• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM)NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM)NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA."

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM)

NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dian Eka Nidyawati NIM 12110241041

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Kebanyakan orang tidak benar-benar ingin kebebasan, karena kebebasan melibatkan tanggung jawab, dan kebanyakan orang takut

tanggung jawab.” (Sigmund Frend)

(6)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan kehadirat-Nya yang telah memberikan nikmat serta anugerah-Nya, karya ini saya persembahkan untuk: 1. Orang tua saya tercinta, Ayahanda Gunadi dan Ibunda Suminah yang selalu

memberikan kasih sayang, semangat, cinta, do’a, dukungan sehingga penulis berhasil menyusun karya tulis ini.

(7)

KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM)

NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

Oleh

Dian Eka Nidyawati NIM 12110241041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep dan implementasi pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah Pendiri, Kepala PKBM, Kepala Pendidikan Tingkat Dasar (SD), fasilitator Pendidikan Dasar, dan peserta didik Pendidikan Tingkat Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM). Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis data Miles dan Hubberman yang meliputi, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data mengunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menyimpulkan, (1) Pendidikan berbasis alam yaitu proses belajar manusia secara kodrat dan alamiah melalui kehidupan dan lingkungan alam sekitarnya; (2) Tujuan dari pendidikan berbasis alam yaitu agar anak menjadi dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing disesuaikan dengan capaian setiap kelas; (3) Karakteristik peserta didik yaitu anak bebas mengembangkan minat dan potensinya masing-masing, anak-anak tidak dipaksa oleh para orang tuanya sehingga anak-anak dengan senang hati belajar di Sanggar Anak Alam (SALAM); (4) Karakteristik pendidik yaitu bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan berbasis alam dengan memfasilitasi seluruh kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran dan ada keinginan untuk belajar bersama-sama dengan anak maupun fasilitator yang lain; (5) Kurikulum yang digunakan dalam pengimplementasian pendidikan berbasis alam adalah kurikulum berbasis minat masing-masing peserta didik melalui daur belajar; (6) Metode pembelajaran yang digunakan yaitu menggunakan metode riset yang temanya ditentukan oleh peserta didik mulai dari perencanaan sampai dengan persentasi; (7) Media yang digunakan peserta didik berbeda-beda dan disiapkan bersama orang tuanya sesuai dengan kebutuhan serta tema masing-masing peserta didik; (8) evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam dilakukan dengan review oleh fasilitator serta dalam proses pembelajaran melalui tahap-tahap daur belajar.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berisi tentang “KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA” dengan baik dan lancar. Penulis menyadari, keberhasilan yang dapat diraih dalam penyusunan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari semua pihak, maka penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar. 3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Yogyakarta dan dan dosen pembimbing akademik.

4. Ibu Dr. Rukiyati, M.Hum. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta menyetujui skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Kebijakan Pendidikan, Fakuktas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan selama mengenyam pendidikan strata 1.

6. Pendiri, ketua PKBM dan fasilitator Sanggar Anak Alam (SALAM) yang telah memberikan izin dan kemudahan selama proses penelitian.

7. Peserta didik yang telah memberikan kemudahan selama proses penelitian. 8. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mencurahkan segala perhatian, kasih

sayang serta do’a yang dipanjatkan selama ini demi kesuksesanku.

9. Adikku tercinta, Agung Dwi Widayanto yang selalu memberikan semangat dan do’a yang tulus.

(9)

11. Muhammad Faishal Rizaldy yang selalu memberikan semangat dan dukungan demi kelancaran skripsi ini.

12. Rekan-rekan Mahasiswa di Prodi Kebijakan pendidikan, Fakultas Ilmu pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan baik moril, materil selama penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umunya.

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Alam ... 10

1. Konsep Pendidikan ... 10

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan... 13

a. Fungsi Pendidikan ... 13

b. Tujuan Pendidikan... 15

(11)

4. Pengertian Implementasi ... 22

5. Konsep Pendidikan Berbasis Alam ... 27

a. Latar Belakang Pendidikan Berbasis Alam ... 27

b. Pengertian Pendidikan Berbasis Alam ... 28

c. Pembelajaran Pendidikan Berbasis Alam ... 29

d. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam ... 31

B. Penelitian yang Relevan ... 33

C. Pertanyaan Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 39

1. Jenis Penelitian... 39

2. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Setting Penelitian ... 40

1. Lokasi Penelitian ... 40

2. Waktu Penelitian ... 40

C. Objek Penelitian ... 40

D. Subjek Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Observasi... 41

2. Wawancara ... 42

3. Dokumentasi ... 42

F. Instrumen Penelitian ... 43

1. Pedoman Observasi ... 43

2. Pedoman Wawancara ... 44

3. Studi Dokumen ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 46

H. Keabsahan Data ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

1. Gambaran Umum Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 50

(12)

3. Tujuan Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 52

4. Prinsip dan Perspektif Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 53

5. Sarana dan Prasarana ... 54

6. Struktur Kepengurusan ... 56

B. Hasil Penelitian ... 57

1. Konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 58

2. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 59

3. Karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 61

4. Karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 63

5. Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 66

6. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 71

7. Media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 74

8. Evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)... 77

9. Hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 80

C. Pembahasan ... 82

1. Konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 82

2. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 84

3. Karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 85

4. Karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 87

(13)

6. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 91

7. Media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 94

8. Evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)... 95

9. Hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi ... 44

Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara ... 44

Tabel 3. Kisi-kisi studi dokumen ... 46

(15)

DAFTAR BAGAN

(16)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Gedung depan ... 157

Gambar 2. Gedung Kelas ... 157

Gambar 3. Gedung Kesekertariatan dan Halaman Bermain Anak ... 158

Gambar 4. Fasilitas Bermain Anak ... 158

Gambar 5. Gedung Keterampilan ... 158

Gambar 6. Perpustakaan... 159

Gambar 7. Ruang Kesekertariatan ... 159

Gambar 8. Gedung Taman Anak, SMP, dan Dapur ... 159

Gambar 9. Lingkungan Sekitar Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 160

Gambar 10. Gedung Belakang ... 160

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 108

Lampiran 2. Transkrip Hasil Wawancara ... 117

Lampiran 3. Reduksi Hasil Penelitan ... 135

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 147

Lampiran 5. Dokumentasi Foto... 157

Lampiran 6. Kurikulum ... 161

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari FIP ... 164

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan diluar

jalur (atau sistem) pendidikan formal, baik dilembagakan maupun tidak

dilembagakan, yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan atau

terstuktur. (Undang-Undang Republik Indonesia No.20 th. 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional). Proses belajar terjadi secara terorganisasikan di

luar sistem persekolahan, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan

bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar, dimaksudkan untuk

melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula. (Saleh Marzuki,

2010: 137).

Pendidikan nonformal merupakan suatu kebutuhan karena di negara

mana pun pasti ada sekelompok orang yang memerlukan layanan pendidikan

sebelum masuk sekolah, sesudah menyelesaikan sekolah, ketika tidak

mendapat kesempatan sekolah, bahkan ketika sedang bersekolah. Pendidikan

nonformal sebagai bagian dari sistem pendidikan memiliki tugas sama

dengan pendidikan lainnya (pendidikan formal) yakni memberikan pelayanan

terbaik terhadap masyarakat. Layanan alternatif yang diprogramkan di luar

sistem persekolahan tersebut bisa berfungsi sebagai pengganti, penambah,

dan atau pelengkap pendidikan formal sistem persekolahan.

