• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR MELALUI METODE CERAMAH TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS V SD NEGERI GUGUS III KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR MELALUI METODE CERAMAH TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS V SD NEGERI GUGUS III KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR MELALUI METODE CERAMAH TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DAN

KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS V SD NEGERI GUGUS III KECAMATAN KOTAGEDE

YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nikita Mulyawati NIM 13108241006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR MELALUI METODE CERAMAH TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS V SD NEGERI GUGUS III KECAMATAN

KOTAGEDE YOGYAKARTA

Oleh Nikita Mulyawati NIM 13108241006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah terhadap prestasi akademik dan kecerdasan emosional siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian Ex-post Facto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri kelas V Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta yang berjumlah 176 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan skala untuk mengumpulkan data keterampilan mengajar melalui metode ceramah dan kecerdasan emosional, sedangkan prestasi akademik menggunakan dokumentasi. Uji instrumen meliputi uji validitas menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Teknik analisis data menggunakan regresi sederhana.

Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh signifikan antara keterampilan mengajar melalui metode ceramah dengan prestasi akademik siswa, dengan nilai signifikansi 0,001 < 0,5. Hasil dari R2 sebesar 6,1%, hal ini berarti keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki sumbangan efektif sebesar 6,1% terhadap prestasi akademik, sedangkan 93,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. (2) terdapat pengaruh signifikan antara keterampilan mengajar melalui metode ceramah dengan kecerdasan emosional siswa, dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil dari R2 sebesar 18,7%, hal ini berarti keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki sumbangan efektif sebesar 18,7% terhadap kecerdasan emosional, sedangkan 81,3% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.

(3)

iii

“THE EFFECT OF TEACHING SKILLS WITH LECTURE METHODS ON ACADEMIC ACHIEVEMENT AND EMOTIONAL INTELLIGENCE ON 5th GRADE STUDENTS OF PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL CLUSTER III,

KOTAGEDE SUBDISTRICT OF YOGYAKARTA” method on academic achievement and emotional intelligence on 5th grade students of cluster III, Kotagede subdistrict of Yogyakarta.

This research used a quantitive approach to the type of research is expost facto. Population in this research were all students in 5th grade of public elementary school students on cluster III, Kotagede subdistrict of Yogyakarta which amounts to 176 students. Scale used to collect the data about teaching skills with lecture method and emotional intelligence. Documentation used to collect the data about academic achievement. The validity test used Product Moment and reliability test used Alpha Cronbach. Data analysis techniques used simple regression analysis.

The result of simple regression analysis shows that: (1) there is significant effect between teaching skills with lecture method on academic of students, contribution of 18,7% on emotional intelligence, whereas 81,3% is influenced by another variable outside the research.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

“Fa-inna ma‟al „usri yusran”

(Karena sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan)

(QS. Al-Insyirah:5)

“Jangan samakan perjuanganmu dengan orang lain, karena sudah jelas itu

berbeda. Nikmati saja, pasti ada indahnya.”

(Penulis)

“Belajar bersabar adalah hal yang wajib dilakukan karena rencana Allah pasti

lebih indah.”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu, kakak, dan keluarga besar tercinta yang telah memberikan

do’a dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengaruh Metode Ceramah terhadap Prestasi Akademik dan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas V SD Negeri

Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta” dapat diselesaikan tidak lepas dari

bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan saran/masukan, bimbingan dan motivasi dengan sabar selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Bapak Dr. Sujarwo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Statistika yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian Tugas Akhir Skripsi dapat terlaksana sesuai tujuan.

3. Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd., Ibu Safitri Yosita Ratri, S.Si, M.Pd, M.Ed., dan Ibu Dr. Farida Agus Setiawati, M.Si. selaku Ketua Penguji, Sekretaris Penguji, dan Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.

4. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.

5. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Ahir Skripsi.

6. Kepala Sekolah SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.

(10)

x

8. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan do’a dan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.

9. Saudara Firman Dwi Prabowo yang selalu menemani, memberikan semangat, motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.

10.Teman-teman yang selalu membantu, memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.

11.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang setimpal. Demikianlah skripsi ini saya buat semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, Mei 2017 Peneliti,

(11)

xi

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 13

1. Pengertian Keterampilan Mengajar ... 13

2. Pengertian Metode Ceramah ... 14

3. Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 16

B. Prestasi Akademik ... 25

1. Pengertian Prestasi Akademik ... 25

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik ... 26

C. Kecerdasan Emosional ... 28

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 28

2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ... 29

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... 31

D. Penelitian yang Relevan ... 32

E. Kerangka Pikir ... 33

F. Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Variabel Penelitian ... 38

D. Definisi Operasional ... 38

(12)

xii

2. Prestasi Akademik ... 39

3. Kecerdasan Emosional ... 39

E. Populasi ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Dokumentasi ... 40

2. Skala ... 40

G. Instrumen Penelitian ... 41

1. Lembar Skala ... 41

a. Pembuatan Kisi-Kisi Instrumen ... 41

b. Penskoran Instrumen ... 43

c. Uji Coba Instrumen ... 44

1) Uji Validitas ... 44

2) Analisis Item ... 45

3) Uji Reliabilitas ... 45

d. Hasil Uji Coba Instrumen ... 45

1) Analisis Item Instrumen Metode Ceramah ... 45

2) Analisis Item Instrumen Kecerdasan Emosional ... 46

3) Uji Reliabilitas Instrumen ... 47

2. Dokumentasi ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 49

1. Analisis Data Deskriptif... 49

2. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 54

C. Hasil Analisis Deskriptif ... 54

D. Pengujian Hipotesis ... 70

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

F. Keterbatasan Penelitian ... 75

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN ... 77

B. SARAN ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Siswa Kelas V Gugus III Kecamatan Kotagede ... 40

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 42 Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional ... 43

Tabel 4. Alternatif Jawaban Instrumen ... 44

Tabel 5. Hasil Ringkasan Analisis Item Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 46 Tabel 6. Hasil Ringkasan Analisis Item Kecerdasan Emosional ... 47

Tabel 7. Hasil Uji Coba Instrumen ... 48

Tabel 8. Rumus Perhitungan Kategori ... 51

Tabel 9. Hasil Analisis Deskriptif ... 55

Tabel 10. Skor Indikator Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 56 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 58 Tabel 12. Rumus Klasifikasi Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 60 Tabel 13. Klasifikasi Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 60 Tabel 14. Distrbusi Frekuensi Prestasi Akademik ... 62

Tabel 15. Rumus Klasifikasi Prestasi Akademik ... 63

Tabel 16. Klasifikasi Prestasi Akademik ... 64

Tabel 17. Skor Indikator Kecerdasan Emosional ... 65

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional ... 67

Tabel 19. Rumus Klasifikasi Kecerdasan Emosional ... 69

Tabel 20. Klasifikasi Kecerdasan Emosional ... 69 Tabel 21. Hasil Analisis Regresi Keterampilan Mengajar melalui

Metode Ceramah terhadap Prestasi Akademik ... 70

Tabel 22. Hasil Analisis Regresi Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah dengan Kecerdasan Emosional ...

