• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Peserta Luar Hubungan Kerja Terhadap Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Peserta Luar Hubungan Kerja Terhadap Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN RESPON

Respon berasal dari kata respon, yang berarti balasan atau tanggapan

(reaction).Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan

reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang

dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan

partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap

merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika

menghadapi suatu rangsangan tertentu.

Berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari

pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap

yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh

atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena

tertentu (Sobur, 2003).Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor

yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :

a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan

interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif,

kepentingan, dan harapannya.

b. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran

itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain,

gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon

(2)

c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam

situasi mana respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor

yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Mulyani,

2007)

Teori Behaviorisme menggunakan istilah respons yang dipasangkan

dengan

adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika

rangsang dan respons dipasangkan ata

tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan.

Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika

perangsang sudah tidak ada. jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya

tinggal kesan-kesan saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Defenisi

tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan (Kartono, 1990). Dalam hal

ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap,dan

partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap

merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau

ia menghadapi suatu ransangan tertentu. Respon juga diartikan suatu tingkah laku

atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian,

pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena

tertentu.

Melihat seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu. Maka,

(3)

Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan,

kecurigaan dan prasangka, prapemahaman yang mendeteil, ide-ide, rasa takut,

ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengertian tersebut dapat

diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui, yaitu :

1.Pengaruh atau penolakan

2.Penilaian

3.Suka atau tidak suka

4.Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang

atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan

lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung

menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objektif, seseorang disebut

mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik.

Sebaliknya seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang

didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah

menghindar dan membenci objek tertentu.

Ada dua jenis variabel yang dapat mempengaruhi respon, yaitu :

1. Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan

fisik.

2. Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat pada diri sipengamat,

misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Cruthefield, dalam

sarwono, 1991).

Dollard dan Miller mengemukakan bahasa memegang peranan

(4)

dengan kata-kata, dan oleh karena itu, ucapan dapat berfungsi sebagai mediator

atau menentukan hirarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang

mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media srtategis

dalam pembentukan respon masyarakat. Apakah respon tersebut berbentuk respon

positif atau negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yang akan

direspon.

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa respon itu diawali dari adanya suatu rangsangan yang diterima

oleh panca indera. Kemudian diikuti oleh reaksi yang diwujudkan dalam tindakan

atau bentuk perilaku terhadap rangsangan yang diterima tersebut.

2.2.

Jaminan sosial

Jaminan sosial adalah suatu program yang didanai atau diberikan oleh

pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa sumber daya. Pada

umumnya hal itu diarahkan pada mereka yang hidup dalam kemiskinan,

penyandang cacat, keluarga kurang mampu dan sebagainya.

ILO Convension no 102 mendefinisikan jaminan sosial sebagai:

Perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk masyarakat melalui

seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan ekonomi dan sosial yang

diakibatkan oleh hilangnya sebagian atau seluruh pendapatan akibat berbagai

resiko yang diakibatkan oleh sakit, kehamilan, persalinan, kecelakaan kerja,

kecacatan, pengangguran, pensiun, usia tua, kematian dini penghasil utama

pendapatan, perawatan medis termasuk pemberian santunan kepada anggota

(5)

Kertonegoro mengatakan bahwa Jaminan sosial merupakan konsepsi

kesejahteraan yang melindungi resiko baik sosial maupun ekonomi masyarakat

dan membantu perekonomian nasional dalam rangka mengoreksi keetidakadilan

distribusi penghasilan dengan memberikan bantuan kepada golongan ekonomi

rendah (Sentanoe, 1993: 10). Jelas bahwa jaminan sosial menjamin santunan

sehingga tenaga kerja terlindungi terhadap ketidakmampuan bekerja dalam

penghasilan dan menjamin kebutuhan dasar bagi keluarganya sehingga memiliki

sifat menjaga nilai-nilai manusia terhadap ketidakpastian dan keputusasaan.

Jaminan sosial adalah sistem atau skema pemberian tunjangan yang

menyangkut pemeliharaan penghasilan(Suharto, 2009:15). Sebagai pelayanan

sosial publik, jaminan sosial merupakan perangkat negara yang didesain untuk

menjamin bahwa setiap orang sekurang-kurangnya memiliki pendapatan

minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Jaminan sosial merupakan sektor kunci dari sistem negara

kesejahteraan berdasarkan bahwa prinsip negara harus berusaha menjamin adanya

jaring pengaman pendapatan atau pemeliharaan pendapatan bagi mereka yang

tidak memiliki sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya(suharto,

2009:16).