Sasaran pendidikan nonformal yang semakin beragam, tidak hanya

(19)

dasar, masyarakat yang mengalami drop out dan putus pendidikan formal,

masyarakat yang tidak terakses pendidikan formal seperti; suku terasing,

masyarakat daerah pedalaman, daerah perbatasan, dan masyarakat pulau luar.

Namun demikian masyarakat sasaran pendidikan nonformal terus meluas

maju sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

perkembangan lapangan kerja dan budaya masyarakat itu sendiri. Pada

prinsipnya perluasan kegiatan/program pendidikan nonformal harus sejalan

dengan pemikiran baru tentang konsep belajar (learning), di mana belajar

yang terkesan hanya berlangsung di sekolah (formal) kurang tepat lagi dan

mulai bergeser ke luar setting persekolahan.

Ada beberapa fungsi pendidikan nonformal dalam kehidupan

sehari-hari yaitu sebagai substitusi pendidikan sekolah, komplemen pendidikan

sekolah, suplemen pendidikan sekolah, jembatan memasuki dunia kerja, dan

sebagai wahana untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan. (Ishak

dan Ugi, 2012: 25). Hunter (dalam Saleh Marzuki, 2010: 147) menyatakan

bahwa pendidikan nonformal berfungsi mengatasi kesenjangan yang ada di

masyarakat antara lain kesenjangan pekerjaan, efisiensi, permintaan serta

penyediaan, populasi, bayaran sebagai pendapatan, persamaan hak,

beradaptasi, dan harapan.

Dalam kasus di Indonesia, kebutuhan belajar, bidang pelajaran dan

pendidikan yang tidak diajarkan di sekolah adalah garapan dan tanggung

jawab pendidikan nonformal. Banyak masalah dan kebutuhan belajar individu

(20)

dan prasarana. Adanya kebutuhan belajar atau masalah sosial yang

membutuhkan sentuhan pendidikan di luar sistem persekolahan, maka disitu

pendidikan nonformal perlu hadir. (Ishak dan Ugi, 2012: 35-36)

Di Indonesia masih banyak orang yang membutuhkan pendidikan

nonformal karena tidak dapat menempuh pendidikan formal dengan berbagai

sebab, di antaranya karena tidak mampu mengikuti pendidikan formal di

sekolah, tidak mampu secara ekonomi untuk mengikuti pendidikan formal di

sekolah, dan peserta didik yang memang tertarik dengan pendidikan

nonformal. Salah satu problema pendidikan yang terjadi di Indonesia adalah

terdapatnya kesenjangan yang cukup lebar antara pengetahuan yang dimiliki

para siswa dengan sikap dan perilakunya. Kebanyakan mereka hafal dengan

materi pelajarannya, tetapi tidak mampu mengaplikasikan pengetahuannya

bagi peningkatan kualitas hidup, seolah tidak mengetahui makna belajar yang

sesungguhnya. Penerapan sistem pendidikan yang sudah tidak lagi

berorientasi pada pembentukan manusia seutuhnya merupakan masalah yang

dihadapi dalam dunia pendidikan. Banyak yang tidak menyadari bahwa

sistem pendidikan yang diterapkan selama ini dapat menghambat

berkembangnya potensi besar peserta didik dan cenderung hanya

mengedepankan pada aspek kognitif. Sekolah menjadi tempat kompetisi,

bersaing, dan saling menggungguli sejak dini, padahal setiap orang memiliki

potensi dan persoalan masing-masing. Tidak layak ketika setiap orang

diperlakukan sama dan diminta mengikuti adu pertandingan untuk mencapai

(21)

tidak semua sama. Pada dasarnya sekolah merupakan tempat siswa

memahami potensi, mengerti perkembangan pengetahuan dan

kemampuannya. (Sylvia Tiwon, 2015: 12).

Hasil dari proses panjang pendidikan hanya sekedar untuk memenuhi

kebutuhan sekelompok orang yang berkepentingan dan para penguasa.

Sekolah (paradigma industri menempatkan anak sebagai bahan mentah,

diolah disekolah menjadi komoditas yang dibutuhkan penguasa dalam

menjaga kelestarian kekuasaannya) merupakan lahan subur bagi kekuasaan

untuk menanamkan ideologi kekuasaan secara berlebihan. (Antonio dalam

Isjoni, 2009: 79-80). Sistem pendidikan di era kekinian lebih banyak

dibangun atas keputusan kebijakan yang mereproduksi ideologi penguasa,

bukan lahir dari “rahim” kesadaran pembangunan masyarakat baru secara

“revolusioner” dan “visioner”. (Imam dan Ahmad, 2004: 130).

Belum optimalnya penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia

memicu munculnya sekolah-sekolah alternatif sebagai inovasi baru dalam

memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu pendidikan alternatif

dengan harapan bisa mencapai tujuan pendidikan secara kognitif, afektif dan

psikomotor adalah pendidikan nonformal yang berbasis alam. Alam

merupakan salah satu media pembelajaran potensial yang saat ini hampir

dilupakan oleh praktisi pendidikan. Kurang ada kesadaran bahwa alam

bermanfaat sebagai tempat untuk melakukan proses belajar. Belajar dari alam

bukan berarti kita hanya sibuk memperhatikan gejala-gejala yang ditimbulkan

(22)

alam adalah alam digunakan sebagai tempat untuk melakukan proses belajar

mengajar, dan apa yang bisa kita gunakan dari alam sebagai alat peraga atau

pendukung dalam proses belajar. Siswa tidak hanya memahami materi yang

diberikan oleh guru sebatas pada alam ide, tetapi juga bisa mempelajari

secara empiris.

Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta

merupakan sekolah nonformal dan salah satu sekolah alternatif. Di sekolah

tersebut anak belajar di gubuk dan halaman, para pendidik dan

anak-anak tidak memakai seragam tetapi memakai pakaian bebas atau santai setiap

harinya. Di setiap kelas terdapat 2 pendidik yang mereka sebut sebagai

fasilitator bukan guru. Selain itu terdapat pula kebun ditanami berbagai

macam tanaman organik dan sayuran yang dirawat anak-anak SALAM,

tanaman organik dan sayuran tersebut dijadikan makanan olahan sehat yang

diolah sendiri oleh anak-anak untuk bahan praktik serta dikonsumsi sebagai

kudapan saat istirahat dan makan siang. Setelah makan siang anak-anak

mencuci piring dan gelas mereka masing-masing.

SALAM mencoba mewujudkan ide-ide pendidikan yang sesungguhnya

dengan memberikan ruang seluas-luasnya bagi anak untuk tumbuh

berkembang, bebas berekspresi dan berekplorasi dalam menemukan suatu

pengetahuan dengan memanfaatkan potensi lingkungan sekitar sebagai media

belajar. Berdasarkan wawancara dengan Pendiri Sanggar Anak Alam

(SALAM) Bantul Yogyakarta menyatakan bahwa banyaknya anak putus

(23)

yang subur tetapi miskin menjadi latar belakang berdirinya SALAM.