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir ... 33

Gambar 2. Grafik Skor Indikator Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 56 Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 59 Gambar 4. Grafik Klasifikasi Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah ... 60 Gambar 5. Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Akademik ... 63

Gambar 6. Grafik Klasifikasi Prestasi Akademik ... 64

Gambar 7. Grafik Skor Indikator Kecerdasan Emosional ... 66

Gambar 8. Grafik Distribusi Kecerdasan Emosional ... 68

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 84

Lampiran 2. Data Uji Coba Instrumen Penelitian ... 97

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 99

Lampiran 4. Data Mentah Hasil Penelitian ... 109

Lampiran 5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 130

Lampiran 6. Hasil Uji Hipotesis ... 133

Lampiran 7. Daftar Nama Siswa Kelas V SD Negeri Kelas V Gugus III Kecamatan Kotagede ... 136 Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian ... 143

Lampiran 9. Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian ... 145

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian yang tidak lepas dari kehidupan manusia

untuk mencapai suatu keberhasilan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan usaha yang keras dari pemerintah

maupun masyarakat Indonesia. Dalam Undang-undang Sisdiknas no. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha yang sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kecerdasan, akhlak mulia, pengendalian emosi, dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, bangsa, dan negara.

Salah satu jenjang pendidikan yang harus ditempuh warga Indonesia adalah pendidikan sekolah dasar, karena pemerintah mencanangkan program wajib

belajar 12 tahun yang mulai dilaksanakan pada tahun 2015 (Republika, 26 Agustus 2015). Pendidikan sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang wajib ditempuh terlebih dahulu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi. Pendidikan di sekolah dasar dilaksanakan sesuai dengan perkembangan siswa, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan.

Perkembangan siswa di sekolah dapat dilihat dari prestasi akademik dan non akademiknya. Menurut Masnida dan Adiyanti (2015), prestasi akademik merupakan penguasaan materi studi oleh peserta didik yang meliputi aspek

(17)

2

berarti hasil belajar yang diperoleh semakin tinggi pula. Sedangkan prestasi non akademik merupakan prestasi yang dimiliki seseorang di luar bidang akademik.

Melalui kegiatan non akademik, peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan olahraga,

kesenian, dan keterampilan.

Pendidikan sekolah dasar selama ini lebih cenderung untuk mengembangkan prestasi akademik peserta didik yang selalu menekankan pada

pengembangan IQ. Sunarno (2007) mengungkapkan bahwa pendidikan sekolah dasar lebih menekankan pada kemampuan siswa menghafal isi/konten yang

kurang bermakna bagi dirinya. Kondisi ini menjadi masalah bagi peserta didik yang kurang dalam bidang akademik, padahal seharusnya pengembangan prestasi akademik dan non akademik peserta didik dilakukan secara seimbang, karena

setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang unggul dalam bidang akademik, namun kurang dalam bidang non

akademik, dan sebaliknya ada peserta didik yang sangat berbakat dalam bidang non akademik, namun akademiknya kurang. Tidak semua orang yang memiliki IQ tinggi selalu sukses dan orang yang memiliki IQ rata-rata selalu gagal. Dalam

kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan orang yang memiliki IQ tinggi gagal, dan orang yang memiliki IQ rata-rata sangat sukses. Hal tersebut Menurut

Goleman (2007:xiii) dipengaruhi oleh kemampuan-kemampuan yang disebut kecerdasan emosional.

Nurdin (2009) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan

(18)

3

frustasi. Kecerdasan emosional seseorang tampak pada kemampuan seseorang dalam mengendalikan tingkah lakunya. Setiap orang memiliki tingkah laku yang

berbeda. Hal ini karena kecerdasan emosional setiap orang juga berbeda-beda. Kecerdasan emosional yang baik pasti akan menghasilkan individu yang baik

pula. Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk mengembangkan prestasi akademik peserta didik, namun juga kecerdasan emosionalnya. Karena peserta didik yang memiliki kemampuan akademik yang baik, namun kecerdasan

emosionalnya kurang, maka siswa cenderung kurang bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya atau kurang bisa bergaul serta kurang

bisa menyelesaikan masalah dengan baik.

Pada umumnya, sering dijumpai siswa sekolah dasar yang menggunakan emosi dan kekuatan fisik dalam menghadapi suatu masalah. Misal, saat kegiatan

diskusi, peserta didik saling beradu pendapat sampai memukul teman, menganggu teman saat sedang mengerjakan tugas sehingga menimbulkan

kegaduhan sampai perkelahian, peserta didik tidak memperhatikan saat guru menjelaskan, bergurau sendiri, sering berbicara kotor di kelas, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional peserta didik belum bisa

dikembangkan secara maksimal. Maka dari itu, peran guru di sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik sangat dibutuhkan.

Dalam pembelajaran, guru memiliki peran penting. Beberapa di antaranya adalah guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, dan guru sebagai pembimbing (Mudri, 2010). Guru sebagai pendidik yaitu guru menjadi panutan

(19)

4

pengajar yaitu guru membantu peserta didik untuk memahami sesuatu yang belum diketahui, dan guru sebagai pembimbing yaitu membimbing peserta didik secara

fisik, mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual. Jadi, selain mengembangkan prestasi akademik, guru juga membimbing kecerdasan

emosional peserta didik.

Setiap hari, guru berinteraksi dengan peserta didik, oleh sebab itu guru diharapkan mampu mengenali karakteristik setiap peserta didiknya. Seperti yang

sudah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik setiap peserta didik berbeda-beda. Guru harus memiliki kewajiban untuk memahami semua hal yang

dibituhkan oleh peserta didik dalam pembelajaran, termasuk cara membuat peserta didik paham dengan informasi yang disampaikan. Dengan demikian, keterampilan guru dalam mengajar memang sangat dibutuhkan untuk dapat

mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.

Menurut Uno (2006), keterampilan mengajar adalah keterampilan guru

dalam mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada motivasi belajar dan peningkatan kualitas lulusan sekolah. Setiap guru diharapkan memiliki keterampilan mengajar yang baik, karena dengan memiliki keterampilan

mengajar yang baik, maka guru akan mampu menguasai model, metode, dan teknik mengajar, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan maksimal.

