• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hasil Penilaian Kinerja Terhadap Perencanaan Kebutuhan Pelatihan Pada PT. Sanobar Gunajaya Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Hasil Penilaian Kinerja Terhadap Perencanaan Kebutuhan Pelatihan Pada PT. Sanobar Gunajaya Medan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Definisi Penilaian Kinerja

Kinerja adalah hasil dari suatu proses pekerjaan tertentu secara terencana

pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan.

(Mangkuprawira, 2006: 153)

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat

dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan

kontribusi pada ekonomi. (Wibowo, 2009: 7)

Menurut Bernardin & Russsell, Kinerja merupakan catatan outcome yang

dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama

periode waktu tertentu. (Ambar Teguh, 2003 : 223-224)

Penilaian kinerja adalah sistem formal untuk menilai dan mengevaluasi

kinerja tugas individu atau tim. Penilaian kinerja merupakan faktor penting untuk

suksesnya manajemen kinerja. (Mondy, 2008: 257)

Penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen/penilai

untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas

kinerja dengan uraian pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir

tahun. (Siswanto, 2002: 231)

(2)

2.1.2 Faktor – Faktor Penilaian Kinerja

Terdapat beberapa faktor penilain kinerja diantaranya :

1. Yang dinilai adalah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu

juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan

2. Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolak ukur tertentu yang realistik,

berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan

diterapkan secara objektif

3. Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan tiga

maksud, yaitu:

a. Dalam hal penilaian tersebut bersifat positif, menjadi dorongan kuat bagi

pegawai yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi di masa yang akan

datang sehingga kesempatan meniti karir lebih terbuka baginya

b. Dalam hal penelitian tersebut, pegawai yang bersangkutan mengetahui

kelemahannya dan dengan demikian dapat mengambil berbagai langkah

yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut

c. Jika seseorang merasa mendapat penilaian yang tidak objektif, orang

tersebut diberi kesempatan untuk mengajukan keberatannya sehingga pada

akhirnya ia dapat memahami dan menerima hasil penilaian yang

diperolehnya.

4. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala ini terdokumentasi dengan rapi

dalam arsip kepegawaian setiap orang sehingga tidak ada informasi yang

(3)

5. Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan pertimbangan dalam

setiap keputusan yang diambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti

promosi, alih tugas, alih wilayah, demosi, maupun dalam pemberhentian tidak

atas permintaan sendiri.

2.1.3 Aspek – Aspek Penilaian Kinerja 1. Sifat

Sifat – sifat karyawan tertentu seperti sikap, penampilan, inisatif adalah dasar

untuk beberapa evaluasi.

2. Perilaku

Ketika hasil tugas seseorang sulit ditentukan, organisasi bisa mengevaluasi

perilaku atau kompetensi orang tesebut yang berhubungan dengan tugasnya.

3. Kompetensi

Kompetensi meliputi sekumpulan luas pengetahuan, keterampialn, sifat, dan

perilaku yang bisa bersifat teknis, berkaitan dengan keterampilan antar pribadi

atau berorientasi bisnis.

4. Pencapaian Tujuan

Jika organisasi menganggap hasil akhir lebih penting dari cara, hasil-hasil

pencapaian tujuan menjadi faktor yang tepat untuk dievaluasi.

5. Potensi Perbaikan

Memasukkan potensi dalam proses evaluasi membantu memastikan

(4)

2.1.4 Manfaat Penilaian Kinerja

Adapun manfaat penilaian kinerja bagi organisasi adalah :

1. Penyesuaian – penyesuaian kompensasi

2. Perbaikan kinerja

3. Kebutuhan latihan dan pengembangan

4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi,

pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.

5. Untuk kepentinganpenelitian kepegawaian.

6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan disain pegawai.

(Ambar Teguh, 2003 :225)

2.1.5 Tujuan Penilaian Kinerja

Selain dapat digunakan sebagai standar dalam penentuan tinggi rendahnya

kompensasi serta administrasi bagi tenaga kerja, penilaian kinerja dilakuakn

dengan tujuan sebagai berikut:

1. Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan

jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan

2. Nasehat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam perusahaan

3. Alat untuk memberikan umpan balik (feed back) yang mendorong kearah

kemajuan dan kemungkinan memperbaiki/meningkatkan kualitas kerja bagi

para tenaga kerja

4. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seseorang

(5)

5. Landasan/bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang

ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan

lainnya. (Siswanto, 2002: 233)

2.1.6 Sumber Penilaian Kinerja

Adapun beberapa sumber penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Penilaian atas diri sendiri

Penilaian atas diri sendiri adalah proses dimana para individu mengevaluasi

kinerja mereka sendiri, menggunakan pendekatan yang terstruktur, sebagai

dasar bagi pembicara dengan para manajer mereka dalam

pertemuan-pertemuan.