Walaupun dalam skala kecil SALAM berusaha membentuk pendidikan kritis,

menggerakan perekonomian dan dapat hidup di lingkungan sekitar. Di

SALAM peserta didik belajar tentang pergaulan, hak-hak dasar, pangan,

kesehatan, lingkungan hidup dan sosial budaya. Anak tidak dipaksa-paksa,

anak dihargai, diberi kesempatan dan tidak membandingkan anak satu dengan

yang lain. Anak merupakan makhluk hidup yang secara kodrati akan tumbuh

dan berkembang, mempunyai pribadi yang unik, selalu menuju pada proses

perkembangan, ingin berjalan ke depan, ingin tahu dan selalu ingin berhasil.

Banyak peserta didik cenderung menunjukkan sikap pasif karena langsung

menerima informasi dari pendidik, sehingga sulit untuk diajak berdiskusi atau

tanya jawab dalam pembelajaran. Peserta didik juga kurang berani dalam

mengajukan atau menjawab pertanyaan dan mengungkapkan ide serta

pendapat dalam proses pembelajaran. Yang diperlukan adalah situasi dan

ruang agar anak mampu mengolah kesulitan-kesulitan, mampu mengalahkan

kebimbangan, ketakutan, rasa minder, rasa tidak berdaya, depresi, dan kondisi

psikologis lainnya hingga menemukan jati dirinya. Intinya sekolah

merupakan tempat untuk memproses kecerdasan dan potensi yang ada dalam

diri anak masing-masing. SALAM menyusun Kurikulum sendiri sesuai

dengan kebutuhan anak dan menyesuaikan usia anak, hanya mengambil

indikator dari kurikulum Nasional tetapi selebihnya dikembangkan sendiri

(24)

Selain itu berdasarkan wawancara dengan Kepala PKBM (Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat) menyatakan bahwa anak mempunyai keunikan

dan potensi yang berbeda-beda, maka harus diberikan wadah untuk

berkembang sesuai dengan keunikan dan potensi mereka masing-masing. Di

SALAM mempunyai program aktivitas dalam dan luar kelas, makanan sehat,

kesehatan, lingkungan, seni dan budaya dengan kurikulum yang

menitikberatkan pada proses eksplorasi anak terhadap lingkungan sekitarnya,

yang menyenangkan, menghargai perbedaan dan lokalitas. SALAM juga

mempunyai slogan “mendengar saya lupa, melihat saya ingat, melakukan

saya paham, menemukan sendiri saya kuasai”.

Berdasarkan studi pendahuluan, hasil wawancara dan latar belakang di

atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam dengan

judul “Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada sebagaimana dikemukakan pada

latar belakang, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Banyaknya anak putus sekolah, pernikahan dini, pengangguran serta

banyak orang hidup di tanah yang subur tetapi miskin.

2. Anak mempunyai keunikan dan potensi yang berbeda-beda, maka harus

diberikan wadah untuk berkembang sesuai dengan keunikan dan potensi

(25)

3. Peserta didik kurang berani dalam mengajukan atau menjawab

pertanyaan dan mengungkapkan ide serta pendapat dalam proses

pembelajaran.

4. Peserta didik cenderung menunjukkan sikap pasif karena langsung

menerima informasi dari pendidik, sehingga sulit untuk diajak berdiskusi

atau tanya jawab dalam pembelajaran.

5. Peserta didik kurang mampu dalam mengolah kesulitan-kesulitan,

mengalahkan kebimbangan, ketakutan, rasa minder, rasa tidak berdaya,

dan depresi sehingga belum menemukan jati dirinya.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah melalui beberapa

uraian di atas, agar pembahasan lebih fokus aspek yang diteliti oleh peneliti,

maka perlu adanya pembatasan masalah. Cakupan masalah pada penelitian ini

terkait dengan potensi peserta didik yang berbeda-beda, maka peserta didik

berkembang sesuai dengan potensi masing-masing melalui pendidikan

berbasis alam di SD Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dipaparkan

di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam

(26)

2. Bagaimana implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta

2. Mendeskripsikan implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar

Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori pendidikan serta

dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap pengembangan

Kebijakan Pendidikan Non Formal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sanggar Anak Alam (SALAM)

Memberikan masukan bagi peningkatan kualitas pendidikan di

Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul

Yogyakarta.

b. Bagi Dinas Pendidikan

Memberikan sumbangsih informasi dan pemikiran terhadap

(27)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Alam 1. Konsep Pendidikan

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk

mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat

sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah

tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab

tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan

masyarakat berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah, karena

bagaimanapun juga, kebudayaan tidak hanya berpangkal dari naluri

semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses belajar dalam arti yang

sangat luas.

Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani

paedagogik”. Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “pais” yang

berarti “anak” dan kata “ago” yang berarti “aku membimbing”. Jadi

paedagogike berarti aku membimbing anak. Orang yang pekerjaan

membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar,

dalam bahasa Yunani disebut ”paedagogos”. (Soedomo, 2008: 17).

Pengertian pendidikan tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu usaha sadar dan terencana

(28)

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Pengertian pendidikan yang tertuang dalam

Undang-Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan bahwa pendidikan sebagai proses

seseorang belajar untuk mengetahui, mengembangkan kemampuan, sikap

dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya untuk menyesuaikan dengan

lingkungan sekitar.

Pendidikan merupakan proses sepanjang hayat dan upaya

perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan

segenap potensi dalam pemenuhan semua komitmen manusia sebagai

individu, sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan. (Dwi

Siswoyo, dkk, 2011: 55-56).

Ahmadi dan Uhbiyati (2003 :70) mengemukakan bahwa

pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang secara sadar,

disengaja, dan penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa

kepada anak sehingga terjadi interaksi dari keduanya agar anak mencapai

kedewasaan yang diharapkan dan berlangsung terus menerus. Hal ini

juga sebagaimana yang dinyatakan oleh Ngalim Purwanto (2011: 11)

bahwa pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan

dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan

rohaninya ke arah kedewasaan. Kedewasaan yang dimaksud adalah orang

(29)

atau burukkah itu, mau mempertanggungjawabkan keadaannya dan

segala perbuatannya. Secara moral telah menyesuaikan diri

(mengidentifikasi diri) dengan norma-norma kesusilaan.

Ki Hadjar Dewantara (Imam Barnadib, 1989: 28) berpendapat

bahwa pendidikan dimulai dari lahir sampai mati, dengan istilah

pendidikan seumur hidup (Life long Education). Hal ini senada dengan

yang dinyatakan oleh Philip H. Coombs (Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 52)

bahwa pendidikan dalam arti luas disamakan dengan belajar tanpa

memperhatikan dimana, atau pada usia berapa belajar terjadi. Pendidikan

sebagai proses sepanjang hayat (life long process), dan seseorang

dilahirkan hingga akhir hidupnya.