Salah satu metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah, oleh sebab itu, keterampilan mengajar melalui metode ceramah

Menurut Majid (2016) metode ceramah adalah metode yang digunakan

(20)

5

menuntut keaktifan guru dalam proses pembelajaran, atau lebih tepatnya teacher center. Suyono dan Hariyanto (2015:96) menjelaskan bahwa dengan menggunakan metode ceramah, guru bisa fokus pada materi yang ingin disampaikan, penggunaan waktu bisa lebih efektif karena guru bisa mengatur

waktu sebaik mungkin, dapat digunakan dalam kelompok besar dengan jumlah pendengar banyak, dan guru juga bisa mengontrol keadaan kelas. Apabila guru menggunakan metode ceramah dengan tepat, maka siswa akan dapat memahami

dan menerima informasi yang disampaikan guru dengan baik, selain itu metode ini cocok untuk anak SD karena dengan ceramah, guru dapat menanamkan konsep

pelajaran dengan baik. Apabila dalam menyampaikan materi guru tidak menggunakan metode ceramah dan langsung praktek, maka siswa cenderung tidak dapat memahami materi yang ingin disampaikan guru. Misalnya saat pelajaran

matematika materi perkalian. Guru akan menjelaskan terlebih dahulu konsep perkalian dengan ceramah sambil memberikan contoh, setelah itu siswa

mengerjakan soal perkalian di buku masing-masing sesuai dengan konsep yang diajarkan oleh guru. Apabila guru langsung meminta siswa mengerjakan tanpa menjelaskan melalui ceramah terlebih dahulu, peserta didik akan bingung. Dalam

penelitian Novita (2014) yang berjudul Efektivitas Penggunaan Metode Ceramah Bervariasi dalam Meningkatkan Operasi Perkalian bagi Anak Berkesulitan

Belajar, diperoleh kesimpulan bahwa pada taraf signifikan 95% atau alfa= 0,05 maka diperoleh Utab= 0, untuk n = 4 berarti dapat disimpulkan bahwa pada taraf

α = 0,05 terbukti bahwa penggunaan metode ceramah bervariasi efektif

(21)

6

bahwa metode ceramah juga efektif digunakan untuk anak berkebutuhan khusus apabila dilakukan dengan cara yang tepat.

Beberapa pihak memandang bahwa penggunaan metode ini dirasa kurang efektif karena peserta didik terkesan kurang aktif dan hanya mendengarkan materi

yang dijelaskan guru. Peserta didik menerima materi dari guru tanpa menggali pengetahuan sendiri dan mencoba menemukan hal yang baru. Menurut Suyono dan Hariyanto (2015), metode ceramah tidak cocok untuk pengingatan jangka

panjang, metode ini hanya efektif digunakan antara 10-15 menit saja, hal ini terkait dengan kemampuan mendengar dan mengingat peserta didik. Penggunaan

metode ceramah dengan durasi waktu yang panjang akan menimbulkan kebosanan bagi peserta didik. Penelitian yang dilakukan oleh Mudri (2010) dalam jurnal Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran menghasilkan data

bahwa menyampaikan pembelajaran dengan ceramah cenderung membuat pembelajaran menjadi monoton. Selain itu dalam tesis Immawati (2016) yang

berjudul Perbedaan Metode Debat dan Metode Ceramah terhadap Penguasaan Konsep IPS Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa di SMP N 23 Makassar. Hasil dari tesis tersebut adalah kemampuan berpikir kritis kategori

tinggi berjumlah 27 siswa dengan presentase 81% dan kategori rendah berjumlah 5 siswa dengan presentase 19%. Pada kelas ceramah, kategori tinggi berjumlah 9

(22)

7

Di sekolah dasar sering ditemui peserta didik yang memiliki prestasi akademik yang baik, namun kurang percaya diri dan kurang bisa bergaul dengan

teman-temannya, ada juga peserta didik yang cerdas, namun tidak memiliki sopan santun terhadap guru atau orang yang lebih tua. Sebaliknya, ada peserta didik

yang prestasi akademiknya biasa saja atau bahkan kurang, namun kecerdasan emosionalnya baik. Guru memiliki peran dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan prestasi akademik siswa yang dilakukan dalam proses

pembelajaran di sekolah. Dalam pembelajaran, guru diharapkan mampu memilih metode yang sesuai dengan karakteristik siswanya. Pada umumnya, metode

pembelajaran yang sering digunakan guru adalah metode ceramah. Seberapa besar pengaruh metode ceramah terhadap perkembangan kecerdasan emosional dan prestasi akademik peserta didik perlu diketahui untuk mengukur keefektifan

penggunaan metode yang selama ini sering dipandang negatif.

Prestasi akademik siswa dapat diketahui dari hasil belajar mereka. Pada

tahun 2016, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari lima wilayah masing-masing meraih nilai rata-rata UN tingkat SD yaitu tertinggi diraih Kabupaten Kulonprogo dengan nilai rata-rata 237,59 disusul Kota Yogyakarta 236,82

kemudian Kabupaten Sleman 236,16, Bantul 229,35 dan Gunungkidul 217,53 (Republika, 11 Juni 2016). Dari data tersebut menunjukkan bahwa prestasi

akademik siswa di Kota Yogyakarta tergolong tinggi.

SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta termasuk dalam wilayah Kota Yogyakarta, yang berarti juga ikut memberikan andil atas tingginya

(23)

8

terkait dengan pembelajaran di kelas dan peserta didik sebagai pembelajar. Setelah melakukan observasi selama dua bulan PPL (Praktik Pengalaman

Lapangan) dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri Gugus III di Kecamatan Kotagede, metode yang mendominasi dalam pembelajaran adalah

metode ceramah . Guru sering memberikan penguatan kepada siswa, namun masih ditemukan siswa yang minder, guru sudah menjelaskan pelajaran dengan sangat rinci, namun ada beberapa siswa yang masih bingung ketika diberi

pertanyaan, guru sudah memberikan variasi pembelajaran sehinngga kelas jadi menyenangkan dan siswa aktif, namun kelas terkesan sangat ramai, guru sudah

menjelaskan materi sopan santun, namun tidak memberikan contoh secara nyata sehingga siswa kurang bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, saat guru berceramah, peserta didik terlihat tenang dan serius, namun banyak

yang mengantuk, melalui pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, banyak peserta didik yang prestasi akademiknya baik, namun kurang pandai

bergaul. Sebaliknya ada juga peserta didik yang prestasi akademiknya kurang, namun pandai bergaul, siswa memahami materi yang disampaikan guru, namun kurang kreatif dalam mengembangkannya, melalui ceramah, guru cenderung

menyampaikan pengetahuan, belum menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil objek penelitian pada siswa Sekolah Dasar Negeri Kelas V Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta. Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi

(24)

9

ini, penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Metode Ceramah terhadap Kecerdasan Emosional dan Pretasi Akademik Siswa Kelas V SD Negeri Gugus III

Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Guru sering memberikan penguatan kepada siswa, namun masih ditemukan

siswa yang minder.