Undang-undang No.40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial

nasional pasca putusan mahkamah konstitusi Republik Indonesia ditegaskan,

jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup layak.

Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial, ada beberapa hal yang sangat

(6)

a. Apakah benefit package atau manfaat program itu cukup menarik atau tidak?

Benarkah akan memberi rasa aman kepada para pesertanya? Hal ini perlu

dikemukakan karena sering ada manfaat yang tidak cukup memberi rasa aman,

terlalu kecil sehingga tidak populer dan sulit berkembang.

b. Bagaimana manfaat/santunan itu diberikan? Sulit atau mudahkah memperoleh

manfaat yang dijanjikan? Kecukupan sarana untuk memberikan pelayanan

harus menjadi pertimbangan. Misalnya, dalam penyelenggaraan program

jaminan kesehatan, tersedianya sarana kesehatan yang memadai sangat penting

sebagai pertimbangan kelayakan program jaminan sosial.

c. Kemampuan badan penyelenggara jaminan sosial terkait kredibilitas dan

kepercayaan publik sehingga mampu menjamin rasa aman pesertanya. Hal ini

terkait dengan profesionalisme dan integritas sumber daya manusia badan

penyelenggara serta kebijakan penyelenggara program jaminan sosial, baik dari

aspek akuntabilitas, transparansi, kejujuran terkait pemanfaatan dana, serta

investasi dalam upaya memperoleh nilai tambah dana yang ada.

d. Peran pemerintah, pemeberi dan penerima kerja serta para decision makers

lainnya, didalam memahami prinsip-prinsip penyelenggara jaminan sosial.

UU NO.40 Tahun 2004, jenis program jaminan sosial yang hendak

diselenggarakan meliputi:

1. Jaminan kesehatan

2. Jaminan kecelakaan kerja

3. Jaminan hari tua

4. Jaminan pensiun

(7)

2.3.

BPJS Ketenagakerjaan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang disingkat BPJS adalah

badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial

(UU No 24 Tahun 2011). BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang memberikan perlindungan

bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan

penyelenggaraan nya menggunakan mekanism

Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang

dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-undang

BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial

tenaga kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No.

24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS

Ketenagakerjaan sejak tanggal

Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) adalah badan hukum publik

yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan

program jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian dan jaminan

kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja Indonesia termasuk orang asing yang

bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. (Sumber: UU No. 24 Tahun

2011 Tentang BPJS, Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (2) dan UU No. 40

(8)

2.4. Tenaga Kerja Sektor Informal (Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja)

Sektor informal merupakan bagian dari angkatan kerja yang berada di

luar pasar tenaga kerja. Istilah sektor informal pada umumnya dinyatakan dengan

usaha sendiri atau wirausaha. Ini merupakan jenis kesempatan kerja yang kurang

terorganisir, padat karya, dan tidak memerlukan keterampilan khusus sehingga

mudah keluar masuk dalam usahanya. Sektor informal mudah dilakukan oleh

siapapun tanpa memandang tingkat pendidikan seseorang, baik yang memiliki

pendidikan tinggi maupun yang memiliki pendidikan rendah.

Wirosardjono (dalam Budi, 2006 : 33), mendefenisikan sektor informal

sebagai sektor kegiatan ekonomi kecil - kecilan yang mempunyai ciri sebagai

berikut : Pola kegiatan tidak teratur baik dalam arti waktu, permodalan, maupun

penerimaannya; Tidak tersentuh oleh ketentuan atau peraturan yang ditetapkan

oleh pemerintah; Modal, peralatan, dan perlengkapan maupun omset - omsetnya

biasanya kecil dan atas dasar hitungan harian; Umumnya tidak mempunyai tempat

usaha yang permanen; Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang

besar; Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang

berpendapatan rendah; Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus

sehingga dapat menyerap bermacam - macam tingkat tenaga; Tidak mengenal

sistem perbankan, pembukuan, dan lain sebagainya; Umumnya tiap satuan usaha

memperkerjakan tenaga kerja yang sedikit dan berasal dari lingkungan keluarga,

kenalan, atau dari daerah yang sama.