Beberapa konsep pendidikan yang telah dipaparkan tersebut

meskipun terlihat berbeda, namun sebenarnya memiliki kesamaan

dimana di dalamnya terdapat kesatuan unsur-unsur yaitu: pendidikan

merupakan suatu proses, ada hubungan antara pendidik dan peserta didik,

terkandung pembinaan, pengembangan, peningkatan, memiliki tujuan,

serta aktivitas pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah,

dan masyarakat. Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa

pendidikan merupakan sarana untuk membantu seseorang untuk dapat

mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik secara

langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi

(30)

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan a. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan merupakan serangkaian tugas atau misi

yang diemban dan harus dilakukan oleh pendidikan. (Dirto

Hadisusanto, dkk, dalam Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 24). Tugas atau

misi pendidikan itu dapat tertuju pada diri manusia yang dididik

maupun kepada masyarakat bangsa di tempat ia hidup. Bagi dirinya

sendiri, pendidikan berfungsi menyiapkan dirinya sendiri agar

menjadi manusia secara utuh, sehingga dapat menunaikan tugas

hidupnya secara baik dan dapat hidup wajar sebagai manusia. Fungsi

pendidikan terhadap masyarakat setidak-tidaknya ada dua bagian

besar yaitu fungsi preserveratif dan fungsi direktif. Fungsi

preserveratif dilakukan dengan melestrikan tata sosial dan tata nilai

yang ada dalam masyarakat, sedangkan fungsi direktif dilakukan

oleh pendidikan sebagai agen pembaharuan sosial, sehingga daat

mengantisipasi masa depan. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi

(1) menyiapkan sebagai manusia, (2) menyiapkan tenaga kerja dan

(3) menyiapkan warga negara yang baik. (Dwi Siswoyo, dkk, 2011:

24).

Di Indonesia, menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 (dalam

Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 25), fungsi pendidikan ditetapkan sebagai

berikut: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

(31)

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa ...” Di

sini tersirat ada fungsi sebagai nation and character building, yang

selama ini banyak dikritik agak terabaikan.

Jeane H. Balantine (dalam Sumitro, dkk, 1998: 60)

menyatakan bahwa fungsi pendidikan bagi masyarakat meliputi (1)

fungsi sosialisasi, (2) fungsi seleksi, latihan dan alokasi, (3) fungsi

inovasi dan perubahan sosial, (4) fungsi pengembangan pribadi dan

sosial. Hal ini juga sebagaimana yang dinyatakan oleh Alex Inkeles

(dalam Sumitro, dkk, 1998: 60) bahwa fungsi pendidikan itu adalah

sebagai berikut: (1) menindahkan nilai-nilai budaya, (2) fungsi nilai

pengajaran, (3) fungsi meningkatkan mobilitas sosial, (4) fungsi

stratifikasi, (5) fungsi latihan jabatan, (6) fungsi mengembangkan

dan memantapkan hubungan-hubungan sosial, (7) fungsi membentuk

semangat kebangsaan dan (8) fungsi mengasuh bayi.

Dari bermacam-macam fungsi tersebut dapat disimpulkan

bahwa pendidikan mengemban fungsi yang sangat luas karena

menyentuh segala segi kehidupan manusia. Pendidikan juga

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian

serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau

dengan kata lain pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar

menjadi manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan

(32)

b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh

kegiatan pendidikan. Tanpa sadar tujuan, maka dalam praktek

pendidikan tidak ada artinya. Moore, T.W. (dalam Dwi Siswoyo,

dkk, 2011: 26) menyatakan bahwa dalam tujuan pembangunan,

pendidikan merupakan sesuatu yang mendasar terutama pada

pembentukan kualitas sumber daya manusia. Todaro & Smith (2003:

404) menjelaskan bahwa pendidikan memiliki peran kunci dalam

membentuk kemampuan manusia untuk menyerap teknologi modern,

dan mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta

pembangunan yang berkelanjutan.

Langeveld (dalam Ahmadi dan Uhbiyati, 2003: 105-108)

mengemukakan ada beberapa tujuan pendidikan, antara lain:

1) Tujuan Umum, tujuan ini juga disebut tujuan total, tujuan yang

sempurna atau tujuan akhir untuk membentuk manusia

sempurna.

2) Tujuan Khusus, tujuan-tujuan pendidikan yang telah disesuaikan

dengan keadaan-keadaan tertentu, dalam rangka untuk mencapai

tujuan umum pendidikan inilah yang dimaksud dengan tujuan

khusus.

3) Tujuan tak lengkap, setiap aspek pendidikan mempunyai

tujuan-tujuan pendidikan sendiri-sendiri. Tujuan dari aspek-aspek

(33)

Sebab masing-masing aspek pendidikan itu menganggap

seolah-olah dirinya terlepas dari aspek pendidikan yang lain. Pada hal

masing-masing pendidikan itu hanyalah merupakan

bagian-bagian dari pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu

tujuan dari masing-masing aspek itu harus dilengkapi dengan

tujuan dari aspek-aspek yang lain.

4) Tujuan insidental : (tujuan seketika atau sesaat), tujuan ini

timbul secara kebetulan , secara mendadak dan hanya bersifat

sesaat.

5) Tujuan sementara, tujuan yang ingin dicapai dalam fase tertentu

dalam pendidikan. Tujuan sebenarnya ialah agar anak dapat

memiliki ilmu pengetahuan tertentu. Memiliki ilmu pengetahuan

merupakan tujuan sementara dan begitulah seterusnya.

Demikian tujuan-tujuan sementara ini semakin meningkat untuk

menuju kepada pengetahuan umum, tujuan total atau tujuan

akhir.

6) Tujuan perantara, tujuan perantara disebut juga tujuan

intermediet. Tujuan inilah adalah merupakan alat atau sarana

untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain.

Berbagai macam uraian dari tujuan pendidikan di atas maka dapat di

simpulkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

manusia agar memiliki ketrampilan dan mampu bersaing dan

(34)

3. Komponen-Komponen Pendidikan

Sebagaimana dikemukakan dalam bagian pendidikan sebagai

sistem, bahwa suatu sistem memiliki komponen-komponen (subsistem).

Pendidikan sebagai sistem berarti memiliki komponen-komponen

tertentu yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Komponen-komponen penting dalam pendidikan, antara lain pendidik (guru), peserta

didik (siswa/murid/santri/warga belajar/peserta didik), kurikulum,

metode pembalajaran, media pembelajaran, dan lingkungan.

