungkin kita memahami setiap

gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan, sebab yang mampu kita lakukan

hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu hal yang penting ialah

memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam kondisi organisasi negara

tertentu. Dengan demikian tipe ideal memberikan penjelasan kepada kita bahwa

kita mengabstraksikan aspek-aspek yang amat penting yang membedakan antara

kondisi organisasi tertentu dengan lainnya10

Birokrasi yang berada ditengah-tengah masyarakat dinamis tidak dapat

tinggal diam, tetapi harus memberikan berbagai kebutuhan yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perlu mendapat perhatian birokrasi dalam

antisipasi akan kebutuhan pelayanan : .

11

a. Sifat pendekatan tugas, lebih mengarah kepada pengayoman dan pelayanan

masyarakat, bukan pendekatan kekuasaan dan kewenangan

b. Penyempurnaan organisasi,efesien, efektif dan profosional

c. Sistem dan prosedur kerja cepat, tepat, dan akurat

10

Leaf let,2012. Konsep Pelayanan Birokrasi, Makassar: IMM Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar, hal 54

11

(13)

Model yang diajukan weber, birokrasi memiliki karakteristik ideal sebagai

berikut:12

Kedua, adanya prinsip hierarki wewenang ( the principle of hierarchi) Ciri

khas birokrasi adalah adanya wewenang yang disusun oleh secara hierarki atau

berjenjang. hierarki itu bentuk piramid yang memiliki konsekuensi semakin tinggi

suatu jenjang berarti pula semakin besar wewenang yang melekat di dalamnya

dan semakin sedikit penghuninya. Hierarki wewenang ini sekaligus

mengindikasikan adanya hierarki tanggung jawab.dalam hierarki itu setipa pejabat Pertama, PembagianKerja/ Spesialisasi (divison of labor) Dalam menjalankan

berbagai tugasnya,birokrasi membagi kegiatan-kegiatan pemerintah menjadi

bagian-bagian yang masing-masing terpisah dan memiliki fungsi yang khas.

Pembagian kerja seperti ini memungkinkan terjadinya spesialisasi fungsi. Dengan

cara seperti ini, penguasan spesialis untuk tugas-tugas khusus bisa dilakukan dan

setiap saat mereka bertanggung jawab atas kebereesan pekerjaannya

masing-masing. Aktivitas yang reguler mensyaratkan tujuan organisasi didistribusikan

dengan cara yang tetap dengan memperkerjakan ahli terspealisasi pada setiap

posisi dan menyebabkan setiap orang bertanggung jawab terhadap kinerja yang

efektif atas tugas-tugasnya . karena itu tugas-tugas birokrasi hendaknya dilakukan

oelh masing-masing pegawai yang benar-benar memiliki keahlian khusus (

specialized expert) dan bertanggung jawab demi tercapainya tujaun organisasi secara efektif dan efesien.

12

(14)

harus bertanggung jawab kepada atasannya mengenai kepetusan-keputusan dan

tindakan-tindakan sendiri maupun yang dilakukan oleh anak buahnya. Pada setiap

tingkat hierarki, para pejabat birokrasi memiliki hak memberi perintah dan

pengarahan pada bawahannya, dan para bawahan ittu berkewajiban untuk

mematuhuinya. Sekalipun begitu, ruang lingkup wewenang memberi perintah itu

secara jelas dibatasi hanya pada masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan

kegiatan resmi pemerintah. Organisasi birokrasi mengikuti prinsip hierarki

sehingga setiap unit yang lebih rendah berada dalam pengendalian dan

pengawasan organisasi yang lebih tinggi. Setiap pegawai dalam hierarki

adminitrasi bertanggung jawab kepada atasannya. Keputusan dan tindakan harus

dimintakan persetujuan kepada atasan. Agar dapat membenarkan tanggung

jawabnya kepada bawahannya, ia memiliki wewenang/ kekuuasaan atas

bawahannya sehingga ia mempunyai hak untuk mengeluarkan perintah untuk

ditaati dan dilaksanakan oelh bawahannya. Meskipun masing-masing pegawai

yang berada pada jenjanng mempunyai otoritas- briokratis tetapi penggunaan

otoritas tersebut tetap harus relevan dengan tugas-tugas resmi organisasi.