2. Guru sudah menjelaskan pelajaran dengan sangat rinci, namun ada beberapa

siswa yang masih bingung ketika diberi pertanyaan.

3. Guru sudah memberikan variasi pembelajaran sehinngga kelas jadi menyenangkan dan siswa aktif, namun kelas terkesan sangat ramai.

4. Guru sudah menjelaskan materi sopan santun, namun tidak memberikan contoh secara nyata sehingga peserta didik kurang bisa

mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Melalui ceramah, guru cenderung menyampaikan pengetahuan, belum menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

6. Saat guru berceramah, peserta didik terlihat tenang dan serius, namun banyak

yang mengantuk.

(25)

10

Sebaliknya ada juga peserta didik yang prestasi akademiknya kurang, namun sangat pandai bergaul.

8. Melalui ceramah, peserta didik memahami materi yang disampaikan guru, namun kurang kreatif dalam mengembangkannya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi dan permasalahan serta segala keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian akan

dibatasi pada pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah terhadap prestasi akademik dan kecerdasan emosional siswa kelas V SD Negeri Gugus III

Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah terhadap

prestasi akademik siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta?

2. Adakah pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah terhadap

kecerdasan emosional siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

(26)

11

1. Mengetahui pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah terhadap prestasi akademik siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan

Kotagede Yogyakarta.

2. Mengetahui pengaruh keterampilan mengajar melalui metode ceramah

terhadap kecerdasan emosional siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya

serta dapat memberikan gambaran tentang pengaruh keterampilan mengajar melalui metode pembelajaran ceramah terhadap prestasi akademik dan kecerdasan emosional, sedangkan secara praktis dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat bagi orang tua

Menambah informasi bagi orang tua terhadap metode pembelajaran yang

diterapkan di sekolah, lebih memahami sikap dan perilaku anak serta prestasi akademik anaknya.

2. Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya kepada guru dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran dengan memadukan

(27)

12 3. Manfaat bagi siswa

Kesadaran bagi siswa bahwa setiap individu memiliki karakteristik yang

berbeda-beda sehingga dapat mendorong atau memotivasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan prestasi akademik dan kecerdasan

(28)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah

1. Pengertian Keterampilan Mengajar

Mengajar merupakan tugas guru untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada peserta didik. Mengajar sering dianggap sebagai hal yang

mudah, padahal dalam proses pembelajaran guru membutuhkan banyak keterampilan mengajar. Praktiki dalam Rasto (2015:2) menjelaskan bahwa keterampilan mengajar adalah tindakan mengajar atau perilaku yang dimaksudkan

untuk memberikan fasilitas belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sejalan dengan penjelasan Safitri dan Sontani (2016) bahwa

keterampilan mengajar adalah tindakan untuk memfasilitasi pembelajaran murid secara langsung atau tidak langsung untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Keterampilan mengajar merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru, karena apabila guru menguasai keterampilan mengajar dengan baik, maka guru akan dapat menguasai kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

maksimal. Lebih lanjut Sukirman (2013:3) menerangkan bahwa keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang bersifat generik/mendasar/umum dab

kompleks yang haru dikuasai oleh setiap guru.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar adalah tindakan pengajaran untuk memberikn fasilitas belajar kepada

(29)

14 2. Pengertian Metode Ceramah

Dalam pembelajaran sehari-hari, guru menggunakan metode untuk

melaksanakan kegiatan belajar. Menurut Majid (2016: 193) metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai dengan maksimal. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamruni (2009:6) yang menjelaskan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih

lengkapnya, menurut Bahri dan Zain (2013 : 46), metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Apabila

dikaitkan dengan pembelajaran, metode adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Salah satu metode pembelajaran yang sering digunakan di sekolah yaitu

metode ceramah. Metode ceramah merupakan metode yang kerap digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Sanjaya (2012: 147) menjelaskan bahwa metode

ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturuan secara lisan atau penjelasan secara langsung kepada siswa. Metode ini bersifat satu arah dan kurang melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Selanjutnya, Majid (2016: 194) mengungkapkan bahwa metode ceramah merupakan cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran

dengan cara penuturan (lecture). Harsono & Susanto (2009) mengungkapkan bahwa metode ceramah merupakan metode yang persiapannya paling sederhana dan mudah, fleksibel tanpa memerlukan persiapan yang khusus. Dalam

(30)

15

guru. Metode ceramah bagus jika penggunaannya tepat dan betul-betul dipersiapkan dengan baik.

Sagala (2010: 201) mengungkapkan bahwa metode ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi yang dilakukan dengan penuturan dan penerangan dari

guru kepada peserta didik Dalam pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar, dan audiovisual lainnya. Senada dengan Sagala, Suryosubroto (2002: :165) menjelaskan bahwa

metode ceramah adalah metode mengajar guru yang dilakukan dengan secara lisan di kelasnya, dengan bantuan alat-alat seperti gambar-gambar bagan agar

uraiannya lebih jelas. Melalui alat-alat bantu yang digunakan oleh guru, diharapkan siswa bisa lebih paham dengan penjelasan yang disampaikan oleh guru.

Bahri dan Zain (2013: 97) menjelaskan bahwa metode ceramah merupakan cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi tentang suatu

pokok persoalan secara lisan, disebut juga metode tradisional. Hal ini senada dengan pendapat Sholeh (2011: 209), metode ceramah merupakan metode yang sudah ada sejak adanya pendidikan, dan dikenal sebagai metode tradisional yang

sangat sering digunakan dalam pembelajaran. Sunarti (2014) menjelaskan bahwa metode ceramah merupakan metode yang digunakan untuk menyampaikan

informasi atau pesan (termasuk materi pembelajaran) yang membutuhkan uraian atau penjelasan secara lisan. Dengan metode ini, maka guru akan menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur agar dapat dipahami dengan baik oleh

(31)

16

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode ceramah merupakan yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau materi

pelajaran kepada peserta didik secara langsung melalui penuturan (lisan). Melalui metode ini, guru diharapkan memiliki keterampilan bertutur yang baik, sehingga

mampu menarik perhatian siswa.

3. Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah

Keterampilan mengajar melalui metode ceramah merupakan tindakan

mengajar untuk memberikan fasilitas belajar kepada siswa secara langsung yang dilakukan melalui penuturan (lisan). Berikut akan dijelaskan macam-macam

keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru serta pengimplementasian keterampilan mengajar yang dilakukan melalui langkah-langkah metode ceramah.

a. Macam-macam Keterampilan Mengajar

Macam-macam keterampilan mengajar menurut Rasto (2015) adalah sebagai berikut:

1) Keterampilan membuka pelajaran

Keterampilan membuka pembelajaran adalah proses mempersiapkan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran atau proses mengenalkan pelajaran pada

siswa. Aktivitas membuka pelajaran bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa tehadap pembelajaran yang akan dilaksanakan, membangkitkan motivasi

(32)

17 2) Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan adalah seni mengajar dengan menggunakan pernyataan yang

tepat oleh guru agar siswa dapat memahami konsep, fenomena, atau prinsip yang diinginkan. Pernyataan yang tepat mengandung makna penjelasan guru harus

sesuai dengan usia siswa, kematangan siswa, dan sesuai dengan materi atau konsep atau fenomena yang dijelaskan.