Sektor Informal juga berada dalam lingkungan usaha tidak resmi,

(9)

(seperti wiraswasta): Usaha yang paling menguntungkan dari sektor informal

adalah membuka rumah makan di tempat-tempat yang ramai. unit usaha kecil

yang melakukan kegiatan produksi dan/atau distribusi barang dan jasa untuk

menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka yang terlibat unit

tersebut bekerja dengan keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun keahlian.

Contohnya:

2.5. PROGRAM BUKAN PENERIMA UPAH (TENAGA KERJA LUAR HUBUNGAN KERJA)

2.5.1. Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja

Tenaga Kerja yang melakukan pekerjaan di Luar Hubungan Kerja

(LHK) adalah orang yang berusaha sendiri yang pada umumnya bekerja pada

usaha-usaha ekonomi informal. Memberikan perlindungan jaminan sosial bagi

tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat tenaga

kerja tersebut kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat

terjadinya risiko-risiko antara lain kecelakaan kerja, hari tua dan meninggal dunia.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150/MEN/1999 tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian

Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan

maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, sbb:

1. Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu

(10)

jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan wajib

diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja

2. Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah

sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah

dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6

(enam) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh

lima) , sedangkan yang bekerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah

upah sebulan dibagi 21 (dua puluh satu)

3. Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan penetapan

upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu)

bulan kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan, upah sebulan

dihitung dari upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung

cuaca upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 12 (dua) belas bulan terakhir

4. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu,

penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam

perjanjian kerja.

2.5.2 . PROGRAM DAN MANFAAT

1. Sesuai PP 14/1993:

a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan medis, biaya rehabilitasi,

penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), santunan cacat

(11)

biaya pemakaman, santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan cacat total

tetap

b. Jaminan Kematian (JK), terdiri dari biaya pemakaman dan santunan berkala

c. Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta hasil pengembangannya

2. Kepesertaan

a. Sukarela

b. Usia maksimal 55 tahun

c. Dapat mengikuti program secara bertahap dengan memilih program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta

d. Dapat mendaftar sendiri langsung ke BPJS Ketenagakerjaan atau mendaftar melalui wadah/kelompok yang telah melakukan Ikatan Kerjasama (IKS)

dengan BPJS Ketenagakerjaa.

3. Iuran

Iuran ditetapkan berdasarkan nilai nominal tertentu berdasarkan upah

sekurang-kurangnya setara dengan Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/Kota

Besaran Iuran

Jaminan Kecelakaan kerja : 1%

Jaminan Hari tua : 2% (Minimal)

Jaminan Kematian : 0.3%

(12)

4. Cara Pembayaran

a. Setiap bulan atau setiap tiga bulan dibayar di depan

b. Dibayarkan langsung oleh peserta sendiri atau melalui Penanggung Jawab

Wadah/Kelompok secara lunas

c. Pembayaran iuran melalui Wadah/Kelompok dibayarkan pada tanggal 10 bulan

berjalan disetorkan ke Wadah/Kelompok, dan tanggal 13 bulan berjalan

Wadah/Kelompok setor ke BPJS Ketenagakerjaan

d. Pembayaran iuran secara langsung oleh Peserta baik secara bulanan maupun

secara tiga bulanan dan disetor paling lambat tanggal 15 bulan berjalan

e. Dalam hal peserta menunggak iuran, masih diberikan grace periode selama 1

(satu) bulan untuk mendapatkan hak jaminan program yang diikuti

f. Peserta yang telah kehilangan hak jaminan dapat memperoleh haknya kembali jika peserta kembali membayar iuran termasuk satu bulan iuran yang

tertunggak dalam masa grace periode

2.6. KESEJAHTERAAN SOSIAL

2.6.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan berasal dari bahasa sansekerta”catera” yang berarti

payung. Dalam konteks ini sejahtera berarti hidup bebas dari kemiskinan,

kebodohan, ketakutan da kekhawatiran sehingga hidupnya aman dan tentram, baik

lahir maupun batin. Dan sosial berarti kawan, teman, dan kerja sama. jadi

kesejahteraan sosial diartikan suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi

(13)

Friedlander dalam fahrudin(2012) mendefenisikan kesejahteraan sosial

sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan

institusi-institusi yang dirancang untuk membantu individu-individu dan

kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan

relasi-relasi personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan

kemampuan dari kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan

keluarga dan masyarakat.