Ketiga, adanya sistem aturan (sytem of rules),kegiatan pemerintah diatur

oleh suatu sistem aturan main yang abstrak. Aturan main itu merumuskan lingkup

tanggung jawab para pemegang jabatan di berbagai posisi dan hubungan diantara

mereka. Aturan-aturan itu juga menjamin koordinasi berbagai tugas yang yang

berbeda dan menjamin keseragaman pelaksanaan berbagai kegiatan itu. Operasi

(15)

secara konsisten. Hal ini dimaksud kan untuk menjamin adanya unuformitas

kinerja setiap tugas dan rasa tanggung jawab masing-masing anggota organisasi

berbagi pelaksanaan tugasnya. Sistem yang distandarkan ini dirancang untuk

menjamain keseragaman dalam melaksanakan settiap tugas, tanpa memandang

jumlah personil yang melaksanakan dan koordinasi tugas-tugas yang

berbeda-beda, aturan-aturan yang eksplisit tersebut menentukan tanggung jawab setiap

anggota organisasi dan hubungan diantara mereka, namun tidak berarti bahwa

kewajiban birokrasi sanagt mudah dan rutin. Tugas-tugas birokrasi memiliki

kompleksitas yang bervariasi, daan tugas- tugas klerikal yang sifatnya rutin

hingga tugas-tugas yang sulit.

. Keempat, Hubungan Impersonal ( formalistic impersonality) Para pejabat

birokrasiharus memiliki orientasi impersonal.Mereka harus menghindarkan

pertimbangan pribadi dalam hubungannya dengan bawahannya maupun dengan

anggota masyarakat yang dilayaninya.

1.7.2 Teori Sistem

Istilah sistem paling sering digunakan untuk menunjuk pengertian metode

atau cara dan sesuatu himpunan unsur atau komponen yang saling berhubungan

satu sama lain menjadi satu kesatuan yang utuh. Sebenarnya penggunaannya lebih

dari itu, tetapi kurang dikenal. Sebagai suatu himpunan, sistem pun didefinisikan

bermacam-macam pula. Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang

(16)

bagian dan Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen

secara teratur.

Sistem dapat diartikan sebagai kesatuan yang terbentuk dari beberapa

unsur (elemen). Unsur, komponen atau bagian yang banyak ini satu sama lain

berada dalam keterkaitan yang mengikat dan fungsional. Masing-masing kohesif

satu sama lain, sehingga ketotalitasannya unit terjaga utuh eksistensinya. Tinjauan

tersebut adalah pandangan dari segi bentuknya.Sistem adalah suatu cara yang

mekanismenya berpola dan konsisten, bahkan mekanismenya sering disebut

otomatis. Sementara itu menurut David Easton sistem adalah Teori sistem adalah

suatu model yang menjelaskan hubungan tertentu antara sub-sub sistem dengan

sistem sebagai suatu unit (yang bisa saja berupa suatu masyarakat, serikat buruh,

organisasi pemerintah). Easton juga meringkas ciri-cirinya sebagai berikut.13

Seperangkat interaksi yang diabstraki dan totalitas prilaku sosial, melalui

mana nilai-nilai yang disebarkan untuk masyarakat. Sistem politik terdiri dari 1. Sistem mempunyai batas yang didalamnya ada saling hubungan

fungsional yang terutama dilandasi oleh beberapa bentuk komunikasi.

2. Sistem terbagi kedalam sub-sub sistem yang satu sama lainnya saling

melakukan pertukaran (seperti antara desa dengan pemerintah daerah atau antara

pemerintah)

3. Sistem bisa membuat kode, yaitu menerima informasi, mempelajari dan

menerjemahkan masukan (input) kedalam beberapa jenis keluaran (output).

13

(17)

nilai-nilai, pengelokasian nilai-nilai tersebut bersifat paksaan dan pengelokasian

tersebut mengikat masyarakat secara keseluruhan. Dalam pendekatan sistem

politik, masyarakat adalah konsep induk oleh sebab sistem politik hanya

merupakan salah satu dari struktur yang membangun masyarakat seperti sistem

ekonomi, sistem sosial dan budaya, sistem kepercayaan dan lain sebagainya.

