• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Hukum Rumah Sakit bagi Pasien BPJS terhadap Tindakan Medis yang Dilakukan oleh Dokter Mmuda (Studi pada RSUP Dr. M. Djamil Padang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Hukum Rumah Sakit bagi Pasien BPJS terhadap Tindakan Medis yang Dilakukan oleh Dokter Mmuda (Studi pada RSUP Dr. M. Djamil Padang)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit umum pusat M.Djamil merupakan salah rumah sakit yang

menjadi rujukan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dan juga sebagai

Rumah Sakit pendidikan bagi para dokter muda (coas). Saat ini sudah sangat

banyak pasien BPJS yang di rujuk ke RS. M.Djamil. karena banyaknya pasien

tidak sebanding dengan jumlah tenaga medis sehingga menyebabkan banyak

pasien terlambat mendapatkan penanganan medis. Khusus bagi pasien atau

peserta BPJS terdapat beberapa tingkatan sesuai dengan besar iuran yang

dibayar.

Tidak sedikit masyarakat mengeluhkan pelayanan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di RSUP M Djamil Padang yang

menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Ada juga masyarakat yang merasa puas dengan pelayanan BPJS. Direktur

RSUP M. Djamil menerima semua keluhan tersebut karena keluhan seperti itu

bermanfaat untuk mendorong pelayanan BPJS ke arah yang lebih baik. Selain

itu, BPJS di RSUP M Djamil saat ini dalam masa transisi. Untuk itu

diperlukan penyesuaian.

Musnidarti (53), salah seorang pasien Askes mengeluhkan jumlah obat

yang diberikan oleh BPJS berkurang. Misalnya, obat yang tertulis di resep

dokter berjumlah 15, namun yang diberikan petugas apotek hanya 3. Sebelum

(2)

Keluhan yang sama juga dilontarkan Ali (45), yang juga pasien Askes.

Sejak ada JKN, ia harus membayar untuk mendapatkan sejumlah obat. “Di

resep dokter tertulis 10 obat, namun yang diberikan oleh petugas apotek hanya

8. Selebihnya, saya disuruh untuk menebus obat itu dengan uang sendiri,”

katanya.1

Yasmir juga mengeluhkan prosedur pelayanan BPJS yang berbelit-belit. “Dulu, dari resepsionis, langsung menuju bagian administrasi, setelah itu

menuju tempat yang dirujuk. Sejak ada BPJS, prosedurnya bertambah. Dari

resepsionis ke administrasi, lalu ke masuk lagi ke ruangan Askes, baru menuju ke tempat yang dirujuk,” keluhnya.2

Sementara itu, Joni Hidayat (54), pasien JKN dari Bukittinggi, justru mengaku merasa puas dengan layanan BPJS di RSUP M Djamil. “Sangat

memuaskan. Saya pasien penyakit jantung, menginap 9 hari di sini dan dikenai

biaya Rp 18 juta beserta obat dan perawatan, namun tidak membayar satu ru-piah pun,” ungkapnya.3

Direktur RSUP M Djamil, dr Irayanti menjelaskan, program JKN di RSUP

M Djamil dalam masa transisi, dari Askes, Jamkesda, dan Jamkesmas ke JKN,

yang prosedurnya berbeda. Oleh karena itu, dibutuhkan penyesuaian untuk

1

Nela, warga keluhkan layanan bpjs http://harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/29189-warga-keluhkan-layanan-bpjs, diakses pada tgl 1 januari 2016

2

Nela, warga keluhkan layanan bpjs http://harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/29189-warga-keluhkan-layanan-bpjs, diakses pada tgl 1 januari 2016

3

(3)

memberikan pelayanan yang lebih baik. Masa transisi berlangsung selama 3

bulan, terhitung sejak 1 Januari sampai bulan Maret.

“Kami menerima semua informasi dan keluhan dari masyarakat terkait

pelayanan BPJS. Informasi tersebut akan kami jadikan bahan evaluasi untuk

melakukan perbaikan layanan. Namun, ada beberapa hal yang perlu

diluruskan. Misalnya, mengenai kurangnya jumlah obat yang diberikan oleh

petugas apotek dari jumlah obat yang dituliskan di resep dokter. Hal tersebut

tergantung kasus. Kalau kasus kronis, mungkin ketika pasien tersebut mengambil obat, stok obat tersebut sedang sedikit,” paparnya.4

Terkait saran dari pasien yang mengatakan bahwa BPJS mestinya

dibebaskan di seluruh rumah sakit swasta dan negeri, ia menjawab, bukan

hanya RSUP M Djamil saja yang memiliki layanan BPJS. Ada juga rumah

sakit lain yang memilikinya, seperti Yos Sudarso dan Ibnu Sina. Namun, tak

semua peralatan dan obat atau perlengkapan lainnya yang dimiliki oleh rumah

sakit seperti itu. Ujung-ujungnya, kalau peralatan dan perlengkapan tidak

lengkap, pasien akan tetap dirujuk ke RSUP M Djamil.