2. Penilaian oleh bawahan

Penilaian oleh bawahan menyediakan kemungkinan bagi bawahan untuk

menilai atau berkomentar tentang aspek tertentu dari kinerja manajernya.

Tujuannya adalah untuk membuat manajer lebih menyadari tentang persoalan

yang berkenaan dengan kinerja mereka dari sudut pandang bawahan mereka.

3. Penilaian oleh rekan sejawat

Penilaian oleh rekan sejawat adalah evaluasi yang dibuat 21esame anggota tim

yang berada pada jaringan kerja yang sama.

(6)

2.1.7 Proses Penilaian Kinerja

Gambar 2.1 Proses Penilain Kinerja Sumber : Mondy (2008 : 259-260)

2.1.8 Metode – Metode Penilaian Kinerja 1. Metode Penilaian Umpan Balik 360-Derajat

Merupakan metode penilaian kinerja popular yang melibatkam masukan

evaluasi dari banyak level dalam perusahaan sebagaimana pula dari

sumber-sumber eksternal. Dalam metode ini, orang-orang disekitar karyawan yang Mengidentifikasi

Tujuan-Tujuan Penilaian Spesifik

Menetapkan Kriteria – Kriteria Kinerja dan Mengkomunikasikannya

kepada Para karyawan

Memeriksa Pekerjaan yang

Dijalankan

Mendiskusikan Penilaian Bersama Karyawan

(7)

dinilai bisa ikut serta memberikan nilai, antara lain manajer senior, karyawan

itu sendiri, atasan, bawahan, anggota tim, dan pelanggan internal atau

eksternal.

2. Metode Skala Penilaian

Merupakan metode penilaian kinerja yang menilai para karyawan berdasarkan

faktor-faktor yang telah ditetapkan.

3. Metode Insiden Kritis

Merupakan metode penilaian yang membutuhkan pemeliharaan

dokumen-dokumen tertulis mengenai tindakan-tindakan karyawan yang sangat positif

dan sangat negative.

4. Metode Esai

Merupakan metode penilaian kinerja dimana penilai menulis narasi singkat

yang menggambarkan kinerja karyawan.

5. Metode Standar Kerja

Merupakan metode penilaian kinerja yang membandingkan kinerja setiap

karyawan dengan standar yang telah ditetapkan atau tingkat output yang

diharapkan.

6. Metode Peringkat

Merupakan metode penilaian kinerja dimana penilai menempatkan seluruh

(8)

7. Metode Distribusi Dipaksakan

Merupakan metode penilaian kinerja dimana penilai diharuskan membagi

orang-orang dalam sebuah kelompok kerja ke dalam sejumlah kategori

terbatas, mirip suatu distribusi frekuensi normal.

8. Metode Skala penilaian berjangkar Keperilakuan

Merupakan metode penelitian kerja yang menggabungkan unsur-unsur skala

penilaian tradisional dengan metode insiden kritis; berbagai tingkat kinerja

ditunjukkan sepanjang sebuah skala dengan masing-masing dideskripsikan

menurut perilaku kerja spesifik seorang karyawan.

9. Sistem Berbasis Hasil

Merupakan metode penilaian kinerja dimana manajer dan bawahan secara

bersama-sama menyepakati tujuan-tujuan untuk periode penilaian berikutnya;

di masa lalu merupakan suatu bentuk management by objectives.

Mondy (2008 : 264-271)

2.1.9 Definisi Pelatihan

Pelatihan adalah proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan karyawan

baru untuk melakukan pekerjaannya. (Gary Dessler, 2006: 280)

Pelatihan dapat didefenisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi

untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai.

(Marihot, 2002: 168)

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dirancang untuk mengubah

(9)

Pelatihan merupakan proses membantu para tenaga kerja untuk

memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan

datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan,

pengetahuan dan sikap yang layak. (Siswanto, 2002: 199)

Pelatihan adalah aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk memberikan para

pembelajar pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan

mereka saat ini. (Mondy, 2008: 210)

Perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam

rangka mencapai tujuan absah dan bernilai, didalamnya mencakup elemen-elemen

(Kaufman, 1972: 6) yaitu:

a. Mengidentifikasi dan mendokumentasi kebutuhan

b. Menentukan kenutuhan-kebutuhan yang diprioritaskan

c. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai tiap kebutuhan yang diprioritaskan

d. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan

e. Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan

f. Identifikasi strategi alternative yang mungkin dan alat untuk melengkapi tiap

persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk di dalamnya merinci

keuntungan dan kerugian tiap strategi dan alat yang dipakai.

