LAMPIRAN
Lampiran 1.Flowchart pelaksanaan penelitian
Mulai
Merancang bentuk alat
Menggambar dan menentukan dimensi alat
Memilih bahan
Mengukur bahan yang akan digunakan
Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan
dimensi pada gambar
Merangkai alat
Mengelas alat
Mengecat alat
a
Menggerinda permukaan alat yang kasar
a
Menguji alat
Data
Selesai b
Layak?
Mengukur parameter
Menganalisis data Ya Tidak
Lampiran 2. Perhitungan perencanaandimensi pulli roller dan kebutuhandaya motor pada alat pemisah lidi kelapa sawit
1. Perhitungan perencanaandimensi pulli roller:
a. Jenis dan dimensi sabuk-V yang tersedia di pasaran untuk transmisi jarak
sumbu poros kecil :
− Sabuk-V jenis dual synchronous :
Panjang sabuk : 310 mm
Lebar penampang : 5 mm x 5 mm (Pengukuran pada penampang bawah)
Penggunaan : pada mesin jahit
− Sabuk-V jenis V-ribbeb :
Panjang sabuk : 190 mm
Lebar penampang : 3 mm x 2 mm (Pengukuran pada tepi sampai ujung
rusuk sabuk)
Penggunaan : pada mesin pasah/ketam kayu tangan listrik
b. Jarak sumbu poros pada alat
Bagian I : 100 mm
Bagian II : 55 mm
Penggunaan puli pada alat menggunakan puli stepper dengan dua parit dan
kecepatan putaran pada setiap roller sama. Pada jarak sumbu poros bagian I
menggunakan sabuk-V jenis dual synchronous dan pada jarak sumbu bagian II
c. Perhitungan dimeter puli pada bagian I
Agar sabuk ketat, maka diameter puli ditambah menjadi 36 mm. Pada
bagian parit penambahan jari-jari sebesar 5 mm, ini disesuaikan dengan
penampang sabuk. Sehingga dimeter puli adalah:
Da = 36 mm + 2(5 mm)
= 46 mm
d. Perhitungan diameter pulli pada bagian II
D1= D2, maka :
D1 = 25,48 mm
Agar sabuk ketat, maka diameter puli ditambah menjadi 26 mm. Pada
bagian parit penambahan jari-jari sebesar 5 mm, ini disesuaikan dengan
penampang sabuk. Sehingga dimeter puli adalah:
Da = 26 mm + 2(5 mm)
= 36 mm
Diameter dan penampang puli terlampir pada lampiran gambar teknik
bagian puli.
2. Perhitungan perencanaan kebutuhan daya:
Tabel data dimensi komponen alat
No Nama
a. Perhitungan massa (kg)
Roller karet
= [ 3,14 x 50 x 10-3 {10-6 (54
Roller kayu
m = V x �(kayu jati)
Poros atas (dianggap tampa ulir)
m = V x �(baja hitam)
Poros bawah (dinggap tampa ulir)
m = V x �(baja hitam)
Puli 2 dan 3 (dianggap sama)
m = V x �(kayu jati)
Mur poros (dianggap tampa ulir)
Ring poros
m = V x �(baja hitam)
b. Perhitungan momen inersia (kg/m2)
Roller karet
I = ½ m (r12 + r22)
Roller kayu
I = ½ m (r12 + r22)
Poros atas
I = ½ m (r2)
I = ½ m (r2)
c. Total momen inersia alat
Itotal = (4 x 51,106 + 5 x 11,549 + 4 x 0,9604 + 5 x 1,208 + 15,444 + 5 x
5,791 + 33 X 0,378 + 30 X 0,231) x 10-6 kg/m2
= 335,8538 x 10-6 kg/m2
d. Perhitungan besar torsi pada alat ( Nmm)
T = Itotal x
ω
t
,
dimana t adalah waktu agar motor berkecepatan konstan(3 detik)
= 73,267 rad/s
T = 335,8538 x 10-6 x 73,267
3
= 8202,33 x 10-3 kgm (konversi menjadi Nm)
= 8202,33 x 10-3 kgm x 9,8 m/s2 (konversi Nmm)
= 80,3828 Nmm
e. Perhitungan daya alat
= 57,77 watt x 1,2 (1,2 ; faktor koreksi daya maksimum)
= 69,324 watt
Asumsi bahwa tenaga motor yang akan dipakai hanya 50 %, maka,
P = 100/50 x 69,324 watt
= 138,648 watt
Dari perhitungan kebutuhan daya diatas, motor yang digunakan
mempunyai tenaga 0,25 Hp atau 186,425 watt, daya yang dibutuhkan alat lebih
kecil dari pada daya motor, sehingga motor layak untuk digunakan.