Sistem politik sendiri merupakan abstraksi realitas yang diangkat ke alam konsep

seputar pendistribusian nilai di tengah masyarakat.

Seperti telah dijelaskan, masyarakat tidak hanya terdiri atas satu struktur

(misalnya sistem politik saja), melainkan terdiri atas multi struktur. Sistem yang

biasanya dipelajari kinerjanya adalah sistem politik, sistem ekonomi, sistem

agama, sistem sosial, atau sistem budaya-psikologi. Dari aneka jenis sistem yang

berbeda tersebut, ada persamaan maupun perbedaan. Perbedaan berlingkup pada

dimensi ontologis (hal yang dikaji) sementara persamaan berlingkup pada

variabel-variabel (konsep yang diukur) yang biasanya sama antara satu sistem

dengan lainnya. Untuk memahami sistem politik Indonesia, layaknya kita

memahami sistem-sistem lain, maka harus kita ketahui beberapa variabel

kunci. Variabel-variabel kunci dalam memahami sebuah sistem adalah struktur,

fungsi, aktor, nilai, norma, tujuan, input, output, respon dan timbal balik.14

Struktur adalah lembaga politik yang memiliki keabsahan dalam

menjalankan suatu fungsi sistem politik. Dalam konteks negara (sistem politik)

misal dari struktur ini struktur input,proses, dan output. Struktur input bertindak

14

(18)

selaku pemasok komoditas ke dalam sistem politik, struktur proses bertugas

mengolah masukan dari struktur input, sementara struktur output bertindak selaku

mekanisme pengeluarannya. Hal ini mirip dengan organisme yang membutuhkan

makanan, pencernaan, dan metabolisme untuk tetap bertahan hidup.Struktur input,

proses dan output umumnya dijalankan oleh aktor-aktor yang dapat dikategorikan

menjadi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga aktor ini menjalankan tugas

kolektif yang disebut sebagai pemerintah (government). Namun, setiap aktor yang

mewakili struktur harus memiliki fungsi yang berbeda-beda tidak boleh suatu

fungsi dijalankan dengan struktur yang berbeda karena akan menimbulkan konflik

kepentingan.15

Nilai adalah komoditas utama yang berusaha didistribusikan oleh

struktur-struktur di setiap sistem politik yang wujudnya adalah kekuasaan,

pendidikan atau penerangan, kekayaan, kesehatan, keterampilan, kasih sayang,

kejujuran dan keadilan, keseganan, respek. Nilai-nilai tersebut diasumsikan dalam

kondisi yang tidak merata persebarannya di masyarakat sehingga perlu campur

tangan struktur-struktur yang punya kewenangan (otoritas) untuk

mendistribusikannya pada elemen-elemen masyarakat yang seharusnya

menikmati. Struktur yang menyelenggarakan pengalokasian nilai ini, bagi Easton,

tidak dapat diserahkan kepada lembaga yang tidak memiliki otoritas haruslah

negara dan pemerintah sebagai aktornya.16

15

Leaf let,2012. Konsep Pelayanan Birokrasi, Makassar: IMM Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar, hal 54

16

(19)

Norma adalah peraturan, tertulis maupun tidak, yang mengatur tata

hubungan antara aktor di dalam sistem politik. Norma ini terutama dikodifikasi di

dalam konstitusi (undang-undang dasar) suatu negara. Setiap konstitusi memiliki

rincian kekuasaan yang dimiliki struktur input, proses, dan output. Konstitusi juga

memuat mekanisme pengelolaan konflik antar aktor-aktor politik di saat

menjalankan fungsinya, dan menunjuk aktor (sekaligus) lembaga yang memiliki

otoritas dalan penyelesaikan konflik. Setiap negara memiliki norma yang

berlainan sehingga konsep norma ini dapat pula digunakan sebagai parameter

dalam melakukan perbandingan kerja sistem politik suatu negara dengan negara

lain17

Ada 3 unsur penting dalam memahami sistem politik yaitu Pertama Proses

adalah pola-pola yang dibuat oleh manusia dalam mengatur hubungan antara satu

sama lain, yang Kedua Struktur adalah mencakup lembaga formal dan non formal .