Sedangkan mengenai ruang tunggu BPJS di RSUP M Djamil yang sempit, ia membantah hal tersebut. “Saya belum pernah melihat ada pasien yang

duduk di lantai karena bangku tunggu penuh. Selama ini bangku tunggu cukup

untuk pasien. Jumlah banku tunggu di sana 400, sementara jumlah pasien JKN

dalam satu hari sebanyak 450 orang. Pasien tersebut, tidak datang sekaligus.

4

(4)

Jadi, tidak mungkin bangku penuh sehingga menyebabkan ruang tunggu menjadi sempit,” sebutnya.5

Pihaknya akan menelusuri keluhan-keluhan yang diinformasikan oleh

masyarakat terkait pelayanan BPJS. Kalau ada bukti pelanggaran, maka

pihaknya akan menindaklanjutinya. Misalnya, seperti pasien Askes yang membayar obat. “Tidak mungkin pasien membayar obat. Kalau pun obat yang

dibutuhkan pasien tidak terdaftar di Formularium Nasional dan pasien

membutuhkan obat yang lain, maka dapat digunakan obat lain secara terbatas

berdasarkan persetujuan komite medik dan direktur rumah sakit setempat.

Contohnya, ada pasien yang membutuhkan obat antibiotik. Setelah diperiksa,

ternyata obat yang terdaftar di Formularium Nasional, yang merupakan

obat untuk pasien JKN, tidak cocok lagi untuk pasien bersangkutan, maka

BPJS langsung memberikan pelayanan yang bagus, karena masih baru.

Petugasnya pun masih banyak yang belum mengerti prosedur. Oleh karena itu,

dalam masa transisi, kami akan mencoba memperbaiki pelayanan,”

imbuhnya.7Di dalam Rumah Sakit Pendidikan tentunya banyak dokter muda

5

Nela, warga keluhkan layanan bpjs http://harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/29189-warga-keluhkan-layanan-bpjs, diakses pada tgl 1 januari 2016

6

Nela, warga keluhkan layanan bpjs http://harianhaluan.com/index.php/berita/haluan-padang/29189-warga-keluhkan-layanan-bpjs, diakses pada tgl 1 januari 2016

(5)

sebagai tempat prakteknya, dan kebanyakan pasien yang dapat ditangani oleh

dokter muda adalah salah satunya pasien BPJS kelas I, II, III. Hal ini sesuai

dengan peraturan yang ditetapkan terhadap dokter muda. Tindakan medis

yang dilakukan oleh dokter muda harus mendapatkan izin dari dokter

penanggungjawabnya. Para dokter muda tidak dapat sembarang melakukan

tindakan.

Seorang perawat, bidan, atau dokter muda tidak dibenarkan untuk

mengambil tindakan medis tanpa pelimpahan wewenangatau pemberian

instruksi dari doktersebagaimana yang diatur dalam Pasal 14 Ayat (1) dan (2)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419 / Menkes / Per

/ X / 2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi. Hal ini

karena dokter bertanggungjawab atas permasalahan yang di hadapi oleh

pasiennya dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penanganan

kesehatannya selama menjalani pelayanan kesehatan di rumah

sakit.Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan, Pasal 1 Angka 6 mengatur

bahwa: tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Mengenai pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat, bidan, ahli

farmasi, termasuk dokter muda dan mahasiswa yang melakukan praktik harus

melalui instruksi dan petunjuk dari seorang dokter. Hal ini karena mereka

(6)

diperkenankan melakukan tindakan medis dan mengambil keputusan sendiri

jika tidak sesuai dengan petunjuk dan instruksi dokter.

Hal ini sebagaimana yang diatur dalam Pasal 14 Ayat (1) dan (2) Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419 5/ Menkes / Per / X /

2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi Dokter tidak

hanya bertanggungjawab terkait kesalahan yang dilakukannya sendiri tapi juga

menyangkut kesalahan para medik yang membantu kegiatan pelayanan

kesehatan yang dilaksanakannya seperti perawat, bidan, dokter muda, dan

sebagainya. Hal ini sebagai akibat dari pertanggungjawaban profesi seorang

dokter yang bertanggungjawab terhadap apa yang dilaksanakan oleh

orang-orang yang dibawah kuasanya dimana mereka harus melaksanakan kegiatan

pelayanannya sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh dokter. Hal ini

berdasarkan pada Pasal 1367KUH Perdata.