Rulam Ahmadi (2015: 63-79) mengemukakan beberapa

komponen-komponen pendidikan, antara lain:

a. Peserta didik

Peserta didik adalah seseorang yang ingin belajar atau memperoleh

pendidikan. Peserta didik merupakan seseorang yang memiliki hak

untuk memperoleh layanan pendidikan (pembelajaran) dari

pemerintah atau masyarakat luas sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya. Mereka memiliki kerakteristik yang berbeda-beda

dan memengaruhi proses belajarnya. Peserta didik memiliki ciri-ciri

sebagai berikut. Pertama, individu yang memiliki potensi fisik dan

psikis yang khas sehingga menjadi insan yang unik. Kedua, individu

yang sedang berkembang, perubahan yang terjadi dalam diri peserta

didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri maupun ke

arah penyesuaian dengan lingkungan. Ketiga, individu yang

(35)

Keempat, individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

Manusia dilahirkan dengan potensinya masing-masing dan

kemampuan masing-masing dalam mengembangkan potensi-potensi

yang dimiliki.

b. Pendidik

Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pendidikan peserta didik. Pihak yang bertanggung jawab terhadap

pendidikan peserta didik adalah guru di sekolah, orang tua, dan

masyarakat. Pendidik utama dalam konteks rumah tangga adalah

orang tua, sedangkan dalam konteks pendidikan di sekolah menjadi

tanggung jawab utama guru. Masyarakat baik secara individual,

kolektif, maupun, lembaga juga memiliki peranan penting dalam

proses pendidikan. Akan tetapi, dalam konteks uraian ini pendidik

lebih ditekankan pada guru di sekolah. Guru yang baik memiliki

beberapa sifat. Ada sebelas sifat utama guru yang baik sebagaimana

dikemukakan oleh Alan Haskvitz, yaitu: tidak puas, harapan yang

tinggi, menciptakan kemandirian, berpengetahuan luas, humor,

berwawasan, fleksibel, berbeda, tidak menerima, tidak

menyesuaikan (unconforming), dan seorang komunikator.

c. Kurikulum

Rusly Ahmad (dalam Rulam Ahmadi, 2015: 68) mengatakan bahwa

kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang mempunyai arti dan

(36)

sekolah. Pendapat lain menyatakan bahwa kurikulum adalah suatu

alat yang sangat penting dalam meralisasi dan mencapai tujuan

pendidikan sekolah (Oemar Hamalik dalam Rulam Ahmadi, 2015:

68). Dalam arti luas, kurikulum dapat diartikan sebagai sesuatu yang

dapat memengaruhi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun

luar sekolah. Kurikulum harus direncanakan agar pengaruhnya

terhadap siswa benar-benar dapat diamati dan diukur hasilnya.

d. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam

pendidikan (pembelajaran). Dengan metode yang tepat,

pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan sebaliknya jika

penggunaan metode tidak tepat bisa berpengaruh negatif pada

pembelajaran. metode mengajar merupakan cara yang digunakan

guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dalam

mencapai tujuan (Darwyn Syah dalam Rulam Ahmadi, 2015: 73).

Fungsi metode pembelajaran adalah: 1) metode sebagai alat motivasi

ekstrinsik, 2) metode sebagai strategi pengajaran, 3) metode

pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan (Djamarah dan

Zain dalam Rulam Ahmadi, 2015: 73). Ada beberapa jenis metode

yang digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:

1) Metode ceramah

Metode ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan

(37)

sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif

(Syah dalam Rulam Ahmadi, 2015: 74). Pada dasarnya, hampir

dan bahkan semua pembelajaran menggunakan metode ceramah

walaupun tidak sebagai metode inti. Penerapan metode diskusi,

misalnya tetap juga menyertakan metode ceramah terutama pada

saat memberi pengantar atau penjelasan.

2) Metode tanya jawab

Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam

bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru

kepada siswa tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.

Penggunaan metode ini mengembangkan keterampilan

mengamati, menginterpretasi, mengklasifikasi, membuat

kesimpulan, menerapkan, dan mengomunikasikan. Penggunaan

metode ini bertujuan untuk memotivasi anak mengajukan

pertanyaan selama proses pembelajaran. (Djamarah dalam

Rulam Ahmadi, 2015: 75).

3) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat

hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving).

Metode ini juga disebut sebagai diskusi kelompok (group

discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).

(38)

e. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam

pendidikan. Media pembelajaran sangat bermanfaat untuk

memperlancar proses pembelajaran dan belajar siswa di dalam kelas.

Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberikan

rangsangan bagi siswa untuk belajar, media pembelajaran juga

memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar

mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Yusufhadi

Miarso (dalam Rulam Ahmadi, 2015: 77) bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk

menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.

Dengan kata lain, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat menyampaikan materi pelajaran pada siswa sehingga

memungkinkan pembelajaran berlangsung secara efisien dan efektif.

Dari beberapa komponen-komponen pendidikan di atas dapat

disimpulkan bahwa komponen tersebut (peserta didik, pendidik,

kurikulum, metode pembelajaran, dan media pembelajaran) sangat

menentukan kelancaran pelaksanaan dan keberhasilan untuk mencapai

(39)

4. Pengertian Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap sempurna.

Berikut ini adalah pengertian tentang implementasi menurut para ahli.

Hanifah (Harsono, 2002: 67) menyatakan bahwa implementasi

adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan

kebijakan dari politik kedalam administrasi. Pengembangan suatu

kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.

Usman (2002: 70) mengemukakan bahwa implementasi adalah

bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu

sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang

terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Setiawan (2004: 39) berpendapat bahwa implementasi adalah

perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara

tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan

pelaksana, birokrasi yang efektif.

Definisi lain tentang implementasi diberikan oleh Lineberry

(Putra, 2003: 81) yaitu tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan

swasta secara individu atau kelompok yang diarahkan pada pencapaian

tujuan serta sasaran yang menjadi prioritas dalam keputusan suatu

kebijakan. 3 (tiga) kegiatan utama yang paling penting dalam

(40)

1. Penafsiran, yaitu kegiatan yang menerjemahkan makna program ke

dalam pengaturan yang dapat diterima serta dijalankan.

2. Organisasi, yaitu unit atau wadah untuk menempatkan program ke

dalam tujuan suatu kebijakan.

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi

pelayanan, upah, dan lainya.

Dari pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata

implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Ungkapan

mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara

sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai

tujuan kegiatan.

Winarno (2002: 125) mengemukakan beberapa teori dari

beberapa ahli mengenai implementasi kebijakan, salah satunya yaitu teori

George C. Edward. Dalam pandangan Edward III, ada 4 (empat) faktor

yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan, antara lain:

a. Komunikasi

Secara umum, Edwards membahas tiga hal penting dalam

komunikasi yaitu transmisi, konsistensi dan kejelasan (clarity).

Transmisi adalah keputusan kebijakan dan perintah yang telah

diteruskan kepada personil yang tepat. Kejelasan merupakan

perintah yang akan dilaksanakan dan harus jelas misalkan melalui

(41)

dan tidak bertentangan dengan para pelaksana kebijakan agar proses

implementasi dapat berjalan dengan efektif.

b. Sumber-sumber

Suatu perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat,

jelas, dan konsisten tetapi jika para pelaksana kekurangan

sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan, maka

implementasi ini cenderung tidak efektif. Adapun sumber-sumber

yang penting meliputi :

1) Staf

Jumlah staf yang terlalu banyak otomatis mendorong

implementasi tidak berhasil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya

kecakapan yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah ataupun

staf, namun di sisi lain kekurangan staf juga akan menimbulkan

persoalan yang pelik menyangkut implementasi kebijakan yang

efektif. Dengan demikian, tidaklah cukup hanya dengan jumlah

pelaksanaan yang memadai untuk melaksanakan suatu

kebijakan. Para pelaksana juga harus memiliki keterampilan

yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.

