• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Hipertensi - Makalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Hipertensi - Makalah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA HIPERTENSI DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI

PUSKESMAS CIMAHI SELATAN

Oktoruddin Harun, Briefman Tampubolon dan Arti Yuliani *)

ABSTRAK

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan terjadinya komplikasi seperti stroke, jantung koroner, gagal jantung, dan gagal ginjal.

Pengobatan hipertensi bersifat jangka panjang. Kepatuhan minum obat sangat penting untuk meningkatkan efektifitas pengobatan, mencegah komplikasi, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian.

Kurangnya pengetahuan dan sikap yang negatif terhadap penyakit hipertensi dapat mengakibatkan ketidakpatuhan pasien dalam melakukan pengobatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan desain kros seksional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 4.562 orang dan jumlah sampel sebanyak 98 orang dengan menggunakan teknik accidental sampling.

Tehnik pengumpulan data untuk variabel pengetahuan dan sikap menggunakan kuesioner sedangkan untuk variabel kepatuhan dengan wawancara dan observasi.

Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square dengan nilai α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 31 orang ( 31,6%) memiliki pengetahuan kurang, 23 oran ( 23,5%) memiliki pengetahuan cukup, dan 44 orang (44,9%) memiliki pengetahuan baik. Sebanyak 52 orang (53,1%) memiliki sikap positif dan 46 orang (46,9%) memiliki sikap negatif. Sebanyak 46 orang (46,9%) patuh dan52 orang (53,1) tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi.

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan pengetahuan dan sikap penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi ( p < 0,05 )

(2)

PENDAHULUAN

Mayoritas penyebab penyakit kardio vaskuler adalah akibat perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Merokok, obesitas serta kurang melakukan aktivitas fisik merupakan bagian dari perubahan gaya hidup. Sedangkan makanan siap saji merupakan bentuk perubahan pola makan.

Saat ini masyarakat lebih menyukai makanan siap saji, dimana makanan tersebut banyak Mengandung lemak, protein, dan tinggi garam dan rendah serat. Hal tersebut membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus,dan hipertensi ( Muhammadun, 2010 ).

Hipertensi merupakan penyakit yang belum banyak diketahui masyarakat sebagai penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut terjadi karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus, sehingga penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya mengalami hipetensi sampai ia melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan. Seseorang baru merasakan dampak hipertensi ketika terjadi komplikasi seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal ginjal. Oleh sebab itu, hipertensi sering disebut sebagai “ silent killer atau pembunuh diam-diam “ ( Adib, 2009 )

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg ( Brunner & Suddart, 2002 ). Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua macam yaitu hipertensi primer dan sekunder.Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya, sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain seperti gagal jantung, gagal ginjal , atau kerusakan sistem hormon tubuh.Faktor resiko yang mendorong terjadinya hipertensi adalah genetik, stress, obesitas, konsumsi makanan yang tinggi garam, merokok, konsumsi alkohol dan kurang olahraga ( Muhammadun, 2010 ).

Penyakit hipertensi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit hipertensi. Bahkan diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milliar menjelang tahun 2025. Hampir di semua Negara kurang lebih 10-30% penduduk dewasa mengalami hipertensi.

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan 20% penduduknya menderita hipertensi. Satu diantara empat orang di Amerika terkena hipertensi. Dari 57 juta penduduk Amerika , sebanyak 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dengan pasti ( Purwanti, Salimar & Rahayu, 2004 ). Sedangkan prevalensi hipertensi di Singapura, Thailand dan Malaysia masing-masing : 27,3%, 22,7% dan 20% ( Hartono, 2011, Hipertensi Pembunuh Diam-Diam,¶ 6, http://www.health.kompas.com, diperoleh tanggal 21 Januari 2012 )

(3)

nomor tiga setelah stroke dan TBC, yaitu mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia ( Riskesdas 2007 , ¶3, http://www.k4health.org, diperoleh tanggal 29 Januari 2012 )

Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yaitu Aditama ( 2009 ), menyatakan bahwa 31,7% prevalensi hipertensi di Indonesia, 60% penderita hipertensi mengalami stroke, sedangkan sisanya mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaaan ( Anonim 2009, ¶2, http://www.dinkesbonebolago.org, diperoleh tanggal 29 Januari 2012 ).