Ada 5 fungsi pokok kesejahteraan sosial:

a. Perbaikan secara progresif dari kondisi-kondisi kehidupan orang

b. Pengembangan sumber daya manusia

c. Berorientasi terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri

d. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan

pembangunan

e. Penyediaan struktur-struktur institusional untuk berfungsinya

pelayanan-pelayanan yang terorganisir lainnya (kartono, 2007)

2.6.2. Tujuan Kesejahteraan Sosial

Fahrudin(2012) menyebutkan dua tujuan kesejahteraan sosial yaitu:

1. Untuk mencapai kehidupan sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan

pokok seperti sandang, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi yang harmonis

dengan lingkungan.

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat

(14)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial,

penyelenggara kesejahteraan sosial bertujuan untuk:

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan keberlangsungan hidup

b. Memulihkan fungsi sosial masyarakat dalam rangka mencapai kemandirian

c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani

maslah kesejahteraan sosial.

d. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan

keberlanjutan

e. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan

f. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggara kesejahteraan sosial.

2.6.3 Sasaran Kesejahteraan Sosial

Negara bertanggungjawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditujukan kepada perorangan, keluarga,

kelompok, atau masyarakat. Sedangkan yang menjadi prioritas adalah mereka

yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki

kriteria masalah sosial, seperti kemiskinan, kecacatan, keterpencilan, ketentuan

sosial, dan penyimpangan perilaku, korban bancana, dan korban kekerasan,

eksploitasi dan diskriminasi.

2.6.4 Usaha Kesejahteraan Sosial

Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan da

(15)

masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial

seharusnya merupakan upaya konkret baik ia bersifat langsung ataupun tidak

langsung, sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai uapaya yang

benar-benar ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang

dihadapi masyarakat, dan bukan sekedar program pelayanan atau kegiatan yang

lebih dititikberatkan pada upaya menghidupi organisasinya sendiri atau hanya

sekedar mengekspresikan diri dalam suatu lembaga.

Usaha kesejahteraan sosial yang baik dan bermanfaat mengandung

ciri-ciri khusus:

a. Relevan: pelayanan atau bantuan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan

warga masyarakat yang menjadi sasaran.

b. Konsisten: dilaksanakan secara terus menerus sampai terpecahkan masalah

yang dialami oleh sasaran

c. Aksesibel : pelayanan atau bantuan yang disediakan dapat dijangkau da

digunakan oleh sasaran

d. Partisipatif : keterlibatan semua pihak termasuk sasaran dalam pelaksanaan

pelayanan dan bantuan.

2.7 Kerangka Pemikiran

Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa, pembangunan nasional

disemua bidang kehidupan yang berkesinambungan merupakan suatu rangkaian

pembangunan yang menyeluruh, terpadu dan terarah. Program jaminan sosial

menempati tempat yang tinggi dalam mewujudkan cita-cita berbangsa dan

bernegara, yaitu mewujudkan kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial. Untuk

(16)

merata, maka lahirlah Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional(SJSN).

Salah satu badan yang menyelenggarakan program jaminan sosial

adalah BPJS Ketenagakerjaan yang sudah menjadi perintah Undang-Undang, dan

harus dilaksanakan. Keberadaan BPJS mutlak ada sebagai implementasi

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Untuk menerapkan sistem tersebut, maka di tahun 2011, dibuat pula UU

No.24/2011 mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ).

BPJS Ketenagakerjaan menjadi jembatan untuk kesejahteraan pekerja

lewat program jaminan hari tua, kecelakaan kerja dan jaminan kematian. Program

lain yang disediakan oleh BPJS Ketenagakerjaan yakni Program Bukan Penerima

Upah yang diperuntukan bagi tenaga kerja luar hubungan kerja sektor informal.

BPJS Ketenagakerjaan kantor cabang medan adalah salah satu kantor

cabang BPJS Ketenagakerjaan yang memberikan layanan bagi tenagakerja.

Pelayanan yag diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah layanan program dan

manfaatnya terkhusus untuk peserta program Luar Hubungan Kerja. peneliti ingin

mengetahui bagaimana respon peserta BPJS TK program luar hubungan kerja

(17)

Bagan 2.7. Kerangka Pemikiran

BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Medan

Program Luar Hubungan Kerja (Sektor Informal)

Respon Peserta Program Luar Hubungan Kerja : 1. Persepsi

2. Sikap 3. Partisipasi

(18)

2.8 Definisi Konsep dan Definisi Operasional

2.8.1 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan

makna konsep dalam suatu penelitian. Secara sederhana definisi di sini di artikan

sebagai ”batasan arti”. Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian

menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang

diteliti (Siagian, 2011 : 138). Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui respon

peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap Pelayanan Kesehatan oleh RSUD

Lukas Hilisimaetano, oleh karena itu untuk menghindari kesalahpahaman dalam

penelitian ini maka dirumuskan dan didefinisikan istilah yang digunakan secara

mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah

pengertian yang dapat mengaburkan pengamatan.

Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, dibatasi

sebagai berikut:

1. Respon adalah tanggapan, tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum

pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau

tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena.

2. BPJS Ketenagakerjaan merupakan badan hukum publik yang berfungsi

menyelenggarakan program jaminan sosial bagi tenaga kerja Indonesia.

3. Peserta BPJS Ketenagakerjaan adalah setiap tenaga kerja yang terdaftar di

BPJS Ketenagakerjaan dengan Program Luar Hubungan Kerja.

4. Program Bukan Penerima Upah (Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja) adalah

suatu program BPJS Ketenagakerjaan untuk mendukung upaya menjamin

(19)

5. BPJS Ketenagakerjaan kantor cabang medan adalah salah satu kantor cabang

BPJS TK yang memberikan pelayanan program dan manfaat bagi tenaga kerja.

2.8.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan definisi

konsep. Definisi operasional merupakan suatu proses menjadikan variabel

penelitian dapat diukur sehingga terjadi transformasi dari unsur konseptual ke

dunia nyata (Siagian, 2011 : 141). Perumusan definisi operasional bertujuan

memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan.

Memberikan kemudahan dalam memahami variable dalam penelitian ini,

maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon peserta BPJS TK

program Luar Hubungan Kerja terhadap pelayanan BPJS TK kantor cabang

medan, meliputi :

1. Persepsi peserta BPJS Ketenagakerjaan program luar hubungan kerja yaitu

meliputi pengetahuan dan pemahaman peserta tentang BPJS Ketenagakerjaan,

program dan manfaatnya, dapat dilihat dari:

a. Pengetahuan tentang program BPJS Ketenagakerjaan

b. Pengetahuan tentang tujuan program dan manfaat program.

c. Pengetahuan tentang syarat-syarat administrasi pemanfaatan pelayanan

BPJS TK

d. Pengetahuan tentang prosedur pemanfaatan pelayanan di BPJS TK

2. Sikap peserta BPJS Ketenagakerjaan program luar hubungan kerja yang

meliputi :

(20)

b. Penerimaan/penolakan yang berhubungan dengan suka atau tidak sukanya

peserta terhadap BPJS Ketenagakerjaan dan pelaksanaan pelayanannya.

1. Kemudahan administrasi

2. Kedisiplinan pelayanan

3. Keramahtamahan petugas

4. Ketanggapan petugas

5. Kelancaran komunikasi

3. Partisipasi peserta BPJS Ketenagakerjaan program luar hubungan kerja yang

meliputi keikutsertaan peserta dalam menikmati dan menerima manfaat

programnya.

a. Keikutsertaan peserta dalam sosialisasi dari pihak BPJS Ketenagakerjaan

b. Peserta berperan dalam menikmati dan menerima manfaat dari

terlaksananya program luar hubungan kerja.

c. Minat peserta dalam memberikan kritik dan saran terhadap pelayanan BPJS

Ketenagakerjaan.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem penjualan kredit ini diawali dengan konsumen datang ke dealer untuk melakukan transaksi pembelian tunai maupun kredit dilayani oleh salesman atau

Informasi di atas hanya menyangkut bahan spesifik yang telah ditentukan dan mungkin tidak berlaku jika bahan tersebut digunakan sebagai campuran dengan bahan lain atau dalam

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes untuk melihat hasil belajar siswa sebelum dan setelah diberikan model pembelajaaran, lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) pada mata pelajaran

NARASI DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS IV MI AL-MUBAROK WANGKAL KREMBUNG SIDOARJO”.

Wawancara dalam penelitian ini adalah komunikasi antar dua orang untuk memperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu

Parahnya lagi, sebagian mereka, yakni dedengkot ahli khurafat sampai mengatakan kepada Ahlussunnah yang selalu berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, “Kalian mengambil ilmu

Di balik suatu peluang implementasi Rekomendasi Jakarta 2017 yang sudah dipaparkan di atas, juga diiringi oleh tantangan.. Shofiyulloh merupakan salah satu perserta