2) Wewenang

Setiap wewenang mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Jika

para pejabat/badan pelaksana kebijakan mempunyai

(42)

diperlukan kerjasama dengan pelaksana/badan lain agar program

berhasil.

3) Fasilitas

Fasilitas fisik adalah sumber yang penting pula dalam suatu

proses implementasi. Tanpa bangunan, sebagai kantor untuk

melaksanakan koordinasi, tanpa perlengkapan dan perbekalan,

maka kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan

berhasil.

4) Struktur Birokrasi

Ada 2 (dua) karakteristik utama dari birokrasi, yakni

prosedur-prosedur kerja ukuran dasar atau sering disebut sebagai

Standard Operating Procedure (SOP) berkembang sebagai

tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan

sumber-sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman

dalam bekerjasamanya organisasi-organisasi yang kompleks dan

tersebar luas. Fragmentasi merupakan tekanan di luar unit-unit

birokrasi, seperti komite legislatif, kelompok kepentingan,

pejabat eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan yang

mempengaruhi organisasi birokrasi pemerintah.

Subarsono (2005: 99) mengemukakan teori dari van Meter dan

Van Horn mengenai 6 (enam) variabel yang mempengaruhi kinerja

(43)

a. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas sehingga dapat

direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan tidak teratur, maka

akan mudah menimbulkan konflik diantara para pelaksana

implementasi.

b. Sumber daya

Sumber daya diperlukan dalam sebuah implementasi kebijakan, baik

sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.

c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas

Dukungan dan koordinasi dengan instansi lain diperlukan dalam

implementasi program untuk keberhasilan suatu program.

d. Karekteristik Agen Pelaksana

Agen pelaksana mancakup struktur birokrasi, Standard Operating

Procedure (SOP), norma-norma, dan pola-pola hubungan yang

terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi

implementasi suatu program.

e. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni:

1) Respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi

kemauannya untuk melaksanakan kebijakan

2) Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan

3) Intensitas disposisi implementor, yakni prefansi nilai yang

(44)

f. Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang

dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana

kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi

implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni

mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di

lingkungan, dan apakah elit politik mendukung implementasi

kebijakan.

5. Konsep Pendidikan Berbasis Alam

a. Latar belakang Pendidikan Berbasis Alam

Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang

akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan,

sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia

yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan. (Khaeruddin,

dkk, 2007: 3). Pada bidang pendidikan konsepsi sekolah merupakan

salah satu unsur penting keberlangsungan sistem pendidikan

nasional. Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang

tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu

pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu bentuk sistem

pendidikan yang digagas untuk merubah keadaan dunia pendidikan

Indonesia saat ini, dan mulai dikembangkan di Indonesia adalah

pendidikan berbasis alam. (Satmoko Budi, 2010: 13). Alam adalah

(45)

terkenal di dunia mampu menghasilkan karya-karya fenomenal

lantaran memanfaatkan alam.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang

dipelajarinya bukan mengetahuinya, pembelajaran yang berorientasi

pada target penguasaan materi yang terbukti berhasil dalam

kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali

anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, itulah

yang terjadi di kelas-kelas sekolah saat ini. (Nurhadi, 2002: 1).

Berdirinya sekolah berbasis alam terutama dilatar belakangi sebuah

gagasan bagaimana menciptakan sistem belajar mengajar yang

menyenangkan yang bisa menempa kecerdasan natural anak dengan

kualitas menjadi nomor terdepan sehingga mampu menarik minat

anak didik untuk terus belajar.

Diharapkan inspirasi dari hadirnya pendidikan berbasis alam

menjadi alternatif dalam menciptakan susana belajar yang

menyenangkan dan membuat anak-anak senang dan merasa bahwa

belajar adalah suatu kebutuhan dan kesenangan bukan sesuatu yang

membosankan dan harus dipaksakan.

b. Pengertian Pendidikan Berbasis Alam

Pendidikan berbasis alam dapat menjadi alternatif pendidikan

yang bisa membawa anak menjadi lebih kreatif, berani

mengungkapkan keinginannya dan mengarahkan anak pada hal-hal

(46)

keinginan kreatif anak sehingga anak akan menemukan sendiri bakat

dan kemampuan berlebih yang dimilikinya. (Satmoko Budi, 2010:

13).

Sebagai pendidikan berbasis alam, pemandangan sekolah

adalah jantung sekolah. Menyatu dengan jiwa sekolah dan harmoni

dengan alam. (Septriana, 2009: 78). Hakikat dari konsepnya

merupakan sekolah dengan berbasis konsep pendidikan yang

memanfaatkan alam semesta.

Pendidikan berbasis alam merupakan salah satu bentuk

pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama

sebagai pembelajaran siswa didiknya. Pendidikan berbasis alam

menjadi sebuah impian yang jadi kenyataan bagi mereka yang

mengangankan dan menginginkan perubahan dalam dunia

pendidikan. Diharapkan dari adanya alternatif pendidikan alam tidak

sekedar perubahan sistem, metode dan target pembelajaran

melainkan paradigma pendidikan yang akan mengarah pada

perbaikan mutu dan hasil dari pendidikan itu sendiri. Target

strategisnya adalah anak didik dapat menjadi investasi sumber daya

manusia untuk masa depan yang menghargai dan bersahabat dengan

alam.

c. Pembelajaran Pendidikan Berbasis Alam

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

(47)

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

(Oemar Hamalik, 2001: 7). Mulyasa (2004: 100) menyatakan bahwa

pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah

yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor

yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri

individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan

individu.

Alam semesta yang dimanfaatkan antara lain sebagai media

pendidikan, observasi dan riset. (Septriana, 2009: 81). Kondisi

fisiologis peserta didik ketika belajar di alam terbuka juga akan

sangat berpengaruh terhadap keefektifan cara belajar mereka.

Suasana dan kondisi lingkungan yang menyenangkan (Fun

Learning), akan sangat mendukung dalam proses pembelajaran ini.

Berdasarkan hal tersebut, sangatlah penting bagi kita untuk

mengkonsep sebuah pendidikan yang menyelenggarakan sistem

belajar mengajar yang menghargai setiap potensi yang ada. Dalam

pembelajaran dapat diselaraskan dengan kondisi psikologis siswa,

sehingga otak mereka akan sangat mudah untuk bekerja sama dalam

proses pembelajaran dan proses belajar pun akan menjadi sangat

optimal dan efektif.

Dalam pembelajarannya konsep pendidikan berbasis alam

(48)

harapan orientasi fokusnya mengembangkan kelebihan yang dimiliki

anak dengan metode pencarian yang tak baku dan relatif

menyenangkan diterima anak dalam bentuk permainan tertentu.

Metodologi pembelajaran yang dipakai cenderung mengarah pada

pencapaian logika berpikir inovatif yang baik dalam bentuk action

learning (praktik nyata). (Satmoko Budi, 2010: 14).

Yang menarik dari pendidikan berbasis alam adalah tidak

hanya siswa yang belajar guru pun dituntut untuk terus belajar, bisa

dari murid atau guru-guru lain. Yang sangat penting dalam

pembelajaran adalah penanaman dasar bahwa semua makhluk

berkewajiban untuk belajar, belajar dalam konteks toleransi sosial.