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yaitu Luchyati (2009), menyatakan bahwa tingkat kemungkinan terkena penyakit hipertensi dan jantung di Jawa Barat diatas rata-rata nasional. Hal tersebut dikarenakan masih tingginya perokok aktif di Jawa Barat yang mencapai 26,7%. Sehingga Jawa Barat menempati urutan tertinggi secara nasional prevalensi penyakit hipertensi. Tingkat prevalensi atau kemungkinan terkena hipertensi di Jawa Barat mencapai 9,5% sementara rata-rata nasional hanya 7,2% ( Anonim, 2009. Jawa Barat Awas Ancaman Hipertensi dan Jantung, ¶3, http://www.kesehatan.kompas.org, diperoleh tanggal 21 Januari 2012 )

Di seluruh Negara di dunia, penderita hipertensi yang melakukan pengobatan masih sangat sedikit. Menurut AHA ( America Heart Association ), di Amerika hanya 61% yang melakukan pengobatan, dari penderita yang mendapatkan pengobatan hanya satu pertiga yang mencapai target tekanan darah yang optimal ( Muhammadun, 2010 ). Sedangkan di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, dari total 31,7% kasus hipertensi di Indonesia hanya sekitar 0,4% kasus yang meminum obat hipertensi untuk pengobatan dan diprediksikan terdapat 76% kasus hipertensi di Indonesia yang belum terdiagnosis (Riskesdas 2007 , ¶3, http://www.k4health.org, diperoleh tanggal 29 Januari 2012 )

Penanganan hipertensi tidak hanya tergantung pada obat yang diberikan dokter, tetapi diperlukan kerjasama dan upaya yang gigih dari penderita untuk melakukan modifikasi gaya hidup. Contohnya : seperti mengatur pola makan rendah garam, rendah kolesterol, dan rendah lemak jenuh serta meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, menurunkan berat badan bagi yang obesitas, melakukan olahraga, menghindari stress, dan mengobati penyakit yang dapat menghindari stress, dan mengobati penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder ( Sutanto, 2010 ). Namun ketika seseorang didiagnosis mengalami hipertensi dan harus menggunakan obat untuk mengendalikan tekanan darahnya, maka pengobatan tersebut bersifat seumur hidup ( Wolff, 2008 )

(4)

yang optimal tetap tercapai.Penderita hipertensi sering memutuskan berhenti berobat, karena merasa dirinya sudah sembuh. Padahal untuk penyakit hipertensi, pencegahan terhadap timbulnya komplikasi merupakan salah satu target utama pengobatan ( Wolff, 2008 ).

Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan hipertensi, maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi. Menurut Sackett ( dalam Niven, 2002 ), kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan professional kesehatan. Karena kepatuhan merupakan perilaku kesehatan, maka menurut Green, 1980 ( dalam Notoatmodjo, 2003 ) menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor. Faktor pertama, yaitu faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Kedua yaitu faktor pendukung yang meliputi sarana dan prasarana serta jarak pelayanan kesehatan. Ketiga faktor pendorong yang meliputi dukungan tenaga kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan sosial.