Lampiran 4. Gambar alat pemisah lidi kelapa sawit
Tampak depan
Tampak samping
Lampiran 5.Gambar bahan
Pelepah kelapa sawit
Anak daun kelapa sawit
Lampiran 6. Gambar hasil penelitian
Hasil pemisahan ulangan 1
Hasil pemisahan ulangan 3
Lampiran 7. Kapasitas efektif alat pemisah lidi kelapa sawit pada anak daun kelapa sawit.
Tabel Kapasitas efektif alat pemisah lidi kelapa sawit
Ulangan Berat (kg)
Berat lidi terpisah
1. Kapasitas efektif alat (KEA)
KEA(terhadapvberat lidi terpisah) =
Berat lidi terpisah (kg )
waktu pengolahan (jam )
= 0,16 kg
0,145 jam
= 1,118 kg/jam
KEA(terhadap banyak lidi terpisah) =
Banyak lidi terpisah (batang ) waktu pengolahan (jam )
= 75 batang
0,145 jam
= 517,241 batang/jam
KEA(terhadap berat helaian daun terpisah) =
Berat helaian daun terpisah (kg ) waktu pengolahan (jam )
= 0,776 kg
0,145 jam
Lampiran 8. Persentase kerusakan hasil pada alat pemisah lidi kelapa sawit
Tabel Persentase kerusakan hasil pada alat pemsisah lidi kelapa sawit
Ulangan Berat lidi baik (kg) (X)
Berat lidi rusak (kg) (Y)
Berat lidi terolah (kg)
(X+Y)
1. Persentase kerusakan hasil
Dimana : Berat lidi baik (kg) = X
Berat lidi rusak (kg) = Y
Persentase kerusakan hasi = Y
X+Yx 100%
= 0,024 kg
0,16 kg +0,024 kgx 100%
= 11,41%
Lampiran 9. Analisis ekonomi
1. Unsur produksi
1. Biaya pembuatan alat (P) = Rp 1.500.000
2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun
3. Nilai akhir alat (S) = Rp 150.000
4. Jam kerja = 7 jam/hari
5. Produksi alat/jam = 1,118 kg/jam
6. Biaya operator = Rp 1.000/jam
7. Biaya pemakaian listrik = Rp 262,71/hari
8. Biaya perbaikan = Rp 341,334/tahun
9. Bunga modal dan asuransi = RP 67.500/tahun
10.Jam kerja alat pertahun = 2.107 jam/tahun (asumsi 301 hari
Efektif berdasarkan tahun 2016)
2. Perhitungan biaya produksi
a. Biaya tetap (BT)
1. Biaya penyusutan metode sinking fund
Dn = (P-S) (A/F, i, N) (F/P, i, n-1)
dimana:
Dn = Biaya penyusutan pada tahun ke-n (Rp/tahun)
P = Harga awal (Rp)
S = Harga akhir, 10% dari harga awal (Rp)
N = Perkiraan umur ekonomis (tahun)
n = Tahun ke-n