3) Menutup Pembelajaran

Menutup pembelajaran yaitu mengarahkan perhatian pada penyelesaian tugas tertentu atau urutan belajar pada akhir pembelajaran. Menutup pembelajaran

berisi ringkasan singkat dari materi yang diajarkan sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya.

4) Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya merupakan bagian penting untuk membuat pembelajaran yang efektif. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas untuk

melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. melalui pertanyaan, guru mampu memberikan rangsangan kepada siswa.

5) Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan adalah keterampialn yang digunakan guru untuk meningkatkan frekuensi perilaku positif (diinginkan dari siswa) atau untuk mengurangi perilaku

(33)

18 6) Keterampilan Melakukan Variasi Stimulus

Keterampilan variasi stimulus yaitu kemampuan guru untu mengubah

perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk menarik dan mempertahankan perhatian siswa pada level tertinggi terhadap pelajaran atau aktivitas di kelas.

7) Keterampilan Melakukan Demonstrasi

Keterampilan demonstrasi merupakan keterampulan guru untuk memperlihatkan suatu tindakan atau penggunaan prosedur tertentu, degan rinci

setahap demi setahap. Jadi siswa ditunjukkan cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan alat, mesin, dan bahan yang sebenarnya.

8) Keterampilan Menggunakan Papan Tulis

Keterampilan menggunakan papan tulis merupakan keterampilan guru dalam menjelaskan dengan menuliskan poin-poin utama, meringkas, dan

meninjau hasil belajar di papan tulis untuk menciptakan suasana informal dan dapat memotivasi belajar siswa.

Selanjutnya B.K. Passi dalam Rani (2011) memberikan daftar keterampilan mengajar sebagai berikut: (1) menulis tujuan instruksional; (2) memperkenalkan pelajaran; (3) kelancaran dalam bertanya; (4). menggali

pertanyaan; (5) menjelaskan; (6) menggambarkan dengan contoh-contoh; (7) variasi stimulus; (8) berdiam diri dan menggunakan non-verbal isyarat; (9)

memberikan penguatan; (10) meningkatkan partisipasi murid; (11) menggunakan papan hitam; (12) mencapai penutupan; (13) perilaku mengenali kehadiran. Selanjutnya, Allen dan Ryan dalam Bhargava (2009) menyebutkan keterampilan

(34)

19

guru berdiam diri dan menggunakan non-verbal isyarat; (5) memperkuat partisipasi murid; (6) kelancaran dalam bertanya; (7) menggali pertanyaan; (8)

gunakan pertanyaan yang lebih susah; (9) pertanyaan yang divergen; (10) mengakui dan menghadiri perilaku; (11) ilustrasi dan penggunaan contoh; (12)

Ceramah; (13). pengulangan rencana; (14) ketuntasan komunikasi.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam keterampilan mengajar adalah keterampilan membuka pelajaran, keterampilan

menjelaskan, keterampilan menutup pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan melakukan variasi, keterampilan melakukan demonstrasi, dan keterampilan menggunakan papan tulis.

b. Langkah-langkah Metode Ceramah

Langkah-langkah yang tepat dalam menerapkan metode pembelajaran

sangat diperlukan untuk mencapai tujuan. Menurut Sanjaya (2010:149) langkah-langkah dalam melaksanakan metode ceramah adalah:

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan disampaikan, dan mempesiapkan alat bantu.

2) Guru menjaga kontak mata dengan siswa.

3) Guru menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa.

4) Guru menyajikan materi secara sistematis, tidak meloncat-loncat agar mudah dimengerti oleh siswa.

5) Guru menanggapi respon siswa dengan segera.

(35)

20

7) Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.

8) Guru memancing siswa untuk dapat menanggapi atau memberi ulasan tentang

materi yang sudah disampaikan.

9) Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

menguasai materi pembelajaran yang sudah disampaikan.

Selanjutnya, Sudjana (2009:77-78) menjelaskan bahwa langkah-langkah

yang diharapkan dalam metode ceramah adalah sebagai berikut:

1) Tahap persiapan, yaitu tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum mengajar dimulai.

2) Tahap penyajian, yaitu tahap guru menyampaikan bahan ceramah.

3) Tahap asosiasi (komparasi), yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterimanya.

Pada tahap ini diberikan tanya jawab dan diskusi.

4) Tahap generalisasi/ kesimpulan. Pada tahap ini siswa menyimpulkan hasil

ceramah.

5) Tahap aplikasi/evaluasi. Pada tahap ini diadakan penilalaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru, evaluasi bisa dalam

bentuk lisan, tulisan, tugas, dan lain-lain.

Lebih lengkap, menurut Solehatin (2012:124) ada empat langkah dalam

pelaksanaan metode ceramah, yaitu:

a. Tahap persiapan ceramah, meliputi persiapan bahan ajar dan media yang digunakan.

(36)

21

c. Tahap pengembangan ceramah, meliputi penyampaian dengan media dan bahan yang telah dipersiapkan.

d. Tahap akhir ceramah, meliputi penyampaian kesimpulan, refleksi, dan tindak lanjut.

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti mengambil metode ceramah dari pendapat Sanjaya, yaitu:

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang

akan disampaikan, dan mempersiapkan alat bantu. b. Guru menjaga kontak mata dengan siswa.

c. Guru menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa.

d. Guru menyajikan materi secara sistematis, tidak meloncat-loncat agar mudah

dimengerti oleh siswa.

e. Guru menanggapi respon siswa dengan segera.

f. Guru menjaga kelas agar tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar. g. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.

h. Guru memancing siswa untuk dapat menanggapi atau memberi ulasan tentang

materi yang sudah disampaikan.

i. Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

(37)

22 c. Kelebihan Metode Ceramah

Meskipun metode ceramah merupakan metode klasik dalam proses

pembelajaran, metode ini memiliki banyak keunggulan. Majid (2016: 196) berpendapat bahwa ada beberapa alasan metode ceramah sering digunakan, yaitu:

1) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah.

Dikatakan murah karena ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap seperti metode demokrasi atau peragaan. Dikatakan mudah karena

ceramah hanya mengandalkan suara guru dan tidak perlu persiapan yang rumit. 2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.