Seorang dokter muda juga tidak dibenarkan melakukan tindakan medis

bilamana tidak mendapat persetujuan dan perintah dari seorang dokter karena

belum mendapatkan surat izin praktik kedokteran sesuai yang diatur dalam

Pasal 36 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Tidak semua orang yang menyembuhkan penyakit bisa disebut dokter.

Untuk menjadi dokter biasanya diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus

dan mempunyai gelar dalam bidang kedokteran. Untuk menjadi seorang

dokter seseorang harus menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran

selama beberapa tahun tergantung sistem yang dipakai oleh Universitas

tempat Fakultas Kedokteran itu berada.

(7)

membutuhkan 10 semester untuk menjadi dokter, 7 semester untuk mendapatkan gelar sarjana (Sarjana Kedokteran/S.Ked) ditambah 3 sampai 4 semester kepaniteraan kliniksenior atau ko-asisten (clerkship) di Rumah Sakit.8

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diridalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dokter menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan adalah tenaga

kesehatan golongan tenaga medis.9

Dokter muda sebagai seorang mahasiswa yang melaksanakan program

pendidikan profesinya berada dibawah wewenang seorang dokter pembimbing

yang bertanggungjawab terkait kegiatan yang dilaksananaknnya di rumah

sakit. Sekalipun secara teori telah melalui pendidikan formal di Universitas,

akan tetapi belum diperkenankan mengambil keputusan sendiri dan

melakukan penanganan kesehatan.

Dirumah sakit pendidikan seperti di RSUP M.Djamil banyak dokter muda

yang praktek, dan para dokter muda ini menangani pasien-pasien tertentu

sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan biasanya pasien BPJS adalah

pasien yang sering di tangani oleh dokter muda dengan seizing dokter

penanggung jawabnya. Dan berdasarkan kasus-kasus yang pernah terjadi

bahwa seorang dokter muda melakukan salah tindakan yang dilakukan kepada

pasien dan pertanggungjawaban nya.

8

Ryan Maulana,Pengertian Dokter http://yanbaud.blogspot.com/2012/09/pengertian dokter.html diakses pada tgl 18 desember 2015

9

Nadya meprista, Fenomena berobat gratis

(8)

Dari sebuah artikel menyebutkan sebagai berikut :

“Saya ingin membawa pada situasi lain ketika seorang dokter yang berada di Puskesmas tersebut adalah seorang dokter koas. Setiap harinya di Timeline twitter saya selalu muncul keluhan mereka. Mungkin hal ini juga yang membuat saya terdorong untuk menulis di sini. Stase terakhir bagi seorang koas adalah Puskesmas. Kondisinya, mereka berhadapan dengan pasien layaknya seorang dokter profesional. Di mata pasien tentu saja mereka adalah seorang dokter yang akan mengobati, tetapi bagi pihak Puskesmas koas tetaplah koas. Mereka masih dalam tahap belajar, menerapkan ilmu-ilmu yang mereka miliki selama menempuh pendidikan 3,5 tahun ditambah 1,5 tahun koas. Dokter koas tidak digaji, tetapi lagi-lagi pekerjaan mereka saat di Puskesmas sama seperti seorang dokter profesional. Bayangkan bagaimana lelahnya mereka ketika peningkatan drastis pada jumlah pasien terjadi. Di satu sisi mereka mempelajari berbagai macam penyakit, pemerikasaan dan menerapkan ilmu komunikasi yang baik terhadap pasien membutuhkan waktu yang cukup untuk face to face, sedangkan antrian pasien begitu panjang membuat pihak puskesmas terpaksa mendesak dokter koas agar mempersingkat waktu pemeriksaan pasien.”10

Hal yang harus disoroti pada penggalan artikel di atas adalah fakta bahwa

ada dokter co-ast yang bertindak sebagai dokter profesioanal artinya melakukan

tindakan medis profesional dengan posisi sebenarnya mereka masih dalam tahap

belajar tanpa pengawasan. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana

perlindungan bagi pasien terhadap tindakan medis yang dilakukan oleh dokter

koas sementara dokter koas masih dalam tahap belajar dan pasien pada umumnya

hanya berharap supaya segera sembuh. Siapa yang dapat menjamin bahwa

tindakan medis yang dilakukan oleh dokter koas minimal tidak membahayakan

pasien untuk jangka panjang maupun jangka pendek dan yang seharusnya dapat

menyembuhkan penyakit yang diderita pasien. Dan satu hal lain yang juga sangat

10

(9)

penting adalah bagaimana pasien dapat melindungi dirinya sendiri untuk tidak

menjadi korban tindakan medis yang salah.