Rogers, 1974 ( dalam Notoatmodjo, 2007 ) berdasarkan hasil penelitiannya, menyatakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku ( melakukan perilaku baru), maka ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya.Penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, akan menghasilkan perilaku yang bersifat langgeng ( long lasting ), sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang posistif maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama. Oleh sebab itu, agar kepatuhan penderita hipertensi dalam melaksanakan pengobatan dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama, maka penderita harus memiliki pengetahuan dan sikap yang positif terhadap penyakitnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi, kasus hipertensi di beberapa Puskesmas yang ada di Kota Cimahi menunjukkan peningkatan, dari 12 Puskesmas yang ada di Kota Cimahi, ada 8 Puskesmas yang angka kejadian hipertensinya meningkat yaitu Puskesmas Cigugur Tengah, Cimahi Selatan, Cipageran, Padasuka, Cibeureum, Cimahi Utara, Melong Asih, dan Leuwigajah. Dari 8 Puskesmas tersebut, Puskesmas yang paling tinggi mengalami peningkatan kasus hipertensi dalam kurun waktu satu tahun adalah Puskesmas Cimahi Selatan. Pada tahun 2010 kasus hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan sebanyak : 2.396 kasus dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 4.562 kasus, dalam kurun waktu kasus hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan mengalami peningkatan sebanyak : 2.166 kasus.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 15 orang penderita hipertensi, didapatkan hasil bahwa 9 orang penderita hipertensi masih kurang patuh dalam melakukan pengobatan, mereka mengatakan bahwa mereka melakukan kontrol dan meminum obat jika mereka mengalami gejala hipertensi seperti : pusing, nyeri di tengkuk dan mengalami sulit tidur, namun jika gejala berkurang mereka menghentikan

pengontrolan dan tidak minum obat lagi, mereka menghentikan pengobatan atas

(5)

kesehatan, jika mereka merasa pusing mereka hanya menggunakan obat warung untuk menghilangkan gejala pusing tersebut.

Dari 9 orang penderita hipertensi yang tidak patuh melaksanakan pengobatan, ada 4 orang yang sudah lebih dari 3 bulan tidak melakukan kontrol dan tidak meminum obat. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui berapa tekanan darah yang dikatakan dan tidak mengetahui komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi. Mereka hanya mengetahui bahwa mereka harus mengurangi makanan yang tinggi garam dan tidak mengetahui hal apa lagi yang harus dilakukan untuk mengendalikan tekanan darahnya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian masalah : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012 “.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode deksriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan denngan tujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012.

Waktu penelitian dilakukan dari bulan mei sampai dengan bulan juni 2012. Rancangan penelitian yang digunakan adalah kros seksional.

(6)

HASIL PENELITIAN Hasil Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Tehnik dalam analisis ini adalah tabulasi silang dengan uji Chi Square dengan alpha = 0,05

1.Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan Pengobatan Hipertensi

Tabel 1

Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012

Pengetahuan

Kepatuhan Melaksanakan Pengobatan Hipertensi

Total

n %

Nilai P

Patuh Tidak Patuh

n % n %

Kurang 10 32,3 21 67,7 31 100

0.031

Cukup 9 39,1 14 60,9 23 100

Baik 27 61,4 17 38,6 44 100

Jumlah 46 46,9 52 53,1 98 100

Dari tabel diatas ternyata ada sebanyak 21 orang penderita hipertensi (67,7%) yang pengetahuannya kurang serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi dan sebanyak 17 orang penderita hipertensi (38,6%) yang pengetahuannya baik serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi.

(7)

2.Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan Pengobatan Hipertensi

Tabel 2

Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012

Sikap

Kepatuhan Melaksanakan Pengobatan Hipertensi

Total

n %

Nilai P

Patuh Tidak Patuh

n % n %

Positif 31 59,6 21 40,4 52 100

0,013

Negatif 15 32,6 31 67,4 46 100

Jumlah 46 46,9 52 53,1 98 100

Dari tabel 2 ternyata ada sebanyak 31 orang penderita hipertensi (67,4%) yang memiliki sikap negative serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi, dan ada sebanyak 21 orang penderita hipertensi (40,4%) yang memiliki sikap positif serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi.

Hasil uji statistik pada α = 0,05 ternyata ada hubungan antara sikap responden dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi ( P < 0,05 )

PEMBAHASAN

1.Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan Pengobatan Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pengetahuannya kurang, tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi.Kemudian dari hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chi square pada α=0,05, didapatkan nilai p = 0,031 artinya bahwa ada hubungan pengetahuan penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan tentang hipertensi maka kepatuhan dalam melaksanakan pengobatan hipertensinya akan semakin baik. Sebaliknya jika pengetahuan penderita hipertensi tentang hipertensi kurang,maka kepatuhan dalam melaksanakan pengobatan hipertensinya akan semakin kurang atau bahkan tidak patuh.