Perencanaan pelatihan pada hakekatnya adalah proses menyusun

rancangan program pelatihan, yaitu proses menyiapkan berbagai hal mengenai

persiapan pelatihan. Dengan demikian, perencanaan kebutuhan pelatihan adalah

(10)

program kebutuhan pelatihan dengan tujuan menghasilkan program kebutuhan

pelatihan yang lebih baik dari pelatihan-pelatihan sebelumnya.

2.1.10 Tahapan Perencanaan Kebutuhan Pelatihan

Berikut adalah tahapan Perencanaan Kebutuhan Pelatihan yang benar

seharusnya:

1. Dimana pada tahap pertama organisasi memerlukan fase penilaian yang

ditandai dengan satu kegiatan utama yaitu analisis kebutuhan pelatihan.

a. Analisis organisasi: dari perspektif organisasi secara menyeluruh,

misi-misi, sasaran, tujuan-tujuan, dan rencana-rencana stratejik perusahaan

dipelajari, bersama dengan hasil-hasil perencanaan sumber daya manusia.

b. Analisis tugas: Level analisis berikutnya berfokus pada tugas-tugas yang

diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Deskripsi-deskripsi

pekerjaan merupakan sumber data yang penting bagi level analisis ini.

Terdapat 5 komponen yang terlibat dalam analisis tugas, yaitu :

1. Job analisi objective yaitu bertujuan mengumpulkan informasi guna

memenuhi kebutuhan penyusunan deskripsi pekerjaan, spesifikasi

pekerjaan, dan job families.

2. Type of information to be collected, meliputi persoalan mendasar yang

berhubungan dengan apa, dimana, bagaimana, mengapa dan kapan

(11)

3. Sources of data yaitu data untuk analisis jabatan dapat diperoleh dari

beberapa sumber antara lain pemegang jabatan, pengawas, job analyst

dan pada ahli.

4. Methods of data collection. Pengumpulan data dpt dilakukan dengan

berbagai metode diantaranya observasi, wawancara, penyebaran

kuesioner dan eksploitasi catatan-catatan tertulis.

5. Form of data analysis. Bentuk analisis dapat mengacu pada dua

kriteria yaitu berbentuk kualitatif atau kuantitatif. (Reda’s Blog :

November 2010)

c. Analisis orang: Menentukan kebutuhan pelatihan individual merupakan

level terakhir. Pertanyaan-pertanyaan yang relevan adalah: ”Siapa yang

perlu dilatih?” dan “Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan jenis apa

yang dibutuhkan para karyawan?” Penilaian kinerja serta wawancara atau

survey terhadap supervisor dan pemegang pekerjaan sangat membantu

pada level ini. Setelah pelatihan dirancang, penyampaian latihan dapat

dimulai. Mondy (2008:215)

2. Mengidentifikasi sasaran pembelajaran dari program pelatihan

3. Menetapkan metode yang paling tepat

4. Menetapkan penyelenggaraan dan dukungan lainnya

5. Menetapkan isi pelatihan

6. Mengidentifikasi alat-alat evaluasi

(12)

9. Membuat materi pelatihan yang diperlukan dan dikembangkan seperti: jadwal

pelatihan, rencana setiap sesi, materi pembelajaran, alat-alat bantu belajar.

10.Implementasi pelatihan yaitu menerapkan program pelatihan yang sudah

dirancang oleh perusahaan.

11.Evaluasi yaitu memastikan apakan program pelatihan yang dijalankan berhasil

atau tidak.

2.1.11 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelatihan

Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dapat berperan dalam

pelatihan, yaitu:

1. Efektivitas biaya

2. Materi program yang dibutuhkan

3. Ketepatan dan kesesuaian fasilitas

4. Kemampuan dan preferensi peserta pelatihan

5. Kemampuan dan preferensi instruktur pelatihan.

2.1.12 Manfaat dan Dampak Pelatihan

Manfaat dan dampak perencanaan kebutuhan pelatihan yang diharapkan

(Siswanto, 2002: 211-212), meliputi:

(13)

2. Pengurangan keterlambatan kerja, kemangkiran, serta perpindahan tenaga

kerja

3. Pengurangan timbulnya kecelakaan dalam bekerja, kerusakan, dan

peningkatan pemeliharaan terhadap alat-alat kerja

4. Peningkatan produktivitas kerja

5. Peningkatan kecakapan kerja

6. Peningkatan rasa tanggung jawab

2.1.13 Metode-Metode Pelatihan

Metode-metode pelatihan (Gary Dessler, 2006: 290), yaitu:

1. On the Job Training yaitu melatih seseorang mempelajari pekerjaan sambil

mengerjakannya.