Sayangnya, sering kali terjadi salah paham antara keluarga pasien dengan

petugas. Penyebabnya, sudut pandang yang berbeda dalam memandang persoalan.

Melihat kenyataan itu, menjadi hal yang sangat penting untuk menyoroti

tentang pengawasan dokter koas yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di

sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit ataupun di puskesmas. Khusus

nya demi melindungi pasien sebagai konsumen kesehatan yang berhak untuk

mendapatkan pelayanan terbaik dari negara ini. Dalam masa pendidikan profesi

kedokteran seorang dokter koas berhak melakukan tindakan medis terhadap

pasien, karena begitulah cara untuk mereka melatih diri dalam penerapan ilmu

kedokteran yang sebelumnya hanya dipraktikkan pada phantom saja.

Sebagai contoh Seorang pasien Andri Rinaldi yang mengalami kecelakaan

di Lubukkalung, Padang Pariaman yang dibawa oleh seorang temannya ke RSUP

M.Djamil Padang. Namun pada saat ia datang ke rumah sakit tersebiut dalam

keadaan panic melihat kondisai teman nya yang masuk IGD. Sofyan kesal melihat

kondisi di IGD setelah temannya dipasang beberapa alat namun ia meliahat ada

beberapa dokter muda yang saling bercanda dan penanganan yanhg lamban. 11

Kemudian ada juga contoh meninggalnya seorang bayi yang ditangani

oleh dokter muda yang berumur 8 bulan dimedan.12

Melihat kenyataaan itu, menjadi hal yang sangat penting untuk menyoroti

pengawasan dokter muda yang sedang menjalani kepaniteraan klinik disarana

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit ataupun puskesmas. Khususnya demi

11

Koran padang ekspres, tanggal 8 juli 2015

12

Radio unisi, Dokter Muda harus jalani koas secara proofesional,

(10)

melindungi pasien sebagai konsumen kesehatan yang berhak untuk mendapatkan

pelayanan terbaik dari Negara ini. Dalam masa pendidikan profesi kedokteran

seorang dokter boleh melakukan tindakan apabila telah ,mendapatkan persetujuan

atau seizin oleh dokter penanggung jawabnya. Karna begitulah cara mereka untuk

melatih diri dalam menerapkan ilmunya yang sebelumnya hanya melalui

phantopm saja.

Hanya sangat tidak adil kalau pasien dijadikan “kelinci percobaan” karena

itulah perlu pengawasan oleh dokter profesional. Pasien dan tenaga kesehatan

seharusnya memahami batas hak dan kewajiban masing-masing untuk terciptanya

hubungan hukum yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana hubungan hukum RSUP Dr. M.Djamil Padang, Dokter

Muda dan peserta BPJS?

2. Bagaimana pengaturan hukum kedudukan dokter muda di rumah sakit

sebagai calon tenaga medis?

3. Bagaimana Pertanggungjawaban hukum terhadap tindakan medis yang

dilakukan oleh dokter muda terhadap peserta BPJS?

4. Bagaimana Pertanggungjawaban rumah sakit terhadap peserta BPJS

yang ditangani oleh dokter muda?

C. TujuanPenulisan

Penulisan ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang sudah

disebutkan sebelumnya. Melalui penulisan ini yang ingin dicapai adalah

(11)

1. Untuk mengetahui kedudukan hukum seorang calon tenaga kesehatan

(dokter muda) dalam melakukan tindakan medis di rumah sakit.

2. Untuk mengetahui tentang tanggung jawab rumah sakit sebagai sarana

kesehatan yang menyediakan jasa upaya kesehatan terhadap tindakan

medis yang dilakukan oleh calon tenaga kesehatan (dokter muda).

D. Manfaat Penulisan

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat dari Aspek Teoritis

Penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk memberikan

informasi-informasi pengetahuan tentang hukum pada umumnya dan hukum

perdata, hukum konsumen, hukum kesehatan pada khususnya serta tentang

pengaturan peserta BPJS. Secara lebih khusus lagi untuk menambah

pengetahuan hukum tentang pertanggungjawaban hukum oleh rumah sakit

bagi peserta BPJS terhadap tindakan medis yang dilakukan oleh dokter muda

(Co-Ass).