Tabel Perhitungan biaya penyusutan dengan metode singking fund
2. Bunga Modal dan Asuransi
I = i(P)(N+1) 2N
dimana :
i = Tingkat bunga modal dan asuransi (7,5% pertahun)
P = Harga awal (Rp)
N = Perkiraan umur ekonomis (tahun)
I = 7,5% (Rp 1.500.000)(5+1) 2(5)
= Rp 67.500/tahun
3. Pajak
= Rp 30.000/tahun
Total biaya tetap = Biaya penyusutan + bunga modal dan asuransi + pajak
Tabel Perhitungan biaya tetap tiap tahun
Tahun Dn
Biaya tetap (Rp/tahun)
b. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan dan pemeliharaan alat
Ppa =1,2% 100 ×
P -S 100 Jam×Wt
dimana :
Ppa = Biaya perbaikan dan pemeliharaan alat pertahun (Rp/tahun)
P = Harga awal alat (Rp)
S = Harga akhir alat, 10% dari harga pembelian (Rp)
Wt = Jam kerja pertahun (Jam/tahun)
Ppa = 1,2% 100 ×
Rp 1.500.000 – Rp 150.000
100 Jam ×1.800 Jam/tahun
= Rp341.334/tahun
2. Biaya pemakaian listrik
Besar daya listrik = 0,25 Hp = 0,18643 Kw
Jumlah pemakaian 1 hari = 7 jam
Harga listrik per Kwh = Rp 1.409,16
Biaya pemakaian listrik per tahun = 0,18643 Kw x 2.107 jam/tahun
x Rp 1.409,16
= Rp 553.529,335/tahun
BO = Wt × Uop
dimana :
Uop = Upah operator per jam (Rp/jam)
BO = Biaya operator pertahun (Rp/tahun)
Wt = Jam kerja per tahun (Jam/tahun)
Uop = 2107 jam/tahun x Rp 1.000/jam
= Rp 2.107.000/tahun
Total biaya tidak tetap = Biaya perbaikan + baiay operator + biaya pemakai
an listrik
= Rp341.334 + Rp 2.107.000 + Rp 553.529,335
= Rp 3.001.863,335/tahun
c. Biaya total
BT = Bt + Btt
dimana :
BT = Biaya total (Rp/tahun)
Bt = Biaya tetap (Rp/tahun)
Btt = Biaya tidak tetap (Rp/tahun)
Tabel Perhitungan biaya total
Tahun Biaya tetap (Rp/tahun)
Biaya tidak tetap (Rp/tahun)
Biaya total (Rp/tahun)
1 249.905,25 3.001.863,335 3.251.769,585
2 268.649,306 3.001.863,335 3.270.514,641 3 288.797,481 3.001.863,335 3.290.663,816 4 310.463,685 3.001.863,335 3.312.331,02 5 333.733,932 3.001.863,335 3.335.602,267
d. Biaya pokok pemisahan lidi pada anak daun kelapa sawit
BP =
[
BTTabel Perhitungan biaya pokok tiap tahun
Lampiran 10. Break even point
P = Profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas.