Bahkan yang lebih dalam proses pelajaran, bukanlah hanya mengejar

nilai, namun bagaimana memahami seberapa jauh proses belajar

dapat dinikmati dan diterapkan dengan baik. Dengan kata lain, antara

kurikulum, toleransi sosial, dan pemanfaatan kehidupan keseharian

dapat ditarik benang merah transformasi ilmu secara teknis, moral,

kemanusiaan dan lain-lain.

d. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam

Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan berarti

apa-apa, ibarat seseorang yang bepergian tidak tentu arah.

Pendidikan berbasis alam merupakan pendidikan yang menawarkan

konsep pendidikan nilai dan peduli terhadap lingkungan. Pendidikan

(49)

sadar dan jelas memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam

penerapannya tidak kehilangan arah dan pijakan. Keberadaan

sekolah berbasis alam pada dasarnya dalam tujuan kurikulumnya

mencakup penciptaan akhlak yang baik, penguasaan ilmu

pengetahuan dan penciptaan pemahaman kepemimpinan yang

memadai. (Satmoko Budi, 2010: 18). Apapun latar belakang dari

murid yang bersangkutan, sekolah berbasis alam sebagai tempat

belajar adalah muara penciptaan akhlak yang baik.

Peserta didik diharapkan dapat menguasai pengetahuan dengan

baik. Meskipun belajar di sekolah yang berbasis kurikulum alam,

Peserta didik juga dituntut menguasai ilmu pengetahuan yang

memadai. Satu hal yang tak bisa dilewatkan dari keberdaan sekolah

berbasis alam adalah komitmennya pada penciptaan pemahaman

kepemimpinan yang memadai. Mereka diarahkan menjadi inovator

yang mempunyai jiwa kepemimpinan. Konteks kepemimpinan disini

tidak hanya mampu memimpin secara sosial, namun juga untuk

dirinya sendiri.

Pendidikan berbasis alam menjadikan anak lebih ramah,

menghargai lingkungann dan lebih memfokuskan pada kelebihan

yang dimiliki anak dengan metodologi action learning. Peserta didik

diharapkan dapat menciptakan dan membuat sesuatu yang baru dari

bahan-bahan yang tersedia di alam, baik berupa pohon-pohonan,

(50)

peserta didik mampu menjadi anak yang mempunyai kriteria cinta

lingkungan, menjadi inovator dalam segi kepemimpinan team work

dan sekaligus mampu berbisnis dalam praktek nyata. (Septriana,

2009: 90).

Dari uraian di atas tujuan pendidikan berbasis alam bila

ditelaah dari target kolektif adalah berupaya untuk menghasilkan

orang-orang luar biasa untuk membangun peradaban. Subtansi dari

pendidikan berbasis alam yaitu mengajarkan empat hal utama, yaitu

akhlak yang bersifat universal, logika ilmu, kepemimpinan, dan

kewirausahaan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Khafidhatul Khasanah dengan judul

Konsep dan Implementasi Sekolah Berbasis alam di SD Alam SMART

KIDS Dusun Pewarakan Bawang Banjarnegara Jawa Tengah (UIN 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep sekolah berbasis alam di SD

Alam SMART KIDS menggunakan konsep alam mengenai fungsi alam

dijadikan sebagai ruang belajar, media, objek, bahan ajar, dan untuk

mewujudkan konsep sekolah alam, SD Alam SMART KIDS

menggunakan empat pilar proses pembelajaran yaitu pengembangan

akhlak melalui teladan, pengembangan logika dan daya cipta melalui

ekpreriantal learning, pengembangan kepemimpinan dengan metode

(51)

Implementasi sekolah berbasis alam terwujud dalam kurikulum SD Alam

SMART KIDS yaitu meliputi tujuan pendidikan, isi materi,

kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran, media pembelajaran

yang digunakan, dan instrumen evaluasi. Faktor pendukung dari aspek

internal yaitu situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang sangat

strategis, sedangkan dari aspek eksternal adalah respon masyarakat yang

positif dari masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. Adapun

faktor penghambat dari internal adalah belum tersusunnya administrasi

sekolah dengan baik dan belum lengkapnya sarana prasarana, sedangkan

faktor penghambat dari eksternal yaitu belum siapnya yayasan untuk

memberikan bantuan berupa dana untuk pembangunan sekolah dan

masih minimnya pemahaman masyarakat mengenai sekolah alam.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti Wijayanti dengan judul

Pelaksanaan Pembelajaran Sains Kelas III di SD Alam dan SD Non Alam

Yogyakarta pada Tahun Pembelajaran 2008/2009 (2009). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru kelas III dalam

pelaksanaan pembelajaran sains di SD Alam lebih baik daripada

kemampuan guru kelas III di SD Non Alam, skor total kompetensi guru

yang diperoleh guru-guru kelas II di SD Alam sebesar 96,83 (kategori

baik), sedangkan skor total kompetensi guru-guru di SD Non Alam

sebesar 68,75 (kategori cukup). Aktivitas siswa kelas III di SD Alam

lebih tinggi daripada aktivitas siswa di SD Non Alam, SD Alam

(52)

di SD Non Alam memperoleh rerata skor aktivitas siswa sebesar 23,6

(kategori sedang). Prestasi belajar siswa kelas III di SD Alam lebih tinggi

daripada prestasi siswa kelas III di SD Non Alam. Prestasi siswa di SD

Alam yaitu 59,95 lebih besar daripada hasil prestasi siswa kelas III di SD

Non Alam yaitu 59,02.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rukiyati dengan judul Pendidikan Nilai

Holistik untuk Membangun Karakter Anak di SDIT Alam Nurul Islam

Yogyakarta (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa landasan

ontologis pendidikan nilai holistik Islam adalah monisme multifaset

dengan titik tolak adalah manusia sebagai hamba Allah dan pemimpin di

muka bumi. Landasan epistemologis pendidikan nilai holistik Islam

adalah teori pengetahuan yang mengaku berbagai sumber pengetahuan:

wahyu, akal, pengalaman, intuisi dan otoritas. Landasan aksiologis

pendidikan nilai dalam Islam adalah nilai-nilai dasar: kebebasan,

persamaan, keadilan, persaudaraan, dan perdamaian. Pendidikan nilai

holistik Islam bertujuan untuk membentuk manusia berakhlak mulia.

Konsep pendidikan nilai di SDIT Alam Nurul Islam adalah pendidikan

Islam terpadu dengan alam. Subjek didik dibiasakan berinteraksi dengan

alam agar dapat merasakan dan memikitkan keberadaan dirinya sebagai

bagaian dari alam ciptaan Tuhan sehingga tumbuh kesadaran, perasaan,

dan tindakan moral untuk menjadi hamba Allah dan pemimpin di muka

bumi. Tujuan pendidikan nilai di SDIT Alam Nurul Islam adalah

(53)

terpadu bersumber dari kurikulum nasional, kurikulum sekolah alam dan

kurikulum sekolah Islam terpadu. Metode pendidikan nilai yang

digunakan adalah penaneman nilai, peragaan nilai, pembiasaan nilai,

fasilitasi nilai, dan keterampilan nilai dengan strategi yang beragam.

