Makalah
PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA PENELITIAN KUALITATIF
Disusun sebagai salah satu tugas
Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Kualitatif Dosen Pengampu: Dr. M. Ramli, M.A
Nama Anggota Kelompok:
Novin Suryono Nim. 142103806848 Cholida Fauzia Nim. 142103806850 Helisman Nim. 142103806857
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PASCASARJANA
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Salah satu pertanyaan yang diusahakan menjawab dari pihak non-kualitatif atau dari peneliti umum ialah :” Apakah penelitian kualitatif itu benar-benar ilmiah?”. Pokok persoalan yang menjadi latar belakang pertanyaan ini, selain persoalan generalisasi, juga menyangkut derajat kepercayaan yang tidak mantap dari pihak penyanggah.
Dalam tubuh pengetahuan pene;itian kualitatif itu sendiri sejak awal pada dasarnya sudah ada usaha meningkatkan derajat kepercayaan data yang di sini dinamakan keabsahan data. Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk
menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif. Dengan kata lain, apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat sesuai dengan teknik yang diuraikan dalam makalah ini, maka jelas bahwa hasil upaya penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi.
Guna memenuhi harapan itu, maka makalah kali ini mengulas teknik pemeriksaan keabsahan data. Dengan tiga uraian bahasan pokok. Pertama, membahas alasan dan acuan pemanfaatan. Kedua, membahas kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai upaya meletakkan dasar bagi para pembaca, kemudian membahas kriteria. Ketiga, membahas teknik pemeriksaan keabsahan data itu sendiri.
2. Rumusan Masalah
a. Apakah alasan dan acuan adanya keabsahan data dalam kualitatif? b. Bagaimana kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data? c. Bagaimana teknik pemeriksaan keabsahan data?
3. Tujuan
a. Alasan dan acuan adanya keabsahan data dalam kualitatif b. Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
c. Teknik pemeriksaan keabsahan data
B. PEMBAHASAN
1. Alasan & Acuan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan keadaan yang harus memenuhi: a. Mendemonstrasikan nilai yang benar;
b. Menyediakan dasar agar suatu tulisan dapat diterapkan;
Bagaimana seorang peneliti membujuk agar pesertanya (termasuk dirinya) bahwa temuan-temuan penelitiannya dapat dipercaya, atau dapat dipertimbangkan? Di bawah ini dikemukakan perbandingan antara penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif dilihat dari segi ‘konstruk’nya. Tabel 1. Perbedaan konstruk penelitian Kuantitatif & Kualitatif
Kriteria untuk penelitian kualitatif tidak dapat digunakan untuk memutuskan perspektif penelitian kuantitatif. Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas), disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri.
Dilihat dari sisi penelitian kualitatif dengan paradigma alamiahnya yang berbeda dengan paradigma nonkualitatif (kuantitatif) jelas tidak dapat menggunakan kriteria validitas dan reliabilitas. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Lincoln & Guba
(1981:294) yang menyatakan bahwa dasar kepercayaan dari kedua sudut pandang penelitian berbeda. Dengan perkataan sehari-hari dapatlah dinyatakan bahwa kita tidak dapat mengukur baju dengan liter.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka paradigma alamiah menggunakan kriteria yang tentunya disesuaikan dengan tuntutan inkuirinya, sehingga pendefinisian kembali kriteria tersebut merupakan tuntutan yang tidak dapat dielakkan. Pendefinisian kembali itu jelas mengarah pada teknik kontrol atau pengawasan terhadap keabsahan data yang perlu pula direformulasikan. Apa yang dikemukakan pada makalah ini banyak mengikuti hasil reformulasi yang dilakukan oleh Lincoln dan Guba (1981) dan Patton (1987).
2. Kriteria Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).
1) Melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai;
2) Mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. b. Kriterium Keteralihan (Transferability)
Persoalan empiris yang diterapkan, bergantung pada kesamaan konteks, artinya satu penelitian kualitatif yang diterapkan pada satu populasi belum tenty bisa diterapkan pada satu populasi yang lain, jadi untuk mencapai kriterium transferablitiy, seorang peneliti harus bisa mengumpulkan kejadian/data empiris yang dapat diambil kesamaan konteksnya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan untuk mengaplikasikan atau tidak mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang
sedemikian jelas, semacam apa-apa suatu hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar transferability (Sanafiah Faisal.1990).
c. Kriterium Kebergantungan
Kriterium kebergantungan merupakan subtitusi istilah reliabilitas dalam penelitian yang nonkualitatif. Perbedaan mendasar dalam kualitatif ialah ketidakpercayaan dalam instrumen penelitian yang benar-benar alamiah dengan mengandalkan orang sebagai instrumen yang sangat memungkinkan keletihan dan keterbatasan yang menjadi pertimbangan, kemudian mencapai kesimpulan untuk menggantinya dengan kriterium kebergantungan. Konsep kebergantungan lebih luas daripada reliabilitas. Hal tersebut
disebabkan oleh peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segala-galanya, yaitu yang ada pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang tersangkut.
d. Kriterium Kepastian
Kriterium kepastian berasal dari konsep objektivitas menurut nonkualitatif.