Input dan output adalah dua fungsi dalam sistem politik yang berhubungan

erat. Apapun output suatu sistem politik, akan dikembalikan kepada struktur

input. Struktur input akan bereaksi terhadap apapun output yang dikeluarkan,

yang jika positif akan memunculkan dukungan atas sistem, sementara

jika negatif akan mendampak muncul tuntutan atas sistem. Umpan balik

(feedback) adalah situasi di mana sistem politik berhasil memproduksi suatu

keputusan ataupun tindakan yang direspon oleh struktur output.

17

(20)

dan yang Ketiga Fungsi-fungsi adalah merupakan serangkaian peran dan

keputusan yang diambil untuk mencapai tujuan.18

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu fungsi negara

dalam rangka menciptakan kesejahterahan rakyat. Salah satu bentuk pelayanan 1.7.3 Studi Terdahulu

Penelitian ini pada dasarnya tidak bisa di lepaskan dari

penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Penelitian terdahulu menjadi rujukan

dan pembanding dalam penelitian ini. Ada beberapa penelitian terdahulu yang

dijadikan acuan dalam penelitian ini. Penelitian ini tersebut ” PELAYANAN

PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN

CATATAN SIPIL KABUPATEN CIREBON”yang di Dwi Fitria santy.

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Diponegoro, memaparkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pertama, Untuk mengetahui besarnya pengaruh prosedur pelayanan

terhadap kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Cirebon. Kedua, Untuk mengetahui besarnya pengaruh kemampuan pegawai

terhadap kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Cirebon. Ketiga, Untuk mengetahui besarnya pengaruh prosedur pelayanan dan

kemampuan pegawai terhadap kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Cirebon.

18

(21)

yang diberikan oleh aparatur pemerintahan kepada masyarakat adalah pelayanan

dalam bidang kependudukan. Akta kelahiran merupakan salah satu dokumen yang

harus dimiliki oleh setiap orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

mengetahui dan mendeskripsikan kualitas pelayanan Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Cirebon dalam pelayanan akta kelahiran.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kualitas pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Cirebon Tinggi yaitu sebesar 34,1%. Besarnya pengaruh prosedur pelayanan

terhadap Kualitas pelayanan sebesar 10,69%, besarnya pengaruh kemampuan

pegawai terhadap Kualitas pelayanan sebesar 37,45%, dan Kualitas pelayanan

yang dipegaruhi Prosedur Pelayanan dan Kemampuan Pegawai secara bersamaan

sebesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara Prosedur Pelayanan dan Kemampuan Pegawai Terhadap Kualitas

Pelayanan.19

19

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73036&val=4925

Penelitian berikutnya, adalah penelitian yang dilakukan Modest Dahlan S

dengan judul Kualitas Pelayanan Administrasi Akta Kelahiran Di Dinas

Kependudukan Dan Catatan Sipil Pemerintah Kabupaten Simalungun.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan

administrasi akta kelahiran di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(22)

Upaya perbaikan kinerja organisasi pemerintah merupakan sesuatu yang

harus terus menerus dilakukan. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah

memperbaiki proses kinerja masih terlalu birokratis dan cederung menyulitkan

masyarakat yang ingin berhubungan dengan instansi pemerintah. Sebagai sebuah

organisasi publik yang terkait dengan pelaksanaan fungsi pelayanan, Dinas

Kependudukan Dan Catatan salah satu lembaga publik yang memberi pelayanan

Administrasi Kependudukan guna menerbitkan dokumen Akta Kelahiran. Dalam

pelaksanaan kegiatan pelayanan publik terindikasi masih belum maksimalnya

kualitas pelayanan pada Dinas ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana Kualitas Pelayanan Akta Kelahiran di Dinas

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Simalungun dilihat dari standar

pelayanan yaitu prosedur, biaya, waktu, produk, sarana prasarana dan kompetensi

pegawai. Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan

kunci, informan utama dan informan tambahan.