(8)

44 responden didapatkan sebagian besar responden ( 59,1%) memliki tingkat pengetahuan tinggi dan sebesar 68,2% responden patuh dalam melaksanakan pengobatan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan pasien melaksanakan pengobatan hipertensi.

Pemahaman yang menyeluruh mengenai penyakit hipertensi, cara kerja obat ,kebiasaan hidup dan mengontrol hipertensi secara teratur sangatlah penting diketahui oleh penderita hipertensi, karena ketidakpatuhan pada program terapi merupakan masalah besar bagi penderita hipertensi.

Konsep bahwa penyakit hipertensi hanya dapat di kontrol dan tidak dapat disembuhkan penting untuk diketahui oleh pasien. Bimbingan dan penyuluhan secara terus menerus diperlukan agar penderita hipertensi patuh melaksanakan pengobatan ( Brunner & Suddart, 2002 ). Pemahaman yang menyeluruh terhadap penyakit hipertensi diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatan hipertensi.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus lebih tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya ( Notoatmodjo, 2007). Maka kepatuhan penderita hipertensi dalam melakukan pengobatan akan dapat dipertahankan dalam jangka waktu lama (bersifat langgeng), jika penderita hipertensi mempunyai pengetahuan yang baik terhadap hipertensi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eliana, Khasanah & Pertiwi (2007) menjelaskan teori yang dikemukakan oleh Wibowo ( 1999) bahwa ketaatan atau kepatuhan dalam melakukan pengobatan dan kontrol kesehatan pada individu salah satunya disebabkan karena adanya pemahaman pada diri individu tersebut mengenai resiko penyakit dan tujuan pengobatan. Hal ini terbukti, bahwa penderita hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar ( 67,7%) tidak patuh melakukan pengobatan hipertensi dan sebagian besar (61,4%) penderita hipertensi yang mempunyai pengetahuan baik, patuh melakukan pengobatan hipertensi. Maka dapat disimpulkan bahwa kepatuhan penderita hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan dalam melakukan pengobatan hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan mereka terhadap penyakitnya.

(9)

2.Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan Pengobatan Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar dari responden yang sikapnya negative, tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi. Kemudian dari hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chi square pada α=0,05, didapatkan nilai p = 0,013 artinya bahwa ada hubungan sikap penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin positif sikap seseorang tentang hipertensi maka kepatuhan dalam melaksanakan pengobatan hipertensinya akan semakin baik. Sebaliknya jika sikap penderita hipetensi tentang hipertensi negative, maka kepatuhannya dalam melaksanakan pengobatan hipertensinya akan semakin kurang atau bahkan tidak patuh.

Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2011), yang meneliti tentang pengaruh konseling obat terhadap kepatuhan pasien hipertensi di poliklinik khusus RSUP DR.M Djamil Padang. Berdasarkan hasil penelitiannya kepada 50 orang responden, didapat hasil bahwa konseling dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap dan akan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien hipertensi dalam melaksanakan pengobatan.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Sulchan & Salawati (2005) yang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan ketaatan dan derajat hipertensi penderita di Puskesmas Sumberlawang Kabupaten Sragen, didapat hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan ketaatan ( nilai p = 0,000 ). Penelitian ini membuktikan bahwa kepatuhan penderita hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan dalam melakukan pengobatan salah satunya dipengaruhi oleh sikap. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa lebih dari setengahnya ( 59,6%) penderita hipertensi yang mempunyai sikap positif patuh melakukan pengobatan dan penderita hipertensi yang mempunyai sikap negatif sebagian besar ( 67,4%) tidak patuh melakukan pengobatan.

Menurut Rogers ( 1974, dalam Notoatmodjo, 2007) bahwa apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng ( long lasting ). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama.

(10)

Disamping itu, penelitian ini menunjukkan bahwa ada sebanyak 21 responden (40,4%), yang sikapnya positif namun tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi, dan ada sebanyak 15 responden (32,6%) yang sikapnya negatif namun patuh melaksanakan pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau perilaku, akan tetapi merupakan predisposisi suatu perilaku. Sikap masih merupakan suatu reaksi tertutup atau tingkah laku yang tertutup. Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek ( Notoatmodjo, 2007 ). Dengan adanya hubungan sikap dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan, maka penderita hipertensi seharusnya menumbuhkan sikap positif terhadap penyakit hipertensi.