2. Magang yaitu suatu proses terstruktur dimana pekerja dilatih menjadi yang

terampil melalui kombinasi pelajaran dikelas dan pelatihan langsung di

pekerjaan.

3. Belajar secara Informal

4. Job Instruction Training yaitu dengan mendaftarkan urutan tugas setiap

pekerjaan dan hal penting lainnya untuk memberikan langkah-langkah

pelatihan secara bertahap kepada karyawan.

5. Pelajaran yang terprogram yaitu melatih karyawan dengan peralatan khusus

(14)

2.2 Penelitian Terdahulu

Menurut Aspriati (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Analisa

Pengaruh Pelaksanaan Program Penelitiaan Kinerja dan Pengembangan Karir

Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Head Office di PT. Toulau Tiga Indonesia

Medan”. Penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan menggunakan taraf

kepercayaan sebesar 90 persen dan jumlah sampel sebanyak 49 orang karyawan.

Hasil penelitian pada hipotesis pertama menunjukkan bahwa pelatihan dan

promosi secara serempak maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap

pengembangan karir. Sedangkan hasil penelitian pada hipotesis kedua

menunjukkan pelaksanaan kinerja dan pengembangan karir secara serempak

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan secara parsial hanya

pengembangan karir yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.

Menurut Pradipta (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis

Pengaruh Kinerja Agen Terhadap Kebutuhan Pelatihan Agen pada PT. Asuransi

Jiwa Manulife Indonesia Divisi Medan”. Populasi dalam penelitian ini adalah

agen di PT Manulife Indonesia Divisi Asuransi Jiwa Medan dan digunakan

sebagai sampel adalah agen sebesar 80 orang. Uji hipotesis menggunakan metode

regresi linier sederhana. Hasil penelitian ini dengan menggunakan uji parsial

signifikansi (uji-t) menunjukkan kinerja agen berpengaruh signifikan terhadap

kebutuhan pelatihan agen di PT Manulife Indonesia Divisi Asuransi Jiwa di

(15)

2.3 Kerangka Konseptual

Karyawan bagian penjualan merupakan sumber daya manusia yang dapat

menentukan keberhasilan atau kegagalan pada PT. Sanobar Gunajaya. Salah satu

cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan kinerja

karyawan yaitu melalui perencanaan program kebutuhan pelatihan dimana

program dapat dirancang setelah perusahaan mengetahui hasil penilaian kinerja

pada karyawan. Hasil penilaian kinerja dapat menjadi dasar perusahaan untuk

melakukan perencanaan kebutuhan pelatihann yang disesuainkan dengan

kebutuhan karyawan. Hasil penilaian kinerja ini dibutuhkan agar perusahaan dapat

memperbaiki kekurangan dan kelemahan setiap karyawan serta dapat

meningkatkan mutu kinerja dengan memberikan pelatihan yang sesuai dengan

kebutuhan karyawan.

Dengan menilai dan mengevaluasi kinerja karyawan maka perusahaan

dapat mengetahui kebutuhan pelatihan seperti apa yang dibutuhkan oleh para

karyawan dengan begitu perusahaan dapat membuat perencanaan kebutuhan

pelatihan yang benar-benar tepat sasaran.

Berdasarkan penjelasan, maka kerangka konseptual dapat digambarkan

(16)

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,

atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro, 2003: 47).

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparan, maka dapat dirumuskan

hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hasil Penilaian Kinerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Gambar

Gambar 2.1 Proses Penilain Kinerja
Gambar 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlett dan kemenambahan model diuji dengan Uji Tukey dan untuk melihat perbedaan antarnilai tengah perlakuan dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil

Langkah berikutnya adalah menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP). Berdasarkan RPP inilah guru menjalankan aktivitas mengajar dan buku pelajaran disusun. Dengan

bahwa guna mewujudkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan daerah Kabupaten

• Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang mengurutkan dan menuliskan urutan peristiwa pada teks (Bahasa Indonesia KD 3.8 dan 4.8) serta

Tanaman kacang hijau yang diletakkan di tempat terang tumbuh lebih pendek karena hormon auksin ini akan terurai dan terhambat karena terkena cahaya dan rusak sehingga laju

Hasil post test yang lebih besar, bila dibandingkan dengan hasil pre test menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan budidaya teknis bawang merah berpengaruh terhadap

Kompos merupakan produk yang berasal dari dekomposisi limbah organik yang mengandung selulosa dengan bantuan enzim selulase yang dimiliki oleh bakteri

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui konsep kepercayaan Malim, mengetahui sejarah aliran kepercayaan malim sebelum kedatangan penjajah yang membawa agama