Hasil dari penelitian ini adalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perubahan Kualitas Pelayanan Akta Kelahiran yang dirasakan oleh

masyarakat. Selama Undang-Undang No.23 Tahun 2006 masih berjalan,

pelayanan di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Simalungun

masih belum berkualitas karena prosedur pelayanan masih cukup panjang dan

rumit, waktu pengurusan yang cukup lama, biaya yang dikeluarkan masyarakat

(23)

penelitian, pemerintah menerbitkan Undang-Undang No.24 Tahun 2013, sehingga

terdapat perubahan yang cukup mendasar terutama dari segi prosedur pelayanan

menjadi lebih mudah, waktu pelayanan semakin cepat dan biaya pelayanan yang

sudah digratiskan. Namun masih terdapat komponen standar pelayanan yang

belum dapat dikatakan berkualitas yaitu pada sarana dan prasarana, sehingga

Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil harus lebih berupaya dalam

meningkatkan mutu pelayanan terutama penyediaan fasilitas terkait

penyelenggaraan pelayanan administrasi Akta Kelahiran.20

Metode penelitian merupakan suatu kajian dalam menjawab serta

mempelajari peraturan yanng terdapat dalam suatu penelitian. Ditinjau dari sudut

filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian, yaitu yang

menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian. 1.8 Metode Penelitian

21

Menurut Lehman ( 1979 ) tuajan penelitian Deskriptif adalah salah satu

jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, fakrual, dan

akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba

menggambarkan fenomena secara detail.

Metode yang digunakan

pada penelitian ini adalah Metode Kuantitatif Deskriptif.

22

20

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51031/6/Cover.pdf

21

Prof. Dr. Husni Usman, M.Pd, M.T dan Purnomo Setiady Akbar, M.Pd. 2009. Metodologi Penelitian Sosial,Jakarta : Bumi Aksara. Hal 41.

22

(24)

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kuantitatif.

Jenis penelitian ini dipilih sebeb penulis meneliti suatu variabel dengan analisis

yang memiliki jumlah populasi yang besar. Dimana peneliti meneliti tentang

seperti apa tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu Bara, maka

penelitian ini memiliki jumlah populasi yang besar.

1.8.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara, karena

merupakan sebagai daearh pemekaran yang baru menjadi berbentuk kabupaten

secara administrasinya. Maka akan sangat penting dan memiliki ketertarikan

tersendiri untuk melihat kinerja dinas pendudukan dan Pencatatan sipil dalam

pelayanan publik berdasarkan tanggapan masyarakat di Kabupaten Batu Bara

tersebut.

1.8.3 Populasi dan Sempel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek

(25)

dipelajari dengan kemudian ditarik kesimpulan.23

Sempel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Bila populasinya besar dan penelitiannya tidak mungkin mempelajari

semua yang ada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu, dan tenaga,

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi.

jumlah populasi masyarakat

Kabupaten Batu Bara sebanyak 347,448 jiwa. Penelitian ini terfokus kepada

masyarakat Batu Bara yang telah mendapatakan pelayanan dari Dinas

Kependudukan dan Pencatatan sipil. Banyaknya jumlah populasi menyulitkan

penelitian untuk mendapatkan seluruh unsur dan kompenen yang dibutuhkan

dalam penelitian,sehingga dibutuhkan penarikan sempel.

b. Sampel

24

Dalam

menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan rumus Taro Yamane,25

23

Dr.Etta Mamang Sangadi, Msi. 2010.Metodologi Penelitian Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta : Penerbit Andi. Hal 185.

24

Dr.Etta Mamang,M.Si, op cit, Hal 186

25

Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999. Hal.81

(26)

� = 478309 478309(0,01) + 1

�478309

4784

� = 99,9 ( 100 ) responden

Berdasarkan rumusan di atas, maka kita dapat mengetahui jumlah sampel

pada penelitian ini yakni berjumlah 100 orang. Oleh karena itu, dengan sebaran

populasi pada masyarakat Kabupaten Batu Bara yang mendapatan pelayanan

publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tersebar dalam tujuh

kecamatan, maka pembagian sebaran sampel pada masing-masing kecamatan

adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Nama Kecamatan Populasi Sampel

Sei Suka 44.182 12

Medang Deras 44.672 13

Air Putih 42.007 12

Lima Puluh 82.779 22

Tanjung Tiram 59.456 17

Talawi 49.504 15

Sei Balai 24.848 9

(27)

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah convenience sampling. Dalam hal ini, convenience sampling merupakan

teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, anggota populasi yang ditemui

peneliti dan bersedia menjadi responden sebagai sampel.26

c. Sumber Data

Selain berdasarkan

kebersediaan, dimana dalam penentuan sampel juga akan mempertimbangkan

keseimbangan jenis kelamin dan pertimbangan umur calon responden yang

berusia 17 tahun keatas.