Interaksi guru dan siswa bersifat demokratis/egaliter, terbuka, dilandasi

rasa ukhuwah yang kuat dan saling menghargai. Karakter subjek didik

mencerminkan anak yang sedang tumbuh menjadi orang saleh, sadar diri,

terbuka, demokratis, percaya diri, aktif, kreatif, cepat tanggap, pintar,

senang bekerja sama dan mandiri. Karakter alumni mencerminkan

pribadi remaja saleh, sadar diri, percaya diri, santun, menggemari

kegiatan di alam, mempunyai orientasi hidup dan cita-cita yang jelas,

mandiri, senang belajar dan berorganisasi. Ada keterbukaan sikap dari

pendidik mengenai adopsi metode pembelajaran nilai terbaru yang

sejalan dengan Islam. Ada kerjasama yang baik antara orang tua dan

sekolah untuk mendukung proses pembelajaran nilai. Ada sedikit

hambatan pendidikan nilai di sekolah berupa ketidaksamaan pembiasaan

yang dilakukan sebagaian orang tua dengan pembiasaan di sekolah.

Terdapat keselarasan antara teori pendidikan nilai holistik Islam dan

praktiknya di SDIT Alam Nurul Islam mengenai tujuan pendidikan nilai,

metode pendidikan nilai, dan evaluasi pendidikan nilai. Selain itu

terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dalam hal: siswa kurang

(54)

C. Pertanyaan Penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini,

dikembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak

Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

2. Apa tujuan dari pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

3. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

4. Bagaimana karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

5. Bagaimana kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

6. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

Bantul Yogyakarta?

7. Bagaimana media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan

(55)

8. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di

Sanggar Anak Alam (SALAM) ?

9. Bagaimana hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu

memahami fenomena-fenomena yang dirasakan oleh pelaku dalam

melakukan penelitian. Fenomena-fenomena tersebut seperti perilaku,

persepsi, tindakan subjek yang diteliti. Berdasarkan hasil dari

penelitian tersebut kemudian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata

dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010 : 6).

Penelitian kualitatif dapat berarti bahwa penelitian yang datanya

berbentuk kata-kata, gambaran bukan angka-angka, kalaupun ada

angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang. Data yang diperoleh

meliputi interview, cacatan lapangan, foto, dokumen dan sebagainya

(Sudarwan Danim, 2002 : 51).

Definisi di atas dapat ditegaskan bahwa penelitian kualitatif

hanya menjelaskan atau menyuguhkan data yang berbentuk kata-kata

bukan angka-angka, yang didasarkan pada fakta-fakta yang ada

dilapangan yang didapatkan melalui subjek dan objek saat penelitian

(57)

2. Pendekatan Penelitian

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif.

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan

pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Jenis

penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini

dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai Konsep dan

Implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam

(SALAM) secara mendalam dan komprehensif.

B. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Agustus sampai

Desember 2016 dari tahap prasurvei hingga dilaksanakan penelitian.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian

yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada objek penelitian ini,

peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang

(actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2007: 215).

Objek dalam penelitian ini adalah mengenai Konsep dan Implementasi

Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan

(58)

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang diminta informasinya

sesuai dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data

dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Suharsimi

Arikunto, 2002: 107).

Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik dan pendiri Sanggar Anak

Alam (SALAM), kepala PKBM Sanggar Anak Salam (SALAM), Kepala

Pendidikan Tingkat Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM), fasilitator

Pendidikan Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM), dan peserta didik

Pendidikan Tingkat Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dalam

penelitian karena tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh data.

Sugiyono (2005: 63) menyatakan bahwa terdapat beberapa teknik

pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Observasi

W. Gulo (2002: 116) berpendapat bahwa observasi merupakan

metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi

sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Kegiatan

observasi yang dilakukan yaitu merupakan observasi partisipan,

sehingga peneliti terjun langsung kelapangan, dalam penelitian ini

(59)

relevan dengan yang diteliti di Sanggar Anak Alam (SALAM)

Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab secara lisan antara dua

pihak, yaitu dua pihak yang bertanya (interviewer) dan yang

memberikan jawaban (interview) (Moleong, 2005: 186). Wawancara

merupakan teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui mengenai hal- hal

responden secara lebih mendalam.

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud mendapatkan data

yang dibutuhkan sesuai dengan topik penelitian sehingga data yang

diperoleh dapat akurat melalui sumber terpercaya. Wawancara

dilakukan oleh 2 orang yaitu pewawancara dan nara sumber (informan).

Wawancara yang dilakukan menggunakan wawancara terstruktur

dimana peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk

mengumpulkan data. Wawancara akan dilakukan dengan pendiri

Sanggar Anak Alam (SALAM), kepala Pendidikan Dasar Sanggar

Anak Alam (SALAM) dan fasilitator Pendidikan Dasar Sanggar Alam

(SALAM).

3. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan bahwa metode

(60)

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan

sebagainya. Hadari Nawawi (2005: 133) menyatakan bahwa studi

dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis

terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai

pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.

Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip-arsip

terkait dengan tujuan dan fokus permasalahan penelitian ini dan

digunakan sebagai penyempurna dari data yang telah diperoleh dari

hasil wawancara dan observasi.

F. Instruman Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun spesial yang ingin diamati. (Sugiyono,

2004: 97). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan pedoman

wawancara, dokumentasi, dan observasi secara langsung kelapangan.

Adapun kisi-kisi instrumen adalah meggunakan :

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi berupa pertanyaan secara garis besar

terhadap hal-hal yang akan diobservasi, kemudian diperinci dan

dikembangkan selama pelaksanaan penelitian dengan tujuan untuk

(61)
[image:61.595.161.517.139.412.2]

Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi

No. Aspek yang

dikaji Indikator yang dikaji Sumber Data

1. Sarana dan Prasarana

a. Letak Geografis Sekolah

b. Bangunan sekolah c. Lingkungan sekitar

sekolah

Pengamatan Peneliti 2. Pendidikan

Berbasis Alam

a. Aktivitas pendidik b. Aktivitas peserta

didik

c. Situasi interaksi di Seko

Gambar

Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara
Tabel 3. Kisi-kisi pedoman studi dokumen
Tabel 4. Sarana dan Prasarana
Gambar 1. Gedung depan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini masyarakat desa Kota Lama berada dalam keadaan tidak sejahtera yang ditandai dengan pembangunan infrastruktur pedesaan yang belum maksimal, kondisi jalan

[r]

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-3/W3, 2017 Frontiers in Spectral imaging and 3D Technologies

Bukti mikrobiologis: kultur darah positif namun tidak memenuhi kriteria mayor atau bukti serologis mengenai adanya infeksi aktif dengan organisme penyebab endokarditis infektif..

Dari wawancara yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa jemaat pada usia 40-49 tahun masih banyak yang belum tahu makna dari rose window , tetapi mereka masih dapat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga terhadap pengetahuan tentang terapi komplementer pada penderita

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan konsep diri dengan kemampuan mengajar guru, untuk mengetahui hubungan Sikap guru terhadap

The results of this study indicates that the understanding of personality traits as indicators described in the Theory of Planned Behavior, the assessment of