Sikap dapat berubah sesuai dengan perubahan aspek kognitif atau aspek afektif. Namun faktor eksternal sangat berpengaruh dalam mengarahkan sikap seseorang, dengan sadar atau tidak sadar individu yang bersangkutan akan mengadopsi sikap tertentu. Faktor eksternal pada dasarnya berpijak pada suatu proses yang disebut strategi persuasi.

Persuasi merupakan usaha pengubahan sikap seseorang dengan memasukkan ide, pikiran, pendapat dan bahkan fakta baru lewat pesan-pesan komunikatif. Pesan yang disampaikan dengan sengaja dimaksudkan untuk menimbulkan kontraindikasi dan inkonsistensi diantaran komponen sikap seseorang dan perilakunya, sehingga menganggu kestabilan sikap dan membuka peluang terjadinya perubahan yang diinginkan ( Azwar, 2009 ). Memasukkan ide, pikiran, pendapat dan fakta baru dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan, sehingga diharapkan penderita hipertensi yang pada awalnya mempunyai sikap yang negatif akan mengubah sikapnya menjadi lebih positif terhadap penyakitnya setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

(11)

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah

1. Ada hubungan antara pengetahuan penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan ( p < 0,05 ) 2. Ada hubungan antara sikap penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan

pengobatan hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan ( p < 0,05 )

SARAN 1. Puskesmas Cimahi Selatan

Peneliti menyarankan kepada Puskesmas Cimahi Selatan untuk lebih meningkatkan lagi kepatuhan penderita hipertensi dalam melakukan pengobatan dengan melakukan penyuluhan kesehatan secara rutin. Saat pasien melakukan pengobatan ke puskesmas, penyuluhan dapat dilakukan dengan cara memberikan penjelasan/informasi selengkap-lengkapnya mengenai hipertensi dan rencana pengobatan yang akan dilakukan dengan memberikan leaflet atau informasi secara tertulis. Selain itu penyuluhan dapat juga dilakukan pada saat kegiatan posbindu.Disamping itu dapat juga melakukan strategi home care pada pasien hipertensi, karena ketika dilakukan observasi kerumah, pasien mengatakan bahwa dengan adanya kunjungan ini pasien merasa diperhatikan oleh petugas kesehatan, sehingga timbul keinginan untuk melakukan control kembali ke puskesmas.

2. Penderita Hipertensi

Bagi penderita hipertensi diharapkan agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi dan penyakit lain yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi melalui berbagai media agar dapat mengendalikan berbagai dampak negative yang dapat terjadi, sehingga lebih patuh melakukan pengobatan hipertensi. Selain itu mereka harus untuk dilakukan kunjungan rumah oleh petugas kesehatan, karena dengan adanya kunjunngan ke rumah kondisi pasien akan terpantau dan menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan. Sehingga diharapkan adanya peningkatan kesehatan pada pasien hipertensi serta mencegah terjadinya komplikasi akibat hipertensi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(12)

KEPUSTAKAAN

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke. Yogyakarta. Dianloka Pustaka.

Alamatsier, Sunita.2005. Penuntun Diet . Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama

Anonim. Hindari Hipertensi Konsumsi Garam 1 Sendok Teh Perhari.2009. tersedia di http://www.dinkesbonebolango.org.diperoleh tanggal 29 Januari 2012.

________ . Hipertensi,2011. Tersedia di http://fsifkunila.blogspot.com diperoleh Tanggal 24 Februari 2012

________ . Jawa Barat Awas Ancaman Hipertensi dan Jantung.2009 Tersedia di http://www.kesehatan.kompas.com. Diperoleh tgl 21 Januari 2012.

Agus, Era 2006,Hubungan Tingkat Pengtahuan Tentang Hipertensi Dengan Kepatuhan Pasien Dalam Melaksanakan Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Gubug. Tersedia di http://digilib.unimus.ac.id, diperoleh tanggal

2 Februari

Azwar, Saifuddin,2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogjakarta Pustaka Pelajar.

Brunner & Suddarth 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta Buku

Kedokteran EGC.

Budiman .2011. Penelitian Kesehatan.Bandung. PT.Refika Aditama.

Dewi, Arum Tunggal,Sulchan,Salawati, Trixie.2005.Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dengan Ketaatan dan Derajat Hipertensi Penderita di Puskesmas Sumberlawang Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen,terdapat di

http://digilib.unimus.ac.id. Diperoleh tanggal 22 Januari 2012

Eliana, Arifa, Khasanah, Uswatun & Pertiwi, Ratna. 2007. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Stroke Dengan Perilaku Mencegah Stroke Pada Klien Hipertensi di RSU PKU

Muhammadiyah Yogjakarta, 3(2), 92-93

Hartono, Bambang. Hipertensi Pembunuh Diam-Diam, 2011. Tersedia di http://www. Health.kompas.com. diperoleh tanggal 21 Januari 2012.

(13)

Lumbantobing.2008.Tekanan Darah Tinggi.Jakarta.Fakultas Kedokteran Univ.Indonesia.

Muhammadun.2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogjakarta; In Books

Niven , Neil . 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta; Buku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo,Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta Rineka Cipta

_______. 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta

_______. 2007.Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta. Rineka Cipta

Nursalam,2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Jakarta; Salemba Medika.

Purwati, Susi,Salimar, & Rahayu, Sri 2004,Perencanaan Menu Untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi. Jakarta ; PT.Penebar Swadaya.

Pratiwi, Denia. 2011.Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi Di Poliklinik KhususRSUP.DR.M.Djamil Padang. Tersedia di http://pasca. Unand.ac.id, diperoleh tanggal 22 Maret 2012

Riskesdas, 2007. Tersedia http://www.k4health.org. diperoleh tanggal 29 Januari 2012

Riyanto , Agus. 2007.Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta.Nuha Medika

_______,2009.Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan.Yogyakarta. Nuha Medika.

Sugiyono.2010.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R. Bandung ; IKAPI

Sutanto. 2010. Cekal Penyakit Modern Hipertensi,Stroke, Jantung, Kolesterol dan Diabetes. Yogjakarta; C.V. Andi Offset.

Sutedjo, AY.2008. Mengenal Obat-Obatan Secara Mudah dan Aplikasinya Dalam Perawatan. Yogjakarta; Amara Books

Udjianti, Juni Wajan.2010.Keperawatan Kardiovascular. Jakarta; Salemba Medika

Wolff, Hanns Peter.2008.Hipertensi Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini. Jakarta; Bhuana Ilmu Populer

(14)

Gambar

Tabel 1 Hubungan  Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Tabel 2 Hubungan  Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, benda-benda yang berlainan zatnya mempunyai daya hantar yang berbeda dalam mengalirkan arus mempunyai daya hantar yang berbeda dalam mengalirkan

Alat analisa yang digunakan untuk mengatahui kondisi keuangan dan kemandirian daerah adalah (1) Derajat Desentralisasi Fiskal, (2) Kebutuhan Fiskal, (3) Kapasitas Fiskal, dan

an lulusan doktor atau doktor terapan yang relevan dengan program studi, dan dapat menggunakan dosen bersertifikat profesi yang relevan dengan program studi dan berkualifikasi

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: (a) penerapan model Contextual Teaching and Learningpada mata pelajaran IPA materi sifat- sifat cahaya pada

Bangsa Indonesia dari berbagai latar belakang percaya bahwa proporsi perempuan di legislatif terlalu rendah dan ada dukungan kuat terhadap kuota untuk meningkatkan jumlah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, serta pertimbangan penting dalam meningkatkan kualitas Mahasiswa UKM Karate Universitas Negeri Surabaya yang mengikuti latihan

Setelah diperoleh konsentrasi kemudian dicari nilai- nilai validasi metode sesuai dengan rumus yang te- lah ditentukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa persamaan

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan seperti berikut: Pengelolaan Infak Produktif