2. Manfaat dari Aspek Praktis

Penulisan ini dapat memberikan informasi, bahan masukan serta

kontribusi pemikiran bagi para pihak yang terlibat dalam pelayanan

kesehatan. Bagi pasien untuk mengetahui hak dan kewajiban sebagai

konsumen pelayanan kesehatan, bagi tenaga kesehatan baik dokter dan dokter

(12)

dengan benar dan lebih sungguh, bahkan bagi pihak rumah sakit, pemerintah

dan masyarakatluas untuk bersama-sama mendukung upaya peningkatan

pelayanan kesehatan di Indonesia.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Pnelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan

pendekatan yuridis normatif yaitu dengan melakukan analisis terhadap

permasalahan dengan pendekatan asas-asas hukum serta mengacu pada

norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Kemudian dengan melakukan wawancara kepada narasumber terkait

dengan permasalahan diatas.

2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam skripsi adalah data sekunder. Data

sekunder yang dimaksud oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Bahan Hukum Primer, yaitu : bahan hukum yang mengikat berupa

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu : bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil

penelitian atau pendapat para pakar hukum.

c. Bahan Hukum Tersier atau bahan penunjang, yang mencakup literatur

literatur lain di luar cakupan bahan hukum primer dan sekunder yang

digunakan untuk memberi penjelasan tambahan untuk memberi

(13)

F. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan sebagai

syarat untuk meraih gelar sarjana hukum. Penulis mengajukan judul skripsi

setelah lebih dahulu membaca beberapa buku dan sumber informasi lain untuk

menemukan masalah hukum yang akan dibahas. Sesuai prosedur yang dibuat

oleh pihak kampus, maka penulis terlebih dahulu mengajukan judul ini kepada

Ketua Departemen Hukum Perdata untuk mendapat persetujuan dan kemudian

melakukan pengecekan judul ke perpustakaan fakultas untuk menghindari

pembahasan masalah yang sama berulang. Dari hasil pengecekan di

perpustakaan fakultas maka dinyatakan tidak ada judul yang sudah pernah ada

sebelumnya yang persis sama dengan judul yang diajukan.

I. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab yang disusun sistematis

untuk membahas tentang masalah yang yang diangkat, dengan urutan sebagi

berikut ini :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian

penulisan sertasistematika penulisan.

(14)

Bab ini membahas tentang pengertian perjanjian, subjek

dan objek perjajian, syarat sahnya perjanjian, jenis-jenis

perjanjian, wanprestasi dan akibat-akibatnya, pembelaan

terhadap debitur yang lalai, berakhirnya perjanjian.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG BPJS

Bab ini membahas tentang sejarah BPJS dan

pengaturan-pengaturan dalam BPJS serta hak dan kewajiban peserta

BPJS.

BAB IV TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP

TINDAKAN MEDIS YANG DILAKUKAN OLEH

DOKTER MUDA TERHADAP PASIEN BPJS

Bab ini membahas dan menjawab tentang permasalahan

yang diangkat pada bagian rumusan masalah di bab I, yaitu

tentang kedudukan hukum seorang calon tenaga kesehatan

(dokter koas) dan tanggung jawab rumah sakit terhadap

tindakan medis yang dilakukan oleh calon tenaga kesehatan

pada pasien.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan atas

pembahasan dari seluruh bab sebelumnya dan juga disertai

saran-saran dari hasil pemikiran penulis berkaitan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Pada bangunan stadion terdapat ruangan dibawah tribun dengan ketinggian yang tidak memungkinkan untuk aktivitas pengguna, sehingga membuat bangunan dirancang mengalami

Pada ikan Mujair perubahan histopatologi akibat cacing parasit Monogenea sebagian besar berupa hiperplasia, desquamasi lamela insang sekunder, kongesti pembuluh

meja, akan menjauhkan rezeki. Kepercayaan rakyat di atas ini memiliki dua struktur, yaitu sebab dan akibat. Yang menjadi sebab adalah pantang menyapu sampai ke atas

Analisis kurikulum dilakukan melalui tahapan pengkajian materi pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan standar isi

[r]

8 Peningkatan Kompetensi Dosen Dalam Melakukan Kolaborasi Riset dan Publikasi Melalui Program World Class Professor. Ari Widodo Universitas Pendidikan

Pendapatan dengan persepsi tingkat kepentingan petani terhadap atribut Program Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan berpengaruh tidak nyata, artinya

Riqabah ( Pengawasan dakwah) meliputi, pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung, pengawasan prenventif dan pengawasan represif. Adapun peluangnya yaitu,