Maksudnya adalah materi pelajaran yang luas dapat diringkas dengan disampaikan pokok-pokoknya saja dalam waktu yang singkat.

3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.

Maksudnya guru dapat menekankan pokok-pokok materi yang ingin ditekankan sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai.

4) Guru dapat mengontrol keadaan kelas.

Hal ini karena sepenuhnya kelas adalah tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.

5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam dan rumit. Asal siswa

menempati tempat duduk dan mendengarkan guru, ceramah sudah bisa dilakukan.

Selanjutnya, menurut Sholeh (2011: 209) kelebihan merode ceramah adalah

sebagai berikut:

(38)

23 2) Mudah dilaksanakan

3) Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah besar.

4) Guru dapat menjelaskan banyak bahan pelajaran kepada siswa.

Sejalan dengan pendapat Sholeh, menurut Bahri dan Zain (2013 : 96),

kelebihan metode ceramah adalah :

1) Guru mudah menguasai kelas

2) Guru mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.

3) Bisa diikuti oleh siswa dalam jumlah besar. 4) Mudah dipersiapkan dan dilaksanakan.’

5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode ceramah adalah guru dapat dengan mudah menguasai kelas, mudah dan murah

dalam pelaksanaannya, dapat diikuti siswa dalam jumlah besar, serta guru dapat menjelaskan materi yang luas dengan waktu yang terbatas.

d. Kelemahan Metode Ceramah

Di samping memiliki kelebihan, metode ceramah juga memiliki kelemahan.

Menurut Sagala (2009: 202) kelemahan dari metode ceramah adalah:

1) Proses pengetahuan kurang tajam, karena tidak memberikan kesempatan berdiskusi untuk memecahkan masalah,

(39)

24

3) Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendenganya, apalagi digunakan kata-kata asing,

4) Kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil, karena taraf berpikir anak masih dalam taraf yang kurang konkret.

Selanjutnya, Majid (2016: 197) menjelaskan kelemahan metode ceramah yaitu:

1) Materi yang dikuasai siswa akan terbatas pada hasil ceramah yang disampaikan

guru, serta terbatas pada apa yang dikuasai guru.

2) Ceramah yang tidak disertai peragaan dapat mengakibatkan terjadinya

verbalisme.

3) Ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan jika guru tidak mampu bertutur yang baik dan menyenangkan. Hal yang sering terjadi adalah saat

guru menerangkan, siswa mengantuk karena gaya bertutur guru tidak menarik. 4) Dengan ceramah, sangat sulit mengetahui apakah seluruh siswa sudah paham

apa yang telah dijelaskan guru.

Lebih lengkapnya, Bahri dan Zain (2013: 97) menjelaskan bahwa kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut:

a. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

b. Siswa yang kemampuan visualnya lebih menjadi rugi, sementara yang auditif

(mendengar) yang besar menerimanya.

c. Apabila selalu digunakan dan terlalu lama akan membosankan.

d. Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini

(40)

25 e. Menyebabkan siswa menjadi pasif.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari

metode ceramah adalah apabila digunakan terlalu lama menyebabkan kebosanan, cenderung membuat siswa pasif, dan materi yang dikuasai siswa terbatas dengan

yang dikuasai guru.

B.Prestasi Akademik

1. Pengertian Prestasi Akademik

Pendidikan yang ditempuh oleh seseorang akan menghasilkan prestasi

apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Pada umumnya, prestasi akademik merupakan prestasi yang lebih banyak dikembangkan di sekolah. Menurut Asrori (2009: 100), prestasi akademik merupakan perwujudan nyata dari

proses belajar, latihan pengetahuan, pengalaman, motivasi, bakat dan kemampuan yang dicapai seseorang sesuai dengan keahliannya. Hal ini sejalan dengan

pendapat Basri (2012) bahwa prestasi akademik itu sendiri merupakan hasil belajar, atau hasil kemampuan seseorang yang menjadi tolak ukur kemampuan atau keterampilannya. Hasil belajar itu sendiri diwujudkan dalam bentuk angka

atau simbol tertentu. Dengan simbol atau angka tersebut, maka akan dapat diketahui sejauh mana prestasi akademik yang telah dicapai oleh peserta didik.

Lebih lengkapnya menurut Wibowo (2016), prestasi akademik adalah tingkat keberhasilan akademis seseorang yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor prestasi akademik digunakan untuk menunjukkan pencapaian keberhasilan

(41)

26

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik merupakan hasil kemampuan yang dicapai untuk mengukur tingkat kemampuan

seseorang dalam bidang akademis yang diwujudkan dalam bentuk angka atau simbol tertentu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Prestasi akademik seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Basri (2012) menjelaskan bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri yang mencakup konsentrasi, minat, bakat,

intelegensi, motivasi, dan cita-cita. Selanjutnya faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu, termasuk lingkungan fisik seperti keadaan udara, suhu, cuaca, alat-alat yang dipakai, dan lingkungan sosial individu baik yang hadir

secara langsung maupun secara tidak langsung yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang. Hal ini senada dengan pendapat Azwar (2004) yang

menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik yaitu yang berhubungan dengan

fisik seperti penglihatan dan pendengaran sedangkan faktor psikologis berhubungan dengan minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap, dan kesehatan

mental. Faktor eksternal yaitu berasal dari lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik menurut Habsari (2005: 76) meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan

(42)

27

a. Inteligent Quotient (IQ), merupakan kecerdasan bawaan atau faktor bakat. b. Emotional Quotient (EQ), merupakan kemampuan untuk mengelola perasaan

dan mengenali keinginan serta kebutuhan orang lain.

c. Spiritual Quotient (SQ), merupakan kecerdasan spiritual atau tingkat keimanan seseorang.

d. Creativity Quotient (CQ), merupakan kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru dalam bidang ilmu pengetahuan maupun bidang lainnya.

e. Adversity Quotient (AQ) merupakan kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan berbagai tantangan.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang diri peserta didik yaitu:

a. Motivasi, yaitu faktor yang mendorong agar memiliki semangat untuk meraih

prestasi.

b. Lingkungan belajar, meliputi lingkungan rumah dan sekolah yang menunjang

pembelajaran

c. Kedisiplinan, yaitu kemampuan mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah atau rumah

d. Kesehatan, meliputi kesehatan jasmani dan rohani.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik

seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang mencakup minat, bakat, inteligensi, motivasi, dan sebagainya. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal

(43)

28 C.Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah “Emotional Intellingence” yang selanjutnya disebut “kecerdasan

emosional” pertama kali diungkapkan pada tahun 1990 oleh Peter Salovey dari

Universitas New Hampshire untuk menjelaskan kualitas-kualitas emosional seperti empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan

masalah antarpribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat (Shapiro, 2003:5).