VC = Variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)
SP = Selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)
Biaya tidak tetap = Rp 3.001.863,335
= Rp 1.424,709/jam
Kapasitas produksi = 1,118 kg/jam
Maka, VC = Rp 1.424,709/jam : 1,118 kg/jam
= Rp 1.274,337/jam
SP = Rp 2000/kg (asumsi penjualan di lapangan)
P = 0 (dianggap nol untuk mendapatkan titik impas)
Tabel Perhitungan Break even point
Tahun FC
Produksi mengalami titik impas (break even point) saat masih menghasilkan lidi
kelapa sawit sebanyak :
Tahun 1 = 106,099 kg/tahun
Tahun 2 = 111,825 kg/tahun
Tahun 3 = 117,978 kg/tahun
Tahun 4 = 124,596 kg/tahun
Lampiran 11. Net prensent value
NPV = PWB - PWC
dimana:
PWB = Present worth of benefit
PWC = Present worth of cost
NPV > 0 artinya alat menguntungkan untuk digunakan/layak
NPV < 0 artinya alat tidak menguntungkan untuk digunakan
Maka,
Investasi = Rp 1.500.000
Nilai akhir = Rp 500.000
Suku bunga bank = 7,5%
Suku bunga coba-coba = 9,5%
Umur alat = 5 tahun
Harga jual produk = Rp 2.000/kg
Kapasitas alat = 1,118 kg/jam
Penjualan = 1,118 kg/jam x Rp 2.000
= Rp 2.236/jam
Pendapatan = Penjualan x jam kerja pertahun
= Rp 2.236/jam x 2107 jam/tahun
= Rp 4.711.252/tahun
Pembiayaan = BTT x Jam kerja pertahun
= Rp1.424,709/jam x 2107 jam/tahun
= Rp 3.001.863,335/tahun
PWB (present worth of benefit) 7,5%
Pendapatan = Rp 4.711.252/tahun (P/A, 7,5%, 5)
= Rp 4.711.252/tahun (4,0459)
= Rp 19.061.254,447/tahun
Nilai kahir = Rp 150.000 (P/F, 7,5%,5)
= Rp 150.000 (0,6966)
= Rp 104.490/tahun
PWB = Rp 19.061.254,447/tahun + Rp 104.490/tahun
= Rp 19.165.744,44/tahun
PWC (present worth of cost) 7,5%
Investasi = Rp 1.500.000
Pembiayaan = Rp 3.001.863,335/tahun (P/A, 7,5%, %)
= Rp 3.001.863,335/tahun (4,0459)
= Rp 12.145.238,87/tahun
PWC = Rp 1.500.000 + Rp 12.145.238,87/tahun
= Rp 13.645.238,87/tahun
PWB (present worth of benefit)9,5%
Pendapatan = Rp 4.711.252/tahun (P/A, 9,5%, 5)
= Rp 4.711.252/tahun (3,8397)
= Rp 18.089.979,3/tahun
Nilai kahir = Rp 150.000 (P/F, 9,5%,5)
= Rp 150.000 (0,6352)
= Rp 95.280/tahun
= Rp 18.185.259,3/tahun
PWC (present worth of cost) 9,5%
Investasi = Rp 1.500.000
Pembiayaan = Rp 3.001.863,335/tahun (P/A, 9,5%, %)
= Rp 3.001.863,335/tahun (3,8397)
= Rp 11.526.254,65/tahun
PWC = Rp 1.500.000 + Rp 11.526.254,65/tahun
= Rp 13.026.254,65/tahun
Sehingga ,
NPV 7,5% =Rp 19.165.744,44/tahun - Rp 13.645.238,87/tahun
= Rp 5.520.505,57/tahun
NPV 9,5% = Rp 18.185.259,3/tahun - Rp 13.026.254,65/tahun
= Rp 5.159.004,35/tahun
Jadi besarnya NPV 7,5% adalah Rp 5.520.505,57/tahun dan NPV 9,5% adalah Rp
5.159.004,35/tahun. Jadi nilai BPV dari alat ini > 0 maka mesin ini layak/
menguntungkan untuk digunakan
Lampiran 12. Internal rate of return
Berdasarkan harga dari NPV=X (positif) atau NPV=Y (positif)
dihitunglah harga IRR dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
IRR = q% + X
X- Y× (q% - p%) (positif dan positif)
dimana:
p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba-coba ( > dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
Suku bunga bank (p) = 7,5%
Suku bunga coba-coba (q) = 9,5%
Karena keduanya positif, maka digunakan persamaan
IRR = q% + X
X − Y (q% - p%)
= 9,5% + Rp 5.520.505,57
Rp 5.520.505,57 - Rp 5.159.004,35(9,5% - 7,5%)
= 9,5 % + 15,27 (2%)
= 9,5 % + 30,54%
Lampiran 13. Tabel suku bunga
1. Tingkat suku bunga 7,5%
2. Tingkat suku bunga 9,5%