Nonkualitatif menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan antar subjek. Disini pemastian bahwa sesuatu itu onjektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat dikatakan objektif. Jadi, objektivitas-subjektivitasnya suatu hal bergantung pada orang seorang.
tumpuan pengalihan pengertian objektivitas-subjektivitas menjadi Kepastian (confirm-ability).
3. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Sebelum masing-masing teknik pemeriksaan diuraikan, terlebih dahulu ikhtisarnya dikemukakan. Ikhtisar tersebut terdiri dari kriteria yang diperiksa dengan satu atau beberapa teknik tertentu.
KRITERIA TEKNIK PEMERIKSAAN
Kredibilitas
(derajat kepercayaan)
1. Perpanjangan keikut-sertaan 2. Ketekunan pengamatan 3. Triangulasi
4. Pengecekan sejawat 5. Kecukupan referensial 6. Kajian kasus negatif 7. Pengecekan anggota Kepastian 8. Uraian rinci
Kebergantungan 9. Audit kebergantungan
Kepastian 10. Audit kepastian
1. Perpanjangan keikut-sertaan
Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian dalam waktu yang cukup panjang sampai
kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi: a. membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks,
b. membatasi kekeliruan (biases) peneliti
c. mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.
2. Ketekunan pengamatan
Ketekunan/keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan. Hal ini dimaksudkan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. Hal itu berarti bahwa peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaah secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pemeriksaan pada tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudaah dipahami dengan cara yang biasa. Persoalan dalam keajegan pengamatan terletak pada situasi ketika subjek berdusta, menipu, atau berpura-pura, sedangkan peneliti sudah sejak awal mengarahkan fokusnya padahal barangkali belum waktunya berbuat demikian.
3. Triangulasi
Triangulasi merupakan pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk melakukan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Jadi triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori.
4. Pengecekan sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini
Kedua, diskusi dengan teman sejawat memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.
Dengan demikian pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga mereka bersama dapat me-review persepsi, pandangan, dan analisis yang sedang dilakukan. Jika hal ini dilakukan maka hasilnya adalah:
a. menyediakan pandangan kritis
b. mengetes hipotesis kerja (temuan teori substantif) c. membantu mengembangkan langkah berikutnya d. melayani sebagai pembanding
5. Kajian kasus negatif
Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan bahan pembanding. Misalkan: dalam suatu latihan kepemimpinan
perusahaan, sebagian peserta berhasil dengan baik dan telah menduduki jabatan yang bagus. Peserta yang tidak menyelesaikan program atau meninggalkan pelatihan sebelum waktunya diambil sebagai kasus untuk meneliti kekurangan program latihan tersebut. Kasus negatif tersebut digunakan sebagai kasus untuk menjelaskan hipotesis kerja alternatif sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan.
6. Pengecekan anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang di cek meliputi data, kategori analisis, penafsiran, dan kesimpulan. Pengecekan anggota dapat dilakukan secara formal maupun tidak formal. Banyak kesempatan yang tersedia untuk melakukan pengecekan anggota. Pengecekan anggota berarti peneliti mengumpulkan para peserta yang telah ikut menjadi sumber data dan mengecek kebenaran data serta interpretasinya. Hal ini dilakukan dengan jalan:
a. penilaian dilakukan oleh responden, b. mengoreksi kekeliruan,
d. memasukkan responden dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data,
e. menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
7. Uraian rinci
Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan itu sendiri tentunya bukan bagian dari uraian rinci, melainkan penafsirannya yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam
pertanggungjawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata. Dengan kata lain, peneliti tidak dapat membahas keteralihan jika dia hanya mempunyai sekeping data dari penelitiannya saja
8. Auditing
Penelusuran audit tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi. Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh halpern, yaitu: pra-entri, penetapan hal-hal yang dapat diaudit, kesepakatan formal, dan penentuan keabsahan data. Penelusuran audit meliputi pemeriksaan terhadap kepastian maupun
kebergantungan.
Pemeriksaan terhadap kriteria kepastian terdiri dari beberapa langkah kecil. Pertama auditor perlu memastikan apakah hasil temuan itu benar-benar berasal dari data. Kemudian auditor berusaha membuat keputusan apakah secara logis kesimpulan itu ditarik dan berasal dari data. Auditor juga perlu melakukan penilaian terhadap derajat ketelitian peneliti dan apakah ada kekeliruan.
C. PENUTUP
Tiga pokok pembahasan pada makalah ini yaitu alasan dan acuan, kriteria, dan teknik pemeriksaan keabsahan data. Bgaian alasan dan acuan mempersoalkan
mengapa diperlukan pemriksaan keabsahan data dengan menyajikan kelemahan ‘validitas’ dan ‘reliabilitas’ data secara konvensional. Uraian tentang teknik pemeriksaan keabsahan data mengacu pada konsep baru untuk memperbarui dan mengacu pada teknik yang disodorkan oleh ahli inkuiri alamiah.
Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteri tertentu. Kriteria terdiri atas derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. 1. Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan data, dilakukan dengan cara:
Teknik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan anggota.
2. Kriteria kebergantungan dan kepastian pemeriksaan dilakukan dengan teknik auditing.
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, Lexy.J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya