• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektivitas Pelayanan Publik Dalam Penerapan Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) Di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efektivitas Pelayanan Publik Dalam Penerapan Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) Di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Berbagai upaya pembangunan nasional yang dilakukan oleh pemerintah

saat ini dituntut untuk semakin mampu menyentuh segala aspek kehidupan rakyat

Indonesia. Melalui aspek pembangunan nasional pemerintah mengadakan

penyelenggaraan Negara. Pelayanan publik atau pelayanan yang berkualitas

kepada masyarakat adalah suatu pelayanan yang mendahulukan kepentingan

publik, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu pelaksanaan urusan

publik dan memberikan kepuasan kepada publik.

Selaku penyelenggara pelayanan publik, pemerintah perlu menyadari

fungsi sosial yang diemban dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat, serta betapa penting dan strategisnya peran pemerintah

sebagai aparatur negara yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap

perkembangan dan kemajuan masyarakat. Di sisi lain, masyarakat yang berhak

mendapatkan pelayanan publik, pada umumnya berada pada posisi yang lemah

jika dikaitkan dengan pelayanan yang diterima. Masih sering ditemukan bahwa

masyarakat belum dapat menuntut agar pelayanan yang mereka terima sepadan

dengan apa yang seharusnya dapat diperoleh.

Pelayanan publik merupakan hak seluruh masyarakat namun ternyata hak

masyarakat atau perorangan untuk memperoleh pelayanan dari aparat pemerintah

terasa belum memenuhi harapan semua pihak, termasuk dalam pelayanan Surat

(2)

identitas pemegangnya, yang berlaku dan dikeluarkan oleh Kantor Imigrasi yang

ada di seluruh wilayah Indonesia. Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI)

berfungsi sebagai alat bukti domisili bagi seseorang yang menunjukkan

kewarganegaraannya di wilayah negara lain.

Direktorat Jenderal Imigrasi secara resmi pada tanggal 26 Juli 2008

menggunakan Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia dalam

pembuatan pasport Republik Indonesia di seluruh Kantor Imigrasi di Indonesia.

Pelaksanaannya menggunakan sistem antrian atau dikenal dengan sistem FIFO

(First In First Out) dimana sistem akan menolak jika terdapat lompatan berkas

permohonan pembuatan pasport serta dapat mengurangi praktek percaloan.

Pembuatan pasport dengan menggunakan sistem ini hanya membutuhkan waktu

penyelesaian empat hari setelah wawancara, dan juga akan mencegah terjadinya

pembuatan pasport ganda karena pengolahan verifikasi data pemohon yang lebih

detail dan perangkat yang terhubung secara online pada Kantor Imigrasi di seluruh

Indonesia.

Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia dalam

pelaksanaannya juga menggunakan prosedur e-office dengan sistem pengamanan

berlapis sehingga data setiap pemohon akan terjamin keamanannya dari tindakan

kecurangan seperti duplikasi dan penggandaan informasi data pemohon

pembuatan pasport. Sistem e-office merupakan suatu kemajuan jaringan teknologi

yang mana data dari setiap pemilik Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI)

akan terhubung di seluruh Kantor Imigrasi di Indonesia, sehingga pembuatan

pasport dapat dilakukan dimana saja tanpa harus mengikuti wilayah domisili yang

(3)

Dengan penerapan Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik

Indonesia. Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia dilaksanakan

bertujuan untuk mempercepat proses pembuatan pasport yang berfungsi untuk

meningkatkan kualitas pelayanan publik serta meningkatkan keamanan dalam

pembuatan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI). Dalam pelaksanaannya,

masih ditemukan berbagai masalah terkait dengan pelayanan dan pengurusan

Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) ini.

Dalam sektor publik, faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan yang

dinilai dari indikator-indikator yang melekat pada pemerintah antara lain adalah

efisiensi dan efektivitas. Dalam kajian ini, indikator yang diangkat adalah

efektivitas. Pelayanan publik dapat dikategorikan efektif apabila publik/

masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dengan prosedur yang singkat,

cepat, tepat dan memuaskan. Keberhasilan meningkatkan efektifitas pelayanan

publik ditentukan oleh banyak faktor antara lain sumber daya manusia (aparat

pelayanan) dan sumber daya sarana prasarana pelayanan. Sehubungan dengan

munculnya permasalahan, maka merupakan suatu keharusan bagi Kantor Imigrasi

Klas I Polonia Medan untuk melakukan perubahan dalam hal pelayanan publik di

Kantor Imigrasi.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan

(4)

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

a. Bagaimana efektivitas pelayanan publik dalam penerapan sistem penerbitan

Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di Kantor Imigrasi Klas I Polonia

Medan?

b. Faktor-faktor apa yang menghambat pelayanan publik dalam penerapan sistem

penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di Kantor Imigrasi

Klas I Polonia Medan?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap

perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas yakni:

1. Untuk menganalisis efektivitas pelayanan publik melalui penerapan sistem

penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di Kantor Imigrasi

Klas I Polonia Medan.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menghambat pelayanan publik

melalui penerapan sistem penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia

(SPRI) di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan hasil penelitian yang dilakukan. Manfaat

(5)

1. Manfaat Secara Ilmiah

Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir

ilmiah, sistematis yang bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan

menuliskan karya ilmiah di lapangan berdasarkan kajian-kajian teori dan

aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Manfaat Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah kepustakaan

sehingga dapat menambah bahan kajian perbandingan bagi yang

memanfaatkannya.

3. Manfaat Secara Praktis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi

mengenai profesionalisme kerja dalam memberikan pelayanan publik.

I.5 Kerangka Teori

Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka

dibutuhkan teori-teori sebagai pedoman kerangka berpikir untuk menggambarkan

dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Pedoman tersebut

disebut kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk

melakukan penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena

sosial yang menjadi objek penelitian.

Kerangka teoritis adalah dukungan dasar teoritis sebagai dasar pemikiran

dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi peneliti. Kerangka teoritis

(6)

hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, subvariabel, atau pokok masalah

yang ada dalam penelitiannya (Sugiyono, 2010:57).

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk

memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori

yang memuat pokok–pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana

penelitian disorot. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berpikir

rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di

dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 2005:39-40). Adapun

teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:

1.5.1 Pelayanan Publik

1.5.1.1Defenisi Pelayanan Publik

Istilah pelayanan berasal dari kata “layan” yang artinya menolong

menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

melayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan

secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan

dengan kehidupan manusia (Sinambela, 2010:3). Pelayanan adalah proses

pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung

(Moenir,2006:16-17). Membicarakan pelayanan berarti membicarakan suatu

proses kegiatan yang konotasinya lebih kepada hal yang abstrak

(Intangible). Pelayanan adalah merupakan suatu proses, proses tersebut

menghasilkan suatu produk yang berupa pelayanan, yang kemudian diberikan

(7)

Beberapa pakar yang memberikan pengertian mengenai pelayanan

diantaranya adalah Moenir (Pasolong, 2007:128). Pasolong (2007:4), pelayanan

pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok

dan/atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi

kebutuhan

Hasibuan mendefinisikan pelayanan sebagai kegiatan pemberian

jasa dari satu pihak ke pihak lain, dimana pelayanan yang baik adalah

pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah dan dengan etika yang baik

sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerima.

Menurut Kotler dalam Lukman (2000:8), pelayanan adalah setiap kegiatan

yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan

kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefenisikan sebagai

segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa

publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh

instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan dilingkungan Badan Usaha Milik

Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan (Ratminto, 2005:5)

Menurut Batinggi (1998:12), pelayanan publik dapat diartikan sebagai

perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurus hal - hal

yang diperlukan masyarakat atau khalayak umum. Dengan demikian, kewajiban

pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang menjadi hak setiap warga

(8)

publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau

masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan

aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Menurut Ahmad Batinggi (1998:21) terdapat tiga jenis layanan yang

bisa dilakukan oleh siapapun, yaitu :

1. Layanan dengan lisan

Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas - petugas di bidang

Hubungan Masyarakat ( HUMAS ), bidang layanan Informasi, dan

bidang- bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau

keterangan kepada siapapun yang memerlukan. Agar supaya layanan

lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat - syarat yang

harus dipenuhi oleh pelaku layanan yaitu :

a) Memahami masalah - masalah yang termasuk ke dalam

bidang tugasnya.

b) Mampu memberikan penjelasan apa yang diperlukan, dengan

lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi

mereka yang memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c) Bertingkah laku sopan dan ramah

2. Layanan dengan tulisan

Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling

menonjol dalam melaksanakan tugas. Sistem layanan pada abad

Informasi ini menggunakan sistem layanan jarak jauh dalam

(9)

Layanan tulisan ini terdiri dari 2 (dua) golongan yaitu, berupa

petunjuk Informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang - orang

yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan

instansi atau lembaga pemerintah. Kedua, layanan berupa reaksi

tertulis atau permohonan laporan, pemberian/ penyerahan, pemberitahuan

dan sebagainya. Adapun kegunaannya yaitu :

a) Memudahkan bagi semua pihak yang berkepentingan.

b) Menghindari orang yang banyak bertanya kepada petugas

c) Mamperlancar urusan dan menghemat waktu bagi kedua pihak,

baik petugas maupun pihak yang memerlukan pelayanan.

d) Menuntun orang ke arah yang tepat

3. Layanan dengan perbuatan

Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan dilakukan oleh petugas -

petugas yang memiliki faktor keahlian dan ketrampilan. Dalam kenyataan

sehari - sehari layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan jadi

antara layanan perbuatan dan lisan sering digabung. Hal ini disebabkan

karena hubungan pelayanan secara umum banyak dilakukan secara lisan

kecuali khusus melalui hubungan tulis yang disebabkan oleh faktor jarak.

Istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti umum,

masyarakat, negara. Kata public sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa

Indonesia baku menjadi publik yang dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

(Badudu, 2001:781-782) berarti umum, orang banyak, ramai. Yang kemudian

pengertian pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan

(10)

pada organisasi itu sendiri dengan aturan pokok dan tata cara yang telah

ditetapkan. Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefenisikan sebagai

segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa

publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh

instansi pemerintah di pusat, didaerah, dan dilingkungan Badan Usaha Milik

Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan (Ratminto, 2005:5)

Sedangkan menurut Kurniawan (Pasolong,2007:135) pelayanan publik

adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat

yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan

tata cara yang telah ditetapkan.

Menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009

tentang Pelayanan Publik Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa pelayanan publik

adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara

dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan

oleh penyelenggara pelayanan publik.

Pelayanan umum menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara (Menpan) Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Laksana

Pelayanan Umum adalah “segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang

dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat maupun Daerah dan di lingkungan

(11)

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang

lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai

dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Jadi pelayanan yang

diberikan oleh pemerintah haruslah mendahulukan kepentingan masyarakat

dengan waktu yang singkat, mudah serta dapat memberikan rasa puas bagi

masyarakat yang menikmati layanan itu (Kurniawan, 2005:6). Pendapat lain

seperti yang dijelaskan Kotler dalam Sampara & Sutopo (2003:4) bahwa

pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan

atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada

suatu produk secara fisik.

1.5.1.2Asas dan Komponen Standar Pelayanan Publik

Undang-Undang Republik Indonesia (UU-RI) Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik Pasal 4 menyebutkan asas-asas pelayanan publik

meliputi:

a. Kepentingan umum

b. Kepastian hukum

c. Kesamaan hak

d. Keseimbangan hak dan kewajiban

e. Keprofesionalan

f. Partisipatif

(12)

h. Keterbukaan

i. Akuntabilitas

j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan

k. Ketepatan waktu; dan

l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Pada Pasal 21 (UU-RI) Nomor 25 Tahun 2009 ini disebutkan komponen

standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi:

a. Dasar hukum

b. Persyaratan

c. Sistem, mekanisme, dan prosedur

d. Jangka waktu penyelesaian

e. Biaya/tarif

f. Produk pelayanan

g. Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas

h. Kompetensi pelaksana

i. Pengawasan internal

j. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan

k. Jumlah pelaksana

l. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai

dengan standar pelayanan

m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk

memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keraguraguan dan

(13)

Dalam Sinambela (2010:6), secara teoritis tujuan pelayanan publik

pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu

dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari :

a) Transparan

Pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua

pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah

dimengerti.

b) Akuntabilitas

Pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c) Kondisional

Pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan

penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan

efektivitas.

d) Partisipatif

Pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan dan harapan masyarakat.

e) Kesamaan Hak

Pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun

khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain.

f) Keseimbangan Hak Dan Kewajiban

Pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan

(14)

Menurut Abidin (2010:71) mengatakan bahwa pelayanan publik yang

berkualitas bukan hanya mengacu pada pelayanan itu semata, juga

menekankan pada proses penyelenggaraan atau pendistribusian pelayanan itu

sendiri hingga ke tangan masyarakat sebagai konsumer. Aspek-aspek kecepatan,

ketepatan, kemudahan, dan keadilan menjadi alat untuk mengukur pelayanan

publik yang berkualitas. Hal ini berarti, pemerintah melalui aparat dalam

memberikan pelayanan publik kepada masyarakat harus memperhatikan aspek

kecepatan, ketepatan, kemudahan, dan keadilan.

1.5.1.3Ruang Lingkup Pelayanan Publik

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik dinyatakan pada Pasal 3 bahwa ruang lingkup pelayanan publik meliputi:

a. Pelayanan barang publik

b. Pelayanan jasa publik, dan

c. Pelayanan administratif.

Selanjutnya pada Pasal 6 ayat (1) dinyatakan bahwa pelayanan

administratif merupakan pelayanan oleh Penyelenggara yang menghasilkan

berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh Masyarakat; ayat (2) huruf

a bahwa tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan

diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan

perlindungan pribadi dan/atau keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda

(15)

instansi pemerintah sebagaimana dimaksud di atas diselenggarakan dalam bentuk

pelayanan pemberian dokumen berupa perizinan dan nonperizinan.

Adapun bentuk dan sifat penyelenggaraan pelayanan umum harus

mengandung sendi - sendi : kesederhanaan, kejelasan, kepastian, keamanan,

keterbukaan, efisiensi, ekonomis, keadilan, dan ketepatan waktu ( Boediono, 2003

: 68-70 ). Uraiannya sebagai berikut :

a) Kesederhanaan

Yang dimaksud dengan kesederhanaan meliputi mudah, lancar, cepat,

tidak berbelit– belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

b) Kejelasan dan kepastian

Arti adanya kejelasan dan kepastian di sini adalah hal - hal yang berkaitan

dengan :

 Prosedur atau tata cara pelayanan umum;

 Persyaratan pelayanan umum, baik teknis maupun administratif;

 Unit kerja dan atau pejabat yang berwewenang dan bertanggung

jawab dalam memberikan pelayanan umum;

 Rincian biaya / tarif pelayanan umum dan tata cara

poembayarannya;

 Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum;

 Hak dan Kewajiban, baik bagi pemberi pelayanan maupun

penerima pelayanan umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan

permohonan / kelengkapannya, sebagai alat untuk memastikan

pemprosesan pelayanan umum;

(16)

c) Keamanan

Artinya bahwa dalam proses dan hasil pelayanan umum dapat memberikan

kepastian hukum.

d) Keterbukaan

Hal - hal yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib

diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh

masyarakat.

e) Efisiensi

 Persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang

berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan

tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan

produk pelayanan umum yang diberikan;

 Dicegah adanya pengulangan pemenuhan kelengkapan, persyaratan

dalam hal proses pelayanannya mempersyaratkan kelengkapan

persyaratan dari satuan kerja / instansi pemerintah lain yang terkait.

f) Ekonomis

Dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara

wajar dengan memperhatikan :

 Nilai barang dan atau jasa pelayanan umum dan tidak menuntut

biaya yang tinggi di luar kewajaran;

 Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar secara

umum;

(17)

g) Keadilan

Dimaksud dengan sendi keadilan disini adalah keadilan yang merata,

dalam arti cakupan / jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas

mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil.

h) Ketetapan Waktu

Yang dimaksud dengan ketetapan waktu di sini adalah dalam pelaksanaan

pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah

ditentukan.

1.5.2 Pelayanan Dokumen Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang

Keimigrasian dinyatakan bahwa dokumen Perjalanan Republik Indonesia adalah

Paspor Republik Indonesia dan Surat Perjalanan Laksana Paspor Republik

Indonesia. Paspor Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Paspor adalah

dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada warga

negara Indonesia untuk melakukan perjalanan antarnegara yang berlaku selama

jangka waktu tertentu.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013

pada Pasal 35 juga dijelaskan bahwa Dokumen Perjalanan Republik Indonesia

berfungsi sebagai Dokumen Perjalanan antarnegara, bukti identitas diri, dan bukti

kewarganegaraan Republik Indonesia dari pemegang Paspor yang bersangkutan

pada saat berada di luar Wilayah Indonesia. Pasal 49 menyatakan bagi warga

(18)

Paspor biasa diajukan kepada Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk dengan

mengisi aplikasi data dan melampirkan persyaratan:

a. Kartu tanda penduduk yang masih berlaku.

b. Kartu keluarga.

c. Akta kelahiran, akta perkawinan atau buku nikah, ijazah, atau surat baptis.

d. Surat pewarganegaraan Indonesia bagi Orang Asing yang memperoleh

kewarganegaraan Indonesia melalui pewarganegaraan atau penyampaian

pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

e. Surat penetapan ganti nama dari pejabat yang berwenang bagi yang telah

mengganti nama, dan

f. Paspor lama bagi yang telah memiliki Paspor.

Pada Pasal 50 bahwa penerbitan Paspor biasa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan oleh Pejabat Imigrasi yang ditunjuk pada Perwakilan Republik

Indonesia. Pasal 52 bahwa Penerbitan Paspor biasa dilakukan melalui tahapan:

pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan persyaratan, pembayaran biaya Paspor,

pengambilan foto dan sidik jari dan wawancara. Juga dilakukan verifikasi dan

adjudikasi. Pasal 53 bahwa Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk

menerbitkan Paspor biasa dalam waktu paling lama 4 (empat) hari kerja sejak

dilakukan wawancara.

Dalam penelitian ini ingin dianalisis efektivitas pelayanan publik melalui

penerapan Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di

(19)

1.5.3 Efektivitas

1.5.3.1. Pengertian Efektivitas

Konsep efesiensi dan efektifitas mempunyai pengertian yang berbeda.

Efesiensi lebih menitikberatkan dalam pencapaian hasil yang besar dengan

pengorbanan yang sekecil mungkin, sedangkan pengertian efektif lebih terarah

pada tujuan yang dicapai, tanpa mementingkan pengorbanan yang dikeluarkan.

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil

atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Pasolong (2007:4),

efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini

sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab

dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan

sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses

kegiatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif berarti dapat membawa

hasil, berhasil guna (Balai Pustaka, 2008:284).

Efektivitas organisasi adalah konsep tentang efektif dimana

sebuah organisasi bertujuan untuk menghasilkan. Dan Organizational

effectiveness (efektivitas organisasi) dapat dilakukan dan diwujudkan dengan

memperhatikan kepuasan pelanggan, pencapaian visi orgaisasi, pemenuhan

aspirasi, menghasilkan keuntungan bagi organisasi, pengembangan sumber daya

manusia organisasi dan aspirasi yang dimiliki, serta memberikan dampak positif

bagi masyarakat di luar organisasi. Menurut Hani Handoko (2000) Efektivitas

merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi

(sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif

(20)

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin

besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin

efektif organisasi, program atau kegiatan (Mahmudi, 2005:92).

Menurut Stoner (dalam Kurniawan, 2005:106) menekankan pentingnya

efektivitas dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas adalah kunci

dari kesuksesan suatu organisasi. Menurut Rukman (2006:14), efektif itu harus

terkait dengan pencapaian tujuan dan sasaran suatu tugas dan pekerjaan dan

terkait juga dengan kinerja dari proses pelaksanaan suatu pekerjaan. Efektivitas

merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran

yang mesti dicapai, semakin besar konstribusi daripada keluaran yang dihasilkan

terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit

tersebut. (Supriyono, 2000:29)

Gibson dkk (1994:31) memberikan pengertian efektivitas dengan

menggunakan pendekatan sistem yaitu.

1. Seluruh siklus input-proses-output, tidak hanya output saja,

2. Hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungannya.

Mengukur efektivitas suatu kegiatan atau aktifitas perlu diperhatikan

beberapa indikator, yaitu :

1. Pemahaman program.

2. Tepat Sasaran.

3. Tepat waktu.

4. Tercapainya tujuan.

(21)

Sedangkan Menurut Lubis dan Martani (1987:55) menyebutkan 3 (tiga)

pendekatan utama dalam pengukuran efektifitas organisasi, yaitu :

a. Pendekatan sumber (resource approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas dari input. Pendekatan

mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber

daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

b. Pendekatan proses (process approach)

Pendekatan proses bertujuan untuk melihat sejauh mana efektivitas

pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme

organisasi.

c. Pendekatan sasaran (goals approach)

Pendekatan sasaran memusatkan perhatian pada output, mengukur

keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan

rencana.

Dari ketiga pendekatan tersebut di atas dikemukakan bahwa efektivitas

organisasi merupakan suatu konsep yang mampu memberikan gambaran tentang

keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya. Dalam hal ini penulis

menggunakan ketiganya untuk mengukur efektivitas pelayanan publik melalui

penerapan Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di

Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan yang dimulai dari adanya permohonan

hingga diterbitkannya SPRI. Untuk mengukur efektivitas akan digunakan

indikator internal dihubungkan dengan beberapa indikator standar pelayanan

(22)

pelayanan; b)sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; c)jumlah pelaksana; dan d)

jangka waktu penyelesaian.

Menurut Siagian (2001: 24) definisi efektivitas yaitu sebagai berikut,

efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah

tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah

barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil

kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Sementara itu Abdurahmat (2003:92) mengatakan bahwa, efektivitas adalah

pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang

secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat

pada waktunya. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan

tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan.

1.5.3.2. Efektivitas Organisasi

Gibson dkk (1994) mengemukakan pula kriteria efektivitas organisasi

yang terdiri dari 5 (lima) unsur, yaitu :

a) Produksi. Produksi merupakan kriteria efektivitas yang mengacu

pada ukuran keluaran utama dari organisasi. Ukuran dari produksi

mencakup tentang dokumen yang diproses, rekanan yang dilayani,

dan sebagainya. Ukuran tersebut memiliki hubungan secara

langsung dengan pelanggan dan rekanan organisasi yang

(23)

b) Efisiensi. Efisiensi merupakan kriteria efektivitas mengacu

pada ukuran penggunaan sumber daya yang langka oleh

organisasi. Efisiensi merupakan perbandingan antara keluaran dan

masukan.

c) Kepuasan. Kepuasan merupakan kriteria efektivitas yang

mengacu pada keberhasilan organisasi dalam memenuhi

kebutuhan karyawan dan anggota- anggota perusahaan tersebut.

Ukuran dari kepuasan meliputi sikap karyawan, penggantian

karyawan, absensi, kelambanan, keluhan, kesejahteraan dan

sebagainya.

d) Keadaptasian. Keadaptasian merupakan kriteria efektivitas yang

mengacu pada tanggapan organisasi terhadap perubahan

eksternal dan internal. Perubahan- perubahan eksternal seperti

persaingan, keinginan para pelanggan, kualitas produk, dan

sebagainya serta perubahan internal seperti ketidakefisienan,

ketidakpuasan, dan sebagainya merupakan adaptasi terhadap

lingkungan.

e) Kelangsungan hidup. Kelangsungan hidup merupakan kriteria

efektivitas mengacu pada tanggung jawab organisasi atau

perusahaan dalam usaha memperbesar kapasitas dan potensinya

Empat faktor yang mempengaruhi efektivitas, yang dikemukakan

oleh Steers (1985:8), yaitu:

1. Karakteristik Organisasi adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap

(24)

Struktur merupakan cara yang unik menempatkan manusia dalam rangka

menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan

sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan

menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada

tugas.

2. Karakteristik Lingkungan, mencakup dua aspek. Aspek pertama

adalah lingkungan ekstern yaitu lingkungan yang berada di luar batas

organisasi dan sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama dalam

pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan. Aspek kedua adalah

lingkungan intern yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan

yang secara keseluruhan dalam lingkungan organisasi.

3. Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh

terhadap efektivitas. Di dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak

perbedaan, akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu sangat

penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila suatu

rganisasi menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat

mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi.

4. Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang

dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang di dalam organisasi

sehingga efektivitas tercapai. Kebijakan dan praktek manajemen

merupakan alat bagi pimpinan untuk mengarahkan setiap kegiatan guna

mencapai tujuan organisasi. Dalam melaksanakan kebijakan dan praktek

manajemen harus memperhatikan manusia, tidak hanya mementingkan

(25)

lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan

pengambilan keputusan, serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan

inovasi organisasi.

I.6 Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (2006:33) konsep merupakan istilah dan defenisi

yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan,

kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya

adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari variabel yang akan diteliti.

Adapun yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pelayanan publik adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan

umum dan untuk memberikan pemenuhan akan kebutuhan – kebutuhan dari

masyarakat.

2. Efektivitas adalah suatu pekerjaan yang menghasilkan sesuatu yang telah

direncanakan dari awal dan sesuai dengan yang diharapkan serta dengan

menggunakan waktu dan pengorbanan yang sesuai dengan apa yang diperoleh.

I.7 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep,

(26)

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi

penelitian yang relevan dengan topik penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau

berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah

melaksanakan penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul (Lembaran

[r]

Mahasiswa Baru ]alur Seleksi Mandiri (SM) Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun 2012,

Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut TKI adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dalam hubungan kerja maupun pelatihan sambil bekerja di luar negeri untuk jangka

Keadaan ketenagakerjaan di Sumatera Barat pada Februari 2014 menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah

Ketentuan mengenai tim teknis dan sekretariat komisi penilai merujuk pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang mengatur mengenai tata kerja komisi

1) Terhadap ayah atau ibunya yang sah, terhadap suami, istri, atau terhadap anaknya sendiri. 2) Terhadap seorang pegawai negeri yang sedang menjalankan tugas jabatannya

Pola kemitraan terbentuk karena ada kepentingan bersama yang saling menguntungkan kedua belah pihak yang bermitra. Pada usahatani sayuran di lahan gambut Kalimantan Barat,