Goleman (2007:xiii) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi (emotional intellingence) adalah kecerdasan yang mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain.

Selanjutnya, Munif (2011: 74) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang melibatkan kecerdasan diri, disiplin, dan empati. Hal

ini senada dengan pendapat Saptoto (2010:8) bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk berbagi rasa dan menerima sudut pandang orang lain, sehingga saat terjadi masalah mereka tidak langsung menyalahkan orang lain

dan bisa bersikap bijaksana sehingga bisa menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Yusuf (2009:113) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merujuk

(44)

29

memberikan dampak yang sangat buruk terhadap perkembangan emosional individu.

Uno (2010: 68) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan mengahadapi frustasi;

mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati; dan menjaga agar stres tidak melumpuhkan pikiran, berempati dan

berdo’a.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang memahami diri sendiri dan orang

lain.

2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional

Masaong dan Timole (2011: 3) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional

dapat dilihat dari dua domain, yaitu: pertama, domain kecakapan pribadi yang mencakup kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi; kedua, domain

kecakapan sosial yang mencakup empati dan keterampilan sosial. Salovey dalam Uno (2010: 74-75) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional mencakup lima

aspek sebagai berikut.

a. Mengenali emosi diri.

Mengenali emosi diri yaitu memiliki kesadaran diri untuk mengenali

(45)

30 b. Mengelola emosi.

Mengelola emosi yaitu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan

perasaan yang sedang dialaminya dengan tepat serta mampu menghadapi gejolak emosi pada dirinya sendiri. Dengan demikian, seseorang akan mampu

mengendalikan emosi yang sedang dirasakan dan mengekspresikannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan,

ketersinggungan, serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

c. Memotivasi diri sendiri.

Memotivasi diri sendiri yaitu keadaan dimana seseorang tidak cepat putus asa bila mengahadapi hambatan dalam mewujudkan cita-citanya, ulet, dan tekun

dalam mengahadapai berbagai rintangan dan permasalahan yang dihadapinya. d. Mengenali emosi orang lain.

Mengenali emosi orang lain atau empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan

dan dikehendaki orang lain. e. Membina hubungan

(46)

31

umumnya mereka adalah tipe orang yang disukai karena secara emosional mereka itu menyenangkan, mampu membuat orang di sekitarnya merasa tenteram.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kecerdasan emosional adalah kesadaran diri, motivasi diri, mengelola emosi, mengenali emosi

orang lain, dan membina hubungan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Walgito (2009: 24) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecerdasan emosional adalah: a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosi. Faktor ini memiliki dua sumber, yaitu dari segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan

individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang terganggu maka memungkinkan dapat mempengaruhi kecerdasan emosinya. Sementara segi psikologis mencakup

pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, dan motivasi. b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan tempat kecerdasan emosi

berlangsung. Faktor eksternal meliputi:

1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosional tanpa distorsi.

2) Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan

(47)

32

Selanjutnya, Firdaus (2012: 38) menjelaskan bahwa otak kanan berfungsi dalam perkembangan kecerdasan emosional (emotional quotient). Salah satu

wujudnya adalah sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan orang lain, mengintepretasikan perumpamaan atau perbandingan (imagery), serta

pengendalian emosi. Kecerdasan emosional membuat seseorang mampu mengelola emosinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecerdasan emosional adalah otak, faktor internal yang meliputi segi jasmani dan segi psikologis, serta faktor eksternal yang meliputi stimulus dan

lingkungan.

D. Penelitian yang Relevan

1. Wahyu Hidayati (2011) dalam penelitian Pengaruh Penyesuaian Sosial

Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Dasar Negeri Kelas Atas di Desa Wirogaten Kecamatan Mirit Kabupaten Magelang. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penyesuaian sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan emosional siswa SD.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2013) pada siswa SMA Negeri di

Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013 diperoleh kesimpulan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian

(48)

33 E. Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir

Keterangan : X = Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah Y1 =Prestasi Akademik

Y2 = Kecerdasan Emosional

Mengajar merupakan tugas guru dalam proses pembelajaran. Seringkali orang menganggap bahwa mengajar merupakan hal yang mudah untuk dilakukan,

padahal dalam mengajar, dibutuhkan banyak keterampilan yang harus dimiliki oleh guru. Keterampilan-keterampilan tersebut yaitu keterampilan membuka pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan menutup pelajaran,

keterampilan memberikan penguatan, keterampilan bertanya, keterampilan melakukan variasi stimulus, keterampilan melakukan demonstrasi,dan

keterampilan menggunakan papan tulis (Rasto, 2015). Keterampilan mengajar yang dimiliki guru ini diaplikasikan ke dalam metode pembelajaran. Metode

pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan X

Y1

(49)

34

rencana yang disusun secara nyata untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal

(Majid, 2016).

Salah satu metode pembelajaran yang sering mendominasi adalah metode ceramah. Metode ceramah merupakan cara menyajikan pelajaran yang dilakukan secara langsung melalui lisan (Sanjaya, 2012:47). Dengan metode ini, guru akan

lebih mudah dalam menyampaikan materi, karena tidak memerlukan persiapan yang rumit dalam pelaksanaannya, serta bisa digunakan untuk kelas dengan

jumlah siswa yang banyak. Dengan menggunakan metode ceramah, maka dapat diketahui sejauh mana keterampilan guru dalam mengajar.

Dalam pembelajaran di sekolah, guru memiliki peran yang sangat penting,

baik sebagai pendidik, pengajar, maupun pembimbing. Guru diharapkan mampu mendidik, mengajar, dan membimbing siswa dalam segala hal. Dalam

kenyataannya, pendidikan saat ini masih lebih mengembangkan kemampuan siswa dalam mencapai prestasi akademik yang tinggi dan menekankan aspek

kognitifnya saja. Padahal setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada hakikatnya, kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan dalam bidang akademik, namun pengendalian diri serta hubungan yang baik

dengan orang lain juga ikut andil dalam kesuksesan seseorang. Kemampuan untuk mengelola emosi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain disebut

(50)

35

memiliki prestasi akademik kurang, namun kecerdasan emosionalnya baik, akan

lebih berhasil dan sukses.

Apabila keterampilan mengajar guru baik, maka anggapan negatif mengenai metode ceramah akan hilang. Karena guru mampu membuat siswa paham akan informasi yang disampaikan melalui keterampilan menjelaskan, guru mampu

membuat siswa memiliki penalaran yang baik melalui keterampilan bertanya, dan keterampilan-keterampilan lain yang semuanya itu bisa diaplikasikan melalui

metode ceramah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah konsentrasi siswa (Basri, 2012). Apabila siswa mampu berkonsentrasi dengan baik, siswa

akan mampu memahami informasi yang disampaikan guru dengan baik, sehingga prestasi akademik juga akan meningkat. Selain itu salah satu kelebihan metode

ceramah adalah guru dapat menekankan pokok-pokok materi yang ingin ditekankan, sehingga siswa dapat terfokus pada materi tersebut (Majid, 2016).

Keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki pengaruh signifikan terhadap kecedasan emosional siswa karena guru bertanggungjawab untuk membimbing kecerdasan emosional siswa. Kecerdasan emosional siswa

dipengaruhi oleh cara guru mendidik dan mengajar di sekolah. Semakin sering guru berceramah dengan menyelipkan nasehat-nasehat untuk siswa, maka

(51)

36

akan membentuk sirkuit-sirkuit emosi yang membuat seseorang cakap atau tidak

dalam hal kecerdasan emosional.

Guru memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Salah satu keterampilan mengajar adalah keterampilan memberikan penguatan.

Penguatan dipandang sebagai alat yang ampuh untuk meningkatkan perilaku sosial siswa dalam kelas dan prestasi akademik siswa (Rasto, 2015). Keterampilan

guru dalam melakukan komunikasi yang baik dengan siswa akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa

keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi akademik dan kecerdasan emosional siswa.

F. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang telah disampaikan di atas, maka diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

1. Keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi akademik siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta.

2. Keterampilan mengajar melalui metode ceramah memiliki pengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional siswa kelas V SD Negeri Gugus III

(52)

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini yaitu menggunakan penelitian ex-post facto. Syaodih (2009: 55) mengatakan bahwa penelitian ex-post facto meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Hubungan sebab akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi. Peneliti hanya menggunakan

data berdasarkan hasil pengukuran gejala yang telah ada secara wajar pada diri responden.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang bekerja dengan angka sebagai perwujudan gejala yang diamati dan dalam menganalisa menggunakan teknik analisa statistik.

Sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2013:14) sebagai berikut.

“Pendekatan kuantatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umunya dilakukan secara random, pegumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang ditetapkan”.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede Yogyakarta, yaitu SD N Kotagede 1, SD N Kotagede 4, SD N Kotagede 5, SD N Baluwarti, dan SD N Dalem. Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan

(53)

38 C. Variabel Penelitian

Berkaitan dengan penelitian ini, maka dapat dikemukakan dua variabel yang

terdapat dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut. 1. Variabel bebas (Independent variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penelitian ini adalah keterampilan mengajar melalui metode

ceramah.

2. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi akademik dan kecerdasan emosional.

D. Definisi Operasional

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka definisi operasional

masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah

Keterampilan mengajar melalui metode ceramah merupakan tindakan

mengajar untuk memberikan fasilitas belajar kepada siswa secara langsung yang dilakukan melalui penuturan (lisan). Langkah-langkah keterampilan mengajar

melalui metode ceramah adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan disampaikan, dan mempersiapkan alat bantu.

(54)

39

c. Menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa.

d. Menyajikan materi secara sistematis, tidak meloncat-loncat. e. Menanggapi respon siswa dengan segera.

f. Menjaga kelas agar tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar. g. Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.

h. Memancing siswa untuk dapat menanggapi atau memberi ulasan tentang

materi yang sudah disampaikan.

i. Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa

2. Prestasi Akademik

Prestasi akademik merupakan hasil kemampuan yang dicapai untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang dalam bidang akademis yang

diwujudkan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Dalam penelitian ini, prestasi akademik berwujud rapot yang berisi nilai-nilai ulangan harian siswa.

3. Kecerdasan Emosional

Kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Memahami diri meliputi mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri

sendiri. Sedangkan memahami emosi orang lain meliputi mengenali emosi orang lain dan membina hubungan.

E. Populasi

(55)

40

yang ditetapkan oleh peneliti untk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pendapat di atas, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede. Berikut adalah

daftar SD Negeri Gugus III Kecamatan Kotagede serta jumlah siswa kelas V. Tabel 1 . Daftar Siswa Kelas V Gugus III Kotagede

No. Sekolah Dasar Negeri Jumlah Siswa Jumlah Laki-laki Perempuan

Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen, rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2006: 158). Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah nilai rapot.

b. Skala

(56)

41

data dari variabel metode ceramah berupa persepsi siswa mengenai pembelajaran yang menggunakan metode ceramah.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Instumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Lembar Skala

a. Pembuatan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen menunjukkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data yang akan diteliti. Kisi-kisi instrumen digunakan sebagai pedoman dalam menyusun daftar pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen.

Butir jawaban dibedakan antara favorable (butir yang mendukung indikator variabel), dan unfavorable (butir yang tidak mendukung indikator variabel). Di bawah ini dituliskan kisi-kisi instrumen metode ceramah dan kecerdasan emosional yang digunakan untuk menyusun butir-butir skala metode ceramah dan skala kecerdasan emosional. Secara lengkap instrumen dapat dilihat pada

(57)

42

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Mengajar melalui Metode Ceramah

No. Indikator Item Pernyataan

Favorable Unfavorable Jumlah

(58)

43

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional

Variabel No Indikator Sub Indikator Item Pernyataan Jml Favor-

Penelitian ini menggunakan alternatif jawaban selalu, sering,

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Tabel   1 . Daftar Siswa Kelas V Gugus III Kotagede
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Mengajar melalui  Metode Ceramah
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sub bagian akademik medistribusikan kalender akademik ke semua jurusan/Ka.Unit/Ka.Subdi lingkungan Politeknik Negeri Lhokseumawe, sebelum tahun ajaran baru di mulai.. 1

Apakah Anda sungguh-sungguh merasa pasti, sangat percaya terhadap.. iklan TV

Pada senar ke-6 terdapat error yang cukup besar dimana hasil yang didapatkan dari kedua tuner elektronik. tersebut adalah tune , sedangkan hasil yang didapatkan

Hal tersebut dapat dilihat pada tingginya ketidak hadiran/absen kryawan di lingkungan PT Surveyor Indonesia Cabang Rembang, yang berarti bahwa tingkat produktivitas kerja

Selain itu, pola pemberian makan yang tidak sesuai dengan keinginan anak dapat menyebabkan anak menjadi sulit makan, sedangkan pada balita terjadi proses

Pada tahun 1999 PT Pos Indonesia (BUMN Non Infra) mempunyai CR sebesar 112%, maka sesuai dengan tabel 2 skor untuk indikator CR adalah 4, sedangkan pada tahun 2000 PT Pos

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran guru BK dalam mengembangkan Self Control siswa di MTs Alwasliyah Bandar Khalifah adalah dengan pemberian

Pandanglah bahwa sebuah aplikasi berhubungan dengan SAP pada computer A ingin mengirim pesan ke aplikasi lain dengan SAP2 pada computer B. Aplikasi pada computer A