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini dikelompokan menjadi 2

bagian, yakni Data Primer dan Data Sekunder :

1. Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber data utama, seperti

penyebaran kuisoiner, wawancara dari pihak terkait dan observasi kepada

objek yang diteliti.

2. Data Sekunder adalah yaitu data yang sudah tersedia sebelumnya seperti data

yang berasal dari buku, berita, Undang-Undang, jurnal dan sebagainnya.

1.8.4 Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan tekhnik yang

relevan untuk mendapatkan data yang akurat yaitu dengan Penelitian lapangan (

field reaserch ), dimana penelitian lapangan ini, penulis akan menggunakan teknik angket. Angket, yaitu usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan

26

(28)

daftar pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.27

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, teknik angket adalah teknik yang

menggunakan daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban

dari responden.28

27

Hadari Nawawi.1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 117.

28

SuharsimiArikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 128.

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu Bara.

Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup yakni setiap pertanyaan diberi

pilihan 3 alternatif jawaban yaitu A, B, dan C (model Borgadus). Adapun

pengolahan angket, peneliti akan lakukan dengan memberi skor pada tiap-tiap

item pertanyaan dengan standar sebagai berikut: untuk jawaban (A) skornya 3,

untuk jawaban (B) skornya 2, dan untuk jawaban (C) skornya 1, sedangkan jika

tidak diisi diberi skor 0.

1.8.5 Tekhnik Analisis Data

Análisis data dilakukan dengan cara análisis kuantitatif deskriptif, ini

dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu

(29)

1.9 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah

isi dari skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisa kedalam 4 bab,

yaitu

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, kerangka teori, metodologi penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB II : Sejarah dan Profil Kabupaten Batu Bara

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran sejarah Kabupaten Batu Bara.

BAB III : Tanggapan Masyarakat TerhadapKinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara

Pada bab ini nantinya akan membahas garis besar hasil penelitian sekaligus

menganalisis data yang diperoleh untuk menjawab permasalahan penelitian serta

analisis bagaimana Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam

Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam pembuatan kartu tanda

penduduk

BAB IV : Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi, yang berisi kesimpulan

Gambar

Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, pelaksanaan Program Pembinaan Ideologi, harus menjadi fokus utama dalam penyusunan program prioritas lainya pada Direktorat Jenderal Politik dan

4.3.1 Menangkap makna secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks khusus dalam bentuk caption terkait gambar/foto/tabel/grafik/bagan 4.3.2

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Administrasi Peradilan Agama terhadap pelaksanaan sidang keliling di 21 Pengadilan Agama diperoleh beberapa

Menurut Salt, (2000) menyatakan bahwa beberapa persyaratan tumbuhan sebagai indikator hiperakumulator logam berat antara lain: (1) toleran terhadap logam berat pada

Pada siklus awal proses charging akan membutuhkan waktu lebih panjang karena masih tingginya nilai internal resitance atau tegangan dalam pada baterai, tetapi dengan

Sujan, Weitz dan Kumar (1994, p.62) menjelaskan bahwa untuk mencapai kinerja tenaga penjualan maka pengembangan selling skills akan membantu mereka mampu merencanakan

Cara yang ditempuh Hansen selaku marketing komunikasi dalam menampilkan tampilan visual dari event yang akan diselenggarakan di JX International, memang harus lengkap

(O’Connor-Shaw et al., 1994) merekomendasikan penyimpanan produk terolah minimal dari buah melon, pepaya, kiwi nenas dan blewah pada suhu 4 o C dapat memperpanjang umur simpan 3